LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

dokumen-dokumen yang mirip
ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

Metodologi Penelitian

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat diperoleh suatu produk farmasi yang baik.

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

BAB I PENDAHULUAN I.1

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI SEMESTER GANJIL TITRASI ASIDIMETRI-ALKALIMETRI. Tanggal Praktikum : 17 November 2017.

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

pengenceran larutan PENDAHULUAN

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI. Senin, 9 November 2015 KELOMPOK IV Senin, Pukul WIB

LAPORAN KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT (Acetosal) Jumat, 12 Febuari 2016

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN)

Metodologi Penelitian

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

I. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II KLOROKUIN FOSFAT

Sistem tiga komponen

Titik Leleh dan Titik Didih

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa.

MODUL I Pembuatan Larutan

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Laporan Praktikum Kimia ~Titrasi asam basa~

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

Laporan Praktikum Kimia

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN TITIK LEBUR UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 PENENTUAN TITIK LEBUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM ASPIRIN

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II. Kesetimbangan Fasa. 22 April 2014

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR BIKARBONAT DALAM SODA KUE

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V METODOLOGI. Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. METODE VOLHARD Selasa, 10 April 2014

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

IDENTIFIKASI DAN PEMISAHAN OBAT. gugus C=O sekitar 20 cm (Rahardjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PERCOBAAN 3 REAKSI ASAM BASA


BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

PENENTUAN KADAR KLORIDA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL AIR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

Transkripsi:

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN UJI KELARUTAN OBAT KELOMPOK 7 SHIFT B SELASA 10.00 13.00 Disusun Oleh : Nata Rimana Fadila Sausan Rihhadatulaisy Wan Aulia Arif Krysta Desela 260110160066 (Pembahasan) 260110160067 (Pendahuluan, Simpulan, Editor) 260110160068 (Data Pengamatan dan Perhitungan) 260110160069 (Pembahasan) FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2017

I. Tujuan Memperkenalkan konsep dan proses pendukung sistem kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan obat. II. Prinsip 2.1.Jenis Pelarut Jenis-jenis pelarut yang biasa digunakan yaitu pelarut polar, pelarut non polar dan pelatut semi polar. Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu momen dipolnya (Martin, 1993). 2.2.Asam salisilat Asam salisilat, dikenal juga dengan 2-hydroxy-benzoic acid atau orthohydrobenzoic acid, memiliki struktur kimia C7H6O3. Asam salisilat memiliki pka 2,97.9. Bubuk Asam Salisilat sukar larut dalam air dan lebih mudah larut dalam lemak, dikarenakan sifat lipofikil nya (Hessel, et al, 2007). 2.3.Kelarutan Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah solven (Moechtar, 1989). III. Reaksi (Gandjar, 2007).

IV. Teori Dasar Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran) (Voight, 1994). Lauran didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Dua komponen dalam larutan adalah solute dan solvent. Solute adalah substansi yang terlarut. Sedangkan solvent adalah substansi yang melarutkan (Bororoh, 2004). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pengadukan, suhu, luas permukaan, fikositas, ukuran partikel, ph larutan, dan polimerfisme. Selain faktor di atas penambah surfaktan juga akan mempengaruhi kelarutan. Surfaktan adalah suatu zat yang digunakan untuk menakkan kelarutan suatu zat. Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu polar dan non polar (Depkes RI, 1979). Kelarutan merupakan parameter penting bagi suatu obat dalam mencapai konsentrasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan respon farmakologi. Banyak obat memiliki kelarutan yang buruk di dalam air, padahal obat harus berada dalam bentuk terlarut ketika akan diabsorpsi. Banyak teknik yang telah dikembangkan untuk peningkatan kelarutan obat meliputi modifikasi fisik, modifikasi kimia, ataupun teknik lain (Yoga dan Rini, 2017). Kelarutan yang pada angka adalah kelarutan pada suhu kamar.istilah-istilah dalam kelarutan sebagai berikut (Anief, 2003).

Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat Sangat mudah larut Kurang dari 1 Mudah larut 1 10 Larut 10 30 Agak sukar larut 30 100 Sukar larut 100 Sangat sukar larut 0 Praktis tidak larut Lebih dari 0 Obat yang memiliki kelarutan rendah dalam air sering membutuhkan dosis yang tinggi untuk mencapai konsentrasi terapeutik setelah pemberian oral. Umumnya obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah memiliki kelarutan dalam air yang buruk (Savjani, et al, 2012). Efek negatif dari obat yang memiliki kelarutan obat yang rendah yaitu penyerapan butuk, efektivitas obat akan berkurang, dan dosis yang dibutuhkan lebih tinggi (Yellela, 2010). Di bidang farmasi, kelarutan memiliki peran penting dalam menentukan bentuk sediaan dan untuk menentukan konsentrasi yang dicapai pada sirkulasi sistemik untuk menghasilkan respon farmakologi (Edward dan Li, 2008).

V. Alat dan Bahan 5.1. Alat 5.1.1. Buret 5.1.2. Corong 5.1.3. Erlenmeyer 5.1.4. Filler 5.1.5. Kertas saring 5.1.6. Statif dan klem 5.1.7. Tabung reaksi 5.1.8. Pipet tetes 5.2. Bahan 5.2.1. Asam salisilat 5.2.2. Aquadest 5.2.3. Etanol 90% 5.2.4. Indikator PP 5.2.5. NaOH 0,1 N 5.2.6. Propilenglikol

VI. Data Pengamatan dan Perhitungan 6.1. Data Pengamatan No. Prosedur Pustaka Hasil Kriteria Gambar 1 NaOH ditimbang 4 gram dan asam oksalat ditimbang 0,315 gram, NaOH menggunakan kaca arloji dan asam oksalat menggunakan kertas perkamen. 2 NaOH dilarutkan dalam air bebas CO2 sebanyak satu liter 3 Asam oksalat dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dengan sedikit aquadest, lalu add aquades hingga batas volume. 4 Larutan asam oksalat dipipet ke tiga erlenmeyer, 10 ml tiap erlenmeyer - Didapatkan lempeng NaOH massa 4 gram dan asam oksalat dengan massa 0,315 - - - Didapatkan larutan NaOH - - sebanyak satu liter - Didapatkan larutan asam - - oksalat sebanyak 50 ml - Tiap erlenmeyer - - mengandung 10 ml asam oksalat 0,1 N

5 Dititrasi dengan NaOH sebanyak duplo, ditentukan konsentrasi NaOH yang sebenarnya - Didapatkan konsentrasi NaOH yang sebenarnya, yaitu : 0,1059 N - PROSEDUR PENENTUAN KELARUTAN 1 Etanol ditambahkan ke Etanol memiliki kelarutan dalam tabung reaksi dengan ketentuan : 1) Tabung 1 = 0 ml sangat mudah larut dalam Air, dalam Kloroform P dan dalam Eter P (Depkes RI, 1979). 2) Tabung 2 = 1,5ml 3) Tabung 3 = 3 ml 4) Tabung 4 = 6 ml 5) Tabung 5 = 9 ml 6) Tabung 6 = 10,5 ml 7) Tabung 7 = 12 ml 7 tabung reaksi berisi etanol dengan volume yang berbeda-beda Sesuai

2 Gliserin ditambahkan ke Dapat campur dengan air, dan 7 tabung reaksi berisi etanol Sesuai dalam tabung reaksi dengan dengan etanol (95%) P, praktis + gliserin dengan volume ketentuan : tidak larut dalam kloroform P, total 12 ml dengan variasi 1) Tabung 1 = 12 ml dalam eter P dan dalam minyam volume 2) Tabung 2 = 10,5 ml lemak 3) Tabung 3 = 9 ml (Depkes RI, 1979). 4) Tabung 4 = 6 ml 5) Tabung 5 = 3 ml 6) Tabung 6 = 1,5 ml 7) Tabung 7 = 0 ml 3 Asam salisilat (1 gram) Asam salisilat memiliki Tabung reaksi berisi asam Sesuai ditambahkan ke masing- kelarutan larut dalam 550 salisilat+etanol+gliserin masing tabung bagian air dan dalam 4 bagian dengan variasi volume Etanol (95%) P ; mudah larut etanol dan gliserin yang dalam Kloroform P dan Eter P ; berbeda larut dalam larutan Ammonium Asetat P, Dinatrium Hidrogenfosfat P, Kalium Sitrat P dan Natrium Sitrat P (Depkes RI, 1979).

