BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. (UMi), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) berdasarkan ketiga alat ukur ini berbeda di setiap negara.

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BABI PENDAHULUAN. Peranan usaha milcro dan kecil dalam perekonomian nasional semakin

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

I. PENDAHULUAN. permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output. Pertumbuhan ekonomi mutlak

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2008

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

PERKEMBANGAN PDRB Triw I-2009 KALSEL

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sukirno (2000) dalam analisis

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam perekonomian Indonesia dari sejak dahulu. Hal ini semakin dirasakan ketika krisis ekonomi melanda Indonesia, dimana peranan UKM sebagai landasan penting dalam menyediakan lapangan kerja terutama dari segi perekonomian, namun kebijakan pemerintah maupun pengaturan yang mendukungnya sampai sekarang dirasa belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dengan masih tingginya tingkat kemiskinan dan juga permasalahan pengangguran, yang disebabkan kurangnya tingkat kesempatan kerja di berbagai daerah. Permasalahan serapan tenaga kerja industri yang rendah tersebut muncul disebabkan terdapat ketimpangan antara tingginya jumlah angkatan kerja dan masih kurangnya jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia, dan seharusnya sudah menjadi tugas dari berbagai sektor perekonomian yang ada untuk menyerap para angkatan kerja tersebut. Salah satu sektor perekonomian yang selama ini dinilai paling berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian adalah sektor UKM. Dimana UKM berperan dalam sumbangan pengolahan (Manufacturing) dan juga berperan dalam menyumbang komoditi industri terhadap ekspor barang dan jasa. Dalam konteks daya saing ekonomi daerah dan pengembangan ekonomi lokal, kinerja nyata yang dihadapi oleh sebagian besar usaha terutama mikro, 1

kecil, dan menengah di Indonesia yang paling menonjol adalah rendahnya tingkat produktivitas, rendahnya nilai tambah, dan rendahnya kualitas produk. Walau diakui pula bahwa UKM menjadi lapangan kerja bagi sebagian besar pekerja di Indonesia, tetapi kontribusi dalam output nasional di kategorikan rendah. Karena itu kebijakan bagi UKM bukan karena ukurannya yang kecil, tapi karena produktivitasnya yang rendah. Peningkatan produktivitas pada UKM, akan berdampak luas pada perbaikan kesejahteraan rakyat karena UKM adalah tempat dimana banyak oranng menggantungkan sumber kehidupannya. Pendapat mengenai peran UKM dalam meminimalkan dampak sosial dari krisis ekonomi khususnya persoalan pengangguran dan hilangnya dampak sosial dari krisis ekonomi khususnya persoalan pengangguran dan hilangnya penghasilan masyarakat. Usaha kecil Menengah (UKM) sebagaimana yang berskala UU No.9 tahun 1995 dan Inpres No.10 tahun 1998 adalah usaha produktif yang berskala kecil dengan kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dalam pembahasan ini lembaga-lembaga keuangan formal dan non formal sangat dibutuhkan peranannya untuk mendorong pelaku UKM untuk meningkatkan perekonomian pemerintah. Permintaan tenaga kerja UKM tidak bisa dilepas dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhi seperti Modal, Jumlah Unit Usaha, Aset, dan Omset. Jumlah unit usaha pada usaha kecil dimana pada tahun 2011 totalnya 4.366 unit, hingga pada tahun 2012 menjadi 4.382 unit. Sedangkan untuk Modal kecil dari tahun ke tahun Modal selalu mengalami peningkatan, dimana dari tahun 2011 sebesar 2

2.749.468.317 milyar rupiah hingga tahun 2012 sebesar 2.749.488.224 milyar rupiah. Dan terakhir nilai Penyerapan Tenaga Kerja UKM pada tahun 2011 sejumlah 245.489 jiwa. Kemudian di Tahun 2012 sejumlah 257.311 jiwa. Modal sangat berperan penting dalam kegiatan UKM, karena bertujuan untuk meningkatkan produktifitas lebih tinggi yang akan mengakibatkan surplus yang lebih besar, sehingga mempengaruhi proses investasi pada sektor yang satu dengan yang lainnya. Dengan begitu kesempatan kerja semakin meningkat sehingga mempengaruhi penyerapan tenaga kerja (Karib 2012:60). Kemudian dengan adanya peningkatan modal pada suatu Usaha Kecil Menengah (UKM), juga akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan adanya peningkatan modal maka akan meningkatkan jumlah perusahaan yang ada pada usaha kecil menengah tersebut. (Mazt,2003). kerja: Berikut adalah data perkembangan jumlah unit usaha terhadap tenaga Tabel 1.1 Data Perkembangan Jumlah Unit Usaha terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Tahun Tenaga Kerja (%) Jumlah unit usaha (%) 2011 245.489-4.366-2012 257.311 4,815694 4.382 4,282 2013 257.669 0,139131 4.393 4,293 2014 259.440 0,687316 4.445 4,345 2015 261.051 0,620953 4.463 4,363 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung, (Data Diolah) Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat perkembangan jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerja pada tahun 2012 hingga tahun 2015 mengalami peningkatan, namun dilihat secara pertumbuhannya dari tahun 2012 hingga tahun 3

