OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Didalam pembuatan minyak goreng dapat dikelompokkan menjadi

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA KECUKUPAN PANAS PADA PROSES PASTEURISASI SANTAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air

OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENAMBAHAN RAGI ROTI DAN PERBANDINGAN VOLUME STARTER DENGAN SUBSTRAT TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU VIRGIN COCONUT OIL (VCO) ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5

BAB IV RESPONS MIKROBIA TERHADAP SUHU TINGGI

LAPORAN TUGAS AKHIR OPTIMASI PEMBUATAN COCOGURT MENGGUNAKAN FERMENTOR SERTA KULTUR CAMPURAN

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Hasil analisis sifat fisik susu kambing segar. 9,70±0,10 8,37 10,45 3) Minimal 8,0

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH WAKTU SENTRIFUGASI KRIM SANTAN TERHADAP KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) (Susanti, N. M. P., Widjaja, I N. K., dan Dewi, N. M. A. P.

BAB I PENDAHULUAN. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta ala dalam Al-Qur an Surat Al-

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

III. METODOLOGI PENELITIAN

Proses Pembuatan Madu

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI

3 METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

Uji Pembedaan Ikan Teri Kering pada Lama Pengeringan Berbeda dengan Ikan Teri Komersial dari Desa Tolotio Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo

Pengeringan Untuk Pengawetan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penentuan Bahan Dasar Minuman Santan

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

Karakteristik mutu daging

III. BAHAN DAN METODE

Bakteri memerlukan Aw relatif tinggi untuk pertumbuhan > 0,90

PAPER BIOKIMIA PANGAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Pangan dan Gizi Vol 03 No. 05 Tahun 2012

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada

Pengawetan pangan dengan pengeringan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

Pengolahan dengan suhu tinggi

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

5.1 Total Bakteri Probiotik

III METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Djoko Poernomo*, Sugeng Heri Suseno*, Agus Wijatmoko**

III. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

TUGAS AKHIR SILVI DIANA SHOFI L0C

TEKNOLOGI HASIL TERNAK. Kuliah ke 2

TINJAUAN PUSTAKA. empat di dunia. Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging

Transkripsi:

OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN Oleh : Ermi Sukasih, Sulusi Prabawati, dan Tatang Hidayat RESUME Santan adalah emulsi minyak dalam air yang berwarna putih, yang diperoleh dengan cara memeras daging kelapa segar yang telah diparut atau dihancurkan dengan atau tanpa penambahan air. Pengawetan secara thermal sulit diterapkan pada santan, karena santan tidak dapat disterilisasikan dengan pemanasan sebagaimana dilakukan terhadap produk yang lain. Hal ini disebabkan santan mengalami koagulasi jika dipanaskan diatas suhu 80ºC, dan aroma (flavor) kelapa yang harum sebagian besar akan hilang. Hal ini memerlukan teknologi untuk mempertahankannya, salah satunya adalah dengan membuat santan awet yang mudah di terapkan di kelompok tani pedesaan. Teknologi pengawetan yang telah populer dan murah adalah dengan pasteurisasi. Pada optimasi kecukupan panas terlebih dahulu dilakukan uji ketahanan panas untuk menginaktivasi populasi mikroba pada proses pasteurisasi santan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kombinasi suhu serta waktu terbaik untuk pasteurisasi santan serta mengetahui pengaruh pemanasan terhadap mutu santan yang dihasilkan. Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret sampai Agustus 2008. Sedangkan bahan baku yang digunakan adalah buah kelapa tanpa tempurung dan sabut. Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah awal mikroba yang terdapat dalam santan cukup besar yaitu 3,5 x 105 koloni/ ml untuk populasi bakteri dan 4,0 x 103 koloni/ml untuk populasi kapang dan khamir. Tabel 1. Nilai D dan z dari populasi bakteri pada santan :

