BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang
|
|
- Liani Dewi Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang dapat menimbulkan perilaku aneh, tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran mengelola, dan tampak tidak kenal dengan orang lain ( Struart and Sundeen, 1998 ). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenernya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar ( Maramis, 1998 ) Keyakinan tentang halusinasi adalah sejauh mana pasien itu yakin bahwa halusinasinya merupakan kejadian yang benar, umpamanya mengetahui bahwa hal itu tidak benar, ragu-ragu atau yakin sekali bahwa hal itu benar adanya ( Maramis, 2004 ) B. Jenis-jenis Halusinasi Jenis - jenis Halusinasi Menurut Stuart, GW Dan Lauria, M. T, ( 2001 ) 1. Halusinasi Pendengaran Karakteristik : Mendengar suara - suara atau ke bisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahwa sampai kepercakapan lengkap antara dua orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi. pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkatan bahwa pasien di suruh untuk melakukan sesuatu kadang - kadang membahayakan. 2. Halusinasi Penglihatan 6
2 Karakteristik : Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar, geometris kartoon, bayangan yang rumit atau komplek bayangan biasa menyenangkan atau menakutkan. 3. Halusinasi Penghidungan Karakteristik : Membaui bau bau tertentu seperti bau darah, urin atau feses, 4. Halusinasi Pengecapan Karakteristik : Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atan feses. 5. Halusinasi Perabaan Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang dating dari tanah, benda mati atau orang lain. 6. Halusinasi Cenesthetic Karakteristik : Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan, atau pembentukan urin. 7. Halusinasi Knesthetic Karakteristik : Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri. C. Fase- fase Halusinasi Menurut Stuart dan Laraia, 2001 dan Beck, Rawlins dan William,1993 : 34 fasefase halusinasi meliputi : a. Fase Comforting Klien mengalami ansietas sedang dan halusinasi yang menyenangkan. Klien mengalami perasaan menclalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah, takut dan mencoba untul c berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa pikiran pikiran dan pengalaman sensori berada d alam kendali kesadaran, jika ansietas dapat ditangani. Fase ini bersifat non psikotik. Perilaku klien : menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang ccpat, diam dan asyik sendiri, respon verbal yang lambat jika sedang 7
3 asyik. b. Fase Condemning. Klien mengalami ansietas berat dan halusinasi menjadi menjijikkan. Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mun g kin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. Fase nt bersifat psikotik ringan. Perilaku klien : meningkatnya tanda tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. Rentang perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita. c. Fase Controlling Klien mengalami ansietas berat dan pengalaman sensori menjadi berkuasa. Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti. Fase ini bersifat psikotik. Perilaku klien : kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti, kesukaran berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit. d. F a s e C o n q u e r i n g Klien mengalami panik dan umumnya menjadi rnelebur dalam halusinasi. Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Halusinas1 berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik. Fase ini bersifat psikotik berat. Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi kuat suicide atau homicide. Aktivitas fisik merelleksikan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan, agitasi, 8
4 menarik diri atau katatonia dan tidak mampu berespon terhadap perintah yang komplek. D. Rentang Respon Neurobiologik Respon perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon yang berhubungan dengan fungsi neurobiologik. Perilaku yang dapat diamati dan munglin menunjukkan adanya halusinasi disajikan dalam table berikut : Respon Adaptif Rentang mal adaptif Pikiran logis Persepsi akurat Emosi konsisten Perilaku sesuai Hubungan sosial Pikiran kadang menyimpang Ilusi Reaksi emosional berlebihan atau kurang Perilaku ganjil atau tak lazim Menarik diri Kelainan pikiran delusi Halusinasi Ketidakmampuan untuk mengatur emosi Ketidakteraturan perilaku Isolasi sosial ( Stuart and Sundeen, 2001 ) Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi perlu mengetahui tingkat intensitas halusinasi atau tingkat perkembangan halusinmasi : Adapun halusinasi berkembang melalui empat tahap menurut Stuart and Sundeen, 1998, yaitu sebagai berikut : 1. Tahap Pertama ( menenangkan ansietas tingkat sedang ) Secara umum halusinasi bersifat menyenangkan, orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa bersalah, dan takut 9
5 serta mencoba untuk memusatkan pada penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas, individu mengetahui nahwa pikiran dan sensori yang dialami tersebut dapat dikendalikan jika ansietasnya nisa diatasi. 2. Tahap Kedua ( menyalahkan ansietas tingkat berat ) Secara umum halusinasi menjijikan, pengalaman sensori bersifat menjijikan dan menakutkan, orang yang berhalusinasi mulai berasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersiapkan, individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain. 3. Tahap Ketiga ( mengendalikan ansietas tingkat berat ) Pengalaman sensori menjadi penguasa, orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya, isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain. 4. Tahap Keempat ( menaklukan ansietas tingkat panik ). ( Struart and Sundeen, 1998) Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan solusi,pengalaman sensorimungkinmenakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik. 10
