ACARA I. Pengenalan Sistem Proyeksi Peta Kartografis

dokumen-dokumen yang mirip
Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2015

Proyeksi Peta. Tujuan

Jadi huruf B yang memiliki garis kontur yang renggang menunjukkan kemiringan/daerahnya landai.

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2012

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST

Bab ini memperkenalkan mengenai proyeksi silinder secara umum dan macam proyeksi silinder yang dipakai di Indonesia.

Proyeksi Stereografi. Proyeksi Stereografi

DAFTAR PUSTAKA. 1. Abidin, Hasanuddin Z.(2001). Geodesi satelit. Jakarta : Pradnya Paramita.

APA ITU ILMU UKUR TANAH?

PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA II TRANSFORMASI PROYEKSI DAN DIGITASI ON SCREEN

Modul 13. Proyeksi Peta MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN. Modul Pengertian Proyeksi Peta

By. Y. Morsa Said RAMBE

BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI

A.Definisi. A.Definisi. Mappa = taplak meja Gambaran konvensional permukaan bumi. yang diperkecil dengan skala

Judul SKALA DAN PROYEKSI. Mata Pelajaran : Geografi Kelas : I (Satu) Nomor Modul : Geo.I.03

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

Bab 4 SISTEM PROYEKSI 4.1. PENGERTIAN PROYEKSI GAMBAR PROYEKSI

RESUME PROYEKSI STEREOGRAFI

Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN

4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET

SURVEYING (CIV 104) PERTEMUAN 2 : SISTEM SATUAN, ARAH DAN MENENTUKAN POSISI DALAM SURVEYING

PEMBAHASAN TRANSFORMASI KEBALIKAN

PROYEKSI STEREOGRAFI DAN PROYEKSI KUTUB

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus

Berikut ini adalah materi pembelajaran mengenai Proyeksi,Sebagai. salah satu bagian dari materi mata pelajaran Membaca gambar mudahmudahan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Tujuan Pembelajaran Umum (kompetensi) : Mahasiswa memahami gambaran umum perkuliahan dan silabus pemetaan resort

K NSEP E P D A D SA S R

REKONSTRUKSI/RESTORASI REKONSTRUKSI/RESTORASI. Minggu 9: TAHAPAN ANALISIS CITRA. 1. Rekonstruksi (Destripe) SLC (Scan Line Corrector) off

GEOGRAFI TEKNIK Untuk SMA Kelas XII Sistem KTSP 2013/2014

MENGGAMBAR KONSTRUKSI PERSPEKTIF

PENDALAMAN MATERI KONSEP DASAR PETA

Pemetaan. sumberdaya.hayati.laut

PUNTIRAN. A. pengertian

Konsep Geodesi untuk Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Proyeksi Eropa, Aksonometri, dan Gambar Perspektif

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI BAB V PERPETAAN, PENGINDERAAN JAUH, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

HANDOUT GAMBAR TEKNIK

ILMU UKUR TANAH II. Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola serta menentukan ukurannya

TATA CARA PEMBERIAN KODE NOMOR URUT WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI

Pertemuan 2 KOORDINAT CARTESIUS

PERTEMUAN 6 PENYAJIAN GAMBAR KHUSUS

Menguak Misteri Alam dengan Geografi...

GEOMETRI ANALITIK BIDANG & RUANG

GEODESI DASAR DAN PEMETAAN

GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri

Matematika Ekonomi KUADRAT DAN FUNGSI RASIONAL (FUNGSI PECAH) GRAFIK FUNGSI KUADRAT BERUPA PARABOLA GRAFIK FUNGSI RASIONAL BERUPA HIPERBOLA

ACARA IV MINERALOGI OPTIK PENGAMATAN MINERAL SECARA KONOSKOPIK

O L E H : B H E K T I K U M O R O W AT I T R I W A H Y U N I W I N D Y S E T Y O R I N I M A R I A M A G D A L E N A T I T I S A N I N G R O H A N I

BANGUN RUANG BAHAN BELAJAR MANDIRI 5

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN PRAKTIKUM PENGGUNAAN PETA ( GET 1292 ) ACARA VI LUAS DAN VOLUME

MODUL 8 FUNGSI LINGKARAN & ELLIPS

BAB II DASAR TEORI II.1 Sistem referensi koordinat

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN Sudarto, Sativandi Riza & Yosi Andika PSISDL

matematika KTSP & K-13 GARIS SINGGUNG LINGKARAN K e a s A. Definisi Garis Singgung Lingkaran Tujuan Pembelajaran

MENGGAMBAR PROYEKSI BENDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut.

