BAB III MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

dokumen-dokumen yang mirip
METODE DEMONSTRASI. Oleh :Tuty Herawati

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penyuluhan Pertanian. Metode.

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Perubahan strategik dalam tatanan pemerintahan Indonesia diawali. dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Alang-alang dan Manusia

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

METODA DAN TEKNIK PENYULUHAN. Pusat Pengembangan Penyuluhan Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dengan semakin maju ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kemajuan

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman.

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

Undang Undang No. 5 Tahun 1984 Tentang : Perindustrian

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN

BAB I PENDAHULUAN. material untuk sebagian masih diukur antara lain, melalui GNP (Gross National Product)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG. PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 1

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ).

Lampiran 1. Peta Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada

PEDOMAN PELATIHAN MASYARAKAT

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Bentuk modal sosial yang dikembangkan dalam koperasi Credit Union Tunas

DAKWAH MULTIMEDIA PENDAHULUAN

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Latar Belakang PENDAHULUAN

Written by Robinson Putra Wednesday, 16 January :51 - Last Updated Tuesday, 05 February :32

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah para petani di Desa Poncowarno Kecamatan

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU

TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh dan Penyuluhan Pertanian

DEFINISI OPERASIONAL, INDIKATOR DAN PENGUKURAN PEUBAH PENELITIAN PEUBAH DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR PENGUKURAN *)

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jasmani dan rohani merupakan bagian terpenting dalam kehidupan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dari BAB IV yang telah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN (INBUDKAN) DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

NOMOR 16 TAHUN 2002 LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Hal ini dapat dipastikan bahwa desa memiliki potensi yang

BAB I PENDAHULUAN tentang desa, desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

Transkripsi:

BAB III MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN A. RAGAM MATERI PENYULUHAN Materi penyuluhan kehutanan, pada hakekatnya merupakan segala pesan-pesan mengenai pengelolaan hutan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kehutanan kepada masyarakat sebagai sasarannya. Dengan kata lain, materi penyuluhan adalah pesan yang ingin disampaikan dalam proses komunikasi pembangunan kehutanan. Sebenarnya yang menjadi pokok setiap kegiatan penyuluhan kehutanan ialah proses penyampaian ilmu dan teknologi kehutanan. Ilmu bersifat teori, untuk memikirkan sesuatu. Teknologi bersifat praktis, menjalankan apa yang Pokok kegiatan Penyuluhan Kegiatan telah difikirkan oleh ilmu. Jadi materi yang disampaikan kepada para petani dapat berupa pengetahuan, misalnya pemberian informasi tentang perkembangan kehutanan, atau informasi lain yang menyangkut kehutanan. Materi yang bersifat praktis menyangkut teknologi, misalnya materi tentang cara mengerjakan tanah, cara membuat teras, cara membuat persemaian sederhana, bagaimana menanam pohon agar persentase tumbuhnya tinggi, bagaimana menanggulagi serangan hama dan sebagainya. Dengan demikian informasi pengetahuan hanya bersifat menolong, merangsang dan memperluas pandangan petani terhadap perkembangan dunia luar. Gagalnya hubungan atau tujuan penyuluhan kehutanan yang diharapkan, mungkin sebagian dapat disebabkan apabila ide yang disampaikan itu bertentangan dengan adat kebiasaan dan kepercayaan petani setempat. Mungkin juga karena ide yang disampaikan tidak sesuai dengan tingkat kemampuan dan jenis kegiatan memanfaatkan hutan yang sudah biasa dilaksanakan oleh masyarakat yang diberi anjuran, disinilah pentingnya pemilihan materi apa yang sesuai untuk suatu daerah, karena adanya

