LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA MENDATAR, MIRING, DAN TERHALANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PENGUKURAN JARAK LANGSUNG

BAB III PERALATAN UKUR TANAH DAN SYARAT PENGGUNAANNYA

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

Mengukur Lebar Sungai Tanpa Menyeberangi

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN

BAB I. Laporan Praktikum 1

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


Geometri I. Garis m dikatakan sejajar dengan garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan kedua garis tidak berpotongan

4.1.3 PERALATAN PENDUKUNG SURVEY UKUR TANAH

SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

BAB I PENDAHULUAN. 2. Membagi keliling lingkaran sama besar.

GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA. 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


PENGERTIAN PHYTAGORAS

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

Kajian Matematika SMP Palupi Sri Wijiyanti, M.Pd Semester/Kelas : 3A3 Tanggal Pengumpulan : 14 Desember 2015

MATEMATIKA EBTANAS TAHUN 2002

SOAL PR ONLINE IX SMP MATA UJIAN: MATEMATIKA (KODE: P18) 1. Alas sebuah limas berbentuk segi-6. Banyak rusuk dan sisi limas berturutturut

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE

MENGGAMBAR GARIS. Yesi Marlina 87678/2007

PREDIKSI SOAL UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMP/MTs DAN PEMBAHASAN

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

KATALOG MATEMATIKA ALAT PERAGA PENDIDIKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR.

3. Daerah yang dibatasi oleh dua buah jari-jari dan sebuah busur pada lingkaran adalah

MENGGAMBAR BIDANG A. MEMBAGI GARIS DAN SUDUT

Menemukan Dalil Pythagoras

PROYEKSI ISOMETRI PENDAHULUAN

MODUL MATEMATIKA KELAS 8 APRIL 2018

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 3 : METODE PENGUKURAN JARAK

360 putaran. Ukuran sudut yang lebih kecil dari derajat adalah menit ( ) dan detik ( )

Parabola didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik P(x, y) pada

BAB II CHAIN SURVEYING (UKUR RANTAI)

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

MENGGAMBAR BIDANG A. MEMBAGI GARIS DAN SUDUT

Feni Melinda Safitri. Sudah diperiksa. Pengertian Teorema Phytagoras. Rumus Phytagoras

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

Soal Babak Penyisihan MIC LOGIKA 2011

SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 11. BIDANG DATARLatihan Soal 11.1

PETA LAPANGAN Oleh : Drs, Basuki Soen

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

C. 30 Januari 2001 B. 29 Januari 2001

LABORATORIUM KONSTRUKSI DASAR (Sumber : Teknik Konstruksi Bangunan Gedung, AG. Thamrin, 2008)

GARIS SINGGUNG LINGKARAN

Kerja Lapangan (Field work)

MATEMATIKA (Paket 2) Waktu : 120 Menit

A. MENGHITUNG LUAS BERBAGAI BANGUN DATAR

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB 2 MENGGAMBAR BENTUK BIDANG

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

Pematokan/Stake out adalah memindahkan atau mentransfer titik-titik yang ada dipeta perencanaan kelapangan (permukaan bumi).

PREDIKSI SOAL MATEMATIKA TAHUN

Modul 10 Garis Kontur

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

Geometri Ruang (Dimensi 3)

Dimensi 3. Penyusun : Deddy Sugianto, S.Pd

BAB IX MACAM BESARAN SUDUT

3. Bagian-Bagian Atap Bagian-bagian atap terdiri atas; kuda-kuda, ikatan angin, jurai, gording, sagrod, bubungan, usuk, reng, penutup atap, dan

C. Ø D. S. Gambar di atas adalah kubus ABCD.EFGH dan salah satu jaring-jaringnya, maka titik E menempati nomor... A.(I) C.(III) B.

