PERBEDAAN KEKUATAN KARAKTER (CHARACTER STRENGTHS) NARAPIDANA PADA TINDAK PIDANA KRIMINAL DAN NARKOTIKA DI LAPAS KELAS II A PEMUDA TANGERANG.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sama halnya yang dikemukakan oleh Purdi E. Chandra yang merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan. Berdasarkan UU

Studi Deskriptif Mengenai Kekuatan Karakter (Character Strength) pada Relawan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Bandung

Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah character strength

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Studi Deskriptif Mengenai Profil Kekuatan Karakter Pada Mahasiswa Hafidz Qur an di Pesantren Daarut Tauhiid Bandung

Hubungan Antara Persepsi Tentang Foto Profil Pada Facebook Dengan Normal Narsisme Remaja

Studi Deskriptif Mengenai Character Strength pada Perawat di RS. Muhammadiyah Kota Bandung

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA WANITA TANGERANG

PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN POLA ASUH OTORITER. DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA MTs NURUL HUDA DEMPET SKRIPSI

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KINERJA KARYAWAN. Skripsi

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tolak ukur segala hal mengenai harapan dan tujuan dari bangsa

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN SAAT BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi.

--PERNYATAAN. Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Budaya Organisasi

Prosiding Psikologi ISSN:

Studi Deskriptif Mengenai Character Strength Pada Guru Di Sekolah Menengah Pertama Terbuka Cibeunying Kidul Kota Bandung

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

PENGARUH VARIASI MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MINAT BELAJAR IPS. TERPADU SISWA KELAS VII DI MTsN SURAKARTA II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu bidang kajian dalam Psikologi Positif. Teori Kekutan

HUBUNGAN ANTARA PENGALAMAN SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DENGAN KONTROL DIRI PADA NARAPIDANA LAPAS KLAS II A KOTA PEKANBARU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemasyarakatan mengalami keadaan yang jauh berbeda dibandingkan dengan

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ribu orang di seluruh Indonesia, hingga Oktober 2015 jumlah narapidana

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai masalah hukum, semakin banyak orang yang. melakukan tindak pidana. Tindak pidana memang tidak akan pernah musnah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Penyesuaian..., Nice Fajriani, FPSI UI, 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada Character Strengths untuk bertahan di lingkungan yang

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA SISWA SISWI ANGGOTA PRAMUKA SKRIPSI

Disusun oleh : ANISA ANGGO MARTANI A

BAB II LANDASAN TEORI. Virtue merupakan karakter utama atau disebut human goodness yang

PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW. Skripsi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA SKRIPSI

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Oleh NISFILAILI A

DWI AGUS SURYANTO B

PENGARUH HARGA, KEPERCAYAAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PERDAGANGAN E-COMMERCE (Studi Kasus Pada Miulan Hijab Semarang)

ANALISIS PENGEMBANGAN KARIER, DISIPLIN KERJA, DAN REWARD DALAM PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI PADA UNIVERSITAS MURIA KUDUS

SKRIPSI. Oleh Widia Astutiningsih NIM

BAB III. Pemasyarakatan Anak Blitar. 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat. Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PEER GROUP DAN KONTROL DIRI DENGAN KEPATUHAN TERHADAP NORMA SOSIAL SKRIPSI OLEH: SRI PUJI ASTUTI

SKRIPSI. Oleh: Ratna Dewi Sartika NIM

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA GURU BERSERTIFIKASI DAN GURU NON SERTIFIKASI DI KABUPATEN PONOROGO (STUDI KASUS PADA SMK PGRI 1 PONOROGO) SKRIPSI

PERBEDAAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL PADA SUAMI DI FASE DEWASA AWAL DENGAN DEWASA MADYA DI DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh :

Studi Deskriptif Character Strength Suami dengan Istri Pasca Stroke di RSAI Bandung.

MUATAN KARAKTER KERJA KERAS DAN SIKAP PANTANG MENYERAH PADA BUKU SEPATU DAHLAN (Analisis Isi Buku Sepatu Dahlan)

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, cakupan dan batasan yang dipakai

PENDAPAT MAHASISWA PROGRAM STUDI PKn TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA ATAS BUKU SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA IBU YANG HAMIL PERTAMA

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

STUDI KOMPARASI PENGARUH PERAN KELOMPOK RUJUKAN (REFERENCE GROUP) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MINYAK RAMBUT JENIS POMADE STUDI PADA MAHASISWA

MOTTO. Fadzkuruunii Adzkurkum Maka, ingatlah kepada-ku niscaya Aku pun akan ingat kepadamu (QS. Al-Baqarah ayat 152)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP MINAT BERINVESTASI PADA BANK SYARIAH

PENGARUH PEMBELAJARAN ILMU EKONOMI DAN PROGAM EKSTRAKULIKULER TERHADAP SIKAP MENTAL ANAK DI SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

SIKAP ORANG TUA TERHADAP KEKERASAN ANAK AKIBAT MEDIA SOSIAL

HUBUNGAN KUALITAS KOMUNIKASI ISTRI DENGAN KEMAMPUAN MENGELOLA KONFLIK DALAM PERKAWINAN

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA GURU HONORER

HUBUNGAN ANTARA INTELEGENSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SKRIPSI

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT Dzat

BAB II LANDASAN TEORI. human goodness yang ditampilkan melalui caharcter strength dan bersifat

PERBEDAAN TINGKAT ASERTIFITAS ANTARA SISWA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN DAN SISWA YANG TINGGAL BERSAMA ORANGTUA DI SMP MUHAMMADIYAH 5 PONOROGO

PENGARUH INDEPENDENSI, KECAKAPAN PROFESIONAL, OBYEKTIVITAS, KOMPETENSI, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA AKSELERASI DI MAN I MODEL BOJONEGORO SKRIPSI. Oleh : NAILIS SAIDAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut tercermin dalam UUD

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL APARAT PEMERINTAH DAERAH: GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING

TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SKRIPSI

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program strata satu (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Katolik Soegijapranata

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

PENGARUH FAKTOR SOSIAL DAN FAKTOR PSIKOLOGI TERHADAP KEPUTUSAN CALON SISWA MEMILIH SEKOLAH DI SMA NEGERI 2 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PERAN KELUARGA DALAM BIMBINGAN PENGEMBANGAN PERILAKU ADAPTIF PADA ANAK TUNAGRAHITA SKRIPSI

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KOMUNIKASI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PERUSAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN PONOROGO

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

: Ida lestari NIM : Program Study : Akuntansi

PEMBINAAN ANAK PIDANA OLEH PETUGAS PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SLEMAN SKRIPSI

SKRIPSI. Oleh Joko Mardiyanto NIM

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION BERBASIS LESSON STUDY

SKRIPSI KERJA. (Study. Diajukan RTA

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi. (S1) Pada Program Studi Manajemen

SKRIPSI. Oleh: INDAH RATNASARI FAKULTAS PSIKOLOGI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA. Jakarta.

PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS PELAYANAN DAN LOKASI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA MC STEAK PONOROGO

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi.