23 perbedaan adat, kepercayaan, tingkat kemampuan dan jenis kegiatan yang berbeda satu dengan lainnya. Dengan adanya metode dan media penyuluhan kehutanan, materi yang akan disampaikan harus sesuai pula dengan metode dan media yang akan digunakan. Sifat dan dasar materi yang disampaikan melalui media perorangan akan berbeda dengan sifat materi yang disampaikan media kelompok, ataupun media massa. Pada umumnya masyarakat tani lebih cepat menerima ide yang berpengaruh langsung pada produksi daripada ide yang tidak atau kurang langsung dirasakan. Misalnya, dalam suatu kegiatan Agroforestry, penggunaan pupuk yang baru akan lebih cepat diterima dibandingkan dengan pemberian informasi tentang cara menggunakan pestisida baru, sebab pengaruh atau akibat pupuk lebih langsung terasa dalam kenaikan produksi usaha Agroforestrynya. Demikian halnya penyampaian informasi tentang sesuatu yang sedang populer di kalangan masyarakat, akan lebih cepat diterima daripada materi yang terlalu baru. Misalnya dikalangan petani sedang populer atau ramairamai menanam cengkeh, maka materi yang menyangkut cara menanam cengkeh yang baik akan lebih cepat diterima dan dimanfaatkan daripada memperkenalkan varites cengkeh yang baru. Sebab ketidakpastian mengenai hal yang baru (teknologi) biasanya masih menjadi trauma dikalangan petani. Petani akan lebih percaya bilamana dapat melihat sendiri apa yang dianjurkan. Ada suatu anggapan bahwa "otak petani itu dimatanya". Petani akan lebih mengerti bilamana dapat melihat sendiri apa yang dianjurkan. Misalnya demonstrasi akan lebih besar pengaruhnya terhadap perubahan kelakuan petani dibandingkan pengaruh yang diakibatkan oleh penyuluhan melalui radio, atau media massa lisan dan tulisan. Apa yang disampaikan dalam penyuluhan kehutanan pada akhirnya diharapkan petani mau menerima, mempelajari, memanfaatkan, memiliki serta akan mengaplikasikannya dalam kegiatan memanfaatkan hutan. 23

24 Agar setiap materi penyuluhan kehutanan dapat diterima, dimanfaatkan dan diaplikasikan oleh petani, sifat yang harus dipunyai oleh materi penyuluhan kehutanan pada umumnya harus : a) Diperlukan oleh masyarakat tani kebanyakan; artinya harus disesuaikan dengan jenis kegiatan petani dalam memanfaatkan hutan dan kegiatan usahatani masyarakat setempat yang merupakan usaha perbaikan dari apa yang sudah dilakukan sebelumnya. b) Dapat dilaksanakan, sesuai dengan tingkat kemampuan saasaran. c) Mengena pada perasaan, artinya tidak bertentangan dengan adat kebiasaan, kepercayaan dan pola-pola petani dalam memanfaatkan hutan yang sudah bisa dikerjakan. Kalau ada kegiatan yang bersifat merusak hutan dan kegiatan tersebut akan dihentikan, maka materi yang disampaikan haruslah memakai cara-cara persuasif sehingga masyarakat bisa meninggalkan kebiasaan buruk tersebut tanpa merasa tersinggung. d) Memberi atau berakibat adanya keuntungan ekonomis; apa yang disampaikan harus lebih baik dari apa yang pernah dikerjakan oleh petani sebelumnya, ada pengaruh terhadap kenaikan taraf hidup keluarga petani. e) Mengesankan, artinya apa yang disampaikan berkesan di hati sehingga merangsang untuk berbuat seperti yang dianjurkan. f) Mendorong ke arah kegiatan; artinya materi harus diupauakan sedemikian rupa sehingga sasaran mau memperhatikan, mencoba menerima dan melaksanakannya. g) Materi yang disampaikan dalam penyuluhan kehutanan dapat berbentuk: 1) Dapat dilihat, misalnya materi yang disampaikan melalui slide, foto, pola yang diperbesar, surat menyurat, surat kabar, majalah dan melalui media lainnya dalam bentuk tulisan atau gambar statis. 2) Dapat didengar, seperti halnya penyuluhan melalui siaran radio (siaran pedesaan) 3) Dapat didengar dan dilihat; misalnya materi yang disampaikan melalui media film, televisi dan dalam peragaan selama pertemuan atau kursus tani. 24

