BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk cairan kental. Memiliki kadar air sebanyak 13,27%. Memiliki senyawa karotenoid yang dibuktikan dengan pengujian secara selektif dengan metode KLT, menggunakan fase gerak N- heksan dan kloroform (4:1) (5 ml). Mempunyai efek sebagai antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 29,018 (Febriana, N.A., 2015) Pembuatan Krim Ekstrak Buah Tomat Pembutana krim ekstrak tomat dengan variasi nilai HLB menggunakan basis campuran Tween 80 dan Span 80 dibuat dengan melelehkan fase air dan fase lemak secara terpisah, kemudian fase air di campur sedikit demi sedikit kedalam fase minyak, dicampurkan diaduk hingga dingin kemudian di tambah ekstrak tomat. Tujuan dari variasi nilai HLB adalah untuk mengetahui pengaruh basis terhadap kestabilan fisik sediaan krim. Nilai HLB tiap formula dihitung berdasarkan metode Aligasi. Bahan yang digunakan antara lain setil alkohol untuk meningkatkan viskositas krim, parafin cair sebagai fase minyak, kombinasi Tween-Span 80 sebagai zat pengemulsi atau emulgator, metil paraben dan propil paraaben sebagai zat pengawet. Penggunaan kombinasi dua zat pengawet dikarenakan pertumbuhan mikroba dapat terjadi pada kedua fase, baik minyak maupun air, sehingga pengawet harus berada dalam konsentrasi efektif dalam kedua fase. Metil paraben bekerja pada fase air sedangkan propil paraben bekerja pada fase minyak Stabilitas Fisik Krim Hasil Uji Organoleptik Organoleptik merupakan salah satu kontrol kualitas untuk spesifikasi produk jadi sediaan semi padat seperti krim. Uji organoleptik merupakan 22

2 23 pengujian subjektif. Pengamatan organoleptik yang dilakukan adalah pengamatan konsistensi, warna, dan bau. Sifat-sifat ini akan berhubungan dengan kenyamanan pengguna sediaan. Masing-masing krim dibedakan nilai HLB dan suhu penyimpanan, terdiri dari HLB 10, 11, dan 12 dan suhu penyimpananya di suhu 4, 25 dan 40 C. Krim dengan HLB 10, 11 dan 12 tidak memiliki perbedaan warna dan bau, yaitu berwarna putih kekuningan (cream) dengan bau khas ektrak tomat. Selama penyimpanan 4 minggu krim di tempatkan pada suhu 4, 25 dan 40 C. Krim dengan variasi HLB yang di tempatakan pada suhu 4 dan 25 C tidak mengalami perubahan warna dan bau yang signifikan. Sedangkan pada suhu 40 C krim mengalami perubahan warna dari putih kekuningan menjadi lebih kuning dan bau krim khas ekstrak tomat berkurang. Perubahan warna pada krim tomat dengan variasi HLB yang disimpan pada 40 C mengalami perubahan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor suhu yang tinggi sehingga dapat mempercepat reaksi kimia karena tiap kenaikan suhu sebesar 10 C dapat mempercepat reaksi kimia 2 sampai 3 kalinya (16). Perubahan bau yang dapat disebabkan oleh oksigen dari udara terhadap minyak atau lemak. Selain itu cahaya juga merupakan penyebab timbulnya bau pada sediaan krim. Dengan adanya dua faktor tersebut dapat menyebabkan oksidasi lemak dipercepat (16). Krim dari berbagai variasi nilai HLB yang di simpan pada suhu 4, 25 dan 40 C tidak menunjukan adanya bau atau ketengikan selama penyimpanan 4 minggu Hasil Uji ph Uji ph bertujuan mengetahui keamanan sediaan krim saat digunakan sehingga tidak mengiritasi kulit. Nilai ph tidak boleh terlalu asam karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit sedangkan nilai ph yang terlalu tinggi (basa) dapat menyebabkan kulit bersisik. Nilai ph tidak terlalu berpengaruh selama masih pada batas 4,5-6,5 (22). Ketiga krim ekstrak tomat dengan variasi HLB di simpan pada suhu 4 C, 25 C dan 40 C selama 4 minggu secara umum tidak mengalami perubahan ph yang signifikan. Nilai ph dari setiap krim dengan