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN STRATEGI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

Program Acara You ve Got A Friend di Delta FM dan Pemenuhan Kebutuhan Pelepasan (Diversion)

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF DENGAN PRESTASI PRAKTEK INDUSTRI SISWA SMK PERINDUSTRIAN YOGYAKARTA SKRIPSI

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaraan Memperoleh

Transkripsi:

PERBEDAAN KEKUATAN KARAKTER (CHARACTER STRENGTHS) NARAPIDANA PADA TINDAK PIDANA KRIMINAL DAN NARKOTIKA DI LAPAS KELAS II A PEMUDA TANGERANG Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi Oleh : DINI MARLINA NIM : 105070002276 Di Bawah Bimbingan : Pembimbing I Pembimbing II Bambang Suryadi, Ph.D S. Evangeline I. Suaidy, M.Si, Psi NIP. 19700529 200312 1 002 NIP. 150411217 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/2011M ii

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul PERBEDAAN KEKUATAN KARAKTER (CHARACTER STRENGTHS) NARAPIDANA PADA TINDAK PIDANA KRIMINAL DAN NARKOTIKA DI LAPAS KELAS II A PEMUDA TANGERANG telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi. Jakarta, 14 Maret 2011 Sidang Munaqasyah Dekan/Ketua Pembantu Dekan/Sekretaris Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP.130 885 522 NIP.19561223 198303 2001 Anggota Ikhwan Lutfi, M. Psi S. Evangeline I. Suaidy, M.Si, Psi NIP. 19730710 200501 1 006 NIP. 150411217 Bambang Suryadi, Ph.D NIP.19700529 200312 1 002 iii

PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Dini Marlina NIM : 105070002276 Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Perbedaan Kekuatan Karakter (Character Strengths) Narapidana Pada Tindak Pidana Kriminal Dan Narkotika Di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang adalah benar merupakan karya saya dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan karya ini telah dicantumkan sumber pengutipannya dalam skripsi. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undangundang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain Demikian pernyataan ini diperbuat untuk dipergunakan seperlunya Jakarta, 4 Maret 2011 Yang Menyatakan Dini Marlina_ NIM: 105070002276 iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO : Hidup mu indah bila kau tahu jalan mana yang benar, dan harapan ada bila kau percaya. PERSEMBAHAN : Persembahan dari hati ini ku persembahkan kepada Ayah dan Mama yang tak pernah lelah memberikan doa dalam kasih. Abang dan Kakak yang menghiasi semangat dalam perjuangan dengan canda dan tawa. Serta orang-orang yang selalu menyayangiku dan menemaniku dikala suka dan duka. ABSTRAK v

A) Fakultas Psikologi B) Maret 2011 C) Dini Marlina D) Perbedaan Kekuatan Karakter Narapidana pada Tindak Pidana Kriminal dan Tindak Pidana Narkotika di Lapas Kelas II A Pemuda Tangerang E) xvi + 107 halaman + lampiran F) Tingginya angka kemiskinan mengakibatkan meningkatnya angka kriminalitas di Indonesia. BPS mencatat bahwa dalam kurun waktu lima tahun, angka kriminalitas di Indonesia meningkat dari 196.931 kasus hingga 344.942 kasus. Maka dengan angka tersebut, Lapas sebagai tempat yang memegang peran dan fungsi untuk mengayomi dan membina tahanan dan narapidana semakin sulit terwujud sesuai dengan UU No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Lapas yang seharusnya sebagai tempat pembinaan moral para narapidana kini semakin sulit karena harus menampung narapidana yang terus bertambah dengan keterbatasan fasilitas dan sumber daya manusia. Maka narapidana yang seharusnya ditempatkan secara terpisah berdasarkan jenis kelamin, usia, hukuman dan jenis tindak pidana, kini sulit terealisasikan. Dalam kondisi Lapas yang penuh tekanan karakter positif sangat diperlukan untuk bertahan demi keberlangsungan hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kekuatan karakter narapidana pada tindak pidana kriminal dan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 451 orang narapidana kriminal dan 406 orang narapidana narkotika. Sampel penelitian ini berjumlah 80 orang yang terdiri dari 40 orang narapidana kriminal dan 40 orang narapidana narkotika diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah model skala likert yang terdiri dari 88 item berbentuk skala kekuatan karakter. Jawaban terhadap skala kekuatan karakter diukur, kemudian dibagi ke dalam tiga kategori yakni kekuatan karakter tinggi, sedang, dan rendah. Dari hasil uji validitas diperoleh validitas item dari 0,265-0,549 dengan reliabilitas 0,941. Data penelitian ini diolah dengan teknik uji-t (t-test) dan uji-f (anova). Dari analisis data diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,575 dengan taraf signifikansi 0,567 > 0,05. Maka hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kekuatan karakter narapidana pada tindak pidana kriminal dan narkotika. Dari hasil uji hipotesis pada aspek kekuatan karakter, usia, suku bangsa, tingkat pendidikan, dan status pernikahan juga ditemukan tidak terdapat perbedaan kekuatan karakter antara narapidana kriminal dengan narapidana narkotika. vi

Hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian selanjutnya adalah pengadministrasi alat ukur, dan penambahan variasi sampel narapidana di Lapas yang berbeda. G) Bahan Bacaan : 31 (1975-2010), 24 Buku, 1 Jurnal, 2 Skripsi, 4 Website. H) Kata kunci : Kekuatan karakter, narapidana kriminal, narapidana narkotika. vii

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan peneliti akal untuk berpikir dan hati untuk merasa, serta semangat untuk belajar dan terus belajar sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam tercurah kepada figur abadi bagi manusia, Baginda Rasulullah SAW yang telah menginspirasi peneliti untuk terus membuat suatu perubahan yang lebih baik. Penelitian ini merupakan prasyarat kelulusan pendidikan Sarjana Strata 1 pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti sangat berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak baik yang terkait dalam pembuatan penelitian ini juga serta kepada para pembaca. Peneliti menyadari apa yang dibahas dalam skripsi ini hanyalah awal penulusuran dan pemahaman peneliti tentang karakter-karaker individu. Peneliti percaya bahwa setiap manusia pada hakikatnya pasti memiliki potensi karakter positif. Namun, pembahasan penelitian ini masih banyak memiliki kekurangan, dan tentu saja kesalahan dan kekhilafan, yang sepenuhnya merupakan tanggung jawab peneliti. Peneliti juga sangat menyadari bahwa tanpa kontribusi pemikiran, gagasan, serta dorongan berbagai pihak, sulit dibayangkan karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Berkat dukungan dan bantuannya, maka sebagai ungkapan rasa hormat yang dalam, peneliti mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada: 1. Orang tua peneliti, Ayah Mustafa Harun dan Mama Fauziah Idris yang tak hentinya memberikan doa dan kasih sayang kepada peneliti, serta dukungan baik moril, spiritual, maupun materil. Kedua saudaraku, Abang Miftah dan Kakak Nada, yang tak hentinya memberikan semangat, serta canda dan tawa kepada peneliti. Untuk Abang yang selalu bersedia mengantar peneliti ke Lapas. Dan kakak yang menemani peneliti selama proses penulisan serta menghibur peneliti di kala penat. 2. Dekan Fakultas Psikologi bapak Jahja Umar, Ph.D beserta jajarannya, dan seluruh dosen, pegawai serta karyawan, atas semua ilmu dan bantuannya yang telah diberikan kepada peneliti selama kuliah di fakultas ini. 3. Bapak Bambang Suryadi, Ph.D, sebagai Dosen Pembimbing I, yang selalu memberikan masukan dan solusi cerdas yang sangat berharga bagi viii

