BAB 2 KAJIAN TEORETIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagaimana seorang individu terpuaskan atau tidak terpuaskan terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. mendukung upaya kesehatan puskesmas (Andini, 2006). Suatu Rumah Sakit akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

ANALISIS PENGARUH KEPUASAN GAJI, KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP TURNOVER INTENTION TESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian Uraian 1. Judul Penelitian

HUBUNGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP INTENSI KELUAR KARYAWAN PADA PT. PURNA GRAHA ABADI TASIKMALAYA. Oleh: Reza Rizky Aditya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang

Skripsi. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi globalisasi dan diversitas tenaga kerja. Keberhasilan dan kegagalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dipandang sebagai salah satu aset perusahaan yang penting,

Rita Andini *) ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut werther (2002:5). Yang menyatakan bahwa Kunci memenangkan. senantiasa melakukan investasi untuk merekrut, menyeleksi dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Judul : Pengaruh Keterikatan Kerja, Persepsi Dukungan Organisasional dan Komitmen Organisasional Terhadap Turnover Intention Karyawan Muji Motor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Harman et al. (2009) mengemukakan teori tradisional turnover ini menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Turnover. Definisi Intensi turnover menurut Harnoto (2002) adalah kadar atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang menggerakkan dinamika organisasi, semakin besar organisasi, masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai hubungan kepuasan kerja terhadap turnover intention

BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS. Dengan menjadi bagian dari perusahaan, karyawan dididik untuk berkomitmen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Quality Of Work Life

BAB II KAJIAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior (OCB) individu yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja dan dihargai dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kompetitif dengan mendorong sebuah lingkungan kerja yang positif (Robbins dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

Abstraksi. Kata Kunci : job satisfaction, pay satisfaction, komitmen organisasional, turnover intentions, SEM (Structural Equation Modeling).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh. pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi bergantung kepada ketersediaan dan sustainability sumber daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena manusia merupakan sumber daya yang dinamis dan selau

BAB II LANDASAN TEORI. maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sehingga semua organisasi atau perusahaan yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN. salah satu diantaranya adalah turnover intention. Turnover menurut Robbins dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan kompetensi antar individu menyebabkan banyak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Salah satu teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah traditional

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PEMBERDAYAAN STRUKTURAL

INTENSI TURNOVER DITINJAU DARI KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN RUMAH SAKIT QOLBU INSAN MULIA (QIM) BATANG

Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, RANCANGAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan yang sudah ada. Disinilah dituntut adanya peranan. stratejik dan koheren untuk mengelola aset paling berharga milik

BAB II LANDASAN TEORI. Peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait (review of related

BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Pengertian Organizational Citizenship Behavior

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah tenaga kerja yang berlebih di Indonesia, membuat beberapa

BAB I PENDAHULUAN. tersebutlah yang membuat para pengusaha sadar akan nilai investasi karyawan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya yang mencakup. penyedia tenaga kerja yang bermutu, mempertahankan kualitas dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

PENGARUH KETIDAKAMANAN KERJA, KEPUASAN KERJA, DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP PENGUNDURAN DIRI PEKERJA

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB I PENDAHULUAN. dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan terdiri atas

Kuesioner (Job Insecurity) A. Arti Penting Aspek Kerja 1. Sangat Tidak Penting (STP) 2. Tidak Penting (TP) 3. Tidak Tahu, Apakah penting atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda. Kepuasan itu terjadi

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan biaya ketenagakerjaan. Demikian juga yang dikemukakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa: A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang semakin meningkat (Kotter, 1995). Dalam iklim persaingan usaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

World Economic Forum (WEF) menyusun The Global Competitiveness. Report 2014/2015 dan menempatkan daya saing Indonesia (Global

Transkripsi:

BAB 2 KAJIAN TEORETIS 2.1 Definisi Konsep 2.1.1 Turnover Intention Turnover intention (keinginan keluar dari pekerjaan) merupakan tanda awal terjadinya turnover (keluar dari pekerjaan) (Sunarso, 2000). Simamora (1997) mengatakan bahwa turnover intention merupakan hasrat perpindahan (movement) melewati batas keanggotan dari sebuah organisasi. Sementara, Mathis & Jackson (2001) secara sederhana menyatakan bahwa turnover intention adalah proses dimana tenaga kerja berkeinginan meninggalkan organisasi dan harus ada yang menggantikannya. Lebih jelasnya, Abelson (1987) merinci bahwa turnover intention atau keinginan berpindah mencerminkan keinginan individu untuk meninggalkan organisasi dan mencari alternatif pekerjaan lain yang diawali dengan beberapa tahap yaitu adanya pikiran untuk keluar, kemauan untuk mencari lowongan pekerjaan lain, mengevaluasi kemungkinan untuk menemukan pekerjaan yang layak di tempat lain dan adanya maksud untuk meninggalkan organisasi. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, kata kunci dari beberapa pendapat diatas adalah mengenai keinginan seseorang untuk meninggalkan pekerjaan, sehingga dalam penelitian ini, turnover intention diartikan 11

sebagai seberapa besar (kuat) keinginan (niat) seseorang untuk keluar dari lembaga tempat ia bekerja dan berpindah ke lembaga atau bidang pekerjaan lain. 2.1.2 Kepuasan Gaji Individu p e r l u merasakan adanya rasa keadilan (equity) terhadap gaji yang diterima sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukannya (Lum et al., 1998). Masih pada Lum et.al. (1998), Lawler (1990) mengemukakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan atas gaji seseorang merupakan suatu fungsi dari perbedaan antara perasaan seseorang mengenai apa yang seharusnya diterima dengan berapa banyak gaji yang sebenarnya diterima. Heneman dan Schwab (1988) pada Andini (2006) menyatakan bahwa kepuasan gaji merupakan rangkaian kepuasan yang multidimensi yang terdiri atas empat subdimensi: tingkat gaji (pay level), struktur/pengelolaan gaji (pay structure and administration), peningkatan gaji (pay raise) dan tunjangan (benefit). Kepuasan atas tingkat gaji didefinisikan sebagai persepsi kepuasan atas gaji atau upah langsung, sedangkan kepuasan atas struktur atau pengelolaan gaji didefinisikan sebagai persepsi kepuasan atas hirarki gaji internal dan metode yang digunakan untuk mendistribusikan gaji. Kepuasan atas peningkatan gaji berkenaan dengan persepsi kepuasan dalam perubahan tingkat gaji, sedangkan kepuasan atas 12

tunjangan menekankan pada persepsi kepuasan dengan pembayaran tidak langsung ataupun tambahan yang diterima karyawan. Sementara, March dan Simon (1958) memberikan definisi tentang adanya perasaan tidak seimbang antara apa yang dilakukan individu terhadap organisasinya dengan apa yang diterimanya sebagai imbalan. Berangkat dari beberapa uraian tersebut kepuasan gaji dalam penelitian ini didefinisikan sebagai keadaan dimana seorang individu merasa bahwa apa yang telah diterima dari lembaga atau instansi dimana individu bekerja telah sesuai dengan apa yang dikerjakan atau telah dilakukan bagi lembaga tersebut. Sesuai dengan penelitian Haneman & Schwab (1988), apa yang diterima oleh individu dari lembaga tersebut meliputi tingkat gaji, struktur pengelolaan, peningkatan pendapatan dan tunjangan. 1.1.3. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja menurut As ad (2001) adalah sikap yang positif dan menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi kerja atau situasi kerja. Sedangkan menurut Wexley & Yukl (1997) kepuasan kerja merupakan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hoppeck dalam As ad (2001) setelah mengadakan penelitian terhadap 309 karyawan pada perusahaan di New Hope Pennsylvania USA, menarik kesimpulan 13

bahwa kepuasan kerja merupakan penilaian dari pekerjaan yaitu seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya. Secara lebih jelas, Handoko (1998), mendefinisikan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja dikatakan merupakan cermin perasaan seseorang terhadap pekerjaanya. Sedangkan Robbins & Judge (2008) mendefinisikannya sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang, yang merupakan hasil dari evaluasi karakteristiknya. Menilik pengertian kepuasan kerja dalam hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Tiffin seperti yang dikutip Jewel & Siegal (1998) berpendapat bahwa kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja dan kerjasama antara pemimpin dengan sesama karyawan. Senada dengan Tiffin, Blum dalam Munandar (2001) mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri, dan hubungan sosial individual diluar kerja. Penilaian (assesment) seorang karyawan terhadap puas atau tidak puas akan pekerjaannya merupakan penjumlahan yang rumit dari sejumlah unsur pekerjaan yang terbedakan 14