3 24 variasi nilai HLB masih pada batas ph yang dapat digunakan sebagai krim utuk kulit ph 4,5-6,5 (22). Berikut hasil uji ph selama 4 minggu di suhu 4, 25 dan 40 C pada sediaan krim HLB 10, HLB 11 dan HLB 12. Tabel 4.1. Hasil Uji ph pada Minggu ke-0 hingga Minggu ke-4 pada Suhu Penyimpanan 4 C, 25 C, 40 C Menggunakan ph meter (n:3) Pengamatan Suhu ph Minggu ke- HLB 10 X ± SD HLB 11 X ± SD HLB 12 X ± SD 0-4,83 ± 0,01 4,83 ± 0,02 4,84 ± 0, C 4,84 ± 0,01 4,83 ± 0,01 4,84 ± 0,01 25 C 4,83 ± 0,00 4,83 ± 0,01 4,84 ± 0,00 40 C 4,83 ± 0,01 4,83 ± 0,01 4,84 ± 0, C 4,84 ± 0,00 4,84 ± 0,02 4,85 ± 0,02 25 C 4,83 ± 0,01 4,83 ± 0,01 4,83 ± 0,01 40 C 4,84 ± 0,01 4,84 ± 0,00 4,85 ± 0, C 4,85 ± 0,01 4,84 ± 0,000 4,85 ± 0,01 25 C 4,82 ± 0,01 4,83 ± 0,01 4,82 ± 0,01 40 C 4,84 ± 0,01 4,84 ± 0,01 4,85 ± 0, C 4,85 ± 0,01 4,85 ± 0,02 4,86 ± 0,01 25 C 4,81 ± 0,01 4,82 ± 0,01 4,82 ± 0,02 40 C 4,84 ± 0,01 4,83 ± 0,01 4,86 ± 0,03 Ket : n:3 = 3 kali replikasi Hasil Uji Homogenitas Uji homogenitas merupakan salah satu ukuran dari kualitas sediaan krim karena zat aktif yang digunakan berupa ekstrak kental yang harus terdistribusi merata dalam basis krim agar aktivitas dari sediaan krim dapat seragam. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah variasi nilai terhadap nilai HLB dan lama penyimpanan mempengaruhi sifat fisik berupa penyebaran zat aktif pada sediaan. Homogenitas berpengaruh terhadap efektivitas terapi karena berhubungan dengan kadar obat yang sama pada setiap pemakaian. Jika sediaan telah homogen maka kadar zat aktif diasumsikan pada saat pemakaian atau pengambilan akan selalu sama. Berdasarkan hasil uji homogenitas pada tabel 4.2. menunjukan bahwa variasi nilai HLB dan lama penyimpanan mempengaruhi homogenitas dari krim tersebut. HLB 10 pada minggu ke 3 di suhu 40 C, di minggu ke 4 di suhu 25 C

4 25 dan 40 C tidak homogen. HLB 11 minggu ke 1 hingga minggu ke 3 di suhu 25 C dan pada minggu ke 4 di suhu 4 C dan 25 C tidak homogen. Hal ini disebabkan oleh nilai HLB dan suhu penyimpanan yang berbeda dapat mempengaruhi stabilitas krim. HLB (Tween 80, Span 80) sebagai emulgator campuran surfaktan non ionik yang sistem kerjanya sebagai bahan pengemulsi adalah menjaga keseimbangan antara gugus hidrofil dan lipofil, sehingga jika komposisi HLB tidak optimum mengakibatkan krim tidak stabil dan tidak homogen. Sedangkan pada HLB 12 tetap homogen hingga minggu ke 4 selama penyimpanan. Krim dengan HLB 12 tetap homogen dan stabil. Hasil pengamatan homogenitas HLB 12 menunjukkan bahwa krim ekstrak tomat memberikan warna berwarna putih kekuningan yang merata pada basisnya. Pada akhir pengamatan krim ekstrak tomat warna yang dihasilkan tetap homogen. Hal ini menunjukan bahwa zat aktif tetap terdispersi pada basisnya dengan penyimpanan selama 4 minggu di suhu 4 C, 25 C dan 40 C. Tabel 4.2. Hasil Uji Homogenitas Pengamatan Minggu ke-0 Hingga Minggu ke-4 pada Suhu Penyimpanan 4 C, 25 C, 40 C Minggu Suhu HLB 10 HLB 11 HLB 12 ke- 0 4 Homogen Homogen Homogen 25 Homogen Homogen Homogen 40 Homogen Homogen Homogen 1 4 Homogen Homogen Homogen 25 Homogen Tidak homogen Homogen 40 Homogen Homogen Homogen 2 4 Homogen Homogen Homogen 25 Homogen Tidak homogen Homogen 40 Homogen Homogen Homogen 3 4 Homogen Homogen Homogen 25 Homogen Tidak homogen Homogen 40 Tidak homogen Homogen Homogen 4 4 Homogen Tidak homogen Homogen 25 Tidak homogen Tidak homogen Homogen 40 Homogen Homogen Homogen