4 Tujuh tabung reaksi dikocok secara bersamaan selama 30 menit - Terjadi proses pelarutan yang berbeda didalam tiap tabung. Sesuai 5 Hasil pengocokan disaring dengan menggunakan kertas saring untuk mengambil larutan asam salisilat 6 Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N dengan indikator fenolftalein - Didapatkan larutan asam salisilat Penambahan Indikator akan Didapatkan hasil titrasi merubah warna larutan menjadi berwarna merah muda merah muda (Chang, 2004). Sesuai Sesuai

7 Asam salisilat yang terlarut dihitung kadarnya - Didapatkan kadar asam salisilat yang berbeda-beda dengan rata-rata : 1) Tabung 1 = 20,67% 2) Tabung 2 = 30,38% 3) Tabung 3 = 32,94% 4) Tabung 4 = 53,48% 5) Tabung 5 = 42,64% 6) Tabung 6 = 54,86% 7) Tabung 7 = 63.29% Sesuai Kadar Asam Salisilat Titrasi Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5 Tabung 6 Tabung 7 ke- 1 25,19 % 30,86 % 31,28 % 67,56 % 44,7 % 38,83 % 64,03 % 2 16, 16 % 29,91 % 38,83 % 54, 64 % 40,58 % 56, 1935 % 62, 5601 % 3-50,30 % 34,6 % 52, 3234 % 36,1 % 53,53 % 53,1 % Rata-rata 20, 67 % 30,38 % 32, 94 % 53,48 % 42, 64 % 54, 86 % 63, 29 %

6.2. Perhitungan 6.2.1. Pembuatan Asam oksalat 0,1 N dalam 50 ml aquadest 0,1 = gr 126 50 2 0,1 126/2 = gr 20 0,315 = gr 6.2.2. Pembuatan NaOH dalam ml 0,1 = gr 40 0,1 40 = gr 1 4 = gr 6.2.3. Pembakuan NaOH Titrasi ke VNaOH NNaOH VOksalat NOksalat 1 9,8 ml 9,8 x NNaOH = 10 x 0,1 10 ml 0,1 N NNaOH = 1/9,8 = 0,102 2 9,1 ml 9,1 x NNaOH = 10 x 0,1 10 ml 0,1 N NNaOH = 1/9,1 = 0,109 Rata-rata 9,45 ml 0,1059 N 10 ml 0,1 N

NO Gram Asam Salisilat 1. 1,0000 gr 1,0000 gr 2. 1,0050 gr 1,0000 gr 1,0000 gr 3. 1.0000gr 1,0000gr 1,0000 gr 4. 1,0006 gr 1,0031 gr 1,0007 gr 5. 1,0047 gr 1,0039 gr 1, 0000gr 6. 1, 0000 gr 1,0050 gr 1,0000 gr 7. 1, 0000gr 1,0034 gr 1,0004 gr Volume Etanol Volume Gliserin Volume NaOH yang digunakan 0 ml 12 ml 12 ml 7,7 ml 1,5 ml 10,5 ml 24,1 ml 14,7 ml 14,25 ml 3 ml 9 ml 16,5 ml 14,9 ml 18,5 ml 6 ml 6 ml 32,2 ml 25 ml 27 ml 9 ml 3 ml 21,4 ml 19, 35 ml 17.2 ml 10,5 ml 1,5 ml 18,5 ml 26,9 ml 25,5 ml 12 ml 0 ml 30,5 ml 29,9 ml 25, 3 ml Volume larutan yang digunakan 3 ml 5 ml 2,5 ml 2,5 ml 3 ml 3 ml 4 ml 3ml 3 ml 5 ml 4 ml 3 ml 4 ml 3 ml 3 ml 4,2 ml 3,2 ml 6 ml 5 ml 4 ml