peneliti. Terima kasih atas waktu, pelajaran, serta pengertian yang diberikan kepada peneliti. 4. Ibu Sitti Evangeline I. Suaidy, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing II yang tak hanya memberikan informasi dan membuka wawasan serta doa kepada peneliti, namun semangat serta perhatian untuk peneliti, sehingga peneliti dapat terus berkarya. Terima kasih atas semua waktu untuk berdiskusi ataupun mendengarkan curahan hati peneliti. 5. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Banten, yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang. 6. Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang atas ijin, waktu, dan bantuannya kepada peneliti. Terima kasih kepada Pak Tetra, Pak Arie, Pak Asep, Mas Taufik, dan Mas Miki atas bantuan dan waktunya kepada peneliti selama peneliti melakukan penelitian ini. Terima kasih pak, semoga silaturahmi ini tetap terjalin dengan baik. 7. Para narapidana di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang, yang telah meyediakan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Anda semua telah memberikan peneliti pemikiran baru bahwa narapidana adalah sama seperti anggota masyarakat lainnya yang berhak mendapatkan perlakuan yang sama. 8. Kak Adi Prayitno, yang selalu memberi inspirasi dan tak hentinya memberikan motivasi, perhatian, pengertian, keceriaan, serta kebersamaan kepada peneliti sehingga peneliti tetap semangat dalam melakukan penelitian ini. Terima kasih juga atas waktu yang selalu diberikan untuk menemani peneliti di saat suka dan duka. Terus semangat ya ka untuk melanjutkan studi S2nya dan meraih cita-cita. Semoga Tuhan selalu menjaga dan menemani kebersamaan ini. 9. Sahabat-sahabat terbaik, almarhumah Tiara Mustika (Nonon) dan Nurhayatunnisa, terima kasih atas kebersamaan yang pernah terjalin, semoga Tuhan selalu menjaga kita walaupun dunia kita telah berbeda. The Marz Company (Ndut, Pipi, Item, Nini, Bulet), atas keceriaan dan persaudaraan ini, semoga Tuhan tetap menjaga kebersamaan kita di kala suka dan duka. Tak lupa kepada sahabat-sahabat kelas peneliti, Dewi dan Vanny, tetap semangat ya kawan, semoga kita sukses bersama. 10. Mamah keduaku, Mamah Kartini, terima kasih atas doa, perhatian, kasih sayang, serta spirit yang tulus kepada peneliti. Serta mengajarkanku sebuah arti kesabaran dan perjuangan. ix

11. Teman-teman seperjuanganku di HMI, untuk Riki dan Oji yang selalu mau mendengarkan curhat dan mau direpotkan oleh peneliti. Untuk Eko, Nida, Sella, Fajar, Sugih, Jhoni, Pingky, Binu, Kak Arif, Kak Erik, Mba Iya, Kak Arab dan Budi, terima kasih atas keceriaan dan kebersamaan yang terjalin. Tak lupa terima kasih kepada teman-teman kepengurusan di KOHATI, Angra, Winny, Dida, Ochi, Nia, Dije, Mila, Ay, Emil, Tika, Mega, Nina, Viana, Dita dan Arini, atas bantuan, perhatian dan pengertiannya kepada peneliti, semoga kita tetap semangat untuk memperjuangkan perempuanperempuan yang ada di sekitar kita. 12. Para pria yang pernah mewarnai hari-hari peneliti. Untuk Rigo, Kak Adhan, dan Kak Aan terima kasih atas perhatian, support serta pengertiannya. Semoga Tuhan tetap menjaga silaturahmi kita. 13. Teman-teman di PSM UIN Jakarta, khususnya untuk Nanda dan Pedal saudaraku yang telah menyediakan waktu untuk membantu peneliti selama proses penelitian. Teman-teman di Fakultas Psikologi UIN Jakarta angkatan 2005 khususnya kelas B, Iqbal, Eka, Widaad, Hana, Syifa, Qiqi, Icha, Utik, Angga, Lela, Maul, Nala, Indah, Nola, Rizki, juga teman-teman seangkatan Wahyu, Adi, Agung, Budi, dan lainnya. Kepada Adiyo, Fira, dan Rika, terima kasih ya atas bantuan juga motivasi kepada peneliti selama peneiti mengerjakan skripsi. 14. Abang-abang dan Kakak-kakak di HMI dan JPTS, Mohalli, Bang Ray Rangkuti, Kak Fauni, Kang Jaka, Bang TB Ace, Bang Ali Irfan, Bang Anang, Bang Andi Syafrani, Bang Nanang, Bang Muawwam dan yang lainnya. Terima kasih telah memberikan wawasan serta pengalaman yang luar biasa kepada peneliti. Penelitian ini tidak akan berarti tanpa kehadiran dan kontribusi dari semua pihak yang telah disebutkan sebelumnya. Semoga Tuhan membalas segala kebaikan dengan Rahman dan Rahmah-Nya. Akhir kata peneliti berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi baik bagi penulis maupun pihak lainnya. Amin. Jakarta, 4 Maret 2011 Peneliti x

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERYATAAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB 1 PENDAHULUAN... 1-14 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah... 11 1.2.1 Pembatasan Masalah... 11 1.2.2 Perumusan Masalah... 12 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 13 1.3.1 Tujuan Penelitian... 13 1.3.2 Manfaat Penelitian... 14 1.4 Sistematika Penulisan... 14 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA... 16-43 2.1 Kekuatan karakter... 16 2.1.1 Pengertian Kekuatan Karakter... 16 2.1.2 Perbedaan antara Virtues, Character Strengths dan Situational Themes... 18 2.1.3 Kriteria Kekuatan Karakter... 20 2.1.4 Klasifikasi Kekuatan Karakter... 21 2.2 Narapidana... 33 xi

2.2.1 Klasifikasi Narapidana... 33 2.2.1.1 Narapidana Kriminal... 36 2.2.1.1 Narapidana Narkotika... 36 2.3 Lapas Kelas II A Pemuda Tangerang... 37 2.4 Kerangka Berpikir... 39 2.5 Hipotesis... 43 BAB 3 METODE PENELITIAN... 46-57 3.1 Jenis Penelitian... 46 3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian... 46 3.2 Variabel Penelitian... 46 3.2.1 Definisi Konseptual... 47 3.2.2 Definisi Operasional... 47 3.3 Populasi dan Sampel... 49 3.3.1 Populasi Penelitian... 49 3.3.2 Sampel Penelitian... 49 3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel... 50 3.3.4. Karakterisrik Subjek... 50 3.4 Pengumpulan Data... 51 3.4.1 Metode Pengumpulan Data... 51 3.4.2 Instrumen Penelitian... 52 3.5 Uji Instrumen Penelitian... 54 3.5.1 Uji Validitas... 54 3.5.2 Uji Reliabilitas... 55 3.6 Metode Analisis Data... 56 3.7 Prosedur Penelitian... 57 BAB 4 ANALISA DATA... 58-71 4.1 Gambaran Umum Responden... 58 4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia... 58 4.1.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan xii

Suku Bangsa... 59 4.1.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Agama... 60 4.1.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 61 4.1.5 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Pernikahan... 62 4.2 Analisis Deskriptif... 62 4.2.1 Kategorisasi Skor Kekuatan Karakter Narapidana Kriminal... 62 4.2.2 Kategorisasi Skor Kekuatan Karakter Narapidana Narkotika... 66 4.3 Uji Hipotesis Penelitian... 71 BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN... 94-102 5.1 Kesimpulan... 94 5.2 Diskusi... 96 5.3 Saran... 101 5.3.1 Saran Teoritis... 101 5.3.2 Saran Praktis... 102 DAFTAR PUSTAKA... 104 LAMPIRAN xiii

