ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DIMENSIA. OLEH: Ns. SATRIA GOBEL, M.Kep, Sp. Kom

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Inta Lismayani, saat ini sedang menjalani pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN

LAMPIRAN. : dr.saulina Dumaria Simanjuntak. 1. Penyediaan obat-obatan : Rp Akomodasi dan transportasi : Rp

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Rita Sibarani, saat ini sedang menjalani pendidikan

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Perkenalkan nama saya dr. Maulina Sri Rizky, saat ini saya sedang

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

FORMAT PENGKAJAN FISIK KLIEN GERONTIK. Jenis Kelamin : Suku : Agama : Status Perkawinan : Tanggal Pengkajian :

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB 7 PENURUNAN DAYA INGAT

manusia mengalami banyak perubahan dari segi fisik dan mental. Penuaan adalah salah satu

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

PEDOMAN PELAKSANAAN LABORATORIUM

III. METODE PENELITIAN. sekaligus dalam suatu waktu (Notoatmodjo, 2012). Penelitian dilakukan di posyandu lansia Puskesmas Kedaton, Bandar Lampung

KOMUNIKASI DAN WAWANCARA KLINIS

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN. FATWA IMELDA, S.Kep, Ns

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf juga bertanggung jawab sebagai sietem persepsi, perilaku dan daya

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KMSJ Kartu Menuju Sehat Jiwa

asuhan keperawatan Tinnitus

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

Depresi pada Lansia. Masalah Keperawatan Risiko Bunuh Diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan dan perkembangan suatu negara telah

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

FORM OBSERVASI Mini Mental State Examination (MMSE)

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah seorang laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Judul: FAKTOR YANG MENYEBABKAN NYERI SENDI PADA LANSIA DI UPT PSLU KABUPATEN MAGETAN Oleh:

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

Demensia. DEMENTIA / Indonesian Copyright 2016 Hospital Authority. All rights reserved 1

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Berdasarkan statistik, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2020 akan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

Koping individu tidak efektif

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

A. Bagian-Bagian Otak

Pengantar Biopsikologi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

Transkripsi:

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DIMENSIA OLEH: Ns. SATRIA GOBEL, M.Kep, Sp. Kom

PERUBAHAN PADA LANSIA Anatomi Dewasa Perubahan pada lansia Otak Saraf otonom Sistem saraf perifer Otak terletak di dalam rongga kepala, yang pada orang dewasa sudah tidak dapat lagi membesar, sehingga bila terjadi penambahan komponen rongga kepala akan meningkatkan tekanan intra cranial. 1. Saraf simpati Bekerja untuk meningkatkan denyut jantung dan pernafasan serta menurunkan aktifitas saluran cerna. 2. Saraf parasimpatis Bekerjanya berlawanan dari saraf simpatis. 1. Saraf aferen Fungsinya membawa informasi sensorik baik disadari maupun tidak disadari, dari kepala, pembuluh darah dan ekstermitas, menyampaikan rangsangan dari luar ke pusat 2. Saraf eferen Fungsinya pembawa informasi sensorik dari otak menuju ke luar dari susunan saraf pusat ke berbagai sasaran (sel otot/kelenjar) Pada Lansia, akibat penuaan, otak kehilangan 100.000 neuron/tahun. Terjadi penebalan atropi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. terjadinya gangguan otonom pada usia lanjut adalah penurunan asetolikolin, atekolamin, dopamine, noradrenalin. 1. Saraf aferen terjadi penurunan penyampaian informasi sensorik dari organ luar yang terkena ransangan. 2. Saraf eferen penurunan fungsi saraf eferen pada sistem saraf perifer. Medulla spinalis 1. Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu, Cornu motorik/ cornu ventralis. 2. Mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks lutut. mempengaruhi pergerakan otot dan sendi di mana lansia menjadi sulit untuk menggerakkan otot dan sendinya secara maksimal.

PERUBAHAN SISTEM NEUROLOGIS Distribusi neuron kolinergik, norepinefrin, dan dopamin yang tidak seimbang, dikompensasi oleh hilangnya sel-sel Peningkatan serotonin dan penurunan kadar norepinefrin Kehilangan jumlah dopamin DAMPAK menghasilkan sedikit penurunan intelektual depresi pada lansia kekakuan dan parkinson

Manifestasi defisit neurologi Perubahan fisik Perubahan fungsi Perubahan kognisi-komunikasi Perubahan psikososial

Masalah akibat perubahan sistem persarafan pada lansia Gangguan pola istirahat tidur Gangguan gerak langkah (GAIT) Gangguan persepsi sensori Gangguan eliminasi BAB dan BAK Kerusakan komunikasi verbal

Demensia Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada demensia adalah inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan social (Aru w. Sudoyo, 2009).

Klasifikasi Demensia Alzheimer Demensia Vaskular Stadium awal Stadium menengah Stadium lanjut

Etiologi 1. Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit alzheimer, yang penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti, namun diduga penyakit Alzheimer disebabkan karena adanya kelainan faktor genetik atau adanya kelainan gen tertentu. 2. Penyebab kedua dari Demensia yaitu, serangan stroke yang berturut-turut. 3. Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati c. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati

Manifestasi Klinis Penurunan activity of daily living (ADL), Perilaku okupasional Partisipasi sosial, Gangguan psikologis Gangguan perilaku Menurut DSM IV

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium rutin pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) Imaging Pemeriksaan neuropsikologis Pemeriksaan EEG Pemeriksaan genetika Pemeriksaan cairan otak

