SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(II) DENGAN LIGAN 3,6-DI-2-PIRIDIL-1,2,4,5-TETRAZIN (DPTZ)

dokumen-dokumen yang mirip
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Jurnal Kimia Indonesia

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian

METODE INOVATIF TERMODIFIKASI UNTUK SINTESIS KOMPLEKS INTI TUNGGAL [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ]

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Mn(NO 3 ) 2 DAN Co(NO 3 ) 2 DENGAN CAMPURAN LIGAN 8- HIDROKSIKUINOLINA DAN ANION DISIANAMIDA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN BENZOKAIN

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

SINTESIS DAN KARAKTERISASI GARAM RANGKAP KALSIUM TEMBAGA(II) ASETAT HEKSAHIDRAT CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

3 Metodologi penelitian

LAMPIRAN B DATA HASIL PENGINDEKSAN DAN PENGHALUSAN PUNCAK DIFRAKSI SINAR-X SERBUK

Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap.

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa

3. Metodologi Penelitian

Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SINTESIS DAN UJI TOKSISITAS KOMPLEKS LOGAM Co(II)/Zn(II) DENGAN LIGAN ASAM PIRIDIN- 2,6-DIKARBOKSILAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

Sintesis dan Sifat Magnetik Kompleks Ion Logam Cu(II) dengan Ligan 2-Feniletilamin

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(III)-EDTA ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom:

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS BESI HEKSASULFANILATOBESI(II) DIHIDRAT

3. Metodologi Penelitian

larutan yang lebih pekat, hukum konservasi massa, hukum perbandingan tetap, hukum perbandingan berganda, hukum perbandingan volume dan teori

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS SENG-MORIN DAN POTENSINYA SEBAGAI PENGHAMBAT AKTIVITAS ENZIM LIPASE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Molekul, Ion dan Senyawa Kimia

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I PERCOBAAN V

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

HUKUM DASAR KIMIA. 2CUO. 28GRAM NITROGEN 52 GRAM MAGNESIUM NITRIDA 3 MG + N 2 MG 3 N 2

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

5009 Sintesis tembaga ftalosianin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

Hukum Dasar Kimia Dan Konsep Mol

Diterima tanggal 19 September 1998, disetujui untuk dipublikasikan 5 April 1999

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Zn(NO 3 ) 2 DAN ZnSO 4 DENGAN LIGAN 2,2 -BIPIRIDINA

Sintesis, Karakterisasi dan Immobilisasi Kompleks Besi (II) pada Support Silika Modifikasi

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM PERIODIK UNSUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(III) DENGAN LIGAN 1,10-FENANTROLIN DAN ANION TRIFLUOROMETANASULFONAT

PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN BORNIT (Cu5FeS4) VARIASI RAPAT ARUS DAN PENGOMPLEKS EDTA SECARA ELEKTROKIMIA

4 Hasil dan Pembahasan

Bab 3 Metodologi Penelitian

KIMIA ANORGANIK TRANSISI

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi

Laporan Kimia Analitik KI-3121

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

8.4 Senyawa Kompleks

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

APLIKASI KOMPLEKS BESI(II)-1,2,4-TRIAZOL UNTUK SENYAWA SENSOR SUHU PADA DISPLAY FENOMENA SPIN CROSSOVER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STOIKIOMETRI. STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