BAB. GARIS SINGGUNG LINGKARAN. A. PENGERTIAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN B. GARIS SINGGUNG DUA LINGKARAN C. LINGKARAN LUAR DAN LINGKARAN DALAM SEGITIGA

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG MGMP MATEMATIKA SMPN SATAP TRYOUT UN menit

METRIG (MEJA TRIGONOMETRI)

OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI JAWA TENGAH 2010 BIDANG MATEMATIKA TEKNOLOGI

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak

TRY OUT MATEMATIKA PAKET 2A TAHUN 2010

Bab VIII Bidang Kartesius

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

Pengukuran Diameter dan Tinggi Pohon

SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA TINGKAT SMP PART 2. Departemen Matematika - Wardaya College MMXVIII-XII

Ringkasan Materi Matematika Untuk SMP Persiapan UN Web : erajenius.blogspot.com --- FB. : Era Jenius --- CP

A. KUBUS Definisi Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi enam sisi berbentuk persegi yang kongruen.

C. 9 orang B. 7 orang

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 2012

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR

PERSEGI // O. Persegi merupakan belah ketupat yang setiap sudutnya siku-siku Sisi Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan semua sisinya sama panjang

SOAL PREDIKSI ULANGAN KENAIKAN KELAS MATEMATIKA TINGKAT SMP KELAS 8 TAHUN 2014 WAKTU 120 MENIT

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS

03. Selisih dari 7,2 dari 3,582 adalah... (A) 3,618 (B) 3,628 (C) 3,682 (D) 3,728

4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET

PAKET 4. Paket : 4. No Soal Jawaban 1 Luas Segiempat PQRS pada gambar di bawah ini adalah. A. 120 cm 2 B. 216 cm 2 C. 324 cm 2 D. 336 cm 2 E.

GEOMETRI DIMENSI DUA. B. Keliling dan Luas Bangun Datar. 1. Persegi. A s

MATA KULIAH PROYEKSI & PERSPEKTIF

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

MEMASANG KONSTRUKSI BATU BATA BENTUK BUSUR

MATEMATIKA SMP PEMBAHASAN SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL KE-3 TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PAKET 01 FULL DOKUMEN. SMPN 2 LOSARI 2017 Created by Irawan

Transkripsi:

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA MENDATAR, MIRING, DAN TERHALANG Disusun Oleh: 1. Aeny Sugianto 12/330070/TK/39261 2. Ahmad Baihaqi 12/330398/TK/39565 3. Bondan Galih Dewanto 12/332934/TK/39648 4. I Made Sapta Hadi 12/330081/TK/39272 5. Puji Nurhidayah 12/330456/TK/39598 TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA MENDATAR A. Tujuan Mengukur suatu jarak pada area mendatar dengan menggunakan pita ukur dengan 1 memperhatikan ketelitian pengukuran (angka minimal TOR = ) 3000 B. Alat 1. Jalon 3 buah 2. Pita Ukur 1 buah 3. Pen Ukur 3 buah 4. Kapur 5. Paku payung 4 buah C. Teori Pengukuran suatu bidang memiliki bagian penting, yakni membuat garis lurus. Dapat dimengerti bahwa garis lurus ini tidak dapat dibuat seperti menarik garis lurus diatas kertas. Dan garis lurus yang harus dibuat, harus diketahui kedua titik ujungnya. Maka untuk menentukan garis lurus ini, ditentukan titik-titik di lapangan yang letak di garis lurus yang menghubungkan dua titik ujung dengan jumlah yang cukup bnyak, sehingga garis lurus itu keliatan dengan jelas. Titik-titik ini dinyatakan dengan jalon. Tiap-tiap bagian garis lurus yang letak antara dua jalon dianggap sebagai garis lurus. Pengukuran-pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan bayangan daripada keadaan lapangan, dengan menentukan tempat titik-titik diatas permukaan bumi terhadap satu sama lainnya. Untuk mendapatkan hubungan antara titik-titik itu, baik hubungan yang mendatar maupun hubungan-hubungan tegak,diperlukan sudut yang mendatar dan untuk hubungan diperlukan sudut yang tegak (Wongsotjitro, 1985). Pengukuran jarak horizontal dengan pita terdiri atas penetapan panjang yang diketahui pada pita berpembagian skala langsung pada sebuah garis beberapa kali. Dua jenis masalah yang timbuladalah mengukur jarak antara dua jenis tertentu, misalnya dua petak di tanah dan memasang sebuah jarak di satu titik awal saja yang tertentu tempatnya. Pengukuran

dengan pita dilaksanakan dalam enam langkah, meluruskan, member tegangan, pemenggalan, penandaan dengan pita, pembacaan pita ukur, pembacaan jarak dan pencatatan jarak. Penerapan langkah-langkah dengan pengukuran pita ini dapat dilakukan pada bidang datar dan miring (Brinker, 1986). Pelaksanaan pengukuran pada area mendatar dapat dilakukan dengan melakukan beberapa penggalan. Misalkan saja jarak antara A dan B merupakan bidang datar maka jarak A dan B dapat diukur dengan pita ukur. Apabila jarak antara A dan B terlalu panjang dan tidak cukup diukur dengan pita ukur,maka kita bisa melakukan penggalan dalam beberapa titik diantar jarak A dan B. D. Pelaksanaan Praktek

1. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan 2. Menentukan posisi 2 titik yang akan diukur jarak antara keduanya - Jarak minimal 80 meter (tidak boleh kurang) - Ditentukan dengan langkah kaki 3. Melakukan pelurusan dengan jalon - Memasang jalon pada titik A dan B - Menentukan 3 buah titik diantara A dan B sebagai penggalan (titik p, q dan r) - 3 orang memegang jalon dan 1 orang sebagai pengamat melakukan pelurusan 4. Memasang pen ukur/kapur/paku paying pada titik-titik yang telah ditentukan dengan jalon 5. Meletakkan jalon ditanah 6. Menarik pita ukur dari ririk A ke p, lalu catat hasilnya, dengan cara yang sama lakukan pengukuran dari titik p ke q, q ke r, dan r ke B 7. Melakukan pengukuran pulang dari titik B ke A dengan 3 titik penggalan yang berbeda (p, q, dan r ) dengan langkah sama pada poin c, d, e dan f. E. Hasil Dan Pembahasan 1. Hasil No Lokasi Pergi Pulang Ketelitian 1. A (depan gedung Teknik Arsitektur dan PWK) 83,720 m 83,715 m Selisih = (83,720-83,715) m = 0,005 m Rata-rata = (83,720 m+83,715 m) /2 = 83,717 m TOR = 0,005/83,717 = 2. B (Utara gedung Teknik Arsitektur dan PWK) Sketsa Pengukuran 1. Pengukuran Lokasi A 85,496 m 85,492 m 1/16743,5 Selisih = (85,496-85,492) m = 0,004 m Rata-Rata = (85,496 m+85,492 m)/2 = 85,494 m TOR = 0,004/85,494 = 1/21373,5 Pengukuran pergi lokasi A

A 21,950 m p 21,186 m q 20,054 m r 20,530 m B Pengukuran pulang lokasi A A 21,354 p 20,753 m q 20,358 m r 21,250 m B 2. Pengukuran Lokasi B Pengukuran pergi lokasi B A 22,690 m p 21,596 m q 20,548 m r 20,662 m B Pengukuran pulang lokasi B A 20,634 m p 20,938 m q 21,680 m r 22,240 m B 2. Pembahasan Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa, pada lokasi 1 (timur gedung arsitektur dan perencanaan), hasil pengukuran pergi adalah 83,720 m dan hasil pengkuran pulangnya adalah 83,715 m, sehingga rata-rata jaraknya adalah 83,717 m dan selisih jaraknya 0,005 m dengan ketelitian mencapai. Sedangkan pada lokasi 2 (utara gedung arsitektur dan perencanaan), hasil pengukuran pergi adalah 85,496 m dan hasil pengkuran pulangnya adalah 85,492 m, sehingga rata-rata jaraknya adalah 85,494 m dan selisih jaraknya 0,004 m dengan ketelitian mencapai. Dengan TOR lebih dari

, maka dapat dikatakan bahwa data hasil pengukuran jarak langsung baik di lokasi 1 maupun lokasi 2 memenuhi TOR. PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA MIRING A. Tujuan Mengukur suatu jarak pada area miring dengan menggunakan pita ukur dengan 1 memperhatikan ketelitian pengukuran (angka minimal TOR = ). 3000 B. Alat :