atau terpisah satu sama lain. Persepsi seseorang mungkin bukanlah merupakan refleksi konkrit yang lengkap tentang pekerjaan dan masing-masing individu dalam situasi yang sama dapat memiliki pandangan yang berbeda. Menurut Robbins (2001), faktor-faktor yang mendorong kepuasan kerja adalah; 1. Kerja yang secara mental menantang; 2. Kondisi kerja yang mendukung; 3. Rekan sekerja yang mendukung; 4. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan. Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, pengertian kepuasan kerja dalam penelitian ini adalah orientasi dan sikap individu terhadap pekerjaannya yang dipengaruhi peran dalam bekerja dan karakteristik dari pekerjaanya. 1.1.4. Komitmen Organisasi Komitmen organisasi menurut William dan Hazer (1986) dikutip dari Lum et al., (1998) didefinisikan sebagai tingkat kekerapan identifikasi dan keterikatan individu terhadap organisasi yang dimasukinya, dimana karakteristik komitmen organisasi antara lain adalah loyalitas seseorang terhadap organisasi, kemauan untuk mempergunakan usaha atas nama organisasi, kesuaian antara tujuan seseorang dengan tujuan organisasi. Komitmen organisasi (organizational commitment) adalah Kekuatan relatif pengenalan pada keterlibatan dalam dari diri seoramg individu dalam 15

organisasi tertentu (Wayne, 1997). Meyer dan Allen (1991) pada Hackett et al., (1994) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai derajat seberapa jauh pekerja mengidentifikasi dirinya dengan organisasi dan keterlibatannya dalam organisasi, menurutnya ada 3 komponen, yaitu: 1. Affective Organizational Commitment (AOC). Affective Organizational commitment adalah suatu pendekatan emosional dari individu dalarn keterlibatannya dengan organisasi, sehingga individu akan merasa dihubungkan dengan organisasi. Komponen afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi dan keterlibatan pegawai di dalam suatu organisasi. Karyawan yang komitmen organisasinya berdasarkan komitmen afektif yang kuat akan meneruskan bekerja dengan perusahaan karena keinginan mereka sendiri, berdasarkan tingkat identifikasinya dengan perusahaan dan kesediannya untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan; 2. Continuance Organizational Commitment (COC). Continuance Organizational Commitment adalah hasrat yang dimiliki oleh individu untuk bertahan dalam organisasi, sehingga individu merasa membutuhkan untuk dihubungkan dengan organisasi. Komitmen ini didasarkan pada persepsi pegawai tentang kerugian yang akan dihadapinya jika ia meninggalkan organisasi. Karyawan dengan komitmen berkelangsungan yang kuat akan meneruskan 16

keanggotaannya dengan organisasi, karena mereka membutuhkannya.; 3. Normative Organizational Commitment (N0C). Normative Organizational Commitment adalah suatu perasaan wajib dari individu untuk bertahan dalarn organisasi. Normatif merupakan perasaan- perasaan pegawai tentang kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi, dan tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan. Karyawan dengan komitmen normatif yang kuat akan tetap bergabung dalam organisasi karena mereka merasa sudah cukup dengan hidupnya. Dari beberapa definisi tersebut, definisi komitmen organisasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah perasaan seberapa kuat seseorang merasa terikat dengan organisasi atau lembaga tempatnya berada atau bekerja yang dapat dilihat dari tiga hal yaitu komitmen afektif, komitmen keberlanjutan atau kontinuan dan komitmen normatif. 1.2. Perumusan Hipotesis 2.2.1 Hubungan Kepuasan Gaji dan Komitmen Organisasi Robbins (2001) menyatakan bahwa upaya mewujudkan kesediaan individu mendukung tujuan organisasi terwujud jika individu merasa memiliki komitmen, sementara itu seseorang akan menunjukkan komitmen pada organisasi jika organisasi mampu 17