JARING-JARING BANGUN RUANG

Fisika Optis & Gelombang

5.1 KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR

Bab 3 Medan Listrik. A. Pendahuluan

Persamaan Lingkaran. Pusat Jari-jari Pusat. Jari-jari Menentukan persamaan lingkaran atau garis singgung lingkaran. Persamaan Lingkaran

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI

Menggambar Teknik & CAD

Garis Singgung Lingkaran

4.4. KERAPATAN FLUKS LISTRIK

PROYEKSI ISOMETRI PENDAHULUAN

LINGKARAN. Lingkaran. pusat lingkaran diskriminan posisi titik posisi garis garis kutub gradien. sejajar tegak lurus persamaan lingkaran

PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK. Disusun oleh: Nita Nurtafita

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 5 MOMEN INERSIA

BAB II TABUNG, KERUCUT, DAN BOLA. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB IV ANALISA KECEPATAN

14 Menghitung Volume Bangun Ruang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Tujuan. D. Rumusan Masalah

Gerak Jatuh Bebas. Sehingga secara sederhana persaman GLBB sebelumya dapat diubah menjadi sbb:

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

SILABUS KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI FAKULTAS TARBIYAH BANJARMASIN

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

MENGGAMBAR PROYEKSI AKSONOMETRI

Bola dan bidang Rata

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

KONSEP GEODESI UNTUK DATA SPASIAL

MENGGAMBAR PERSPEKTIF


GARIS KONTUR SIFAT DAN INTERPOLASINYA

Definisi, notasi, glossary. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS. Kode Nama Mata Kuliah 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Sebelum peneliti membahas tentang landasan teori, peneliti

Bab II TEORI DASAR. Suatu batas daerah dikatakan jelas dan tegas jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

MODUL 4 LINGKARAN DAN BOLA

Teknik Informatika UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU. Hari Aspriyono, S.Kom

Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 4 Hukum Gauss. A. Pendahuluan

PENDAHULUAN Pokok bahasan pada materi Gambar 3 Dimensi meliputi definisi, macam-macam gambar 3 Dimensi, dan teknik-teknik pembuatan gambar 3 Dimensi.

Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR.

BAB II BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

Transkripsi:

ACARA I I. Judul Pengenalan Sistem Proyeksi Peta Kartografis II. Tujuan 1. Melatih mahasiswa untuk memahami pengertian proyeksi peta secara umum. 2. Melatih mahasiswa untuk mengenali dan memahami beberapa sistem proyeksi peta khususnya proyeksi peta kartografis dengan cara membuat ilustrasi dari sistem proyeksi tersebut. 3. Melatih mahasiswa untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing sistem proyeksi. III. Alat dan Bahan 1. Kertas HVS 2. Alat tulis (pulpen, pensil, penggaris, dan penghapus) IV. Tinjauan Pustaka Globe merupakan gambaran permukaan bumi dengan cara memperkecil skala peta. Akan tetapi globe tidak bisa dibawa kemana-mana, sehingga membutuhkan cara untuk merubah bentuk bulat ke bidang datar. Caranya adalah menggunakan proyeksi. Proyeksi peta adalah cara-cara untuk memindahkan atau cara menyajikan garis-garis meridian dan paralel pada bidang lengkung bola bumi atau globe (bidang 3D) ke bidang datar (bidang 2D) yang berupa peta dengan kesalahan yang seminimal mungkin, baik itu kesalahan jarak, bentuk, luas (area), dan sudut (arah) (Sukwardjono dan Sukoco, 1997). Proyeksi selalu mengalami distorsi. Untuk memperkecil atau meminimalisir distorsi (penyimpangan/kesalahan) maka dipergunakannya bidang-bidang yang jika didatarkan tidak mengalami distorsi, misalnya menggunakan bidang kerucut dan silinder. Supaya kesalahan dapat diperkecil/diminimalisir maka proses pemindahan harus memperhatikan syarat-syarat berikut ini : Kusuma Wardani Laksitaningrum 12/330894/GE/07285 1