25 4) Langsung dapat dipraktekkan; cara ini terutama terjadi dalam kegiatan demonstrasi dan peragaan dari suatu alat atau sarana. Misalnya kursus singkat penanganan lebah madu. 5) Materi manakah yang paling besar pengaruhnya atau paling baik untuk digunakan dalam penyuluhan kehutanan? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu diketahui hasil penelitian para ahli tentang daya tangkap seseorang terhadap sesuatu dalam proses belajar sebagai berikut: 20 % jika materi informasi diterima hanya melalui pendengaran. 30 % jika hanya diterima melalui penglihatan 60 % jika diterima melalui penglihatan dan pendengaran. 75 % jika dilaksanakan melalui peragaan (sasaran dapat melihat, mendengar dan mempraktekkan atau memperagakannya sendiri) Data di atas menujukkan bahwa sasaran akan lebih cepat menerima sesuatu jika mereka diajak mengerjakan dalam kegiatan yang sedang dianjurkan. Berbicara mengenai inovasi, maka di dalam inovasi terdapat dua tipe pesan yaitu pesan ideologi dan pesan informatif. 1. Pesan Ideologis, ialah konsep dasar yang melandasi dan dijadikan alasan untuk melaksanakan perubahan-perubahan atau pembangunan yang direncanakan demi terwujudnya perbaikan mutu hidup. Sebagai contoh, pembangunan di Indonesia memilih "Pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh seluruh masyarakat Indonesia demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur, materil dan spiritual berdasarkan Pancasila", sebagai pesan ideoliogisnya. Pesan ideologis seperti itu, terus menerus dimasyarakatkan dan ditanamkan ke dalam lubuk hati segenap warga masyarakat, baik sebelum perencanaan program-program pembangunan maupun proses pelaksanaan dengan maksud untuk menumbuhkan dan menggerakkan partisipasi masyarakat, serta menjaga agar pembangunan dapat terus berlangsung dan mencapai tujuan yang diinginkan. 25

26 2. Pesan Informatif, ialah segala bentuk informasi yang berkaitan dengan dan bergantung pada pesan ideologisnya. Pesan informatif dapat berbentuk kebijakan pembangunan, nilai-nilai sosial budaya dan semua informasi yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai serta segala macam upaya yang ingin dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan pembangunan yang direncanakan. Seperti ide-ide, metode, petunjuk teknis, informasi teknologi baru dan sebagainya. Ragam materi penyuluhan kehutanan mencakup: a. Kebijakan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan kehutanan (baik dari tingkat pusat sampai di tingkat lokal), seperti pola kebijakan umum pembangunan kehutanan, kebijakan harga dasar, penyaluran kredit usaha tani, distribusi sarana produksi, pengelolaan air dan lain-lain. b. Hasil-hasil penelitian/pegujian dam rekomendasi teknis yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. c. Pengalaman petani yang telah berhasil. d. Informasi pasar seperti: harga barang, penawaran dan permintaan produk usaha tani dan lain-lain. e. Petunjuk teknis mengenai penggunaan alat dan saprodi. f. Informasi tentang kelembagaan dan kemudahan-kemudahan yang berkaitan dengan pembangunan kehutanan, misalnya informasi tentang pusat-pusat informasi kehutanan, lembaga penelitian kehutanan, lembaga keuangan dan perbankan, lembaga pemasaran saprodi, perlengkapan kegiatan usaha tani, produk usaha tani dan lain-lain. g. Dorongan dan rangsangan untuk terciptanya swakarsa, swadana dan swadaya masyarakat. Beberapa petuah yang perlu menjadi pegangan penyuluh kehutanan. 1) Seorang yang melihat, lebih baik daripada seribu orang yang mendengarkan. 2) Sebuah gambar yang baik, lebih berharga daripada seribu kata-kata. 3) Pak tani akan lebih percaya bilamana ia dapat melihat dengan mata kepala sendiri apa yang sedang dinjurkan. 26

27 4) Jika saya mendengar, saya lupa. 5) Jika saya melihat saya ingat dan tahu. 6) Jika saya mengerjakan saya mengerti dan mengenal. B. RAGAM POKOK BAHASAN Sebagai proses pendidikan, setiap kegiatan penyuluhan perlu untuk merinci ragam pokok bahasan yang akan diusulkan, di lain pihak perlu untuk Ragam Pokok Bahasan selalu diingat bahwa sasaran penyuluhan adalah "manusia" yang akan diperbaiki mutu kehidupannya. Karena itu, ragam pokok bahasan dalam kegiatan penyuluhan kegiatan tidak hanya cukup dibatasi kepada halhal yang berkaitan langsung dengan kegiatan yang harus dikerjakan, tetapi juga harus mencakup hal-hal yang berkaitan dengan upaya perbaikan kesejahteraan keluarganya dan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan yang harus dihadapi di tengah-tengah masyarakat. Kajian terhadap ragam pokok bahasan yang diperlukan dalan kegiatan penyuluhan kehutanan terdiri dari beberapa pokok bahasan yaitu : 1. Pengetahuan dalam memanfaatkan hutan dan areal sekitar hutan. Pengetahuan ini tidak hanya berisikan petunjuk atau informasi tentang "apa" yang harus dikerjakan, tetapi juga mencakup: mengapa, bagaimana, berapa, kapan dan dimana kegiatan itu harus dilaksanakan agar dapat meningkatkan hasil (fisik) dan pendapatan (ekonomi) serta memperbaiki kesejahteraan (sosial budaya) dirinya sendiri, keluarganya maupun masyarakat. Materi-materi pengetahuan tentang agroforestry melalui usaha tani yang perlu disampaikan diantaranya adalah : a. Teknik budaya tanaman dan hewan (ternak, ikan, lebah maupun sutera) b. Pemilihan benih/bibit unggul c. Perlindungan tanaman d. Penggunaan saprodi e. Pengaturan pengairan untuk tanaman atau hewan 27