5 Hasil Uji Daya Lekat Uji daya lekat merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui kemampuan maksimal daya lekat krim pada kulit saat di gunakan agar dapat berfungi maksimal sehingga zat aktif dapat terabsorbsi oleh kulit. Namun proses perlekatannya tidak mempengaruhi proses fisiologi dan penyumbatan terhadap pori-pori kulit. Uji daya lekat dilakukan setiap minggu selama 4 minggu, berikut hasil uji daya lekat sediaan krim pada berbagai variasi nilai HLB selama penyimpanan 4 minggu di suhu 4 C, 25 C dan 40 C. Tabel 4.3. Hasil Uji Daya Lekat Pengamatan Minggu ke-0 Hingga Minggu ke-4 pada Suhu Penyimpanan 4 C, 25 C, 40 C (n:3) Pengamatan Suhu Daya Lekat/ detik Minggu ke- HLB 10 X ± SD HLB 11 X ± SD HLB 12 X ± SD 0 2,24 ± 0,04 1,49 ± 0,01 1,10 ± 0, C 0,59 ± 0,01 0,39 ± 0,01 0,95 ± 0,01 25 C 1,73 ± 0,03 0,90 ± 0,10 1,16 ± 0,05 40 C 1,23 ± 0,01 0,73 ± 0,05 0,67 ± 0, C 0,57 ± 0,01 0,38 ± 0,01 0,94 ± 0,01 25 C 1,69 ± 0,01 0,83 ± 0,05 1,16 ± 0,05 40 C 1,22 ± 0,01 0,60 ± 0,10 0,66 ± 0, C 0,55 ± 0,01 0,37 ± 0,01 0,92 ± 0,01 25 C 1,68 ± 0,01 0,76 ± 0,05 1,13 ± 0,15 40 C 1,17 ± 0,06 0,60 ± 0,00 0,65 ± 0, C 0,55 ± 0,00 0,36 ± 0,01 0,92 ± 0,00 25 C 1,67 ± 0,01 0,70 ± 0,00 1,13 ± 0,11 40 C 1,16 ± 0,05 0,63 ± 0,05 0,65 ± 0,01 Ket : n:3 = 3 kali replikasi Dari hasil uji daya lekat pada minggu ke-0, dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai HLB, daya lekat yang diperoleh semakin menurun. Hal ini disebabkan karena jumlah fase minyak dalam sediaan yang berkurang seiring dengan meningkatnya fase air dalam sediaan. Pada minggu ke-1, krim dengan HLB 10 dan HLB 11 mengalami penurunan daya lekat yang cukup jauh, sedangkan pada krim HLB 12 mengalami penurunan daya lekat tidak begitu jauh. Dari minggu ke-1 hingga minggu ke-4 ketiga krim dengan variasi nilai HLB mengalami penurunan daya lekat secara perlahan atau tidak terjadi penurunan daya lekat yang drastis. Faktor suhu penyimpanan juga

6 27 mempengaruhi daya lekat, dimana semakin tinggi suhu daya lekat akan semakin menurun, dikarenakan fase air maupun fase minyak yang ada pada krim teroksidasi oleh suhu tinggi Hasil Uji Pemisahan Suhu Sediaan krim memiliki dua fase yakni fase air dan fase minyak, dimana salah satu fase akan terdispersi pada fase lain. Uji pemisahan bertujuan untuk melihat apakah pada krim ekstrak tomat terjadi pemisahan anatara fase minyak dan air. Pada uji ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pemisahan yang terjadi akibat adanya variasi nilai HLB selama penyimpanan 4 minggu di suhu 4 C, 25 C dan 40 C. Berikut hasil pengamatannya. Tabel 4.4. Hasil Uji Pemisahan (F=Hu/Ho) Pengamatan Minggu ke-0 Hingga Minggu ke-4 pada Suhu Penyimpanan 4 C, 25 C, 40 C (n:3) Minggu ke- Suhu HLB 10 HLB 11 HLB 12 F ( X ± SD ) 0 4 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0, ,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0, ,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0, ,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0, ,00 ± 0,00 0,06 ± 0,02 1,00 ± 0, ,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0, ,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0, ,00 ± 0,00 0,06 ± 0,02 1,00 ± 0, ,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0, ,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0, ,00 ± 0,00 0,09 ± 0,02 1,00 ± 0, ,05 ± 0,02 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0, ,00 ± 0,00 0,04 ± 0,00 1,00 ± 0, ,04 ± 0,00 0,10 ± 0,20 1,00 ± 0, ,05 ± 0,02 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 Ket : F = Rasio pemisahan fase n:3 = 3 kali replikasi Pemisahan fase merupakan salah satu parameter ketidakstabilan dari sediaan emulsi. Sediaan emulsi dikatakan baik apabila nilai rasio volume pemisahan (F) = 1 yang artinya emulsi tidak mengalami pemisahan fase. Apabila nilai F semakin mendekati 1 maka dikatakan emulsi semakin stabil (23).

7 28 Berdasarkan dari hasil uji pemisahan, krim dengan HLB 10 terjadi pemisahan pada minggu ke 3 dan minggu ke 4, minggu ke 3 disuhu 40 C (F = 0,052) dan minggu ke 4 di suhu 25 C (F = 0,038) dan 40 C (F = 0,052). Krim dengan HLB 11 terjadi pemisahan pada minggu ke 1 hingga minggu ke 4 di suhu 25 C (M1 F = 0,064, M2 F = 0,064, M3 F = 0,09, M4 F = 0,103), dan pada minggu ke 4 di suhu 4 C (F = 0,038) juga terjadi pemisahan. Sedangkan sediaan krim dengan HLB 12 pada penyimpanan (4 C, 25 C dan 40 C) selama penyimpanan memiliki nili F = 1, yang artinya sediaan krim HLB 12 tidak mengalami pemisahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan krim dengan HLB 12 stabil secara fisik Hasil Uji Sentrifugasi Hasil uji setrifugasi pada kecepatan 3750 rpm selama 5 jam menunjukan adanya pemisahan fase. Sediaan krim ekstrak tomat dengan nilai HLB 10 dan HLB 11 menunjukan adanya pemisahan fase pada suhu penyimpanan 4 C, 25 C dan 40 C. Sedangkan krim dengan HLB 12 terlihat stabil pada suhu 4 C dan 25 C, namum pada suhu 40 C terjadi pemisahan. Berikut tabel hasil setrifugasi. Tabel 4.5. Hasil Uji Sentrifugasi 3750 rpm selama 5 jam Pengamatan Minggu ke-0 dan Minggu ke-4 pada Suhu Penyimpanan 4 C, 25 C, 40 C Minggu Suhu C HLB 10 HLB 11 HLB 12 ke- 0 Tidak stabil Tidak stabil Satbil 4 4 Tidak stabil Tidak stabil Stabil 25 Tidak stabil Tidak stabil Stabil 40 Tidak stabil Tidak stabil Tidak stabil Uji setrifugasi bertujuan untuk mengetahui kestabilan krim setelah adanya pengocokan dengan kecepatan tinggi 3750 rpm selama 5 jam yang setara dengan efek gravitasi selama 1 tahun (22). Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.4. sehingga dapat disimpulkan krim dengan HLB 12 stabil di suhu penyimpanan 4 C dan 25 C.