1. Pita ukur 1 Buah 2. Pen ukur 3 Buah 3. Unting-unting 2 Buah 4. Paku payung 6 Buah 5. Kapur 3 Batang 6. Jalon 3 Buah C. Teori 1. Pengertian Jarak antara dua buah titik di permukaan bumi dalam ilmu ukur tanah adalah jarak dalam bidang horizontal, yang merupakan jarak terpendek antara 2 buah titik. Jarak dapat diukur atau ditentukan dengan berbagai alat dan cara atau metode, yang pemilihannya tergantung dari alat yang tersedia dan tujuan pengukuran serta tingkat ketelitian yang disyaratkan. Pengukuran jarak dapat dibagi menjadi 2 yakni pengukuran jarak langsung dan pengukuran jarak tidak langsung. Pengukuran jarak langsung adalah pengukuran yang dilakukan langsung terhadap parameternya, misalnya parameternya berupa jarak dan jarak tersebut yang langsung diukur. 2. Alat yang Diperlukan Dalam Pengukuran Jarak Dalam pengukuran jarak langsung diperluka alat utama dan alat alat bantu. Alat - alat utama dalam pengukuran jarak langsung antara lain : 1. Pita ukur yang terbuat dari baja, fiberglass,plastic,kain atau campuran dari padanannya. 2. Pegas ukur yang terbuat dari plat/pita baja dan dilengkapi dengan pegas pengukuran ketegangan. 3. Rantai ukur yang terbuat dari kawat baja. 4. Kayu ukur. Adapun alat alat bantu ukur antara lain : 1. Jalon atau anjir,yaitu tongkat kayu, aluminium atau besi berdiameter 1,5 3 cm dengan panjang 1,5 sampai 3 m yang runcing dibagian bawah dan dicat merah putih atau hitm putih setiap 20 sampai 30 cm, digunakan untuk pelurusan. Tongkat ini bisa berupa satu batang penuh atau berupa dua batang sambungan yang dapat dilepas. 2. Pen ukur terbuat dari kawat baja. Pen ukur berfungsi untuk menandai titik titik pnggalan pada pengukuran jarak langsung. 3. Benang dan unting unting,memiliki fungsi untuk memproyeksikan suatu titik secara vertical ke bawah. 4. Klinometer atau heling meter atau Abney level. 5. Jepitan penarik. 6. Pegas pengukuran ketegangan. 7. Cermin atau prisma penyiku.

3. Tahapan Pengukuran Jarak Langsung Tahapan pengukuran jarak langsung biasanya berbeda beda tergantung dari area yang akan diukur,baik itu area mendatar, miring ataupun area dengan halangan. Namun secara umum pengukuran jarak langsung biasanya melalui tahapan : 1. Penentuan titik titik yang akan diukur. Penentuan titik titik yang akan diukur dapat dilakukan secara manual misalnya saja dengan langkah kaki. 2. Pelurusan arah anatara dua titik yang akan diukur. Pelusuran dilakukan apabila pengukuran tidak dapat dilakukan dengan sekali membentangkan pita ukur karena jarak yang diukur melebihi panjang pita ukur dan atau permukaan tanahnya tidak mendatar, sehingga jarak tersebut perlu dipenggal penggal agar pada setiap penggalan dapat dilakukan pengukuran jarak dengan sekali membentangkan pita ukur dan pita ukur dapat ditarik hingga mendatar. 3. Pelaksanaan pengukuran jaraknya sendiri. Pengukuran jarak langsung minimal dilakukan oleh 2 orang, orang pertama memegangi bagian awal pita ukur, dan orang kedua menarik pita ukur dibagian yang lain. Pengukuran Pada Area Miring.

Pada medan yang miring, misalnya saja A ke B adalah jarak yang berisi area miring, maka dalam pengukurannya bisa dibantu dengan unting unting. Dalam pengukuran jarak dalam area miring perlu dilakukan pelurusan dan pembuatan penggalan - penggalan lebih dahulu. Baru kemudian dilakukan pengukuran jarak untuk setiap penggalannya. Disini pita ukur ditarik sehingga mendatar ( bisa dengan alat khusus dan pengukur ketegangan ) dan batas penggal jarak yang diukur ditanah diperoleh dengan bantuan unting unting yang digantung dengan benang dari pita ukur yang direntangkan dan padaa ujung unting unting diatas tanah ditancapkan pen ukur. Angka bacaan jarak dibaca pada angka yang berimpit dengan benang unting unting. Selain dengan cara tersebut pengukuran dapat pula dilakukan dengan permukaan tanah yang miring, kemudian besarnya kemiringan medannya ( Ɵ ) diukur dengan alat klinometer atau Abney level sehingga jarak datar sama dengan jarak miring cos Ɵ. 4. Pencatatan hasil pengukuran Agar data ukuran-ukuran jarak yang banyak tidak membingungkan dan menjadi lebih sistematik dan mudah dipahami orang lain, maka data tsb dicata dalam formulir ukur atau buku ukur dan disertakan sket pengukuran, arah pengukuran dan cara penulisan data dengan aturan yang baku atau seragam. 4. Kesalahan Dalam Pengukuran Jarak Langsung Secara umum kesalahan pengukuran jarak dapat dikategorikan menjadi 3 : 1. Mistake atau blunder atau kesalahan besar, umumnya terjadi karena ketidak cermatan dari surveyor. Misalnya saja salah pencataatan. 2. Kesalahan sistematik, kesalahan yang umumnya bersumber dari alat. Kesalahan ini makin kecil bila alat yang digunakan makin baik. Cara yang biasanya dilakukan untuk menghilangkan kesalahan sistematik adalah dengan kalibrasi dan melakukan pengukuran sesuai dengan SOP ( Standar Operational Prosedur ) 3. Kesalahan random,merupakan kesalahan yang tersisa (umumnya kecil) sesudah kesalahan besar dan kesalahan besar dihilangkan. Beberapa contoh lain kesalahan dalam pengukuran jarak langsung antara lain pita ukur tidak betul betul mendatar, unting unting tidak vertiakl betul