6 E. Etiologi 1. Faktor Predisposisi Adapun factor predisposisi yang dapat mengakibatkan gangguan orientasi realitas halusinasi menurut Stuart and Sundeen, (1998) meliputi aspek biologis, psikologis, dan sosial budaya. a. Gangguan perkembangan otak dan fungsi otak atau susunan saraf pusat dapat menimbulkan gangguan orientasi realita, misalnya : 1. Hambatan perkembangan otak khususnya kortek frontal, temporal, dan limbi. Gejala yang mungkin : hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat, dan mungkin muncul perilaku menarik diri atau kekerasan. 2. Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus, dan kanak kanak. b. Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien, penolakan dapat dirasakan dari ibu, pengasuh atau teman yang bersikap dingin, cemas, tidak sensitive, atau bahkan terlalu melindungi. c. Kehidupan sosial budaya dapat pula mengakibatkan gangguan realita, seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya misalnya peperangan, kerusuhan, dan juga kehidupan yang terisolasi disertai stress yang menumpuk. 2. Fakator Presipitasi Factor presipitasi atau pemicu dari gangguan orientasi realita. Pemicunya adalah precursor dan stimuli yang sering menimbulkan episode baru suatu penyakit. 11
7 Pemicunya yang biasanya terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptive berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku individu. Halusinasi dapt terjadi juga karena respon metabolic terhadap stress. Stress yang berlebih dapat mengganggu system metabolisme tubuh yang akan mengeluarkan suatu zat yang bersifat halusinogenik, yang dapat menyebabkan terjadinya halusinasi. ( Stuart and Sundeen, 1998 ). F. Tanda dan Gejala Seseorang yang mengalami halusinasi akan menunjukan beberapa perubahan dalam berbagai segi yaitu : segi fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual. 1. Segi Fisik Seseorang yang mengalami halusinasi dalam menggunakan pakaian tidak sesuai, misalnya : memakai sweater saat cuaca panas, dan pada saat dingin tidak memakainya, mungkin lupa mengikat sepatu, menutup resleting, kurang memperhatikan personal hygiene yaitu malas gosok gigi, mandi, tidak menyisir rambut, dan tidak ganti pakaian. 2. Segi Emosi Klien dengan halusinasi efeknya tidak sesuai, emosinya tidak sesuai dengan stimulus yang ada. Terjadi kecemasan yang berat, terdapat perasaan berdosa, mudah tersinggung dan bermusuhan. 3. Segi Intelektual Dalam hal segi intelektual terdapat gangguan menilai dan berfikir, motivasi dalam dirinya kurang, isi pikirannya tidak logis dan tidak realitas. Terjadi regresi 12
8 yaitu menghindari stress terhadap karakteristik perilaku dari tahap perkembangan yang lebih awal dan depresi, serta dalam komunikasi klien sering berbicara sendiri, sirkumtantial. ( pembicaraannya berbelit belit, tapi sampai pada tujuan pembicaraannya ) 4. Segi Sosial Klien yang mengalami halusinasi cenderung menarik diri dari orag lain, tidak percaya pada orang lain. Sehingga terjadi gangguan dalam berhubungan dengan orang lain. 5. Segi Spiritual. Klien mengalami perasaan mudah putus asa serta kualitas hidupnya menurun karena tidak dapat mengatasi stress dan cemas. G. Mekanisme Koping Mekanisme koping yang sering digunaka klien dengan halusinasi adalah proyeksi yaitu mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tenggung jawab kepeda orang lain atau sesuatu benda. H. Masalah keperawatan Adapun masalah yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi antaralain adalah: 1. Resiko tinggi mencederai diri sendiri, oranglain, maupun lingkungan 2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan 3. Isolasi sosial : menarik diri 13
9 I. Pohon Masalah 4. Gangguan konsep diri : hargadiri rendah Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan ( core problem ) Isolasi sosial : menarik diri Gangguan konsep diri : hargadiri rendah ( Keliat, 1998 ) J. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori halusinasi penglihatan 2. Perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri 3. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan hargadiri rendah K. Fokus Intervensi 1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori halusinasi. a. TUM Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain 14
10 b. TUK 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 1.1. Mengapa klien dengan ramah baik verbak maupun non verbal memperkenalkan diri dengan sopan tanyakan nama lengkap klien dan nama yang disukai klien. Jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, tunjukan skap empati dan menerima klien apa adanya, beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien. 2. Klien dapat mengenal halusinasinya Tindakan keperawatan 2.1. Adakan kontak sering singkat 2.2. Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya 2.3. Bantu klien mengenal halusinasinya Tanyakan apakah ada suara / sesuatu yang dilihat oleh klien / didengar klien Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan / dilihatnya Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara. melihat itu, namun perawat sendiri tidak mendengar / melihatnya Katakan bahwa perawat akan membantu klien 2.4. Diskusikan dengan orang lain 15