4009 Sintesis asam adipat dari sikloheksena

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Vol. 7, No. 1, Oktober 005, hal : 16-0 SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(II) DENGAN LIGAN,6-DI--PIRIDIL-1,,4,5-TETRAZIN (DPTZ) ABSTRAK Dini Zakiah Fathiana 1 dan Djulia Onggo 1 Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi (PET) - LIPI Jl. Cisitu No. 1/154D Bandung Departemen Kimia - ITB Jl. Ganesha No. 10 Bandung SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI (II) DENGAN LIGAN,6-DI--PIRIDIL-1,,4,5-TETRAZIN (DPTZ). kompleks dari garam Besi(II) dengan ligan,6-di--piridil-1,,4,5-tetrazin (DPTz) telah disintesis. Rumus molekul senyawa kompleks ditentukan dengan analisis kadar ion logam, pengukuran hantaran, analisis termal gravimetri, dan analisis komposisi unsur C, H, dan N. Atas dasar hasil analisis tersebut, senyawa kompleks yang diperoleh merupakan kompleks berinti tunggal dengan rumus molekul [Fe(DPTz O ](X dengan X = BF 4- (1) dan ClO 4- (). Kedua senyawa yang dihasilkan berwarna biru tua dengan rendemen masing-masing 51% dan 6%. kompleks tersebut menunjukkan sifat magnet yang unik, dengan nilai momen magnet yang diperoleh sekitar,5 BM. Setelah dilakukan pemanasan sampai dengan 60 o C ternyata kedua senyawa kompleks tersebut menunjukkan sifat paramagnetik, dengan nilai momen magnet sekitar 5 BM. Keunikan sifat magnet ini, menunjukkan adanya indikasi yang baik untuk dapat mengamati kemampuan transisi spin dari senyawa kompleks tersebut melalui penelitian yang lebih lanjut. Kata kunci : Kompleks besi(ii), spin transisi, DPTz ABSTRACT SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION COMPLEX COMPOUND OF IRON (II) WITH.6-DI--PIRIDIL-1,,4,5-TETRAZINE (DPTZ). Complex compound of iron(ii) salts with,6-di--pyridyl- 1,,4,5-tetrazine (DPTz) ligand have been synthesized. The molecular formula of the complex compound has been determined by metal ion analysis, measurenment of conductance of the compound, thermal gravimetric analysis, and elemental C, H, N composition analysis. Based on the analysis result, the complex compound is found as a mononuclear complex with molecular formula of [Fe(DPTz O ](X with X = BF 4- (1) and ClO 4- (). Both of the compound have dark blue colour with the yield of 51% and 6% for tetrafluoroborate and perchlorate compound respectively. The compound show unique magnetic properties, with magnetic moment about.5 BM at room temperature. After heated up to 60 o C, both complexes show paramagnetic properties with magnetic moments about 5 BM. This unique magnetic properties, shows there is good indication for observe prosperity of spin transition from this compound by means of furthermore research. Key words : Iron (II) complex, transition spin, DPTz PENDAHULUAN Ion logam transisi memiliki sifat-sifat unik yang berbeda dari ion logam-logam lainnya seperti berbilangan oksidasi lebih dari satu, sifat katalitik, sifat magnet dan spektrum elektronik. Ion ini berperan besar dalam pembentukan senyawa kompleks karena memiliki orbital d yang belum seluruhnya terisi penuh dengan elektron sehingga mampu menerima pasangan elektron dari ligan untuk berikatan. Ion-ion logam transisi yang memiliki konfigurasi elektron valensi d 6 seperti besi(ii), mempunyai sifat magnet yang menarik. Dalam senyawa kompleksnya, ion besi(ii) dapat memiliki perbedaaan jumlah elektron tak berpasangan pada keadaan spin tinggi (4) dan spin rendah (0). Keadaan spin tinggi (paramagnetik, S=) dan spin rendah(diamagnetik, S=0) dari ion logam d 6 ini, memiliki perbedaan momen magnet yang besar. Sifat magnet tersebut, dapat dimanfaatkan dalam sintesis senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan transisi spin [1]. Transisi spin tersebut dapat terjadi secara reversibel dan dapat diinduksi oleh perubahan suhu, tekanan atau iradiasi dan terjadi dalam beberapa nanodetik. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis dan mengkarakterisasi senyawa kompleks besi (II) dengan 16