8 Hasil Uji Viskositas Uji viskositas merupakan suatu uji yang di gunakan untuk melihat konsistensi dari sediaan krim dengan menggunakan viskometer. Angka yang ditunjukan viskometer merupakan besarnya nilai viskositas dari sediaan yang di uji. Viskositas dapat mempengaruhi stabilitas fisik karena menyebabkan perubahan konsistensi atau kekentalan dari suatu sediaan. Hasil pengukuran viskositas pada krim ekstrak tomat dengan berbagai variasi nilai HLB yang di simpan pada suhu 4 C, 25 C dan 40 C selama 4 minggu dapat di lihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6. Hasil Uji Viskositas (Rhion Digital) Pengamatan Minggu ke-0 Hingga Minggu ke-4 pada Suhu Penyimpanan 4 C, 25 C, 40 C (n:3) Minggu ke- Suhu HLB 10 HLB 11 HLB ,66 ± 370, C 4230,33 ± 117,13 25 C 4381,66 ± 1222,93 40 C 2214,33 ± 697, C 4168,66 ± 225,07 25 C 4263,00 ± 1095,54 40 C 1882,333 ± 125, C 4176,33 ± 4176,33 25 C 3993,33 ± 336,56 40 C 1523,33 ± 343, C 4096,33 ± 205,20 25 C 3804,66 ± 751,69 40 C 1453,33 ± 251,78 Viskositas ( X ± SD ) 4489,33 ± 174, ,33 ± 336, ,00 ± 1168, ,33 ± 1238, ,33 ± 1158, ,33 ± 718, ,00 ± 414, ,66 ± 4046, ,66 ±712, ,66 ± 491, ,00 ± 647, ,66 ± 302, ,33 ± 142, ,00 ± 162, ,33 ± 353, ,00 ± 262, ,00 ± 173, ,33 ± 113, ,33 ± 244, ,00 ± 527, ,33 ±5379, ,66 ± 156, ,33 ± 75, ,66 ± 180, ,66 ± 49, ,33 ± 136,61

9 30 Hasil pengamatan dapat dilihat di tabel 4.6. pada minggu ke 0 bahwa semakin tinggi nilai HLB maka viskositas krim ekstrak tomat cenderung lebih tinggi. Dikarenakan semakin tinggi nilai HLB maka krim tersebut lebih encer sehingga tahanan cairan untuk mengalir semakin tinggi. Hasil pengamatan dari minggu ke-0 hingga minggu ke-5 viskositas krim ketiga formula krim dengan variasi HLB pada suhu 4 C (lemari pendingin) 25 C (suhu ruangan) dan 40 C (Oven), yaitu semakin lama disimpan maka viskositasnya juga semakin turun, tetapi tingkat penurunnya berbeda-beda. Pada suhu 40 C viskositas krim terlihat jelas terjadi penurunan yang drastis, hal ini dikarenakan pada suhu 40 C sediaan krim mengeras di akibatkan oleh suhu tinggi. Penurunan viskositas tersebut kemungkinan dapat disebabkan oleh menurunnya stabilitas emulsi dari waktu ke waktu. Penurunan stabilitas ditandai dengan meningkatnya ukuran globul fase internal dan berkurangnya kerapatan globul sehingga tahanan cairan untuk mengalir semakin berkurang. Semakin tinggi penurunan atau kenaikan viskositas selama penyimpanan maka dapat dikatakan bahwa krim tersebut semakin tidak stabil Hasil Uji Zeta Potensial Zeta potensial diukur untuk mengetahui kestabilan sediaan. Zeta potensial merupakan ukuran kekuatan tolak menolak antar partikel. Ukuran permukaan muatan partikel yang tersebar dalam kaitannya dengan medium pendispersi. Partikel harus memiliki muatan atau zeta potensial yang tinggi dibandingkan dengan medium pendispersi untuk mencegah agregasi (18). Potensial listrik pada batas lapisan ganda dikenal sebagai potensi Zeta dari partikel dan memiliki nilai-nilai yang biasanya berkisar (100 mv sampai -100 mv). Nanopartikel dengan nila zeta potensial lebih besar dari +25 mv atau kurang dari -25 mv biasanya memiliki derajat stabilitas tinggi. Dispersi dengan nilai zeta potensial rendah akan menghasilkan agregat karena atraksi Van Der Waals antar-partikel (22).