28 Disamping itu, tidak boleh dilupakan penyampaian materi yang berkaitan dengan kegiatan yang harus dilakukan agar produk yang dihasilkan nanti dapat dijual dan memperoleh penghasilan yang biasa disebut "teknologi pasca panen" yang meliputi : a. Cara panen dan pengumpulan hasil. b. Pengangkutan dan penyimpanan. c. Pengolahan dan pengemasan. d. Pemilahan dan penyeragaman (grading). 2. Pengetahuan Tentang Ekonomi Kehutanan Terutama diarahkan kepada perbaikan pengelolaan hutan maupun usaha tani melalui agroforestry yang lebih efisien agar dapat lebih memberi manfaat ekonomi (pendapatan, keuntungan) yang lebih tinggi. 3. Pengetahuan Pengelolaan Rumah Tangga Petani Tidak dapat disangkal bahwa pelaksanan utama pembangunan kehutanan dipedesaan adalah petani-petani kecil yang belum dapat memisahkan secara tegas antara pengelolaan rumah tangganya dengan pengelolaan hutan. Karena itu kegiatan penyuluhan kehutanan ditujukan kepada terwujudnya efisiensi pengelolaan hutan yang harus dibarengi kegiatan penyuluhan tentang pengelolaan rumah tangga petani itu sendiri. 4. Pelembagaan Petani Berbeda dengan golongan masyarakat yang lain, petani dipedesaan umumnya masih memiliki hubungan sosial yang sangat erat kaitannya satu dengan yang lain. Hal ini terjadi, bukan saja karena masih memiliki hubungan kekerabatan dalam satu sistim keluarga luas (extended family), tetapi sifat pekerjaaan yang mereka lakukan seringkali menuntut kerjasama dan kesepakatan bersama. Karena itu, di dalam kegiatan penyuluhan kehutanan mutlak untuk diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pelembagaan petani, khususnya yang menyangkut dinamika kelompok dan kepemimpinan kelompok tani. 5. Politik Pembangunan Kehutanan 28

29 Selama berlangsungnya penyuluhan kehutanan, harus pula diperhatikan pokok bahasan yang menyangkut politik pembangunan kehutanan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah, karena tujuan pembangunan kehutanan tidak hanya untuk perbaikan mutu hidup perorangan atau perbaikan kesejahteraan masyarakat setempat saja, melainkan demi terwujudnya perbaikan mutu hidup dan kesejahteraan seluruh hidup masyarakat yang bersangkutan serta terjaminnya pemanfaatan hutan secara lestari dan berkesinambungan. Termasuk dalam pokok bahasan ini diantaranya; peranan pembangunan kehutanan dalam pembangunan sosial, peran dan tanggung jawab serta kewajiban masyarakat, serta kebijakan-kebijakan dan kemudahan-kemudahan yang disediakan pemerintah bagi pembangunan kehutanan. C. SUMBER-SUMBER MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN Dari beragam sumber penyuluhan yang ada, dapat dikelompokkan menjadi: 1. Sumber resmi dari instansi pemerintah, baik yang berasal dari : a) Departemen Kehutanan dan dinas-dinas terkait b) Lembaga penelitian dan pengembangan c) Pusat-pusat pengkajian d) Pusat-pusat informasi e) Pengujian lokal yang dilaksanakan oleh penyuluh 2. Sumber resmi dari lembaga-lembaga swasta/lembaga swadaya masyarakat yang khusus bergerak di bidang penelitian, pengkajian dan penyebaran informasi. 3. Pengalaman petani, baik dari pengalaman usaha taninya sendiri atau hasil dari demplot khusus yang dilakukan secara oleh petani tanpa bantuan penyuluh. 4. Sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya informasi pasar dari pedagang dan dari perguruan tinggi. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : 29