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Klasifikasi Narapidana di Lapas Kelas II A Pemuda Tangerang Nilai Skor Jawaban Blue Print Skala Kekuatan Karakter Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Responden Berdasarkan Usia Responden Berdasarkan Suku Bangsa Responden Berdasarkan Agama Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden Berdasarkan Status Pernikahan Descriptive Statistics Kategorisasi Skor Kekuatan Karakter Narapidana Kriminal Descriptive Statistic Distribusi Skor Tiap Aspek Kekuatan Karakter Hasil Z Score Distribusi Skor Klasifikasi Kekuatan Karakter Descriptive Statistic Kategorisasi Skor Kekuatan Karakter Narapidana Narkotika Descriptive Statistic Distribusi Skor Tiap Aspek Kekuatan Karakter Hasil Z score Distribusi Skor Klasifikasi Kekuatan Karakter xiv

Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23 Tabel 4.24 Tabel 4.25 Tabel 4.26 Tabel 4.27 Tabel 4.28 Tabel 4.29 Tabel 4.30 Tabel 4.31 Tabel 4.32 Tabel 4.33 Tabel 4.34 Tabel 4.35 Tabel 4.36 Tabel 4.37 Group Statistic Independent Sample T-Test Group Statistic Independent Sample T-Test Group Statistic Independent Sample T-Test Group Statistic Independent Sample T-Test Group Statistic Independent Sample T-Test Group Statistic Independent Sample T-Test Group Statistic Independent Sample T-Test ANOVA Multiple Comparisons ANOVA Multiple Comparisons ANOVA ANOVA DAFTAR LAMPIRAN xv

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Surat Izin Penelitian Surat Izin Penelitian dari Kanwil Departemen Hukum dan HAM Banten Surat Keterangan dari Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang Angket Penelitian Output Uji Validitas Kekuatan Karakter Output Descriptive Statistics Tiap Klasifikasi Kekuatan Karakter Output Hasil Z Score Narapidana Kriminal dan Narapidana Narkotika Data Mentah Kekuatan Karakter Output Uji F pada Usia, Suku Bangsa, Tingkat Pendidikan, dan Status Pernikahan xvi

BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang dilakukan penelitian ini, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era global saat ini, ketika beberapa aspek kehidupan semakin meningkat, seperti teknologi, pendidikan, serta gaya hidup masyarakat, mengakibatkan meningkat pula kebutuhan individu untuk tetap bertahan hidup. Kemajuan yang ditampilkan ternyata tidak sebanding dengan kemajuan pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Kita ketahui bahwa pada akhir tahun 2010 dalam berbagai media, memberitakan tingkat kemiskinan rakyat Indonesia berdasarkan hasil penelitian dari Badan Pusat Statistik (BPS). BPS menyebutkan angka kemiskinan Indonesia hingga tahun 2010 berada dalam angka yang memprihatinkan yakni 13,33 persen atau 31,02 juta orang dalam taraf kemiskinan (Berita Resmi Statistik No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010). Angka ini tentunya tidak menggembirakan. Ditambah lagi dengan tingginya angka kemiskinan dibarengi dengan angka kejahatan dan kriminalitas yang semakin tinggi pula. BPS mencatat dalam kurun waktu lima tahun jumlah tindak pidana di Indonesia yakni mencapai 344.942 kasus dari 196.931 kasus, dan Jakarta memberikan sumbangan tertinggi yakni sebanyak 57.041 kasus (Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, 2010). 1

Memang, banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka kriminalitas saat ini. Tekanan ekonomi yang sulit merupakan salah satu faktor yang menyebabkannya, yakni tingginya kebutuhan hidup yang tidak seimbang dengan tingkat kesejahteraan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut, segala cara pun dilakukan termasuk mencuri, merampok, mengedarkan narkoba, bahkan membunuh. Jencks dan Mayer (1990 dalam Khamdan, 2010) menjelaskan bahwa terdapat korelasi sangat erat antara tindak kriminalitas dengan lingkungan fisik yang buruk atau kumuh karena menyangkut penurunan tingkat kesehatan mental bahwa tidak ada kebermaknaan hidup yang dirasakan. Keterbatasan berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang kiranya memiliki peran menjadikan adanya perubahan potensi seseorang menjadi buruk. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh BPS yang menyatakan tingginya angka kemiskinan dibarengi pula dengan tingginya angka tindak pidana di Indonesia. Kondisi ini cukup memprihatinkan, sehingga pemerintah dan masyarakat harus bergerak cepat untuk meminimalisir permasalahan tingginya angka tindak pidana di Indonesia. Karena ketika meningkatnya jumlah kriminalitas, maka akan berimbas pula pada daya tampung lembaga pemasyarakatan atau Lapas, dimana Lapas memegang peranan yang cukup penting dalam proses pembinaan para narapidana sehingga mereka tidak melakukan kesalahannya dan dapat diterima kembali dimasyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah ialah dengan mengoptimalkan kerja Lapas, yakni Lembaga pemasyarakatan yang berperan membantu dan membentuk narapidana yang lebih baik, bertobat, tidak melakukan 2

tindak pidana lagi, dan melindungi masyarakat dari tindak kejahatan, serta dapat diterima kembali oleh masyarakat. Dalam Undang-undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1 ayat (1), menerangkan pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pembinaan dalam tata cara peradilan pidana. Sistem Pemasyarakatan dinyatakan sebagai suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Fungsi dan peran Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas, dalam mengayomi serta memasyarakatkan warga binaan cukup penting karena sebelumnya warga binaan dianggap sebagai sampah masyarakat, oleh lembaga ini diupayakan kembali menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa serta dapat diharapkan berperan aktif dan produktif dalam pembangunan dan bagi dirinya ia dapat berbahagia di dunia dan akhirat. Berlin (2002) mengemukakan bentuk-bentuk pembinaan yang diberikan kepada narapidana saat ini antara lain adalah pembinaan mental, pembinaan ini merupakan dasar untuk membina seseorang yang telah terjerumus terhadap perbuatan jahat, sebab pada umumnya orang menjadi jahat itu karena mentalnya 3

yang terganggu, sehingga untuk memulihkan kembali mental seseorang seperti sebelum melakukan tindak pidana, maka pembinaan mental harus benar-benar diberikan sesuai dengan porsinya, misalnya dengan pembinaan keagamaan dan konseling. Kedua, pembinaan sosial, pembinaan sosial ini diberikan kepada narapidana dalam kaitannya warga binaan yang sudah sempat disingkirkan dari kelompoknya sehingga diupayakan bagaimana memulihkan kembali kesatuan hubungan antara narapidana dengan masyarakat sekitarnya. Ketiga, pembinaan keterampilan, dalam pembinaan ini diupayakan untuk memberikan berbagai bentuk pengetahuan mengenai keterampilan misalnya bentuk pengetahuan mengenai keterampilan berupa pendidikan menjahit, pertukangan, bercocok tanam dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 28 Desember 2010 dengan salah satu petugas Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang, program pembinaan di Lapas tersebut juga mengacu pada tiga bentuk pola pembinaan tersebut. Pembinaan dapat diaplikasikan dalam berbagai kegiatan seperti halnya yang dilakukan oleh Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang, misalnya (1) pembinaan narkoba dan HIV/AIDS dengan melakukan konseling dan terapi kepada warga binaan kasus narkoba, (2) pembinaan kemandirian seperti diajarkan berbagai ketrampilan, pengerjaan tegel kayu, pertanian sayur, penjahitan, bengkel elektronik, dan bengkel las, (3) pembinaan kepribadian, seperti pembinaan keagamaan, pesantren, dan berbagai macam olahraga. Konsep pembinaan yang diterapkan di Lapas sejalan dengan yang dikemukakan oleh Peterson & Seligman (2004) yang mencoba untuk menemukan 4