Jarak antara satu titik dengan titik lain di permukaan bumi yang diubah tetap. Luas permukaan yang diubah harus tetap. Bentuk-bentuk di permukaan bumi tidak mengalami perubahan, harus persis seperti pada peta di globe bumi. (Hidayati, 2012) Berdasarkan hal di atas klasifikasi macam-macam proyeksi peta, secara garis besar dapat digolongkan menurut pertimbangan berikut : A. Pertimbangan Ekstrinsik 1. Bidang proyeksi 2. Persinggungan 3. Posisi B. Pertimbangan Intrinsik 1. Sifat-sifat yang dipertahankan 2. Genesa 3. Bentuk dan area yang akan dipertahankan (Sukwardjono dan Sukoco, 1997) Ditinjau dari macam bidang proyeksi yang digunakan, yaitu: a. Proyeksi Zenithal/ Azimuthal yaitu proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu titik. Proyeksi ini memiliki cirri-ciri / karakteristik antara lain, garis-garis meridian sebagai garis lurus yang berpusat di kutub, garis paralel digambarkan sebagai garis yang melingkar pada bidang proyeksi, sudut pada meridian sama dengan sudut pada peta, dan seluruh permukaan bumi yang diproyeksikan berbentuk lingkaran. b. Proyeksi silinder adalah suatu proyeksi pada bola bumi yang bidang proyeksinya silinder dan menyinggung bola bumi/globe. Jika bidang silinder menyinggung equator maka garis paralelnya horizontal sedangkan meridiannya vertical. Cocok untuk daerah equator. Kusuma Wardani Laksitaningrum 12/330894/GE/07285 2

c. Proyeksi kerucut adalah proyeksi yang diperoleh dengan cara memproyeksikan bola bumi pada kerucut yang memotong dan menyinggung pada bola bumi, sehingga setelah dibuka akan terbentuk bidang proyeksi seperti segitiga dan terdapat satu titik puncaknya. Pada proyeksi kerucut umumnya garis paralelnya melingkar dan meridian berupa garis lurus yang radial/ merupakan jari-jari. Karakteristik dari proyeksi silinder meliputi, garis meridian merupakan garis lurus yang berkonvergensi di kutub, garis paralel merupakan meridian lingkaran yang konsentris dengan titik puncaknya di salah satu kutub bumi sehingga tidak bisa memproyeksikan kedua kutub bumi (hanya salah satu), dan cocok untuk menggambarkan proyeksi pada daerah lintang tengah ( sudut kemiringan 45 0 ). Ditinjau dari persinggungannya, meliputi : Secant Case Secant Case Secant Case Gambar 2. Kontak antara Globe dengan Bidang proyeksi a. Tangential : bola bumi (globe) bersinggungan dengan bidang proyeksi. b. Secantial : globe berpotongan dengan bidang proyeksi c. Polysuperficial : terdiri dari banyak bidang proyeksi. Ditinjau dari posisi sumbu proyeksinya, meliputi: Kusuma Wardani Laksitaningrum 12/330894/GE/07285 3