30 1. Materi yang berasal dari lembaga-lembaga resmi (pemerintah atau swasta) seringkali tidak selalu sesuai dengan kondisi pengguna, meskipun telah teruji melalui metode ilmiah tertentu. Hal ini disebabkan baik lingkungan fisik maupun sumber daya yang digunakan tidak selalu sama seperti yang dimiliki atau dimanfaatkan oleh pengguna, khususnya yang berkaitan dengan; peralatan yang digunakan, pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai dan tersedianya modal yang terbatas. Sehingga tidaklah mengherankan jika materi-materi yang disampaikan seringkali ternyata secara teknis tidak dapat dilaksanakan, secara ekonomi tidak menguntungkan dan tidak dapat diterapkan karena pertimbanganpertimbangan politis, sosial dan budaya yang tidak mendukung. 2. Materi yang berasal dari pengalaman petani, seringkali masih diragukan keterandalannya (ketepatan dan ketelitiannya), karena seringkali dilaksanakan tanpa memperhatikan metode ilmiah tertentu yang telah dibakukan. 3. Materi yang berasal dari sumber lain, seringkali tidak jujur, karena adanya kepentingan-kepentingan tertentu (yang selalu diikutkan) yang selalu tidak sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan pengguna maupun masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, sebaiknya setiap pengguna inovasi selalu bersifat hatihati, dengan selalu mencoba terlebih dahulu dalam skala usaha yang relatif kecil sebagai petak pengalaman atau dengan melakukan pengujian local (local verification trial). Penerapan secara langsung setiap inovasi dalam skala yang luas, hanya dapat diterima manakala pengguna telah memiliki pengalaman yang baik dengan setiap sumber materi yang diterimanya. D. SIFAT-SIFAT MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN Ditinjau dari sifatnya, maka sifat-sifat materi penyuluhan kehutanan dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu : a. Berisikan Pemecahan Masalah Yang Sedang dan Akan Dihadapi. 30

31 Seperti yang telah dijelaskan dalam filosofi penyuluhan yang berusaha untuk membantu orang lain agar mereka dapat membantu dirinya sendiri, materi yang berisikan pemecahan masalah merupakan kebutuhan utama yang diperlukan oleh masyarakat sasaran. Karena itu, di dalam setiap kegitan penyuluhan, materi ini harus lebih diutamakan terlebih dahulu, sebelum menyampaikan materi-materi yang lainnya. Sebaliknya, andanya kebiasaan penyuluh untuk menyampaikan materi-materi yang hanya bernilai sebagai informasi biasa, seringkali membuat masyarakat sasarannya kurang menaruh simpati, yang pada gilirannya dapat berakibat fatal karena tidak pernah mengabaikan setiap materi penyuluhan yang disampaikannya. b. Berisikan Petunjuk atau Rekomendasi Yang Harus Dilaksanakan. Materi penyuluhan yang berupa petunjuk/rekomendasi yang harus dilaksanakan, seringkali sangat diharapkan oleh masyarakat sasaran, meskipun kurang memperoleh prioritas dibanding dengan materi yang berisikan pemecahan masalah. Karena itu, materi seperti ini hanya dibatasi pada petunjuk/rekomendasi yang harus segera dilaksanakan. Penyuluh yang cerdik, pasti tidak akan memberi petunjuk/rekomendasi yang baru akan dilaksanakan pada masa-masa mendatang (masih memerlukan waktu beberapa lama lagi), sebab pada saatnya harus dilaksanakan/ diterapkan masyarakat sasarannya sudah lupa dan harus diulang kembali. Bahkan mungkin petunjuk/rekomendasi tersebut seharusnya diperbaiki atau disempurnatakan dengan perubahan atau perkembangan keadaan yang dihadapi. c. Materi Yang Bersifat Instrumental. Berbeda dengan kedua materi yang disampaikan di atas, materi penyuluhan seperti ini harus "dikonsumsi" dalam waktu cepat, tetapi merupakan materi yang perlu diperhatikan dan mempunyai manfaat jangka panjang, seperti: kewirausahaan, pembentukan koperasi, pembinaan kelompok, dll. Sesuai dengan sifatnya, materi-materi yang disampaikan biasanya berkaitan dengan peningkatan dinamika kelompok, dorongan bagi 31