Sintesis dan Karakterisasi Kompleks BESI (II) dengan Ligan,6-Di--Piridil-1,,4,5-Tetrazin (DPTz) (Dini Zakiah Fathiana) e g e g digunakan 1,48 gram Fe(ClO 4.6H O ( mmol) yang dilarutkan dalam 5 ml etanol. t g spin rendah Suhu Tekanan Radiasi cahaya menggunakan ligan,6-di--piridil-1,,4,5-tetrazin (Dptz) [] yang diharapkan dapat memiliki sifat transisi spin dalam senyawa kompleks tersebut. Pengembangan selanjutnya, sintesis senyawa kompleks besi (II) ini diharapkan pula menghasilkan material transisi spin baru yang dapat digunakan sebagai saklar optik, sensor suhu dan tekanan maupun material penyimpan memori dalam aplikasi nanoteknologi. Dalam hal ini, karakterisasi kedua kompleks yang dihasilkan merupakan penelitian yang perlu diperdalam. METODE PERCOBAAN spin tinggi 1 A 1g 5 T g S = 0 S = Gambar 1. Transisi spin dalam kompleks besi (II) d 6 Sintesis Kompleks Besi (II) dengan DPTz Dalam Sintesis kompleks besi(ii) dengan menggunakan ligan,6-di--piridil-1,,4,5-tetrazin (DPTz), digunakan garam besi Fe(BF 4.6H O sebagai sumber ion besi (II) ( Kompleks-1). Dalam tahap sintesis ini, digunakan pula garam besi Fe(ClO 4. 6H O sebagai sumber ion pusat besi (II) ( Kompleks-). Akan tetapi karena keterbatasan sifat perklorat yang mudah meledak pada tekanan dan suhu tinggi, maka kompleks yang diperoleh digunakan sebagai pembanding dalam tahap karakterisasi senyawa kompleks. Sintesis Kompleks-1 Sejumlah 0,5 gram ligan DPTz ( mmol) dilarutkan dalam 60 ml etanol, diaduk perlahan dan dipanaskan hingga larut sempurna. Ke dalam larutan ini dalam keadaan panas ditambahkan 1,5 gram Fe(BF 4.6H O (4 mmol) yang telah dilarutkan dalam 9 ml air. Kemudian campuran tersebut didinginkan pada suhu ruang selama 1 malam hingga terbentuk endapan. Endapan yang terbentuk lalu disaring dengan filtrasi vakum dan dicuci dengan etanol, lalu dikeringkan dalam desikator yang berisi pengering silika gel. Setelah endapan kering ditimbang beratnya untuk mendapatkan rendemen sintesis. Sintesis Kompleks- Prosedur yang sama seperti diatas telah dilakukan untuk sintesis kompleks besi(ii) perklorat dengan DPTz. Pada percobaan ini, sebagai sumber ion besi(ii) t g Karakterisasi Tahap karakterisasi yang dilakukan terbagi menjadi dua bagian, yaitu penentuan rumus molekul dan penentuan sifat magnet. Untuk penentuan rumus molekul senyawa kompleks dilakukan beberapa analisis yaitu Spektrofotometri Serapan Atom (SSA), Konduktometri, Thermal Gravimetry Anaysis (TGA), dan Analisis Unsur CHN. Sedangkan penentuan sifat magnet dilakukan dengan pengukuran Susseptibilitas Magnet dengan MSB. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sintesis Kompleks Besi(II) dengan Ligan DPTz kompleks yang diperoleh memberikan rendemen 51%. Sintesis kompleks besi(ii) dengan ligan DPTz ini, dilakukan pula dengan menggunakan garam Fe(ClO 4.6 H O sebagai sumber ion logam ( Kompleks-) yang memperoleh rendemen 6%. Ukuran anion perklorat yang lebih besar dari tetra fluoro borat, akan lebih mudah mengendapkan kation kompleks yang diperoleh. Sehingga kompleks ini mengendap lebih cepat dan memberikan rendemen yang lebih besar. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil sintesis senyawa kompleks Kompleks 1 Berat (gram) 0,751 0,4761 Rendemen 51 6 Warna kristal Biru tua Biru tua Hasil Karakterisasi Kompleks Bentuk kristal Serbuk Serbuk Pada tahap karakterisasi ini, senyawa kompleks yang telah disintesis kemudian dilakukan analisis kadar besi, muatan kompleks, jumlah hidrat, dan komposisi unsur C, H, N, sehingga diketahui rumus molekulnya. Sedangkan pengukuran susseptibilitas magnet dilakukan untuk menentukan sifat magnet kedua senyawa kompleks tersebut. Penentuan Rumus Molekul Dari berbagai hasil karakterisasi yang diperoleh, dapat dilakukan pendekatan mengenai rumus empiris dari senyawa kompleks yang diperoleh. Berdasarkan data hasil analisis kadar besi dalam sampel, muatan kompleks, jumlah hidrat, dan hasil komposisi unsur C, H, N, diperkirakan senyawa kompleks besi(ii) dengan ligan DPTz memiliki rumus molekul [Fe(DPTz O ](X dimana X = BF 4-, ClO 4-. Dalamhal ini, kompleks inti ganda yang diharapkan tidak berhasil diperoleh. 17