6.2.4. Penentuan Kadar asam salisilat Tabung 1 = 25, 19 % 12 x 0,152x 138,12 7,7 x 0,152 x 138,12 = 16, 16 % Rata Rata = 25,19+16,16 2 Tabung 2 = 20, 67 % 24,1 x 0,152 x 138,12 = 50,3 % 14,7 x 0,152 x 138,12 = 30,86 % 14,25 x 0,152 x 138,12 = 29,91 % Rata Rata = 30,86+29,91 2 = 30,38 % x 100% Tabung 3 16,5 x 0,152 x 138,12 = 34,6 % 14,9 x 0,152 x 138,12 = 0,3128 = 31,28 % 18,5 x0.152 x 138,12 = 38,83 % Rata Rata = 31,28+34,6 2 Tabung 4 = 32, 94 % 32,2 x 0,152 x 138,12 = 67,56 %,6 25 x 0,152 x 138,12 1003,1 = 52, 3234 %

= 54, 64 % 27 x 0,152 x 138,12,7 Rata Rata = 52,32+54,64 2 25,5 x 0,152 x 138,12 = 53,53 % = 56, 1935 % Tabung 5 = 53, 48 % Rata Rata = 56,19+53,53 2 21,4 x 0,152x 138,12 = 44,7 % 1004,7 19,35 x 0,152 x 138,12 = 40,58 % 1001 17,2 x 0,152 x 138,12 = 36,1 % Rata Rata = 44,7+40,58 2 Tabung 6 = 42, 64 18,5 x0,152 x 138,12 = 38,83 % 26,9 x 0,152 x 138,12 1005,0 x 100% x 100% Tabung 7 = 54, 86 % 30,5 x 0,152 x 138,12 = 64,03 % 29,9 x 0,152 x 138,12 1003,4 = 62, 5601 % 25,3 x 0,152 x 138,12 = 0,531 x 100% = 53,1 % Rata Rata = 64,03+62,56 2 = 63, 29 %

VII. Pembahasan Praktikum yang dilakukan kali ini bertujuan untuk mengenali konsep dan proses pendukung sistem kelarutan obat dan juga menentukan parameter kelarutan obat. Kelarutan ini di apilikasikan dalam bidang farmasi yaitu agar dapat mengetahui dan dapat membantu memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat. Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Larutan dapat dibagi menjadi 3 yaitu, Larutan tak jenuh yaitu larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh atau masih dapat larut. Larutan jenuh yaitu larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh. Larutan sangat jenuh (lewat jenuh) yaitu suatu larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap). Dalam pengerjaan nya praktikum kali ini, akan menentukan kelarutan seuatu zat dengan bahan larutan campuran dimana etanol di tambahkan ke dalam tabung dengan berbagai variasi ukuran. Pada tabung 1 dimasukkan 0 ml,