11 Situasi yang menimbulkan / tidak menimbulkan halusinasi Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( marah, senang, sedih, pagi, sore, siang ) beri kesempatan mengungkapkan perasaannya 2.5. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi ( takut, senang, sedih ) beri kesempatan mengungkapkan perasaannya 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya 3.1. Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri, dan lain lain ) 3.2. Diskusikan manfaat cara baru untuk mengontrol / halusinasi yang dilakukanklien, jika bermanfaat beri pujian Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya halusinasi. Katakan saya tidak mendengar / tidak mau lihat kamu ( pada saat halusinasi terjadi ) Menemui orang lain ( perawat temui anggota keluarga ) untuk bercakap cakap tentang halusinasi yang dilihat / didengar. Membuat jadwal kegiatan sehari hari agar halusinasi tidak muncul 3.4. Bantu jadwal kegiatan sehari hari agar halusinasi tidak muncul bertahap. 4. Klien mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinya 16
12 4.1 Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga jika mengalami halusinasi. 4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung) Gejala halusinasi yang dialami klien Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, berpergian bersama. Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan, halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai orang lain. 5. Klien memanfaatkan obat dengan baik 5.1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat 5.2. Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan rasakan manfaatnya 5.3. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip tukar 5.4. Diskusikan akibat berhenti obat obat tanpa konsultasi. 2. Perubahan Persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan menarik diri. a. TUM 17
13 Klien dapat berinteraksi dengan orang lain b. TUK 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan keperawatan 1.1. Bila hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapentele. 2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Tindakan keperawatan 2.1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda tandanya 2.2. Beri kesempatan kepeda klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak bergaul. 3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Tindakan keperawatan 3.1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain 3.2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain Diskusikan bersama klien tentang kunjungan berhubungan dengan orang lain 3.4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan pengungkapan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain. 18
14 3.5. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain Beri reinforcement positif terhadao kemampuan pengungkapan perasaan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. 4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap. Tindakan keperawatan 4.1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain Dorong dan batu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap K-P, K-P-P lain K lain, K-P-keluarga / kelompok / masyarakat Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai 4.4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan 4.5. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan 4.6. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam ruangan. 5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain. Tindakan keperawatan 5.1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan manfaat berhubungan dengan orang lain. 19
15 6. Klien dapat memperdayakan system pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain. Tindakan keperawatan 6.1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga 6.2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang penyebab, akibat menarik diri dan cara menghadapi klien Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan pada klien untuk berkomunikasi dengan orang orang lain dan beri reinforcement keluarga. ( Kelliat, 1998 ) 20
BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Persepsi ialah daya mengenal barang, kwalitas atau hubungan serta perbedaan antara suatu hal melalui proses mangamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indranya
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya
BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian
Lebih terperinciBAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu
BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal / eksternal (Carpenito,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)
BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merusak stimulasi yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih Pengertian Hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan ra ngsangan internal(pikiran) dan rangsangan eksternal(dunia
Lebih terperinciMERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI
MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI Oleh : ERFANDI A. Definisi Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Halusinasi 2.1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diprakarsai secara internal atau eksternal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi Halusinasi didefinisikan sebagai terganggunya persepi sensori seseorang, tetapi tidak terdapat stimulus dari luar (Varcarolis, 2006, dalam Yosep, 2011). Adapun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KONSEP
BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diperkarai secara internal atau eksternal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi halusinasi Perubahan sensori halusinasi adalah keadaan dimana seorang individu mengalami perubahan terhadap stimulus yang datang yang menimbulkan
Lebih terperinciBAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)
BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan
Lebih terperinciPENGKAJIAN HALUSINASI Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif Halusinasi Dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri Marah-marah tanpa sebab
WAHAM 1. Pengertian Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis yang salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya (Keliat, BA, 1998).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).