Penentuan Kadar Ion Besi(II) dengan SSA Penentuan kadar ion logam dalam senyawa kompleks, dilakukan dengan Spektrofotometri Serapan Atom. Dari kurva kalibrasi yang diperoleh, dapat dihitung konsentrasi besi dalam senyawa kompleks tersebut yang sebanding dengan absorbansi yang terukur. Hasil yang didapat, menunjukkan bahwa kadar besi dalam sampel kompleks-1 adalah sebesar 7,9%. Jika diandaikan senyawa yang diperoleh merupakan kompleks berinti ganda, maka hasil ini jauh berbeda dengan perhitungan kadar besi secara teoritis. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Hasil penetapan kadar besi Perkiraan Rumus Molekul Kompleks Kadar Teoritis Kadar Praktis Kesalahan Relatif [Fe (DPTz)O) 4](BF 4) 4 14,56 7,9 49,9 [Fe(DPTzO](BF 4 7,57 7,9,8 [Fe(DPTz)O) 4](BF 4 10,9 7,9 9,84 [Fe(DPTz) ](BF 4 5,95 7,9 4,0 [Fe (DPTz)O) 4](ClO 4) 4 1,65 7,15 47,6 Tabel. Hasil pengukuran hantaran KCl Fe(ClO 4.6H O AlCl Kompleks 1 Kompleks Vol. 7, No. 1, Oktober 005, hal : 16-0 Λ (Hantaran Molar) (S cm mol -1 ) 11,06 71,4 41, 70,58 68,10 Jumlah ion 4 Penentuan Jumlah Hidrat dengan TGA Muatan Kation +1 + + + + Molekul air hidrat, biasanya akan lepas pada rentang suhu 100 o C hingga 00 o C dan akan menyebabkan pengurangan berat sampel sebagai fungsi suhu yang teramati pada kurva TGA. Hasil pengamatan yang diperoleh dari analisis TGA pada Gambar, menunjukkan tidak adanya pengurangan berat akibat pemanasan pada rentang suhu 100 o C sampai dengan 00 o C. Dengan demikian, diperkirakan senyawa kompleks 1 dan kompleks tidak mengandung air hidrat. Tidak adanya pengurangan berat sampel ini, ditunjukkan pula oleh kurva DTG (Differential Thermal Gravimetry) yang merupakan turunan pertama dari kurva TGA. Pada termogram sampel 1, dapat diamati terjadinya pengurangan berat pada rentang suhu 41,7 o C sampai [Fe(DPTzO](ClO 4 7, 7,15, [Fe(DPTz)O) 4](ClO 4 9,9 7,15 7,9 [Fe(DPTz) ](ClO 4 5,79 7,15,49 Dari berbagai prakiraan rumus molekul yang mungkin, maka senyawa yang terbentuk kemungkinan merupakan kompleks berinti tunggal [Fe(DPTz O ](BF 4. Dengan rumus molekul yang diperkirakan tersebut, kadar besi praktis dianggap paling mendekati kadar teoritisnya yaitu sebesar 7,57%, dengan kesalahan relatif lebih kecil dari 4% yang berkenaan dengan ketelitian penetapan. Dengan asumsi rumus molekul kompleks inti tunggal [Fe(DPTz O ](ClO 4, maka senyawa kompleks- yang mempunyai kadar besi 7,15% lebih mendekati kadar teoritisnya. a Penentuan Jumlah Ion dan Muatan Kompleks dengan Konduktometri Berdasarkan hasil pengukuran hantaran dari senyawa kompleks yang diperoleh, dan perbandingannya dengan hantaran larutan standar seperti ditunjukkan pada Tabel, dapat disimpulkan bahwa senyawa kompleks 1 dan kompleks memiliki jumlah ion, sehingga muatan kation kompleksnya adalah +. Hasil ini memperkuat asumsi rumus molekul awal dari hasil SSA, yang menunjukkan bahwa kation kompleks yang diperoleh bermuatan +. Gambar. Termogram (a) Kompleks-1 dan (b) Kompleks- b 18