karena hembusan angina, pelurusan yang tidak seksama,panjang pita ukur tidak standar, kesalahan membaca angka pita ukur, dan lain lain. D. Pelaksanaan Praktek 1. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan. 2. Menentukan lokasi 2 titik yang akan diukur jarak antara keduanya (titik A dan B). a. Jarak minimal 80 meter ( tidak boleh kurang dari 80 meter). b. Ditentukan dengan langkah kaki (tidak boleh menentukan jarak langsung menngunakn pita ukur). 3. Melakukan pelurusan dengan jalon. a. Memasang jalon pada titik A dan B. b. Menentukan titik-titik di antara A dan B sebagai penggalan. c. 3 orang memegang jalon dan 1 orang sebagai pengamat melakukan pelurusan. 4. Memasang pen ukur/kapur/paku payung pada titik-titik yang sudah ditentukan dengan jalon. 5. Meletakkan jalon di tanah. 6. Pada area pengukuran yang bidangnya mendatar, pengukuran dilakukan dengan pita ukur dari titik awal sampai titik akhir di bidang mendatar. Kemudian catat hasil pengukuran. 7. Pada area pengukuran yang bidangnya miring, pengukuran dilakukan dengan pita ukur yang dibantu dengan unting-unting. a. Menempatkan unting-unting secara vertical tepat pada titik penggalan sampai terjadi keseimbangan. b. Menarik pita ukur secara mendatar sampai pada benang unting-unting, sehingga keduanya tegak lurus.

c. Catat hasil pengukuran yang terlihat pada pita ukur yang berpotongan dengan unting-unting. 8. Melakukan pengukuran pulang titik B ke A dengan membuat titik-titik penggalan yang baru. Langkah pengukuran sama dengan yang tercanutm pada poin 3 sampai dengan 7. E. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil NO LOKASI PERGI PULANG KETELITIAN 1. Area miring dari tugu teknik menuju KPFT 100,106 m 100,110 m Rata-rata : 100,108 m 100,110-100,106 = 0,004 m TOR = = 2. Area miring samping kantin teknik (sebelah timur) 92,814 m 92,826 m Rata-rata : = 92,820 m = 0,012 m TOR = =

Sketsa Pengukuran Lokasi 1 Pergi 100,106 m A 15,694 m a 5,480 m b Pulang 4,624 m c 27,638 m d 4,412 m e 5,590 m f 19,728 m g 16,940 m B 100,110 m A 15,694 m a 5,138 m b 5,210 m c 27,396 m d 4,938 m e Lokasi 2 5,064 m f 18,332 m g 18,338 m B Pergi 92,814 m A 25,664 m a 9,323 m b 9,750 m c 12,420 m d 14,008 m e 21,740 m B