memenuhi kebutuhan individu. Salah satu kebutuhan individu bekerja adalah memperoleh imbalan dalam bentuk gaji. Dengan demikian jika individu merasa puas dengan gaji yang diterimanya maka yang bersangkutan kemungkinan akan lebih berkomitmen pada organisasinya. Beberapa penelitian mengenai hubungan antara kepuasan gaji dan komitmen organisasi adalah Vanderberghe dan Trembley (2008) yang melakukan penelitian tentang hubungan antara kepuasan gaji dengan komitmen organisasi pada dua kelompok sampel yang berbeda yaitu pada kelompok tenaga kesehatan dan pada kelompok dengan latar belakang pekerjaan berbeda. Hasilnya mengindikasikan bahwa pada dua kelompok sampel tersebut, kepuasan gaji sama-sama menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Sementara itu, penelitian serupa yang dilakukan oleh Azeem (2010) terhadap para pekerja di Pemerintahan Oman juga menunjukkan hasil bahwa kepuasan gaji merupakan prediktor yang signifikan atas komitmen organisasional. Sebelumnya, Hersusdadikawati (2004) melakukan penelitian tentang hubungan antara kepuasan gaji dengan komitmen organisasi, hasilnya menunjukkan bahwa kepuasan gaji berpengaruh tidak langsung terhadap turnover intention dengan komitmen organisasi sebagai variable interveningnya. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan 18

gaji merupakan prediktor komitmen organisasi. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 : Kepuasan gaji berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi. 2.2.2 Hubungan Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi. Dalam dunia kerja, komitmen seseorang terhadap organisasi atau perusahaan seringkali menjadi isu yang sangat penting. Seseorang yang tidak puas akan pekerjaannya biasanya kurang berkomitmen pada organisasi (Mathis & Jackson, 2001). Dengan kata lain, apabila seseorang memiliki kepuasan kerja yang rendah, kemungkinan komitmennya terhadap organisasi juga akan lebih rendah bila dibandingkan mereka yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Vanderberg dan Lance (1992) yang melakukan pengujian hubungan kausal antara kepuasan kerja dan komitmen organisasi, menemukan bukti empiris yang mendukung bahwa dampak dari kepuasan kerja adalah komitmen organisasi. Temuan ini didukung oleh hasil analisis yang menunjukkan 19

hubungan kepuasan kerja dan komitmen organisasi signifikan kuat. Penelitian lain yang mendukung dilakukan oleh Elangovan (2001). Dalam penelitiannya ditemukan bahwa hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi adalah positif. Semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan karyawannya maka semakin tinggi pula komitmen terhadap perusahaan, begitupun sebaliknya. Senada dengan dua penelitian tersebut, McNeese- Smith and Nazarey (2001) melakukan penelitian mengenai persepsi responden terhadap komitmen organisasi sebagai usaha untuk menemukan penyebab masalah kekurangan tenaga perawat disana. Dari penelitian ini ditemukan bahwa salah satu prediktor kuat bisa meningkatkan komitmen mereka terhadap organisasi adalah meningkatnya kepuasan kerja. Berangkat dari hal diatas, dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis kedua yaitu: H2 : Kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi. 2.2.3 Hubungan Kepuasan Gaji dan Turnover Intention Handoko (1998), menyatakan bahwa salah satu tujuan administrasi kompensasi dalam hal ini 20

penggajian adalah untuk mempertahankan karyawan yang ada, bila kompensasi tidak kompetitif dan tidak memenuhi prinsip keadilan, maka akan berimplikasi banyaknya karyawan yang baik akan keluar. Lum et al. (1998) menyatakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan adalah fungsi dari ketidakcocokan antara apa yang dirasakan oleh seseorang yang beberapa banyak bayaran yang diterima seseorang. Ketidakpuasan atas gaji yang diterima pada umunya menyebabkan keinginan keluar seseorang dari tempatnya bekerja. Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa hubungan antara kepuasan gaji dengan intensi keluar adalah negatif. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh Gardner (2010) yang dilakukan terhadap 1903 orang guru musik sekolah menengah negeri maupun swasta di Amerika. Hasilnya mengindikasikan bahwa alasan yang mendominasi guru musik untuk meninggalkan pekerjaannya adalah perasaan tidak puas dengan gaji dan tunjangan yang diterima, sehingga berusaha mencari yang lebih baik di lain tempat. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian Garcia et.al (2009) yang dilakukan terhadap seluruh guru di Negara bagian Texas dari tahun 2003 sampai 2006. Dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa secara konsisten kepuasan gaji menunjukkan hubungan yang negatif dengan turnover intention guru. Dimana tingkat kepuasan terhadap gaji rendah maka 21