a. Proyeksi Normal terjadi jika salah satu garis proyeksi berimpit dengan sumbu bumi. b. Proyeksi Transversal terjadi jika salah satu garis proyeksi tegak lurus dengan sumbu bumi atau menyinggung equator. c. Proyeksi Oblique terjadi jika salah satu garis proyeksi membentuk sudut terhadap sumbu bumi dan arah penyinaran miring. Ditinjau dari arah penyinaran, meliputi : a. Gnomonis yaitu proyeksi yang arah sinarnya berasal dari pusat bumi. b. Stereografis yaitu proyeksi yang arah sinarnya berasal dari kutub yang berlawanan dengan titik singgung proyeksi. c. Orthografis yaitu proyeksi yang arah sinarnya berasal dari titik jauh tak terhingga. Ditinjau dari sifat yang dipertahankan, meliputi: a. Proyeksi Equivalent adalah proyeksi yang mempertahankan luas pada bidang proyeksi supaya sama dengan bumi setelah dikalikan dengan skala. b. Proyeksi Equidistant adalah proyeksi yang mempertahankan jarak pada bidang proyeksi dengan jarak yang ada pada bumu setelah dikalikan dengan skala. Biasanya equidistant hanya terdapat pada garis tertentu, misalnya garis paralel dan meridian. c. Proyeksi Konformal adalah proyeksi yang mempertahankan bentuk yang ada pada bidang proyeksi dengan bentuk yang ada pada bumi. Mempertahankan bentuk sama halnya dengan mempertahankan sudut, yaitu sudut yang ada pada bidang proyeksi harus sama dengan sudut yang berada pada bumi. Ditinjau dari genesanya, meliputi : a. Geometris adalah proyeksi yang dilakukan secara prespektif dengan prinsin penyinaran. b. Non perspektif adalah proyeksi yang dilakukan dengan cara pemindahan titik-titik pada permukaan bola bumi dengan perhitungan matematis. c. Semi geometris adalah proyeksi yang dilakukan dengan cara mencampurkan antara proyeksi geometris dengan proyeksi non prespektif. Yaitu sebagian dari proyeksi geometris dan sebagian lagi dari proyeksi non perspektif. Kusuma Wardani Laksitaningrum 12/330894/GE/07285 4

(Iswari,2011) Kombinasi antara bidang proyeksi yang digunakan, kontak antara bidang proyeksi dengan globe dan posisi bidang proyeksi terhadap globe akan menghasilkan sistem proyeksi tertentu. Sebagai contoh, suatu sistem proyeksi disebut sebagai normal tangen cylindrical projection. berdasarkan namanya dapat diketahui bahwa bidang proyeksinya adalah silinder, bidang proyeksi menyinggung globe dan posisi silinder adalah tegak sehingga sumbu silinder berimpit dengan sumbu globe ( Susilo, 2010). V. Cara Kerja Materi tentang proyeksi proyeksi peta peta Pemahaman proyeksi peta Penjelasan karakteristik jenis proyeksi peta Pengilustrasian jenis sistem proyeksi Tebel Karakteristik proyeksi peta Keterangan : : Input : Proses : Output VI. Hasil Praktikum Tabel Karakteristik Sistem Proyeksi (Terlampir) VII. Pembahasan Kusuma Wardani Laksitaningrum 12/330894/GE/07285 5

Garis khayal meridian dan paralel di bumi, perlu ditransformasikan dalam bidang datar yaitu dari spherical graticule ke dalam plane graticule supaya kenampakan bumi dapat digunakan untuk tujuan tertentu, maka perlunya suatu cara untuk memindahkan gratikul pertimbangan-pertimbangan tertentu, baik intrinsik maupun ekstrinsik. Tidak ada satupun sistem proyeksi yang sempurna. Masing-masing jenis proyeksi mempunyai kelebihan dan kekurangannya bergantung pada tujuan proyeksi peta yang digunakan. Pembuatan proyeksi perlu diperhatikan maksud dan tujuan yang akan dicapai sehingga akan tepat dalam memilih jenis proyeksi yang akan digunakan sesuai dengan lokasi daerahnya dan bertujuan untuk memperkecil distorsi pada lokasi tersebut. Pertimbangan-pertimbangan untuk memilih macam proyeksi tergantung pada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peta berhubungan dengan penggunaan atau pemanfaatan peta. Pertimbangan yang digunakan pada praktikum ini terkait dengan pertimbangan ekstrinsik, meliputi bidang proyeksinya, titik persinggungan dan posisi sumbu proyeksi terhadap sumbu bumi. pertimbangan tersebut sebagai konsep dasar untuk dijadikan tumpuan untuk jenis-jenis proyeksi peta yang lain. Enam proyeksi yang digunakan adalah silinder tangensial normal, silinder secansial normal, kerucut tangensial normal, kerucut secansial normal, azimuthal tangensial normal, dan azimuthal secansial normal. Semua jenis kerucut tersebut normal, berarti posisi sumbu proyeksi terhadap sumbu bumi sejajar atau berimpit. Proyeksi silinder memiliki ciri- ciri berbentuk silinder yang melingkupi bumi sebelum diproyeksikan,dan setelah diproyeksikan akan membentuk suatu persegi panjang, dengan paralel horizontal dan meridian vertikal. Berdasarkan titik singgungnya dibagi menjadi dua, yaitu tagensial (menyinggung) dan secansial (memotong). Di antara keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda pula. Silinder tangensial normal, memiliki bidang proyeksi silinder, dengan titik persinggungan tangensial atau menyinggung (menyentuh bidang proyeksi) dan posisi sumbu normal. Kelebihan proyeksi ini cocok digunakan di daerah ekuator karena distorsi paling kecil terletak pada ekuator 0 0. Hal itu bisa didapat dari titik persinggungan bola bumi yang menyinggung bidang silinder tepat di ekuator, sehingga faktor skalanya adala 1, yaitu tidak terdapat distorsi atau distorsinya sangat kecil pada daerah tersebut. Kelemahannya adalah daerah yang semakin jauh dari ekuator, distorsinya semakin besar terutama pada kutub bumi. Silinder secansial normal adalah silinder yang memiliki bidang proyeksi silinder, titik persinggungannya secansial/memotong, dan posisi sumbu sejajar. Kelebihan proyeksi ini adalah daerah di bola bumi yang berpotongan Kusuma Wardani Laksitaningrum 12/330894/GE/07285 6