10 31 Berdasarkan hasil pengamatan zeta potensial (tabel 4.7) pada minggu ke-0 hingga minggu ke-4, ketiga krim dengan variasi nilai HLB yang di simpan pada suhu yang berbeda memiliki derajat stabilitas yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa krim dengan HLB 12 memiliki derajat stabilitas paling baik atau tinggi karena memiliki nilai zeta potensial paling tinggi di bandingkan dengan krim HLB 10 dan HLB 11. Berikut hasil uji zeta potensial pada minggu ke-0 dan pada minggu ke-4 : Tabel 4.7. Hasil Uji Zeta Potensial (zetasizer) Pengamatan Minggu ke-0 dan Minggu ke-4 pada Suhu Penyimpanan 4 C, 25 C, 40 C Pengamatan suhu Zeta Potensial minggu ke- HLB 10 HLB 11 HLB ,6 mv 49,6 mv 75,8 mv 4 C 57 mv 31,0 mv 69,9 mv 25 C 32,9 mv 29,9 mv 55,7 mv 4 40 C 74,0 mv 71,9 mv 55,4 mv 4.4. Hasil Uji Cemaran Mikroba Krim Ekstrak Buah Tomat Uji cemaran mikroba dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba baik Angka Lempeng Total (ALT) maupun Angka Kapang Khamir (AKK) dalam sediaan tersebut apakah masih sesuai dengan yang dipersyaratkan. Nilai HLB yang tinggi menyebabkan fase hidrofilik (fase air) dalam sediaan meningkat, dimana sumber-sumber pencemaran mikroba yang mencemari sediaan farmasi dapat berasal dari bahan baku, air, peralatan, manusia dan lingkungan (25). Sehingga nilai HLB dapat mempengaruhi cemaran mikroba pada sediaan krim. Pengamatan dilakukan 2X replikasi, untuk perhitungan digunakan angka rata-rata dari jumlah koloni (2 cawan petri). Intepretasi hasil berupa angka CFU (colony forming units) per mililiter atau angka cfu per gram. Selama inkubasi cawan petri dibalik, hal ini dimaksudkan untuk menghidari jatuhnya air hasil pengembunan disebabkan oleh suhu inkubator. Apabila terdapat tetesan air yang jatuh maka akan mempengaruhi pertumbuhan mikroba, sehingga dapat mempengaruhi perhitungan jumlah mikroba (ALT dan AKK) dari sampel yang diuji. Sebagai kontrol negatif disertakan blanko, yaitu cawan petri yang

11 32 mengandung media dan larutan yang tidak mengandung sampel yang kemudian diinkubasi bersama cawan petri yang berisikan sampel. Tabel 4.8. Hasil Uji Cemaran Mikroba Pengamatan Minggu ke-0 dan Minggu ke- 4 (n:2) No. Minggu ke- ALT AKK ,8 x 10 5 CFU/mL 1,1 x 10 2 CFU/mL ,2 x 10 2 CFU/mL 9 x 10 2 CFU/mL Ket : (n:2) = 2 kali replikasi Hasil Uji Angka Lempeng Total (ALT) Uji Angka Lempeng Total (ALT) merupakan metode kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui jumlah angka bakteri aerob dan mesofil pada suatu sampel sediaan kosmetik. Uji ALT menggunakan media padat Plate Count Agar (PCA) untuk memudahkan perhitungan koloni dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual dan dihitung. Perhitungan jumlah kaloni untuk ALT pada cawan petri yang mengandung koloni. Berdasarkan data yang diperoleh pada minggu ke- 0 jumlah koloni bakteri 2,8 x 10 5 CFU/mL, hasil ini tidak memenuhi syarat kesehatan BPOM (Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK Tahun 2011) tentang batas cemaran mikroba kosmetika selain untuk (anak dibawah 3 tahun, area sekitar mata dan membran mukosa) dengan jumlah ALT tidak lebih dari 10 3 koloni/gram atau koloni/mililiter (19). Sedangkan data yang diperoleh pada minggu ke- 4 jumlah koloni bakteri 5,2 x 10 2, hasil ini memenuhi syarat kesehatan BPOM. Tingginya nilai ALT pada minggu ke- 0 dimungkinkan karena proses pengujian ALT yang kurang aseptis. Sedangkan data ALT pada minggu ke- 4 memenuhi syarat, dapat disimpulkan bahwa sediaan krim ekstrak buah tomat stabil secara biologi selama penyimpanan 4 minggu.