kekuatan tidak hanya kelemahan individu agar dapat mencapai hidup berarti dan tegar menghadapi stressor. Konsep ini tumbuh dari ketidakpuasan terhadap kriteria-kriteria The Diagnostics and Statistical Manual of Mental Disorder atau DSM yang lebih banyak menyoroti kelemahan-kelemahan individu dibandingkan kekuatan yang dapat dimanfaatkan. Untuk dapat menenemukan kekuatan tersebut, konsep ini memfokuskan pada tiga topik utama, yaitu studi mengenai emosi positif (seperti kegembiraan saat ini dan harapan-harapan di masa yang akan datang), studi mengenai sifat-sifat positif dari individu, dan studi mengenai institusi yang memungkinkan berkembangnya emosi dan sifat positif, seperti lingkungan yang menghadirkan pola asuh, kerjasama kelompok, demokrasi, dan toleransi (Seligman dan Csikszentmihalyi dalam Seligman & Peterson, 2004). Oleh karena itu, beberapa peneliti mencoba menemukan cara untuk mengembangkan dan mengukur karakter-karaker positif individu sehingga dapat menjadi kekuatannya. Manuel D dan Rhoda Mayerson Foundation (dalam Peterson & Seligman, 2004) telah melakukan sebuah studi mengenai karakterkarakter positif dari individu. Mereka telah mengembangkan suatu alat ukur yang mampu melihat profil kekuatan karakter individu. Alat ukur tersebut diberi nama Values in Action Inventory of Strengths (VIA-IS). Pengembangan alat ukur ini didasari oleh pemikiran bahwa masalah dalam kehidupan selalu terjadi dan membutuhkan solusi psikologis yang tepat dengan menitikberatkan pada potensipotensi individu, salah satunya adalah kekuatan karakter. Allport (1951) berpendapat bahwa karakter adalah sekumpulan kode dari tingkah laku yang ditampilkannya pada saat individu atau perilakunya dinilai oleh 5

orang lain. Untuk itu, penggolongan baik dan buruk selalu digunakan dalam menilai karakter seseorang. Lebih lanjut dikatakan bahwa karakter adalah konsep etis dan didefinisikan sebagai kepribadian yang dievaluasi We prefer to define character as personality evaluated and personality devaluated (Suryabrata, 2005). Berdasarkan penilaian baik dan buruk yang melekat pada karakter, maka penelitian ini akan membahas lebih lanjut mengenai karakter yang dinilai baik atau positif. Peterson dan Seligman (2004) berpendapat bahwa karakteristik positif dibagi ke dalam tiga level, yakni virtues (keutamaan yang bersifat universal pada berbagai budaya dan agama serta merupakan aspek yang penting bagi makhluk hidup untuk dapat bertahan dalam proses evolusi), character strengths (unsur, proses, dan mekanisme psikologi yang mengarahkan pada pencapian virtues), dan situational themes (kebiasaan spesifik yang mengarahkan individu untuk menampilkan character strengths). Untuk dapat dikatakan kekuatan karakter, sifat-sifat tersebut harus memenuhi sepuluh kriteria, maka ditemukanlah enam virtues dan 24 karakter yang termasuk dalam character strengths (Peterson & Seligman, 2004), yaitu Wisdom and Knowledge (Creativity, Curiosity, Open-mindedness, Love of learning, Perspective). Courage (Bravery, Persistence, Integrity, Vitality). Humanity/Love (Love, Kindness, Social Intelligence). Justice (Citizenship, Fairness, Leadership). Temperance (Forgiveness and mercy, Humility/Modesty, Prudence, Self-regulation). Transcendence (Appreciation of beauty and excellence, Gratitude, Hope, Humor, Spirituality). 6

Selanjutnya, karakter dan lingkungan merupakan dua hal yang saling timbal balik (Peterson & Seligman, 2004). Dengan kata lain individu dan karakter-karakter yang dimiliki harus dipandang sebagai sebuah pusat jika ingin memahami good life. Skinner (1974 dalam Koswara,1991) juga mengemukakan bahwa seluruh tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dibawa ke dalam kontrol lingkungan atau bisa dikendalikan. Ia juga menjelaskan bahwa faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama menghasilkan tingkah laku yang khas pula pada individu tersebut. Sebagian individu menilai dan percaya bahwa karakter adalah kualitas yang penting dalam kehidupan. Seringkali pelaku dari pelanggar hukum dinilai memiliki karakter yang buruk. Di dalam keseharian tak jarang seseorang memberi penilaian kepada orang lain apakah orang tersebut memiliki karakter yang baik atau tidak. Individu yang memiliki karakter yang kuat biasanya dinilai lebih mampu dibandingkan dengan individu dengan karakter yang lemah. Dengan kata lain kekuatan karakter adalah ujung tombak dari kondisi individu yang dapat mengarahkan individu pada kehidupan yang lebih baik. Pada narapidana, virtues dan kekuatan karakter memiliki peranan yang cukup penting dalam proses bertahannya narapidana di dalam Lapas. Dimana virtues sangat mempengaruhi potensi karakter positif disaat seseorang mengalami tekanan. Virtues dibentuk dari kekuatan karakter pada individu tersebut. Virtues yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya juga agama, memungkinkan adanya perbedaan pada masing-masing jenis narapidana yang berbeda pula. Dimana narapidana kriminal dan narkotika memiliki latar belakang yang berbeda. Misalnya pada narapidana kriminal yang biasanya berasal dari kalangan 7

masyarakat ekonomi menengah dan ke atas, sedangkan narapidana kriminal berasal dari ekonomi ke bawah, dimana membuat narapidana kriminal memiliki potensi keberanian (bravery) yang lebih tinggi untuk melakukan tindak pidana seperti mencuri, merampok atau membunuh. Kemudian tingkat pendidikan narapidana narkotika yang biasanya lebih tinggi dari narapidana kriminal, membuat narapidana narkotika memiliki potensi rasa ingin tahu (curiosity) yang lebih tinggi untuk mencoba hal-baru seperti mencoba memakai narkotika. Latar belakang tersebut memungkinkan adanya potensi bahwa antara narapidana kriminal dan narkotika memiliki perbedaan virtues dan kekuatan karakter. Namun kenyataan menunjukkan bahwa Lapas belum sepenuhnya mampu menunjukkan fungsi yang ideal. Sehingga potensi perbedaan tersebut kurang tergali dengan benar pada hal yang positif. Suaeb (2007) mengemukakan berbagai aspek dan kondisi dalam Lapas sangat potensial menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia antara lain over kapasitas, kualitas penghuni yang berubah dari kejahatan konvensional menjadi kejahatan transnasional, terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber daya. Selain itu, berbagai kasus yang mendera Lapas terkait istana di dalam Lapas, pungutan liar terhadap narapidana, sekaligus kasus joki narapidana oleh kejaksaan, menunjukkan adanya karakter petugas yang telah roboh. Kenyataan ini pada akhirnya menjadi pintu tabir tentang buruknya keadaan di hampir semua Lapas dan Rutan di Indonesia. Tekanan lingkungan setidaknya menjadi hal yang sangat mempengaruhi munculnya simbiosis mutualisme kejahatan karena tidak adanya penguatan karakter, baik pada petugas maupun narapidana itu sendiri. 8