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL MINI (MMSE) No Tes Nilai ORIENTASI 1. Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal), hari apa? 5 2. Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai kamar) 5 REGISTRASI 3. Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan 3 ATENSI DAN KAKULASI 4. Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau 5 disuruh mengeja tebalik kata WAHYU (nilai di berikan huruf yang benar sebelum kesalahan: minsalnya uyahw 2 nilai MENGINGAT KEMBALI (RECALL) 5. Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda diatas 3 BAHASA 6. Pasien di suruh menyebut nama benda yang di tunjukkan (pensil, buku) 2 7. Pasien di suruh mengulang kata-kata namun, tanpa, bila 1 8. Pasien di suruh melakukan perintah ambil kertas itu dengan tangan anda, lipatlah 3 menjadi dua dan letaklah dilantai 9. Pasien di suruh melakukan perintah pejamkanlah mata anda 1 10. Pasien disuruh menulis dengan spontan 1 11. Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini 1 TOTAL 30

Penatalaksanaan 1.Terapi medika mentosa 2.Terapi non medika mentosa

Pengkajian 1. Identitas 2. Keluhan utama 3. Pemeriksaan fisik 4. Psikososial 5. Hubungan social 6. Spiritual 7. Status mental 8. Interaksi selama wawancara 9. Persepsi 10. Proses berpikin 11. Tingkat kesadaran 12. Memori 13. Tingkat konsentrasi 14. Kemampuan penilaian 15. Kebutuhan klien sehari-hari

Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel). 2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kemampuan merawat diri. 3. Resiko cidera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan.

Rencana Keperawatan NO Diagnosa Keperawatan Tujuan & KH Intervensi Rasional 1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel) Tujuan : Setelah diberikan tindakan 3 x 24 jam keperawatan diharapkan klien mampu mengenali perubahan dalam berpikir dengan KH: Mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani konsekuensi kejadian yang menegangkan terhadap emosi & pikiran tentang dirinya Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang negative. Mandiri 1. Kembangkan lingkungan yg mendukung & hubungan klienperawat yg terapeutik. 2. Pertahankan lingkungan yg menyenangkan dan tenang. 3. Tatap wajah ketika berbicara dengan klien. 4. Panggil klien dengan namanya. 5. Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada klien. 6. Gunakan kata-kata pendek, kalimat, dan instruksi sederhana(tahap demi tahap). 7. Ciptakan aktivitas sederhana, bermanfaat, dan tidak bersifat kompetitif sesuai kemampuan klien. 8. Evaluasi pola tidur. Kolaborasi 1. Berikan obat sesuai indikasi 1. Mengurangi kecemasan dan emosional. 2. Kebisingan merupakan sensori berlebihan yg meningkatkan gangguan neuron. 3. Menimbulkan perhatian, terutama pada klien dg gangguan perceptual. 4. Nama adalah bentuk identitas diri & menimbulkan pengenalan terhadap realita & klien. 5. Meningkatkan pemahaman. Ucapan tinggi & keras menimbulkan stress yg mencetuskan konfrontasi & respon marah. 6. Seiring perkembangan penyakit, pusat komunikasi dlm otak terganggu sehingga menghilangkan kemampuan klien dlm respons penerimaan pesan & percakapan secara keseluruhan. 7. memotivasi klien dlm cara yang menguatkan kegunaannya & kesenangan diri serta merangsang realita. 8. Kurang tidur dpt mengganggu proses piker & kemampuan koping klien. Kolaborasi 1. Untuk mengurangi rasa defresi pada klien.

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kemampuan merawat diri Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan klien dapat merawat dirinya sesuai dengan kemampuannya dengan KH : Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dg tingkat kemampuan. Mandiri : 1. Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri, seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi. 2. Identifikasi kebutuhan kebersihan diri & berikan bantuan sesuai kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit, bersihkan kaca mata, & gosok gigi. 3. Perhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yg fisiologis. 4. Beri banyak waktu untuk melakukan tugas. 5. Bantu mengenakan pakaian yang rapi dan indah. 1. Memahami penyebab yg mempengaruhi intervensi. Masalah dpt diminimalkan dengan menyesuaikan atau memerlukan konsultasi dari ahli lain. 2. Seiring perkembangan penyakit, kebutuhan kebersihan dasar mungkin dilupakan. 3. Kehilangan sensori dan penurunan fungsi bahasa menyebabkan klien mengungkapkan kebutuhan perawatan diri dg cara nonverbal, seperti terengahengah, ingin berkemih dengan memegang dirinya. 4. Pekerjaan yg tadinya mudah sekarang menjadi terhambat karena penurunan motorik & perubahan kognitif. 5. Meningkatkan kepercayaan untuk hidup.

3. Resiko cidera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam diharapkan Risiko cedera tidak terjadi dengan KH : Meningkatkan tingkat aktivitas. Dapat beradaptasi dengan lingkungan untuk mengurangi risiko trauma/ cedera. Mandiri 1. Kaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan persepsi visual. Bantu keluarga mengidentifikasi risiko terjadinya bahaya yang mungkin timbul. 2. Hilangkan sumber bahaya lingkungan. 3. Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi/ berbahaya, memenjat pagar tempat tidur. 4. Kaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik, gangguan penglihatan, gangguan gastrointestinal). 1. Mengidentifikasi risiko di lingkungan dan mempertinggi kesadaran perawat akan bahaya. Klien dengan tingkah laku impulsi berisiko trauma karena kurang mampu mengendalikan perilaku. Penurunan persepsi visual berisiko terjatuh. 2. Klien dengan gangguan kognitif, gangguan persepsi adalah awal terjadi trauma akibat tidak bertanggung jawab terhadap kebutuhan keamanan dasar. 3. Mempertahankan keamanan dengan menghindari konfrontasi yang meningkatkan risiko terjadinya trauma. 4. Klien yang tidak dapat melaporkan tanda/gejala obat dapat menimbulkan kadar toksisitas pada lansia. Ukuran dosis/ penggantian obat diperlukan untuk mengurangi gangguan.