12 Hasil Uji Angka Kapang Khamir (AKK) Uji Angka Kapang Khamir (AKK) merupakan metode kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui jumlah angka kapang dan khamir pada suatu sampel sediaan kosmetik. Uji AKK menggunakan media padat Sabouraud Dextrose Agar (SDA) untuk memudahkan perhitungan koloni dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual dan dihitung. Perhitungan jumlah kaloni untuk AKK pada cawan petri yang mengandung koloni. Berdasarkan hasil data yang diperoleh, pada minggu ke-0 dan minggu ke-4 terdapat pertumbuhan kapang khamir. Hasil pengamatan pada minggu ke-0 jumlah koloni kapang khamir 1,1 x 10 2 CFU/mL dan pada minggu ke- 4 jumlah koloni kapang khamir 9 x 10 2 CFU/mL. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah koloni kapang khamir pada sediaan krim ekstrak buah tomat memenuhi syarat kesehatan yang ditetapkan BPOM (HK Tahun 2011) dengan jumlah AKK tidak lebih dari 10 3 koloni/gram atau koloni/mililiter (19). Jumlah koloni kapang khamir minggu ke- 0 meningkat pada minggu ke-4, namun masih dalam batas persyaratan. Hal ini dimungkinkan sediaan krim tercemar oleh bakteri pada proses pengujian pada minggu ke- 0 dan bakteri yang ada pada sediaan krim berkembang biak sehingga jumlahnya meningkat pada minggu ke-4.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

BAB II 2. STUDI PUSTAKA Tinjauan Pustaka

BAB II 2. STUDI PUSTAKA Tinjauan Pustaka BAB II 2. STUDI PUSTAKA 2. 1. Tinjauan Pustaka 2. 1. 1. Tomat Tomat (Solanum lycopersicum) tergolong buah karena merupakan bagian tanaman yang bisa dimakan, yang mengandung biji atau benih, sementara sayuran

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta) BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Propolis Gold (Science&Nature ), minyak lavender (diperoleh dari PT. Martina Berto), aquadest, Crillet 4 (Trimax), Crill 4 (diperoleh dari PT. Pusaka Tradisi Ibu), setostearil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer Brookfield (Model RVF), Oven (Memmert), Mikroskop optik, Kamera digital (Sony), ph meter (Eutech), Sentrifugator

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur

Lebih terperinci

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK Faridha Yenny Nonci, Nurshalati Tahar, Qoriatul Aini 1 1 Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan berdasarkan variasi konsentrasi bahan peningkat viskositas memberikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION Megantara, I. N. A. P. 1, Megayanti, K. 1, Wirayanti,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa

Lebih terperinci

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak Contoh si Sediaan Salep 1. sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak Vaselin Putih 82,75% Ekstrak Hidroglikolik Centellae Herba 15 % Montanox 80 2 % Mentol 0,05 % Nipagin 0,15

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Dilakukan identifikasi dan karakterisasi minyak kelapa murni menggunakan GC-MS oleh LIPI yang mengacu kepada syarat mutu minyak kelapa SNI 01-2902-1992. Tabel 4.1.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal formulasi, dilakukan orientasi untuk mendapatkan formula krim yang baik. Orientasi diawali dengan mencari emulgator yang sesuai untuk membentuk krim air

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C 29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I EMULSI FINLAX Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Hari : Jumat Tanggal Praktikum : 5 Maret 2010 Dosen Pengampu : Anasthasia Pujiastuti,

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 1 Pendahuluan Sediaan farmasi semisolid merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan bahan baku minyak atsiri daun sebagai bahan aktif gel antiseptik. Minyak atsiri daun ini berasal dari Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.

Lebih terperinci

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Sediaan cair banyak dipilih untuk pasien pediatrik dan geriatric karena mudah untuk ditelan, dan fleksibilitas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi UGM didapat bahwa sampel yang digunakan adalah benar daun sirsak (Annona muricata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan. BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Air suling, cangkang telur ayam broiler, minyak VCO, lanolin, cera flava, vitamin E asetat, natrium lauril sulfat, seto stearil alkohol, trietanolamin (TEA), asam stearat, propilenglikol,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SBRC LPPM IPB dan Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB mulai bulan September 2010

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental 8 BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi minyak atsiri

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Hasil determinasi Citrus aurantifolia (Christm. & Panzer) swingle fructus menunjukan bahwa buah tersebut merupakan jeruk nipis bangsa Rutales, suku Rutaceae, marga Citrus,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. B. Tempat Dan Waktu Penelitian ini di lakukan pada tanggal 20 Februari 2016 sampai 30 November

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 2. Gambar tumbuhan jahe merah Lampiran 3. Gambar makroskopik rimpang jahe merah Rimpang jahe merah Rimpang jahe merah yang diiris

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi digilib.uns.ac.id 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Karakteristik Minyak Atsiri Wangi Hasil penelitian menunjukkan minyak sereh wangi yang didapat desa Ciptasari Pamulihan, Kabupaten Sumedang dengan pengujian meliputi bentuk,

Lebih terperinci

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom, BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah kulit kentang (Solanum tuberosum L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan Cipaganti,

Lebih terperinci

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven IOCD International Symposium and Seminar of Indonesian Medicinal Plants xxxi, Surabaya 9-11 April 2007 Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven Yudi Padmadisastra Amin Syaugi

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim. PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim. II. DASAR TEORI Definisi sediaan krim : Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan

Lebih terperinci

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Determinasi Tanaman Buah pisang raja diperoleh dari Pasar Legi, Surakarta, Jawa Tengah. Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan survei serta rancangan deskriptif dan eksploratif. B. Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

2011, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republ

2011, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republ BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.595, 2011 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Analisis Kosmetika. Analisis. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.08.11.07331

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan salah satu mikroorganisme yang hidup di kulit (Jawetz et al., 1991). Kulit merupakan organ tubuh manusia yang sangat rentan terhadap

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM ZETACORT Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 30 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetika merupakan suatu sediaan yang telah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat. Salah satu kegunaan sediaan kosmetika adalah untuk melindungi tubuh dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengawet Bahan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga

Lebih terperinci

B. Cara Penelitian Formula Skema Jalannya Penelitian Determinasi Pengumpulan Bahan Penyiapan Bahan...

B. Cara Penelitian Formula Skema Jalannya Penelitian Determinasi Pengumpulan Bahan Penyiapan Bahan... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B.