dengan bidang proyeksi di dua titik pada bidang proyeksi. Bagian yang berpotongan tersebut memilki faktor skala 1, yaitu tidak terdapat distorsi atau distorsinya sangat kecil. Sedangkan daerah yang berada di luar dan di dalam titik-titik perpotongan tersebut memiliki faktor skala kurang dan lebih dari 1. Karena daerah yang berpotongan itu dua titik maka daerah yang tergambar pada perpotongan tersebut memiliki daerah cakupan luas dengan distorsi yang kecil. Silinder ini cocok untuk daerah ekuator ke atas (lintang utara) dan ke bawah (lintang selatan), yaitu pada daerah berlintang tengah (perpotongan dua titik denga bidang proyeksi terelatk di lintang tengah). Selain itu titik perpotongan tersebut dapat dibuat sendiri dengan menggunakan sudut bumi untuk tujuan mendapatkan daerah proyeksi yang dipilih sesuai dengan distorsi minimal. Kekurangan proyeksi ini tidak dapat menggambarkan daerah kutub, di ekuator distrosinya besar, karena pada bagian ekuator terletak di luar titik perpotongan dengan faktor skala kurang dari 1. Proyeksi kerucut memiliki ciri-ciri berbentuk kerucut yang melingkupi ¾ bumi sebelum diproyeksikan, dan akan terbentuk segitiga setelah diproyeksikan. Proyeksi kerucut mempunyai paralel lengkung dan konsentris sedangkan mridiannya berbentuk garis lurus yang memusat ke arah kutub. Berdasarkan titik singgungnya proyeksi ini dibagi menjadi kerucut tangensial dan secansial dimana di antara keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Proyeksi kerucut tengensial normal adalah kerucut yang memiliki bidang proyeksi kerucut, titik persinggungannya tagensial, dan posisi sumbunya sejajar dengan sumbu bumi. Kelebihan proyeksi ini adalah cocok untuk pemetaan lintang tengah, karena distorsi paling kecil terletak di lintang tengah yaitu terdapat persinggungan tangensial antara bola bumi dengan bidang proyeksi pada titik 45 0. Titik yang bersinggungan tersebut disebut dengan paralel standar, yang memiliki faktor skala 1 yaitu tidak terdapat distorsi atau distrosinya sangat kecil. Kekurangannya adalah daerah kutub dan ekuator memiliki distorsi yang besar, karena semakin mejauh dari titik tersebut semakin besar distorsinya. Kerucut secansial normal adalah kerucut yang bidang proyeksinya berbentuk kerucut, titik singgung secansial atau perpotongan, dan posisi sumbunya sejajar dengan sumbu bumi. Kelebihan proyeksi ini adalah daerah pada titik perpotongan tersebut memiliki faktor skala 1 yaitu tidak ada distorsi atau ditorsi sangat kecil, daerah yang tecakup dengan distorsi minimal semakin luas, akan tetapi ukuran semua daerah menjadi lebih sempit hal itu disebabkan karena terdapat dua titik atau dua paralel standar mengalami perpotongan yang terletak di atas 45 0 dan di Kusuma Wardani Laksitaningrum 12/330894/GE/07285 7