tingkat turnover intentionnya tinggi. Hasil yang sama ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Russel et.al (2010) dan Porter and Steers (1973).Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H3 : Kepuasan gaji berpengaruh negatif terhadap turnover intention. 2.2.4 Hubungan Kepuasan Kerja dan Turnover Intention. Kepuasan kerja yang rendah telah sering diidentifikasikan sebagai suatu alasan yang penting yang menyebabkan individu ingin meninggalkan pekerjaannya. Moore (2000) menekankan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan individu akan pekerjaan dipengaruhi oleh faktor situasi pekerjaan itu sendiri, yaitu pekerjaan yang terlalu berat (overload), ambiguitas peran dan konflik dalam pekerjaan dan kecilnya kebebasan dalam melakukan pekerjaan. Saat individu mengevaluasi dan menyadari ketidakpuasan akan pekerjaan akan menimbulkan keinginan untuk meninggalkan pekerjaan. Kepuasan kerja dihubungkan negatif dengan keluarnya karyawan (turnover intention) tetapi faktor-faktor lain seperti kondisi pasar kerja, kesempatan kerja alternatif, dan 22

panjangnya masa kerja juga merupakan kendala yang penting untuk meninggalkan pekerjaan yang ada (Robbins, 2001). Semakin tinggi tingkat kepuasan kerja seseorang, maka semakin rendah intensitasnya untuk meninggalkan pekerjaannya itu, hal ini dibuktikan pada penelitian Lum et al., (1998); Johson et al. (1987); Yuyetta (2002) dan Tett & Meyer (1993). Mereka yang kepuasan kerjanya rendah lebih mudah meninggalkan perusahaan dan mencari kesempatan di perusahaan lain. Beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut menyimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan prediktor yang potensial terhadap turnover intention, sehingga hipothesis yang keempat yang diajukan adalah: H4 : Kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap turnover intention. 2.2.5 Hubungan Komitmen Organisasi dan Turnover Intention. Karyawan yang tidak memiliki komitmen terhadap organisasinya akan lebih mungkin mencari pekerjaan pada organisasi lainnya. Makin kuat pengenalan dan keterlibatan individu dengan 23

organisasi akan mempunyai komitmen yang tinggi dan seseorang yang kurang berkomitmen pada organisasi akan terlihat menarik diri dari organisasi baik melalui ketidakhadiran (absence) ataupun masuk-keluar (turnover) (Mathis & Jackson, 2001) Chawla & Shondhi melakukan penelitian tentang prediktor turnover intention terhadap 75 orang guru dan dibandingkan dengan 75 BPO (Business Process Outsourcing) pada tahun 2011, dan menemukan bahwa komitmen organisasi memberikan dampak yang signifikan dan negatif terhadap turnover intention pada keduanya. Sebelumnya, Johson et al. (1990) dalam Grant et al. (2001) juga menemukan hubungan negatif antara Komitmen Organisasi dan keinginan untuk berpindah. Hipotesis terakhir dalam penelitian ini yang diajukan berdasarkan uraian diatas adalah sebagai berikut: H5 : Komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap turnover intention. 2.3 Model Penelitian Turnover Intention mempengaruhi efektifitas organisasi. Turnover yang tinggi berakibat pada meningkatnya biaya investasi pada sumberdaya 24

manusia (SDM) yang dalam hal ini adalah guru PAUD, serta dapat menyebabkan ketidakstabilan dan ketidakpastian terhadap kondisi psikologis guru sehingga hal ini dapat berimplikasi pada menurunnya kinerja sekolah. Tingkat turnover intention yang cenderung tinggi ini diidentifikasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kepuasan gaji dan kepuasan kerja serta komitmen organisasi para guru. Kepuasan gaji, kepuasan kerja dan komitmen organisasi diduga memberikan pengaruh yang negatif terhadap turnover intention, sedangkan kepuasan gaji dan kepuasan kerja diduga memberikan pengaruh positif terhadap komitmen organisasi. Hubungan antara kepuasan gaji, kepuasan kerja komitmen organisasi dan turnover intention dapat digambarkan dalam model penelitian dibawah ini: Gambar 2.1 Model Penelitian 25

26