Pulang 92,826 m A 25,456 m a 9,942 m b 10,180 m c 11,494 m d 12,176 m e 23,578 m B 2. Pembahasan Dalam pengukuran jarak pada area miring ini diperlukan alat bantu yakni unting unting sebagai alat untuk memproyeksikan suatu titik secara vertical ke bawah. Dalam pengukuran jarak langsung pada area miring, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain : a. Titik penggalan di area miring. Jarak antara titik penggalan diarea kemiringan dengan area datar sebelum masuk area miring harus diperkirakan, agar pada saat unting unting digunakan, pita ukur dapat tegak lurus / berpotongan dengan tali unting unting. Apabila titik penggalan pada bidang miring terlalu jauh dengan area datarnya maka kemungkinan pita ukur tidak dapat bertpotongan / tegak lurus dengan tali unting unting. b. Posisi unting unting Posisi unting unting harus benar benar lurus kearah vertical. Sedikit saja bergeser atau miring maka hasil pengukuran akan kurang akurat.. c. Ketegangan dan kelurusan pita

Ketegangan pita berkaitan dengan tenaga yang kita berikat dalam menarik pita ukur. Usahakan ketegangan pita dalam setiap pengukuran itu sama sehingga pengukuran lebih akurat. Untuk kelurusan pita itu juga sangat penting terutama saat mengukur di area miring,pita harus lurus dan tegak lurus pada tali unting unting. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa, pada lokasi 1 yang terletak di Area miring dari tugu teknik menuju KPFT, hasil pengukuran pergi adalah 100,106 m dan hasil pengkuran pulangnya adalah 100,110 m, sehingga rata-rata jaraknya adalah 100,108 m dengan ketelitian mencapai. Sedangkan pada lokasi 2 yang terletak di Area miring samping kantin teknik (sebelah timur), hasil pengukuran pergi adalah 92,814 m dan hasil pengkuran pulangnya adalah 92,826 m, sehingga rata-rata jaraknya adalah 92,820 m dengan ketelitian mencapai. Dengan TOR lebih dari, maka dapat dikatakan bahwa data hasil pengukuran jarak langsung baik di lokasi 1 maupun lokasi 2 baik. PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA TERHALANG A. Tujuan Untuk mengetahui cara pengukuran pada bidang yang terdapat halangannya dan untuk mengetahui jarak pada pada bidang tersebut B. Alat 1. Jalon 3 buah 2. Pita Ukur 1 buah 3. Pen Ukur 3 buah

C. Teori 4. Kapur 5. Paku payung 4 buah 6. Benang bangunan yang salah satu ujungnya diikatkan paku Di lapangan, dua titik yang akan diukur jaraknya kadang-kadang tidak langsung dapat saling terlihat karena adanya halangan. Halangan tersebut dapat berupa gedung atau rumah, semak-semak, rumpun bambu, bukit, tanggul sungai atau bahkan harus menyeberang sungai yang cukup lebar. Apabila di lapangan akan dibuat sebuah garis melalui suatu obyek dan garis tersebut tegak lurus terhadap garis lain dengan peralatan yang sederhana,maka dapat dikerjakan dengan beberapa macam cara antara lain, dengan: 1. Perbandingan sisi segitiga siku-siku. D A C E B 2. Mengukur titik tengah tali busur. C D A E 3. Bantuan cermin penyiku atau prisma penyiku. F B

(Basuki, Slamet : 2011) D. Pelaksanaan Praktek 1. Terhalang mobil A Mobil a. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan. b. Menentukan 2 titik, A dan B, (menggunakan jalon) yang akan diukur jaraknya dan C payung sebagai titik E. h. Menghubungkan titik A dan E, sehingga AE tegak lurus BC. i. Mengukur jarak garis AE dan garis BE menggunakan Gedung pita ukur. j. Menghitung jarak AB dengan menggunakan rumus phytagoras. k. Mencatat hasil pengukuran dan perhitungan. E diantaranya terdapat halangan berupa mobil. c. Menandai titik A dan B menggunakan pen ukur. d. Menggunakan metode busur, membuat busur lingkaran menggunakan benang bangunan dan paku dengan pusat titik A. e. Membuat garis lurus dari titik B yang memotong busur lingkaran yang telah dibuat. f. Menandai dengan kapur/ tipex/ paku payung titik perpotongan antara garis lurus dari B dan busur lingkaran yang berpusat di A sebagai titik C dan D. g. Menentukan titik tengah garis CD dan menandainya dengan kapur/ tipex/ paku 2. Terhalang gedung D B B D I J E F G H C

a. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan. b. Menentukan 2 titik, A dan B, (menggunakan jalon) yang akan diukur jaraknya dan diantaranya terdapat halangan berupa gedung. c. Menandai titik A dan B menggunakan pen ukur. d. Menggunakan metode busur, membuat busur lingkaran menggunakan benang bangunan dan paku dengan pusat titik A. e. Dengan cara yang sama, membuat busur lingkaran menggunakan benang bangunan dan paku dengan pusat titik B. f. Membuat garis lurus sembarang menggunakan pita ukur (jalon untuk pelurusan) yang memotong busur lingkaran yang berpusat di A dan B, misal CD di luar gedung yang saling terlihat. g. Menandai titik perpotongan antara garis CD dan busur lingkaran yang berpusat di A (sebagai titik E dan F) dan berpusat di B (sebagai titik G dan H) menggunakan kapur/ tipex/ paku payung. h. Menentukan dan menandai (menggunakan kapur/ tipex/ paku payung) titik tengah garis EF sebagai titik I dan titik tengah garis GH sebagai titik J. i. Mengukur jarak AI, BJ, danij menggunakan pita ukur. j. Menghitung jarak AB dengan menggunakan metode phytagoras. - Mencari alas segitiga dengan cara mengurangkan panjang garis AI dengan garis BJ. - Tinggi segitiga sama dengan panjang garis IJ.

E. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil 1. Hasil a. Terhalang mobil C A Titik Dari Ke Jarak Terukur (m) B C 10,288 B D 6,214 E B E 8,251 Mobil C D 4,074 C/D E 2,037 A E 3,538 D A B 8,978 B Sketsa b. Terhalang gedung D Titik Dari Ke Jarak Terukur (m) C D 20,802 G H 3,64 E F 6,07 A Gedung K B I J E F G H E/F I 3,035 G/H J 1,82 A I 7,712 I J 11,935 B K 11,935 B J 2,248 A K 5,464 A B 13, 126 C Sketsa

2. Pembahasan a. Terhalang mobil Pengukuran jarak antara titik A dan B dilakukan dengan metode busur dengan titik A sebagai titik tumpu, kemudian tarik garik lurus dari B hingga mengalami perpotongan sebanyak dua kali pada busur yang telah dibuat, tandai dan ukur kedua titik perpotongan tersebut (Titik C dan D) kemudian titik tengah antara kedua titik perpotongan (Titik E) akan tegak lurus dengan B (90 0 ), sehingga dapat dipastikan bahwa segitiga AEB adalah segitiga siku-siku. Dengan begitu dapat dilakukan pengukuran dari A ke B dengan menggunakan teorema phytagoras sebagai berikut : Jarak BC = 10,288 m BD = 6,214 m CD = 4,074 m CE = DE = 2,037 m BE = BD+DE = 6, 214 m + 2, 037 m = 8,251 m AE = 3,538 m AB = = = = = 8,978 m b. Terhalang gedung Metode pengukuran titik A dan dilakukan dengan cara yang hampir sama dengan pada pengukuran di area pertama I. Pada pengukuran di area II kali ini, pengukuran jarak A dan B dilakukan dua kali metode busur dengan dua titik sumbu yakni titik A dan B. Setelah terbentuk dua buah busur tarik garis lurus sembarang (dari titik C ke D) yang memotong kedua busur tersebut. Tandai titik perpotongan antara garis CD dengan busur yang berpusat pada titik A (titik E dan F) dan busur yang berpusat pada titik B (titik G dan H), kemudian lakukan pengukuran untuk mendapatkan titik tengah

antara titik E dan F (titik I) dan antara titik G dan H (titik J), dimana keduanya (titik I dan J) tegak lurus terhadap titik C (90 0 ). Selisih antara garis AI dengan BJ akan membentuk garis AK. Sehingga pada akhirnya terbentuk segitiga AKB yang siku-siku. Dengan begitu pengukuran dapat dilakukan dengan teorema Phytagoras sebagai berikut : Jarak CD = 20,802 m GH = 3,64 m EF = 6,07 m EI = FI = 3,035 m GJ = HJ = 1,82 m AI = 7,712 m BJ = 2,248 m IJ = BK = 11,935 m AK = AI-BJ = 7,712 m - 2,248 m = 5,464 m AB = = = = = 13,126 m DAFTAR PUSTAKA Basuki, Slamet.2012. Ilmu Ukur Tanah Edisi Revisi.Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. http://informasi-budidaya.blogspot.com/2010/02/pengukuran-jarak-horizontal.html