Sehingga dengan kondisi Lapas yang kurang mendukung ini membuat peranan dan fungsi lapas dalam membina para narapidana menjadi kurang tepat sasaran. Dan dalam beberapa penelitian sebelumnya lebih memfokuskan pada kondisi negatif pada narapidana saja, seperti ditemukannya lima jenis gangguan kepribadian dengan klasifikasi tinggi pada narapidana, yaitu somatisasi, kecemasan, depresi, skizofrenia dan paranoia (Indiyah, 2005). Namun, sangat jarang penelitian yang memfokuskan pada potensi positif yang dimiliki oleh narapidana. Narapidana tetap merupakan insan dan sumber daya manusia yang harus diperlakukan dengan baik dan manusiawi dalam satu sistem pembinaan yang terpadu. Dan pola pembinaan narapidana tetap berusaha dan mengacu untuk membentuk narapidana yang sehat secara fisik dan psikis, serta diharapkan pula pembinaan tersebut dapat membentuk karakter-karakter positif pada narapidana, yang dimulai dengan menumbuhkan kebiasan-kebiasaan spesifik yang positif (situational themes) di Lapas. Dengan kompleksnya kondisi dan tekanan serta sisi lain dalam Lapas, maka dengan pola pembinaan dan pengayoman yang diterapkan di Lapas, seorang narapidana diharapkan memiliki inner resources atau kualitaskualitas dalam diri yang positif agar dapat berfungsi secara efektif. Pola pembinaan yang diterapkan di dalam sistem pemasyarakatan mengacu pada pembinaan narapidana untuk menjadi individu dan kehidupan yang lebih baik. Narapidana merupakan manusia biasa yang mendapat hukuman berdasarkan putusan hakim sesuai dengan tindak pidana yang dilakukannya. Lama tidaknya masa tahanan, berat atau ringan keputusan pidana, sesuai dengan 9

tindak pidana yang dilakukannya. Hal inilah salah satu penyebab heterogenitas narapidana yang terjadi di dalam Lapas. Selanjutnya, terkait dengan kekuatan karakter yang merupakan salah satu bagian dalam program pembinaan untuk narapidana, dalam Undang-undang No.12 Tahun 1995 pasal 12 ayat (1), menerangkan bahwa suatu pembinaan di Lapas digolongkan berdasarkan usia, jenis kelamin, lama pidana yang dijatuhkan, jenis kejahatan, dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan di Lapas. Dengan demikian, pembinaan serta perlakuan untuk para narapidana selayaknya dibedakan. Misalnya pada narapidana narkotika yang merupakan pemakai, seharusnya mendapatkan pembinaan dan treatment yang berbeda pula. Namun dengan fakta di lapangan, secara umum, heterogenitas pada narapidana tidak terlalu terlihat secara kasat mata. Mungkin salah satu penyebabnya karena narapidana kriminal dan narapidana narkotika tidak dipisah dan tidak dibedakan perlakuannya. Oleh karena itu, pola pembinaan akan berjalan maksimal jika para petugas Lapas mengetahui secara jeli tentang potensi karakter positif yang dimiliki oleh masing-masing jenis narapidana. Maka peneliti merasa perlu untuk mencoba mengakaji lebih dalam tentang gambaran karakter-karakter yang muncul secara dominan pada narapidana narkotika dan kriminal yang merupakan penghuni mayoritas di Lapas ini. Dari permasalahan dan fenomena yang telah dipaparkan di atas, peneliti ingin mengkaji lebih lanjut tentang karakter-karakter positif yang muncul pada narapidana. Maka timbul pertanyaan, dengan ketidakoptimalan fungsi Lapas bagaimana pembinaan moral dan karakter bagi narapidana? Bagaimana karakter yang muncul pada narapidana yang berada di dalam Lapas Kelas IIA Pemuda 10

Tangerang? Bagaimana profil narapidana yang baik yang dapat diterima kembali kepada masyarakat? Apakah perbedaan tindak pidana dapat mempengaruhi perbedaan karakter narapidana? Apa karakter yang paling menonjol yang dimiliki oleh narapidana kriminal di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang? Apa karakter yang paling dominan pada narapidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang? Apakah ada perbedaan kekuatan karakter pada narapidana di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang? Dan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang perbedaan kekuatan karakter antara para narapidana. Maka, peneliti mengambil judul penelitian yakni Perbedaan Kekuatan Karakter (Character Strengths) Narapidana pada Tindak Pidana Kriminal dan Narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang. 1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kekuatan karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakterkarakter positif yang membawa individu kepada perasaan positif, bersifat universal dan mampu membuat individu bertahan dalam keberlangsungan hidupnya, yakni enam virtues dan 24 kekuatan karakter: Wisdom and Knowledge (Creativity, Curiosity, Open-mindedness, Love of learning, Perspective). Courage (Bravery, Persistence, Integrity, Vitality). Humanity (Love) (Love, Kindness, Social Intelligence). Justice (Citizenship, Fairness, Leadership). Temperance (Forgiveness and mercy, Humiliyt/Modesty, 11

Prudence, Self-regulation). Transcendence (Appreciation of beauty and excellence, Gratitude, Hope, Humor, Spirituality). b. Narapidana Kriminal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah narapidana yang terkena tindak pidana penyuapan, kejahatan ketertiban, pembunuhan, kejahatan susila, perjudian, penculikan, pencurian, perampokan, penggelapan, penipuan dan pemerasan. c. Narapidana Narkotika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah narapidana yang yang terkena tindak pidana karena memakai narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. d. Narapidana yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah narapidana pria di dalam Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang. 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitan ini yakni: 1. Apakah ada perbedaan kekuatan karakter narapidana pada tindak pidana kriminal dengan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang? 2. Apakah ada perbedaan Wisdom and Knowledge narapidana pada tindak pidana kriminal dengan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang? 3. Apakah ada perbedaan Courage narapidana pada tindak pidana kriminal dengan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang? 4. Apakah ada perbedaan Humanity narapidana pada tindak pidana kriminal dengan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang? 5. Apakah ada perbedaan Justice narapidana pada tindak pidana kriminal 12

dengan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang? 6. Apakah ada perbedaan Temperance narapidana pada tindak pidana kriminal dengan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang? 7. Apakah ada perbedaan Transcendence narapidana pada tindak pidana kriminal dengan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang? 8. Apakah ada perbedaan antara kekuatan karakter dengan usia, suku bangsa, tingkat pendidikan dan status pernikahan pada narapidana tindak pidana kriminal dengan tindak pidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang? 9. Apakah ada perbedaan antar aspek-aspek kekuatan karakter pada narapidana tindak pidana kriminal dengan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan karakter pada narapidana kriminal dan narapidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang berdasarkan aspek kekuatan karakter, usia, suku bangsa, tingkat pendidikan dan status pernikahan. 13