Suhu Pemanasan (ºC) Heating Temperature Waktu Pemanasan (Menit) (X) Log Jumlah Mikroba (Y) Nilai D 65 0 5,3 D = 12,89 5 4 Log = 1,110 10 3,8 15 3,6 20 3,56 75 0 5,85 D = 10,95 5 4,15 Log = 1.039 10 3,82 15 3,76 20 3,36 85 0 5,15 D =3,55 5 3,78 Log = 0,550 10 3,71 15 0 20 0 Jumlah mikroba pada santan tanpa pemanasan adalah 1,6 x 105. Setelah pemanasan pada suhu 65oC masih terdapat jumlah mikroba sebesar 1,3 x 104, pada suhu 70oC jumlah mikroba sebesar 3,2 x 103. Pada pemanasan suhu 75, 80, 85 dan 90oC, jumlah mikroba yang terdapat dalam santan adalah nol. Stabilitas emulsi pada santan yang belum dipanaskan adalah 22,09 persen, setelah mengalami pemanasan, stabilitas emulsi berada pada rentang 15,57-20,47 persen. Penurunan kestabilan emulsi disebabkan oleh denaturasi protein. Denaturasi Protein menyebabkan rusaknya ikatan protein sebagai agen

pengemulsi. Selain itu juga disebabkan adanya pembesaran globula fase hidrofilik (Chiewchan et al.,2006). Santan tanpa pemanasan memiliki viskositas sebesar 7 cp. Setelah pemanasan pada suhu 65-75oC, santan memiliki viskositas yang sama dengan santan tanpa pemanasan yaitu 7 cp. Setelah pemanasan pada suhu 80-90oC, viskositas santan berada pada rentang 8-10 cp (Gambar 4). Peningkatan viskositas disebabkan oleh adanya penguapan kadar air selama proses pemanasan yang menyebabkan total padatan menjadi meningkat. Selain itu, peningkatan viskositas disebabkan oleh adanya protein yang terdenaturasi (Chiewchan et al., 2006). Santan tanpa pemanasan memiliki derajat putih sebesar 51,06. Setelah pemanasan, derajat putih berada pada rentang 33,81-49,81 (Gambar 5). Penurunan derajat putih tersebut disebabkan oleh browning non enzimatik oleh adanya protein dan karbohidrat. Pada pemanasan suhu yang semakin tinggi, dapat menyebabkan timbulnya reaksi antara karbohidrat dan asam amino yang

menghasilkan senyawa melanoidin yang menyebabkan timbulnya warna kecoklatan yang dikenal dengan reaksi Maillard Santan tanpa pemanasan memiliki bilangan peroksida 0. Pada pemanasan suhu 80-90ºC, bilangan peroksida berada pada rentang 2,98-6,27. Meningkatnya bilangan peroksida disebabkan karena adanya reaksi oksidasi pada asam lemak tidak jenuh akibat proses pemanasan. Kadar air santan sebelum pemanasan adalah 64,01 persen, setelah pemanasan kadar air berkisar antara 62,65-63,50 persen. Penurunan kadar air disebabkan adanya air yang menguap selama pemanasan. Semakin kecil kadar air yang terdapat dalam santan, maka semakin baik pula mutu santan.

Kadar protein memiliki kecenderungan menurun seiring dengan semakin tingginya suhu pemanasan. Santan yang tidak dipanaskan, mempunyai kadar protein sebesar 2,76 persen, setelah pemanasan kadar protein berada pada rentang 1,17-2,76 persen. Penurunan kadar protein disebabkan oleh adanya denaturasi protein. Denaturasi protein menyebabkan ikatan antar asam amino menjadi terputus. Ikatan yang terputus tersebut kemudian bereaksi dengan ikatan pada karbohidrat membentuk senyawa melanoidin yang menyebabkan warna santan menjadi agak kecoklatan (Ames dan Hofmann,2001). Kadar lemak pada santan yang belum dipanaskan adalah sebesar 13,05 persen. Setelah pemanasan kadar lemak barada pada rentang 12,32-12,93 persen. Berkurangnya kadar lemak dalam santan setelah pemanasan disebabkan adanya hidrolisis lemak menjadi asam lemak bebas (Waisundara et al., 2007). Bilangan asam dan FFA merupakan salah satu parameter mutu minyak dan lemak. Santan yang tidak dipanaskan memiliki bilangan asam 1,78 dan FFA 0.63 persen. Setelah pemanasan, bilangan asam berada pada rentang 1,58-1,96. FFA