Sintesis dan Karakterisasi Kompleks BESI (II) dengan Ligan,6-Di--Piridil-1,,4,5-Tetrazin (DPTz) (Dini Zakiah Fathiana) dengan 08,7 o C sebanyak,8%. Hasil ini mendekati perhitungan lepasnya dua molekul tetra fluoro borat, yang berperan sebagai anion dalam senyawa kompleks 1 tersebut. Jumlah % berat sampel yang tersisa sebanding dengan % berat kation kompleks dari senyawa kompleks 1 yaitu 7,7%, dalam hal ini diasumsikan senyawa kompleks ini memiliki rumus molekul [Fe(DPTz O ](BF 4. Dalam termogram senyawa kompleks, terjadi pengurangan berat yang cukup besar pada suhu sekitar 00 o C. Pada suhu lebih dari 00 o C, ion perklorat akan mudah meledak. Akibatnya pengurangan berat sampel yang terjadi tidak dianggap sebagai lepasnya molekul perklorat saja, karena kemungkinan saat letupan terjadi sebagian sampel ikut terhambur dari wadahnya sehingga pengurangan berat sampel yang teramati menjadi sangat besar. Penentuan Komposisi Unsur C, H, N dengan Elemental Analyzer Dari berbagai perkiraan rumus molekul yang mungkin bagi senyawa kompleks yang diperoleh, maka perbandingan komposisi unsur teoritis yang paling mendekati hasil eksperimen dimiliki oleh senyawa kompleks inti tunggal dengan rumus molekul [Fe(DPTz O ](X dimana X = BF 4-, ClO 4-. Hasil analisis unsur karbon, hidrogen dan nitrogen, menunjukkan bahwa senyawa kompleks ion besi(ii) dengan ligan DPTz yang diperoleh memiliki komposisi unsur C, H, dan N seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil analisis unsur C, H dan N Rumus Molekul Massa Molekul Relatif 1 [Fe(DPTzO](BF 4 77,95 [Fe(DPTzO](ClO 4 76, Komposisi Unsur Eksperimen C H N 40,87 (9,0) 9,67 (7,7) 1,97 (,17),6 (,09) 19,44 (,77) 18,7 (,01) Keterangan: Nilai yang tertera dalam tanda kurung menunjukkan hasil perhitungan teoritis. Penentuan Sifat Magnet Penentuan sifat magnet dari senyawa kompleks, ditentukan dari harga kerentanan magnetnya yang diukur dengan neraca susseptibilitas magnet (MSB). Pada tahap karakterisasi ini, kedua sampel senyawa kompleks diukur dengan tiga perlakuan pemanasan yang berbeda untuk mengamati perubahan momen magnet yang terjadi. Kondisi pertama dilakukan dengan mengukur R sampel tanpa dipanaskan terlebih dahulu. Pada kondisi kedua masing-masing sampel di panaskan hingga mencapai suhu 40 o C, kemudian sampel tersebut didinginkan pada suhu kamar sekitar 0 menit dan setelah dingin dilakukan pengukuran momen magnet dengan alat MSB. Untuk perlakuan ketiga, pemanasan pada masing-masing sampel dilakukan hingga suhunya mencapai 60 o C. Hasil pengukuran momen magnet yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel 5. Pada suhu ruang, momen magnetdari senyawa kompleks 1 dan kompleks diperoleh sebesar,5 dan,8. Diperkirakan besar momen magnet tersebut, menunjukkan adanya campuran fraksi spin tinggi paramagnetik dengan fraksi spin rendah diamagnetik dari senyawa kompleks besi(ii) yang diperoleh. Umumnya kompleks besi(ii) bersifat diamagnetik bila momen magnetnya mendekati 0, dan bersifat paramagnetik bila momen magnetnya sekitar 5 BM []. Pada suhu pemanasan mencapai ~50 o C terjadi perubahan warna dari senyawa kompleks yang berwarna biru tua menjadi hitam. Sifat paramagnetik dari kedua senyawa tersebut, diperoleh setelah suhu pemanasan 60 o C. Modifikasi struktur yang terjadi akibat peningkatan suhu, ditunjukkan dengan terjadinya kenaikan momen magnet dan perubahan warna dari senyawa kompleks tersebut. Dengan pemanasan, fraksi-fraksi spin rendah dalam senyawa tersebut, berubah menjadi fraksi-fraksi spin tinggi. Hasil ini merupakan indikasi yang baik untuk dapat mengamati kemampuan transisi spin dari kompleks tersebut. Dengan diperolehnya keadaan paramagnetik dari suatu senyawa kompleks, akan lebih mudah dalam menganalisis kemampuan transisi spinnya, yaitu dengan menurunkan temperatur atau menaikkan tekanan. Tabel 5. Hasil penentuan momen magnet senyawa kompleks Kompleks [Fe(DPTzO](BF 4 [Fe(DPTzO](ClO 4 Kondisi Pengukuran Berat Sampel (gram) Tinggi Sampel dalam Tabung (cm) Suhu Ruang Saat Pengukuran ( o C) eff (BM) - 0,0861 1,7 7,50 40 0,0915 6,5,9 60 0,0947, 6,5 5,5-0,0706 1,6 7,8 40 0,0855 1,8 6,5,57 60 0,1067,1 6,5 4,8 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa sintesis senyawa kompleks besi(ii) dengan ligan,6-di--piridil-1,,4,5- tetrazin(dptz), menghasilkan padatan kompleks berwarna biru tua. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, senyawa tersebut membentuk kompleks berinti tunggal dengan rumus molekul [Fe(DPTz O ](X dengan X = BF 4- (1) dan ClO 4- (). Rendemen yang diperoleh untuk senyawa (1) dan () berturut-turut adalah sebesar 51% dan 6%. Kedua senyawa tersebut menunjukkan nilai momen magnet sekitar,5 BM pada 19