2015 nilai ini ttidak sebanding antara pertumbuhan jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja yang ada. Aset sangat berperan penting dalam kegiatan UKM. Semakin besar aset masuk maka akan mempermudah jalannya sektor UKM untuk mengembangkan usahanya agar lebih maju. Aset memiliki fungsi dan memiliki nilai ekonomis yang terkait dengan pemanfaatan tertinggi dan terbaik, serta dapat menghasilkan pendapatan dari pengoperasian properti. Oleh karenanya kegunaan dan fungsi aset dalam kegiatan UKM. (Budisusilo 2005:37). Apabila nilai Omset lebih tinggi seharusnya dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi sehingga para pelaku unit usaha bisa mengembangkan bisnisnya lebih besar lagi, sehingga diharapkan dapat menyerapkan tenaga kerja lebih banyak. Pengukuran perlu dibandingkan dengan pencapaian kinerja tahun sebelumnya sebagai Progress report kinerja organisasi yang bersangkutan. Sebagai perbandingan disajikan capaian kinerja Tahun 2011-2014, target tingkat pengangguran terbuka adalah target prioritas yang ditetapkan RPJMD Kota Bandung Tahun 2011-2013 dan juga RPJMD Kota Bandung Tahun 2013-2018. Realisasi 2011-2014 sebagai berikut: Tabel 1.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Bandung Tahun 2011-2014 TPT (%/Tahun) Uraian 2011 2012 2013 2014 Realisasi 10,34 9,17 10,98 8,05 Meningkat - - 1,81 - Menurun 3,41 1,71-2,93 Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung, diolah 4

Setiap tahun Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Bandung terus mengalami penurunan berarti Pemerintah Kota Bandung sedikitnya telah berhasil memberikan peluang kesempatan kerja pada masyarakat Kota Bandung, hanya pada tahun 2012 ke tahun 2013 terjadi peningkatan pengangguran terbuka Kota Bandung mencapai 1,81 persen. Tabel 1.3 Jumlah Pengangguran dan Angkatan Kerja Kota Bandung Tahun 2011-2014 Uraian Tahun 2011 2012 2013 2014 Jumlah Pengangguran 116.798 107.384 129.142 95.971 Jumlah Bekerja 1,012,946 1,064,167 1,047,235 1,096,799 Jumlah Angkatan Kerja 1.129.744 1.171.551 1.176.377 1.192.770 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung Jumlah pengangguran di Kota Bandung dari Tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 terus mengalami penurunan, sebaliknya jumlah penduduk bekerja dan angkatan kerja semakin meningkat setiap tahunnya. Jika di tahun 2011 jumlah pengangguran sebesar 116.798, hingga tahun 2012 jumlah pengangguran mengalami penurunan di tahun 2012 sebesar 107.384, akan tetapi di tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 129.142, dan kemudian di tahun 2014 mengalami penurunan jumlah pengangguran kembali sebesar 95.971. Jumlah penduduk yang bekerja di Kota Bandung pada tahun 2011 hingga tahun 2014 mengalami kenaikan di tahun 2011 sebesar 1.012.946 dan pada tahun 2014 sebesar 1,096,799. Kemudian jumlah Angkatan Kerja di Kota Bandung dari tahun 2011 hingga tahun 2014 mengalami kenaikan secara stabil, yaitu pada tahun 2011 sebesar 1.129.744 dan pada tahun 2014 sebesar 1.192.770. 5

Data tersebut menggambarkan bahwa kenaikan pencari kerja digunakan sebagai cerminan atau acuan dalam peningkatan tenaga kerja dalam mengatasi jumlah pengangguran di Kota Bandung, hal tersebut disebabkan kenaikan jumlah tenaga kerja yang diikuti dengan kenaikan pencari kerja yang mengakibatkan pengangguran yang tidak terlalu besar, namun permasalahan pengangguran ini dapat diatasi, dilihat dari kontribusi UKM yang mampu menyerap tenaga kerja rata-rata lebih dari 90 persen setiap tahunnya dari total penduduk yang bekerja, apabila terus dikembangkan UKM mampu menjadi wadah penyerapan tenaga kerja sebagai salah satu pengurangan angka pengangguran di Kota Bandung. No 1 2 3 4 5 6 7 Tabel 1.4 Jumlah Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2011-2014 Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2011 2012 2013 2014 Pertanian, pertambangan dan galian 3.381 10.540 255.641 180,998 Industri pengolahan 251.166 261.794 28.074.055 30.755,95 Listrik, Gas dan Air 2.201.593 2.608.429 3.185.681 142,71 Perdagangan besar, rumah&hotel 369.161 377.626 55.212.099 40.412,18 Angkutan, Pergudangan, Komunikasi 11.841.320 13.854.501 17.333.449 10.315,60 Keuangan asuransi, usaha persewaan 230.375 210.078 8.561.178 7.320,27 Jasa Kemasyarakatan 158.863 204.129 11.480.479 1.274,38 8 Jumlah 1.012.946 1.064.167 1.241.025 1.203.107 Sumber : Statistik Kota Bandung 2011-2014, diolah Berdasarkan tabel perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja di atas, secara keseluruhan penyerapan tenaga kerja pada masing-masing sektor 6