1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah bagi penelitian dan pengembangan keilmuan dalam bidang psikologi. Selain itu, diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan sumbangan informasi dan menambah pengetahuan tentang virtues dan kekuatan karakter pada narapidana, khususnya narapidana kriminal dan narkotika. 1.3.2.2 Manfaat Praktis 1. Bagi pihak di Lapas, diharapkan penelitian ini dapat memberi kontribusi positif tentang virtues dan kekuatan karakter sehingga diketahui usaha-usaha apa yang harus ditempuh demi berhasilnya pembinaan dan pengayoman bagi warga binaan khususnya narapidana. 2. Bagi tim medis dan tim psikolog di Lapas, diharapkan penelitian ini dapat memberikan dukungan dan sikap yang positif kepada narapidana sehingga mendapatkan treatment yang tepat dan dapat diperlakukan dengan baik seperti anggota masyarakat lainnya. 1.4 Sistematika Penulisan Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang isi dan materi yang dibahas dalam penulisan ini, maka penulis mengemukakan dalam bab sebagai berikut : Bab I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. 14

Bab II KAJIAN TEORI Dalam bab ini menjelaskan pengertian kekuatan karakter, kriteria kekuatan karakter, klasifikasi kekuatan karakter, dan pengertian serta jenis-jenis narapidana. Bab III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini memuat jenis penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, definisi konseptual dan operasional, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data meliputi : metode dan instrumen serta teknik analisa data. Bab IV HASIL PENELITIAN Bab ini menjelaskan gambaran umum subyek penelitian, presentasi dan analisis data, uji persyaratan, uji hipotesis, dan deskripsi hasil penelitian. Bab V PENUTUP Dalam bab ini berisi Kesimpulan, Diskusi dan Saran. 15

BAB 2 KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori dan hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan karakter, kiriteria kekuatan karakter, klasifikasi kekuatan karakter. Selain itu, dijelaskan pula mengenai definisi narapidana, klasifikasi narapidana, serta definisi dan gambaran tentang Lapas Klas II A Pemuda Tangerang. 2.1. Kekuatan Karakter (Character Strengths) 2.1.1. Pengertian Kekuatan Karakter (Character Strengths) Kekuatan Karakter terdiri dari dua kata yaitu kekuatan dan karakter. Kata karakter diadopsi dari bahasa Inggris yaitu character. Dalam An English Indonesia Dictionary (1975) kata character diartikan sebagai watak, karakter, atau sifat. Sedangkan kata kekuatan berasal dari kata kuat yang diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu tenaga, daya, atau energi. Dalam Chaplin (2005), karakter (character) adalah watak, karakter, atau sifat. Karakter merupakan satu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek, atau kejadian. Karakter bersinonim dengan trait (karakteristik atau sifat yang khas) yaitu integrasi dari sifat-sifat individual dalam bentuk satu unitas atau kesatuan. Allport (1951 dalam Suryabrata, 2005) mengemukakan character as personality evaluated and personality as character devaluated. Allport 16

berpendapat bahwa karakter adalah sekumpulan kode dari tingkah laku yang ditampilkan pada saat individu atau perilakunya dinilai oleh orang lain. Untuk itu, penggolongan baik dan buruk selalu digunakan dalam menilai karakter seseorang. Dengan kata lain Allport memandang karakter sebagai kepribadian yang dievaluasi. Selanjutnya, penelitian ini akan memfokuskan pada kekuatan karakter (character strengths) yang menurut Peterson dan Seligman (2004) adalah good character yang mengarahkan individu pada pencapaian keutamaan (virtues). Berbicara mengenai kekuatan karakter, tidak bisa terlepas dari konsep keutamaan (virtue). Peterson dan Seligman (2004), mendefinisikan virtue sebagai: the core characteristic valued by moral philosophers and religious thinkers (Peterson & Seligman, 2004, hal. 13) Jadi, keutamaan adalah karakteristik inti yang dihargai oleh para filsuf dan para agamawan. Keutamaan yang ada pada diri manusia dibagi menjadi enam kategori yaitu wisdom, courage, humanity, justice, temperance dan transcendence (Peterson & Seligman, 2004). Keutamaan-keutamaan tersebut besifat universal dan terpilih melalui proses evolusi karena penting untuk keberlangsungan hidup. Menurut Peteson & Seligman (2004), seseorang dikatakan memiliki karakter baik apabila ia memiliki seluruh keutamaan tersebut. Masing-masing keutamaan terdiri atas beberapa karakter tertentu (Peterson & Seligman, 2004). Menurut Seligman (2002), individu memiliki karakter positif dan negatif. Namun, yang dimaksud dengan kekuatan karakter adalah karakter positif yang membawa individu kepada perasaan yang positif. Peterson dan Seligman (2004) menyatakan bahwa kekuatan karakter adalah: 17

the psychological ingredients-processes or mechanisms that defines the virtue (Peterson & Seligman, 2004, hal. 13) Jadi kekuatan karakter adalah unsur atau mekanisme psikologis yang membentuk keutamaan. Kekuatan karakter untuk menunjukkan suatu keutamaan bisa dijadikan bisa dibedakan dengan kekuatan karakter yang menunjukkan keutamaan lainnya. Misalnya, keutamaan wisdom dapat dicapai melalui kekuatan-kekuatan seperti kreativitas, rasa ingin tahu, open-mindedness dan sebagainya (Peterson dan Seligman, 2004). Jadi, setiap keutamaan terdiri dari beberapa kekuatan karakter. Secara keseluruhan, terdapat enam keutamaan yang terdiri atas 24 kekuatan karakter. 2.1.2. Perbedaan antara Virtues, Character Strengths dan Situational Themes Klasifikasi dari karakteristik positif pada dasarnya menyerupai klasifikasi makhluk hidup yang bersifat hierarki, dari konkret spesifik (organisme individu) menuju kepada klasifikasi yang lebih abstrak dan general. Karakteristik positif dibagi menjadi tiga level (Peterson & Seligman, 2004, hal. 12-14) yaitu: 1. Virtues, adalah bagian utama dari karakteristik. Para filsuf dan pemuka agama membaginya menjadi enam, yaitu wisdom, courage, humanity, justice, temperance dan transcendence. Melalui survei sejarah ditemukan bahwa keenam kategori ini bersifat konsisten, universal, dan diperkirakan merupakan aspek yang penting bagi makhluk hidup untuk dapat bertahan dalam proses evolusi. Diasumsikan bahwa jika virtues menjadi nilai tertinggi yang dianut oleh individu barulah individu dapat dikatakan memiliki karakter yang baik. 18