bawah 45 0. Kekurangan adalah daerah yang semakin jauh dari titik persinggungan maka distorsinya semakin besar. Proyeksi azimuthal/ datar memiliki ciri-ciri berbentuk datar sebelum dan setelah diproyeksikan. Daerah yang diproyeksikan memiliki garis paralel melengkung dan konsentris dan garis meridiannya berbentuk garis lurus yang memusat ke kutub. Sehingga proyeksi ini cocok untu pemetaan daerah kutub. Berdasarkan titik persinggungannya dibagi menjadi proyeksi azimuthal tangensial dan secansial. Proyeksi azimuthal tangensial normal adalah proyeksi yang memiliki bidang proyeksi datar, titik persinggungan tangensial, dan posisi sumbu sejajar dengan sumbu bumi. Kelebihan proyeski ini adalac cocok digunakan untuk pemetaan daerah kutub, karena di daerah tersebut memiliki distorsi paling kecil, yaitu pada persinggungan antara bola bumu dengan bidang proyeks pada satu titik yang memiliki faktor skala 1. Kekeurangannya adalah daerah yang semakin jauh dari kutub berarti distorsinya semakin besar. Proyeksi azimuthal secansial normal adalah proyeksi yang memiliki bidang proyeksi datar, dengan beberapa titik perptotongan/ secansial dan posisi sumbunya sejajar dengan sumbu bumi. kelebihan proyeksi ini adalah cocok untuk pemetaan daerah yang berpotongan karena daerah perpotongan distorsinya paling kecil. Sedangkan daerah yang tidak berpotongan dengan bidang proyeksi maka distorsinya besar, distorsi besar terdapat pada kutub dan di ekuator karena di kutub memiliki faktor skala kurang dari 1, yaitu terletak di luar bidang perpotongan sedangkan di ekuator memiliki faktor skala lebih dari satu yaitu terletak di bawah bidang proyeksi. Berdasarkan ketiga proyeksi dengan karakteristik pertimbangannya, maka dapat disimpulkan bahwa pembuatan proyeksi dilakukan dengan tujuan tertentu untuk emnghasilkan daerah proyeksi dengan distorsi sangat kecil. Selain itu, karakteristik tersebut sebagai konsep dasar untuk menentukan variasvariasi proyeksi di dunia. VIII. Kesimpulan 1. Proyeksi peta adalah cara-cara untuk memindahkan atau cara menyajikan garisgaris meridian dan paralel pada bidang lengkung bola bumi atau globe (bidang 3D) ke bidang datar (bidang 2D) yang berupa peta dengan kesalahan (distorsi) yang seminimal mungkin. Kusuma Wardani Laksitaningrum 12/330894/GE/07285 8

2. Sistem proyeksi peta dibagi menjadi dua pertimbangan, yaitu pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik. Pertimbangan ekstrinsik dibagi menjadi proyeksi peta berdasar bidang proyeksi, persinggungannya, posisi sumbunya, dan arah penyinarannya. Pertimbangan intrinsik meliput sifat yang dipertahankan, genesanya, dan bentuk arah yang akan dipetakan. 3. Sistem proyeksi peta mempunyai kelebihan dan kekurangannya karena setiap pembuatan sistem proyeksi memiliki tujuan tertentu, dan tidak ada sistem proyeksi di dunia yang sempurna. Misalnya sistem proyeksi silinder tangential, mempunyai kelebihan dapat memetakan daerah ekuator dengan baik sedangkan kekurangannya semakin menjauhi ekuator semakin besar distrosinya. DAFTAR PUSTAKA Hidayati, Iswari Nur. 2011. Petunjuk Praktikum Kartografi Dasar. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Hidayati, Iswari Nur. 2012. Catatan Kuliah Proyeksi Peta. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Sukwardjono dan Sukoco. 1997. Kartografi Dasar. Yogyakarta: Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Susilo, Bowo. 2010. Petunjuk Praktikum Proyeksi Peta. Yogyakarta: Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Kusuma Wardani Laksitaningrum 12/330894/GE/07285 9