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Peralatan yang digunakan adalah alat-alat gelas, neraca analitik tipe 210-LC (ADAM, Amerika Serikat), viskometer Brookfield (Brookfield Synchroectic,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kosmetika dekoratif digunakan sehari-hari untuk mempercantik diri. Salah satu contoh kosmetika dekoratif yang sering digunakan adalah lipstik. Lipstik merupakan

Lebih terperinci

OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN

OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN Oleh : Ermi Sukasih, Sulusi Prabawati, dan Tatang Hidayat RESUME Santan adalah emulsi minyak dalam

Lebih terperinci

10. Monografi bahan B. Landasan Teori C. Hipotesis BAB III. METODE PENELITIAN A. Bahan dan alat B.

10. Monografi bahan B. Landasan Teori C. Hipotesis BAB III. METODE PENELITIAN A. Bahan dan alat B. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Definisi

PEMBAHASAN. I. Definisi PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI SPAN 80 DAN CERA ALBA TERHADAP STABILITAS FISIK SEDIAAN COLD CREAM EKSTRAK ETANOL 96% KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.

PENGARUH KOMPOSISI SPAN 80 DAN CERA ALBA TERHADAP STABILITAS FISIK SEDIAAN COLD CREAM EKSTRAK ETANOL 96% KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L. PENGARUH KOMPOSISI SPAN 80 DAN CERA ALBA TERHADAP STABILITAS FISIK SEDIAAN COLD CREAM EKSTRAK ETANOL 96% KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Arisanti, C. I. S. 1, Indraswari, P. I. I. 1, Budiputra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kulit yang sering terjadi dikalangan masyarakat adalah jerawat. Jerawat atau Acne vulgaris adalah suatu prosen peradangan kronik kelenjar polisebasea yang

Lebih terperinci

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Saus Cabai Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabai (Capsicum sp) yang matang dan baik, dengan atau tanpa penambahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Orientasi formula mikroemulsi dilakukan untuk mendapatkan formula yang dapat membentuk mikroemulsi dan juga baik dilihat dari stabilitasnya. Pemilihan emulgator utama

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radiasi sinar matahari yang mengenai permukaan bumi merupakan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam HUBUNGAN ANTARA KADAR GARAM DAN KADAR AIR TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA PADA MAKANAN TRADISIONAL RONTO DARI KOTABARU KALIMANTAN SELATAN Meiliana Sho etanto Fakultas Farmasi Meilianachen110594@gmail.com

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN MESA off grade merupakan hasil samping dari proses sulfonasi MES yang memiliki nilai IFT lebih besar dari 1-4, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses Enhanced Oil Recovery

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) terdiri dari minyak, surfaktan, kosurfaktan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk daerah beriklim tropis yang merupakan tempat endemik penyebaran nyamuk. Dari penelitiannya Islamiyah et al., (2013) mengatakan bahwa penyebaran nyamuk

Lebih terperinci

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF Suwarmi, Agus Suprijono Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi YAYASAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL Nama : Winda Amelia NIM : 90516008 Kelompok : 02 Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2017 Tanggal Pengumpulan : 18 Oktober 2017 Asisten : LABORATORIUM

Lebih terperinci

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM Stefanny Florencia Dewana 1, Sholichah Rohmani 2* 1,2 Program Studi D3 Farmasi, Fakultas

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG METODE ANALISIS KOSMETIKA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG METODE ANALISIS KOSMETIKA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.08.11.07331 TAHUN 2011 TENTANG METODE ANALISIS KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 29 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Bahan baku yang digunakan pada pembuatan skin lotion meliputi polietilen glikol monooleat (HLB12,2), polietilen glikol dioleat (HLB 8,9), sorbitan monooleat

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH digilib.uns.ac.id xvi DAFTAR SINGKATAN A/M ANOVA BHA BHT CMC CoCl 2 HIV HLB M/A O/W ph SPSS t-lsd UV W/O : Air dalam Minyak : Analysis of Variance : Butylated Hydroxyanisole : Butylated Hydroxytoluen)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrobiologi Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme. Mikroorganisme itu sangat kecil, biasanya bersel tunggal, secara individual tidak dapat dilihat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandan wangi merupakan tanaman yang sering dimanfaatkan daunnya sebagai bahan tambahan makanan, umumnya sebagai bahan pewarna hijau dan pemberi aroma. Aroma khas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang kosmetika saat ini sangatlah pesat. Kosmetika berdasarkan penggunaannya dapat digunakan sebagai tata rias dan juga sebagai perawatan kulit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental yaitu dengan mengenalisis aktivitas anti jamur ekstrak etanol daun ketepeng

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotion, salep, dan krim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotion, salep, dan krim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obat Kulit Topikal Kortikosteroid Sediaan topikal adalah sediaan yang penggunaannya pada kulit dengan tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotion, salep, dan krim.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN KELOMPOK 1 SHIFT A 1. Dini Mayang Sari (10060310116) 2. Putri Andini (100603) 3. (100603) 4. (100603) 5. (100603) 6. (100603) Hari/Tanggal Praktikum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Metoda Percobaan Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK), desain faktorialnya 4 x 4 dengan tiga kali ulangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri penyebab infeksi piogenik pada kulit. Infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus antara lain bisul, jerawat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti variabel bebas yaitu konsentrasi kunyit dan lama penyimpanan nasi kuning, juga variabel terikat yaitu daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface).

Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface). 2 3 4 Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface). Antar muka dapat berada dalam beberapa jenis, yang dapat berwujud padat, cair atau

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN Pada penelitian pendahuluan dilakukan kajian pembuatan manisan pala untuk kemudian dikalengkan. Manisan pala dibuat dengan bahan baku yang diperoleh dari

Lebih terperinci

FORMULASI DAN EVALUASI FISIK KRIM BODY SCRUB DARI EKSTRAK TEH HITAM (Camellia sinensis), VARIASI KONSENTRASI EMULGATOR SPAN-TWEEN 60

FORMULASI DAN EVALUASI FISIK KRIM BODY SCRUB DARI EKSTRAK TEH HITAM (Camellia sinensis), VARIASI KONSENTRASI EMULGATOR SPAN-TWEEN 60 FORMULASI DAN EVALUASI FISIK KRIM BODY SCRUB DARI EKSTRAK TEH HITAM (Camellia sinensis), VARIASI KONSENTRASI EMULGATOR SPAN-TWEEN 60 Maria Ulfa, Nur Khairi, Fadillah Maryam Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Uji Kadar Aspal dalam Batuan Uji kadar aspal ini dilakukan dengan mekanisme seperti pada Gambar 4. berikut. Gambar 4. Diagram alir percobaan uji kadar aspal 2 Batuan aspal

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI PEKTIN DALAM SUHU DAN WAKTU PENYIMPANAN BERBEDA TERHADAP KARAKTERISTIK PELEMBAB KULIT

PENGARUH KONSENTRASI PEKTIN DALAM SUHU DAN WAKTU PENYIMPANAN BERBEDA TERHADAP KARAKTERISTIK PELEMBAB KULIT PENGARUH KONSENTRASI PEKTIN DALAM SUHU DAN WAKTU PENYIMPANAN BERBEDA TERHADAP KARAKTERISTIK PELEMBAB KULIT Herlina Eva Fitriani, Supriyono Eko W*, Amry Syawaalz Program Studi Kimia FMIPA Universitas Nusa

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI PROPILEN GLIKOL TERHADAP STABILITAS FISIK KRIM ANTIOKSIDAN FITOSOM EKSTRAK KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.

PENGARUH KONSENTRASI PROPILEN GLIKOL TERHADAP STABILITAS FISIK KRIM ANTIOKSIDAN FITOSOM EKSTRAK KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L. PENGARUH KONSENTRASI PROPILEN GLIKOL TERHADAP STABILITAS FISIK KRIM ANTIOKSIDAN FITOSOM EKSTRAK KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) Karlina Amir Tahir 1, Sartini 2, Agnes Lidjaja 2 1 Jurusan Farmasi,

Lebih terperinci

Gelas beker 3. Potato Dextrose Agar (PDA) 39 gr/l. Labu Erlenmeyer 4. Daging segar tanpa lemak 200 gr

Gelas beker 3. Potato Dextrose Agar (PDA) 39 gr/l. Labu Erlenmeyer 4. Daging segar tanpa lemak 200 gr TUJUAN Praktikum ini dimaksudkan untuk memberi pengetahuan kepada mahasiswa mengenai berbagai jenis media pertumbuhan mikroba dan menguasai cara-cara pembuatannnya. ALAT BAHAN Tabung Reaksi 1. Nutrien

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen). Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) sebelum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Satu Penentuan Formula Pembuatan Sabun Transparan Penelitian tahap satu merupakan tahap pemilihan formula pembuatan sabun trasnparan. Hasil penelitian tahap satu ini

Lebih terperinci

FORMULASI LULUR KRIM YANG MENGANDUNG KOMBINASI YOGHURT DAN PATI BERAS HITAM (Oryza sativa L.)

FORMULASI LULUR KRIM YANG MENGANDUNG KOMBINASI YOGHURT DAN PATI BERAS HITAM (Oryza sativa L.) As-Syifaa Vol 08 (02) : Hal. 83-91, Desember 2016 ISSN : 2085-4714 FORMULASI LULUR KRIM YANG MENGANDUNG KOMBINASI YOGHURT DAN PATI BERAS HITAM (Oryza Vina Purnamasari M 1, Ermina Pakki 2, Mirawati 1 1

Lebih terperinci

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari

Lebih terperinci

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2. PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2. Mengetahui dan memahami cara menentukan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji tumbuhan canola, yaitu tumbuhan asli Kanada Barat dengan bunga berwarna kuning. Popularitas dari

Lebih terperinci

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL Minggu, 06 Oktober 2013 FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menempuh mata kuliah Formulasi

Lebih terperinci