2. Character Strengths, adalah unsur, proses, dan mekanisme psikologis yang memperjelas konsep virtues. Dengan kata lain, character strengths adalah rute-rute yang berbeda dalam mencapai suatu virtue atau virtue lainnya. Contohnya, wisdom dapat dicapai melalui beberapa character strengths seperti creativity, curiosity, love of learning, open mindedness dan perspective. Character strengths tersebut di atas, memiliki kesamaan dalam hal meraih dan menggunakan ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki perbedaan. Sekali lagi, strengths dianggap sebagai sesuatu yang disadari dan dinilai dimana-mana, walaupun individu jarang memunculkannya. Walaupun demikian, dapat disimpulkan bahwa individu dapat dikatakan memiliki karakter yang baik jika individu mampu menampilkan satu atau dua strengths (kekuatan) dalam kelompok virtue tertentu. 3. Situational Themes, adalah kebiasaan-kebiasaan spesifik yang mengarahkan individu untuk menampilkan character strengths (kekuatan karakter) tertentu pada situasi tertentu. Themes harus spesifik antara satu setting dengan setting lainnya dan awalnya terbatas hanya untuk dunia kerja. The Gallup Organization telah mengidentifikasikan ratusan themes yang relevan bagi dunia kerja. Diantaranya emphaty (memahami kebutuhan orang lain), inclusiveness (membuat orang lain merasa menjadi bagian dari sebuah kelompok), dan positivity (dapat melihat hal-hal yang positif dari suatu situasi atau individu lain). Awalnya themes dipakai untuk melihat bagaiman individu berelasi satu sama lain dalam dunia kerja, namun apabila dicermati lebih abstrak, emphaty, inclusiveness, dan positivity merefleksikan character strengths yaitu kindness. Jika dicermati lebih abstrak lagi, maka kindness 19

disamping love dan social intelligence termasuk di dalam satu virtue, yaitu humanity. 2.1.3. Kriteria Kekuatan Karakter (Character Strengths) Pada penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada character strengths (kekuatan karakter) karena pada posisi yang seimbang antara themes yang konkret dan virtue yang bersifat abstrak. Untuk dapat dikatakan sebagai character strengths, karakteristik positif harus memenuhi sebagian besar dari sepuluh kriteria yang ditetapkan (Peterson & Seligman, 2004, hal. 17-27), yaitu: 1. Strengths, memberikan sumbangan pada berbagai pemenuhan kebutuhan yang mengarahkan kepada good life untuk diri sendiri dan orang lain. Meskipun strengths dan virtues menentukan bagaimana individu berhadapan dengan ketahanan, fokus utama adalah pada bagaimana strengths dan virtues mampu memenuhi kebutuhan individu. 2. Meskipun strengths mampu dan dapat memberikan hasil yang memuaskan, setiap strengths bernilai moral, walaupun hasil yang didapat tidak menguntungkan secara ekonomi. 3. Pemunculan strengths oleh individu tidak mengurangi kesempatan orangorang di sekitarnya untuk memunculkan strengths yang sama. Sebaliknya, pemunculan strengths biasanya akan membuat orang-orang di sekitarnya terinspirasi dan berkeinginan untuk menampilkan strength. Menampilkan strength akan memunculkan emosi positif seperti kebanggaan, kepuasan, kegembiraan dan harmoni. 4. Dapat dibuat phrase yang bertentangan (opposite) dan bersifat bipolar. 20

5. Strengths harus melampaui tingkah laku, pikiran, perasaan, dan aksi, sehingga dapat diukur. Strengths seperti layaknya sifat yang memiliki tingkatan dalam generalisasi antar situasi dan stabilitas dari waktu ke waktu. 6. Strengths berbeda dari trait positif lainnya dalam hal klasifikasi dan tidak dapat dipisahkan dari klasifikasinya. 7. Strengths sebelumnya sudah diwujudkan dalam penokohan yang tauladan baik dalam kebudayaan atau cerita-cerita tertentu. 8. Seperti halnya inteligensi, beberapa strengths juga memiliki kategori jenius atau luar biasa. 9. Strengths memperhatikan eksistensi dari individu yang tidak menampilkan strengths sama sekali dalam hidupnya. 10. Lingkungan masyarakat menyediakan institusi dan kegiatan yang mengasahkan dan mereproduksi strengths secara berkelanjutan. 2.1.4. Klasifikasi Kekuatan Karakter (Character Strengths) Berikut ini akan dijelaskan kalsifikasi enam virtue serta 24 character strengths yang dimiliki individu (Peterson & Seligman, 2004; Seligman, 2005) : 1. Wisdom dan Knowledge Wisdom merupakan salah satu bentuk inteligensi tetapi berbeda dengan IQ dan bukan merupakan pengetahuan yang diperoleh dari membaca buku, kuliah ataupun belajar dari fakta (Peterson & Seligman, 2004). Peterson & Seligman (2004) menyatakan strengths (kekuatan) dari wisdom meliputi sikap positif yang berhubungan dengan kemahiran dan menggunakan informasi 21

dalam mencapai kehidupan yang berkualitas. Kekutan dari wisdom dan knowledge merupakan aspek kognitif yang meliputi: a. Creativity (originality, ingenuity) Individu yang kreatif harus memiliki ide atau tingkah laku yang orisinil, unik, baru, mengejutkan dan tidak biasa (Peterson & Seligman, 2004). Namun, ide dan perilaku yang orisinil saja tidak cukup untuk individu dikatakan kreatif, tetapi ide dan perilaku tersebut juga harus sesuai dan adaptif (Peterson & Seligman, 2004). Selain itu, kreativitas individu harus memberikan kontribusi positif terhadap kehidupannya dan juga kehidupan orang lain (Peterson & Seligman, 2004). b. Curiosity (interest, novelty-seeking, openness to experiences) Curiosity merupakan ketertarikan dalam diri individu terhadap pengalaman (Peterson & Seligman, 2004). Individu yang memiliki rasa ingin tahu menyukai pengalaman-pengalaman baru yang unik, bervariasi, dan menantang (Peterson & Seligman, 2004). Seligman (2005) menambahkan, individu yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi biasanya terbuka terhadap seluruh pengalaman, dan fleksibilitas terhadap segala sesuatu yang tidak sesuai dengan konsepsi awal. c. Open mindedness (judgment, critical thinking) Open-mindedness merupakan keinginan untuk mencari secara aktif bukti untuk mengkritisi kepercayaan, rencana, atau tujuan orang lain dan untuk mempertimbangkan bukti yang ada secara adil jika terdapat buktibukti yang diperlukan (Peterson & Seligman, 2004). Seseorang yang openmindedness biasanya akan mempertimbangkan segala bukti-bukti dalam 22

mengambil keputusan dan selalu terbuka akan bukti-bukti baru yang bisa jadi mengubah keyakinan yang dimilkinya selama ini. d. Love of Learning Love of learning sering dikaitkan pada konsep-konsep besar seperti kompetensi, nilai-nilai, dan pengembangan minat. Love of learning digambarkan sebagai cara dimana individu memperoleh informasi dan ketrampilan baru secara umum atau spesifik yang mengarah pada perkembangan pengetahuan individu mengenai minat mereka. Jika individu memiliki kekuatan (strengths) love of learning, maka individu tersebut akan menyatu secara kognitif. Individu akan mengalami perasaan positif berkenaan dengan proses perolehan ketrampilan, pemuasan rasa ingin tahu, atau pada saat mempelajari pengetahuan yang baru. Kekuatan ini membantu individu untuk bangkit dari kritikan dan tantangan (Peterson & Seligman, 2004). e. Perspective (wisdom) Perspective (wisdom) mengacu kepada kemampuan untuk mempersiapkan bekal hidup dalam waktu yang panjang, yang dapat dimengerti bagi dirinya dan orang lain (Peterson & Seligman, 2004). Kekuatan (strengths) ini merupakan kemampuan untuk memberikan saran yang bijaksana kepada orang lain, memiliki cara pandang terhadap dunia yang dapat diterima oleh orang lain. Perspective berbeda dengan inteligensi, dimana perspective adalah taraf superior dari penguasaan ilmu, judgment, dan kapasitas untuk memberikan saran kepada orang lain. Perspective memungkinkan individu untuk menjawab hal-hal yang 23