suhu ruang. Namun, dengan pemanasan sampai 60 o C keduanya menunjukkan sifat paramagnetik dengan momen magnet sebesar 5 BM. Vol. 7, No. 1, Oktober 005, hal : 16-0 Saran Pada penelitian berikutnya disarankan untuk memperoleh kristal tunggal dari senyawa tersebut, agar dapat diketahui struktur molekulnya dengan tepat. Selain daripada itu, untuk mengetahui karakteristik transisi spin perlu dilakukan teknik pengukuran momen magnetik dan spektrum Mössbauer, pada berbagai variasi suhu, tekanan, dan iradiasi. DAFTARACUAN [1.] ANDREA, E., MUNNO, G. DE., JULVE, M., REAL, J.A., LLORET, F. J. Chem. Soc. Dalton Trans, (199) 169-174 [.] MURDIANTI, B. S., Skripsi, Institut Teknologi Bandung, Bandung,(000), 1-, 6-7 [.] MIESSLER, G. L., TARR, DONALD. A., Inorganic Chemistry; nd edition, Prentice Hall International, Inc, New Jersey, (1999). 14-16, 6-9 TANYAJAWAB Ridwan, Puslitbang Iptek Bahan - BATAN Pertanyaan 1. Apa maksud dari kesalahan relatif > % (~50%) Jawaban 1. Berbagai perkiraan rumus molekul ditentukan, agar dapat diketahui rumus molekul yang memiliki kesalahan relatif paling kecil (kadar praktis paling mendekati kadar teoritisnya), sehingga dapat diketahui dari rumus molekul pertama, ketiga dan keempat yang memiliki kesalahan relatif sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga perkiraan rumus molekul tersebut tidak mungkin untuk senyawa kompleks hasil sintesis. 0