tabung 2 : 1.5 ml, Tabung 3 : 3 ml, Tabung 4 : 6 ml, Tabung 5 : 9 ml, Tabung 6 : 10.5 ml dan tabung 7 : 12 ml. Etanol memiliki kelarutan sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p dan dalam eter p ( Depkes RI,1979). Kemudian menambahkan propilengllikol yang diganti oleh gliserin dengan berbagai variasi ukuran juga, dimana pada Tabung 1 dimasukkan 12 ml, Tabung 2 : 10.5 ml, Tabung 3 : 9 ml, Tabung 4 : 6 ml, Tabung 5 : 3 ml, Tabung 6 : 1.5 ml dan Tabung 7 : 0 ml. Kemudian setiap tabung ditambahkan asam salisilat sebanyak 7 g. Asam salisilat mempunyai berat molekul 138,12 gr/mol, Pemeriannya hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur halus, putih, rasa agak manis, tajam, dan stabil di udara, memiliki titik lebur antara 158-161ºC. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik. Khasiatnya untuk keratolitikum dan anti fungi. Asam Salisilat juga memiliki kelarutan larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) p ; mudah larut dalam kloroform p dan eter p; larut dalam larutan amonium asetat p, dinatrium hidrogen fosfat p, kalium sitrat p dan Na sitrat p (Depkes RI,1979). Kemudian campuran diaduk selama 30 menit, untuk dapat mempercepat kelarutannya, larutan dikocok sembari di aduk menggunakan batang pengaduk sehingga larutan akan mudah atau cepat larut. setelah itu sampel disaring dengan corong dan kertas saring untuk mengambil larutan asam salisilat yang terlarut. Selanjutnya dilakukan tritasi dengan menggunakan larutan baku NaOH. NaOH bersifat higroskopis yang menyerap air dari udara, dan NaOH merupakan larutan sekunder yang konsentrasinya mudah berubah karena pengaruh udara. Larutan NaOH harus dibakukan terlebih dahulu karena NaOH tidak dapat diperoleh dalam keadaan sangat murni, sehingga konsentrasi tepatnya tidak dapat dihitung dari jumlah NaOH yang ditimbang. Saat dilakukan titrasi ditambahkan indikator fenolftalein 2 3 tetes pada larutan uji. Penggunaan indikator fenolftalein adalah untuk dapat mempermudah mengetahui titik akhir tritasi. Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi

telah berjalan dengan sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi ph larutan dengan demikian jumlah titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin. Indicator fenolftalein ini akan menghasilkan perubahan warna dari bening menjadi merah muda saat terjadi titik akhir titrasi. Setelah itu konsentrasi asam saisilat pada tiap tiap tabung tersebut ditentukan. VIII. Simpulan Kelarutan suatu obat dapat ditingkatkan dengan memlih pelarut yang sesuai yaitu dengan cara mimilih pelarut yang memiliki sifat sejenis dengan obat tersebut. Asam salisilat mempunyai kelarutan terbesar pada tabung 7 (etanol 12 ml dengan gliserin 0 ml) dengan kadar rata-rata asam salisilat sebesar 63,29 %. Sedangkan asam salisilat mempunyai kelarutan terendah pada tabung 1 (etanol 0 ml dengan gliserin 12 ml) dengan kadar rata-rata asam salisilat sebesar 20,67 %.

Daftar Pustaka Anief, M. 2003. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Bororoh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Banjar: Universitas Lambung Mangkurat. Chang, Raymaond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga. Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Edward K.H. dan D.Li. Solubility in Drug Like Properties : Concept, Structure, Design, and Methods, from ADME to Toxicity Optimization. Elsevier.2008;56. Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rahman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hessel AB, Cruz-Ramon JC, Lin AN. 2007. Comprehensive Dermatologic Drug Therapy. 2nd Ed. Philadelphia: WB Saunders. Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik Dasar-dasar Kimia Fisik dalam Ilmu Farmasetik Edisi III. Jakarta: UI Press. Moechtar. 1989. Farmasi Fisika. Yogyakarta: UGM Press. Savjani, Ketan T., Anusadha K. Gajjar, dan Jignasa K. Drug Solubility: Importance and Encharicement Techniques. ISRN Pharmacetics. 2012; 19527. Voight. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Yelella, S.R.K. Pharmaceutical Technologies for Enhancing Oral Biovability of Poorly Souble Drugs. Journal Bioequivalence and Biovability. 2010. Vol 2(2): 28-36. Yoga, Willybrordus dan Rini Hedriani.Teknik Peningkatan Kelarutan Obat.

Tersedia online di http://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/download/10866/5180 [Diakses pada tanggal 29 April 2017].