berada pada rentang 0,56-0,70 persen (Gambar 10 dan 11). Kenaikan bilangan asam dan FFA disebabkan oleh adanya proses hidrolisis lemak yang kemudian terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Nilai ph pada santan yang tidak dipanaskan adalah 7,22. Setelah dipanaskan, nilai ph berada pada rentang 7,18-7,25. Penurunan ph dapat disebabkan adanya aktivitas mikroba dalam membentuk asam, nilai ph juga dipengaruhi oleh kandungan asam lemak bebas yang terdapat dalam santan. perlakuan terbaik yang dipilih adalah pada suhu 75oC selama 31,2 menit. Hal tersebut dikarenakan berkaitan erat dengan nilai nutrisi santan dengan kondisi mutu kadar air 63,23 persen, kadar abu 0,49 persen, kadar protein 2,25 persen, kadar lemak 12,71 persen, ph 7,25, viskositas 7, stabilitas emulsi 17,24, derajat putih 47,65, bilangan peroksida 0, bilangan asam 1,58, FFA 0,56 persen, total mikroba 0. Nilai D ditentukan dengan membuat plot antara waktu pemanasan (t) sebagai sumbu X dan log jumlah mikroba setelah pemanasan sebagai sumbu Y,

dimana nilai D adalah merupakan 1/slope. Nilai z ditentukan dengan membuat plot antara suhu pemanasan (T) sebagai sumbu X dan nilai D setelah pemanasan sebagai sumbu Y, dimana nilai z adalah merupakan 1/slope. Nilai P dihitung pada setiap kombinasi suhu dan waktu pemanasan dengan persamaan : P= 10 (T- Tref)/z. t Ket : Tref = suhu referensi pasteurisasi T = suhu santan (85 0 C) Nilai z = nilai z populasi bakteri Diagram Alir Penelitian Buah kelapa dikupas Kulit ari Air mengalir dicuci Air kotor Air 80 0 C blanching 10 menit diparut dipress dengan kempa hidrolik 1379 kn/m 2, 15 menit homogenisasi 1100 rpm, 10 menit santan dimasukkan ke tabung reaksi 10 ml dihitung jumlah bakteri, kapang dan dihitung nilai D, z, dan P dibuat grafik Hasil

Grafik ketahanan panas populasi bakteri dibuat berdasarkan plot antara nilai P sebagai sumbu X dan jumlah populasi setelah pemanasan. Untuk menetapkan nilai P yang sesuai dengan standar 4D dimana target mikroba yang akan diturunkan adalah dari 10 5 menjadi 10 1 adalah dengan menarik garis horizontal pada sumbu Y yang mempunyai nilai 10 1 sampai memotong kurva dan ditarik garis vertikal sampai memotong sumbu X. Titik potong sumbu X adalah merupakan nilai P. Dari nilai P tersebut dapat dibuat beberapa kombinasi suhu dan waktu pasteurisas untuk dilakukan optimasi. Dari nilai P, dilakukan optimasi dengan 6 kombinasi suhu dan waktu pemanasan yang diberi kode K1, K2, K3, K4, K5, K6. Selanjutnya, dilakukan uji mutu santan dengan pasteurisasi dan dilakukan pengamatan terhadap mutu santan yang dihasilkan dengan melakukan analisis fisikokimiawi, mikrobiologi dan organoleptik. Rancangan yang digunakan adalah RAL dengan tiga ulangan. Dari ke enam kombinasi suhu dan waktu pasteurisasi dipilih satu kombinasi yang menghasilkan santan dengan mutu terbaik berdasarkan SNI dan metode pembobotan. Kesimpulan Ketahanan panas suatu mikroba dinyatakan dengan nilai D dan nilai z, sedangkan kecukupan panas dinyatakan dengan nilai P. Nilai D adalah waktu yang diperlukan untuk mereduksi mikroba sebesar satu siklus log pada suhu tertentu. Nilai z adalah perubahan suhu yang menyebabkan reduksi mikroba sebesar satu nilai D. Nilai P adalah waktu pemanasan pada suhu tertentu yang diperlukan untuk mencapai nilai pasteurisasi tertentu, dimana pada sterilisasi disebut nilai F. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketahanan panas populasi mikroba santan (nilai D) adalah 65 o C = 12,89 menit, 75 o C = 10,95 menit, 85 o C = 3,55 menit. Perubahan suhu yang menyebabkan reduksi mikroba sebesar satu nilai D (nilai z) adalah 35,71 o C. Nilai pasteurisasi (nilai P) santan dengan sistim pasteurisasi adalah 16,3 menit, suhu dan waktu yang optimal untuk pasteurisasi santan adalah 75 o C selama 31,2 menit. Sehingga dari percobaan, pemanasan dapat berpengaruh nyata terhadap kadar air, protein, derajat putih, viskositas, bilangan peroksida, total mikroba, stabilitas emulsi, respon kesukaan aroma.