32 tumbuhnya swakarsa, swakarya dan swadaya atau hal-hal yang berkaitan dengan kemandirian yang lain. E. PEMILIHAN MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN Apapun materi penyuluhan yang disampaikan oleh seorang penyuluh, pertama-tama harus diingat bahwa materi tersebut harus selalu mengacu kepada kebutuhan yang telah dirasakan oleh masyarakat sasarannya. Tetapi, di dalam prakteknya seringkali penyuluh menghadapi kesulitan untuk memilih dan menyampaikan materi yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat sasarannya. Hal ini bisa disebabkan keragaman sasaran yang dihadapi (sehingga menuntut keragaman kebutuhan yang berbeda), atau keragaman materi yang harus disampaikan pada saat yang sama. Kesulitan lain juga dapat muncul manakala pemahaman tentang sasaran dan waktu menjadi pembatas. Ragam materi penyuluhan kehutanan dapat dikelompokkan menjadi: 1. Materi pokok, yaitu materi yang benar-benar dibutuhkan dan harus diketahui sasaran-sasarannya. Materi pokok, sedikitnya mencakup 50% dari seluruh materi yang ingin disampaikan pada saat yang sama. 2. Materi yang penting, yaitu materi yang berisikan dasar pemahaman tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan yang dirasakan oleh sasarannya. 3. Materi Penunjang, yaitu materi yang masih berkaitan dengan kebutuhan yang dirasakan, yang sebaiknya diketahui oleh sasaran untuk memperluas cakrawala pemahamannya tentang kebutuhan materi yang dirsakannya itu. Materi ini maksimal sebanyak 20% dari seluruh materi yang diberikan. 4. Materi yang Mubazir, yaitu materi yang sebenarnya tidak perlu dan tidak ada kaitannya dengan kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat sasarannya. Karena itu dalam setiap kegiatan penyuluhan, sebaiknya justru dihindari penyampaian materi seperti ini. 32

33 RANGKUMAN 1. Materi penyuluhan kehutanan, pada hakekatnya merupakan segala pesanpesan mengenai pengelolaan hutan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kehutanan kepada masyarakat sebagai sasarannya. Dengan kata lain, materi penyuluhan adalah pesan yang ingin disampaikan dalam proses komunikasi pembangunan kehutanan, pokok setiap kegiatan penyuluhan kehutanan ialah proses penyampaian ilmu dan teknologi kehutanan. 2. Inovasi memiliki dua tipe pesan yaitu pesan ideologi dan pesan informatif. 3. Kajian terhadap ragam pokok bahasan yang diperlukan dalan kegiatan penyuluhan kehutanan terdiri dari beberapa pokok bahasan yaitu : a. Pengetahuan dalam memanfaatkan hutan dan areal sekitar hutan b. Pengetahuan Tentang Ekonomi Kehutanan c. Pengetahuan Pengelolaan Rumah Tangga Petani d. Pelembagaan Petani e. Politik Pembangunan Kehutanan 4. Dari beragam sumber penyuluhan yang ada, dapat dikelompokkan menjadi: a. Sumber resmi dari instansi pemerintah b. Sumber resmi dari lembaga-lembaga swasta/lembaga swadaya masyarakat yang khusus bergerak di bidang penelitian, pengkajian dan penyebaran informasi. c. Pengalaman petani d. Sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya informasi pasar dari pedagang dan dari perguruan tinggi. 5. Ditinjau dari sifatnya, maka sifat-sifat materi penyuluhan kehutanan dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu : Berisikan Pemecahan Masalah Yang Sedang dan Akan Dihadapi Berisikan Petunjuk atau Rekomendasi Yang Harus Dilaksanakan Materi Yang Bersifat Instrumental. 6. Ragam materi penyuluhan kehutanan dapat dikelompokkan menjadi materi pokok, materi yang penting, materi penunjang, dan materi yang mubazir. 33

34 \ SOAL LATIHAN 1. Jelaskan ragam materi dan ragam pokok bahasan materi Penyuluhan Kehutanan! 2. Jelaskan sifat-sifat yang harus dipunyai oleh materi Penyuluhan Kehutanan! 3. Jelaskan pengelompokan dari ragam sumber-sumber materi Penyuluhan Kehutanan! 4. Sebutkan dan Jelaskan sifat-sifat materi Penyuluhan Kehutanan! 5. Jelaskan pemilihan materi Penyuluhan Kehutanan dan sebutkan pengelompokan ragam materi Penyuluhan Kehutanan! 34