1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan penserapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung
Lebih terperinciRENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090
Lebih terperinciKoping individu tidak efektif
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI ILMIAH
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. Z DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DisusunOleh : HILYATUN NISA J 200 090
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah gangguan pencerapan ( persepsi ) panca indera tanpa
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian. Halusinasi adalah gangguan pencerapan ( persepsi ) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI A. MASALAH UTAMA Gangguan persepsi sensori : halusinasi B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Pengertian Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di segala kehidupan. Tidak orang semua orang
Lebih terperinciperawatmasadepanku@blogspot.com Join With Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty Kunjungi dan D a p a t k a n!!! K u m p u l a n A s k e p L e n g k a p H a n y a D i : perawatmasadepanku@blogspot.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun oleh : TRI ARI AYUNANINGRUM J 200 080 051 KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak muncul sama sekali. Namun jika kondisi lingkungan justru mendukung
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Skizofrenia Menurut Hawari (2001) skizofrenia dapat dipicu dari faktor genetik. Namun jika lingkungan sosial mendukung seseorang menjadi pribadi yang terbuka maka sebenarnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kognisi adalah suatu proses mental yang dengannya seorang individu menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam maupun lingkungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien
BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. datang internal atau eksternal. (Carpenito, 2001) organic fungsional,psikotik ataupun histerik.
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perubahan sensori persepsi,halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal atau eksternal.
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004).
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolation (isolasi) merupakan mekanisme pertahanan dimana emosi diasingkan dari muatan impuls kesakitan atau memori (Cervone, 2011). Pikiran isolasi sosial ( social
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. ( Yosep, 2007 ). Harga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
Lebih terperinciA. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persepsi adalah Proses penginterpretasian terhadap rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan Hygiene berarti sehat. Personal Hygiene adalah suatu tindakan memelihara kesehatan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciPROSES TERJADINYA MASALAH
PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan merupakan salah satu yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, menciderai orang lain ataupun merusak lingkungan (Keliat dkk, 2011). Kemarahan
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal dan rangsangan eksternal. Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu hal tanpa
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu hal tanpa adanya stimulus. Halusinasi merupakan pengalaman terhadap mendengar suara Tuhan, suara setan dan suara
Lebih terperinciMAKALAH HALUSINASI. Rentang respon :
MAKALAH HALUSINASI A.PENGERTIAN Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari seluruh klien Schizofrenia
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI A. Konsep Dasar Teori 1. Pengertian Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia saat ini, banyak mengalami keprihatinan dengan kesehatan, salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari perhatian. Orang sengaja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem saraf. Gejala psikologis dikelompokan dalam lima katagori utama fungsi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Neurobiologi merupakan suatu pengetahuan yang mempelajari tentang sistem saraf. Gejala psikologis dikelompokan dalam lima katagori utama fungsi otak : kognisi, persepsi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial, yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping
Lebih terperinciKesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. (Kelliat,1996) Perasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1%
Lebih terperinciSTRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL
1 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien : Senang menyendiri, tidak mau melakukan aktivitas, tampak murung, lebih banyak menunduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS I. PENGKAJIAN PASIEN ANSIETAS 1. DEFINISI Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR A.
BAB II KONSEP DASAR A. Definisi Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Melinda Herman (2008), mendefinisikan skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gangguan Harga Diri Rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Lebih terperinciKepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa
Keputusasaan (Hopelessness) Pengertian Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak adanya alternative atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 Januari 2008 diruang II Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan Skizofrenia berkelanjutan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian. 1.1. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Masalah Utama: Resiko Perilaku Kekerasan Proses Terjadinya Masalah Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam
Lebih terperinciBAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601
Lebih terperinciMAKALAH SISTEM NEUROBEHAVIOR II ASKEP HALUSINASI
1 MAKALAH SISTEM NEUROBEHAVIOR II ASKEP HALUSINASI DISUSUN OLEH : CAHYO SANG WAHYU 1211016 FLORI JULIANT PELLO RISKI ANGGER BIANSAH SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR 2014 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Desember 2008 diruang III Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Halusinasi Pendengaran 1. Pengertian Persepsi adalah proses akhir dari pengamatan oleh proses pengindraan (Sunaryo, 2004). Sensori adalah mekanisme neurologis yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan manifestasi klinis dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distrosi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. (Stuart and sundeen, 1991). Pengungkapan kemarahan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit. Sebagai pemberian pelayanan kesehatan yang komplek, mutu
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL
LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
Lebih terperinci1. Bab II Landasan Teori
1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata Sdr. D diruang Dewa Ruci RSJD Amino Gondohutomo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Harga Diri 1.1. Pengertian harga diri Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian ini. A. Latar
Lebih terperinci