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jika dibandingan dengan total penduduk yang mencari kerja pada tabel 1.2. Pada tahun 2011 pada sektor pertanian dan pertambangan senilai 197.191,95 pada tahun 2011, dan pada tahun 2012 sebesar 100.230,433 dari total angkatan kerja. Sedangkan bila dilihat perkembangannya menurut sektor atau lapangan pekerjaan utama terjadi fluktuasi. Pada sektor Industri Pengolahan tahun 2011 sebesar 251.166 jiwa. Kemudian sektor Listrik, Gas dan Air pada tahun 2011 sebesar 2.201.593 jiwa kemudian dari tahun 2011 hingga tahu 2014 mengalami kenaikan secara signifikan. Sektor perdagangan, rumah dan hotel pada tahun 2011 sebesar 369.161 jiwa kemudian mengalami kenaikan di tahun 2012 sebesar 377.626 jiwa. Sektor Angkutan, perdagangan dan komunikasi pada tah un 2011 sebesar 11.841.320 jiwa, dan terus mengalami kenaikan hingga tahun 2013 tetapi pada tahun 2014 mengalami penurunan kembali sebesar 10.315,60 jiwa. Sektor keuangan asuransi dan persewaan pada tahun 2011 sebesar 250.375 jiwa dan mengalami fuktuasi hingga tahun 2014. Sesuai fakta dan kondisi yang ada perekonomian di Kota Bandung di dominasi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Aktivitas usaha-usaha ekonomi masyarakat dominan berskala kecil hingga menengah sementara usaha berskala besar relatif hanya berjumlah sedikit (Heatubun, 2008: 26). Sedangkan menurut Purwanto (2013), saat ini Usaha Kecil Menengah selanjutnya disebut dengan UKM merupakan salah satu usaha yang strategis untuk mempercepat pertumbuhan dalam rangka meningkatkan ta raf hidup masyarakat banyak dan sebagai wadah kegiatan usaha bersama bagi produsen maupun konsumen. Dimana 7

UKM memegang peranan penting dalam ekonomi di Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha (estabislishment) maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. Berdasarkan dengan beberapa penjelasan mengenai tingkat pengangguran yang menurun setiap tahunnya tetapi diiringi pula dengan fluktuasi atau naik turunnya para pencari kerja menyebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja yang tidak terlalu besar dan pengangguran tetap menjadi masalah pembangunan ekonomi di Kota Bandung. Mengingat kontribusi UKM yang besar dalam pembentukan nilai investasi, jumlah unit usaha, aset dan omset dari proposi total yang ada di Kota Bandung, secara garis besar kondisi UKM dapat menjadi sektor yang potensial untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Maka Judul Penelitian ini adalah Pengaruh Modal, Jumlah Unit usaha, Aset, dan Omset Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Bandung Periode 2011-2015. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang pengangguran merupakan salah satu permasalahan di Kota Bandung yang menggambarkan bahwa setiap tahunnya Kota Bandung mengalami penurunan pengangguran yang diikuti fluktuasi atau naik turunnya pencari kerja, hal ini menyebabkan pengangguran masih menjadi permasalahan di Kota Bandung. Maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana pengaruh variabel Modal, Jumlah Unit usaha, Aset, dan Omset UKM terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bandung secara Parsial dan Simultan? 8

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian data yang diperoleh dan dikaji, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh variabel Modal, Jumlah Unit Usaha, Aset, dan Omset UKM terhadap variabel penyerapan tenaga kerja UKM di Kota Bandung secara parsial dan silmultan. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis menambah wawasan serta pengetahuan dalam bidang penyerapan tenaga kerja UKM dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi seperti Modal, jumlah unit usaha aset, dan omset, berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja UKM di Kota Bandung. 2. Bagi Pemerintah Daerah membantu dalam mengambil kebijakan dalam membantu memajukan pembangunan ekonomi melalui peningkatan penyerapan tenaga kerja sebagai realisasi pengurangan permasalahan pengangguran di Kota Bandung. 3. Sebagai acuan bagi mahasiswa dan koleksi perpustakaan yang dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah yang berkaitan- dengan penelitian dalam bidang penyerapan tenaga kerja, dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja UKM. 9