BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kontrol Diri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. konsekuensi bahaya atas tindakan yang dilakukan. Individu yang memiliki kontrol

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

SELF CONTROL Dr D a r. R a R ha h y a u u G i G ni n nt n asa s si s, M. M Si

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN KONTROL DIRI PADA PENGGUNA NAPZA YANG SEDANG MENJALANI REHABILITASI

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB II LANDASAN TEORI. potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI. dengan disciple yaitu individu yang belajar dari atau secara suka rela

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2. Variabel Bebas : Keberfungsian Keluarga. B. Definisi Operasional

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

POLA PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA OLEH : ADE JUWAEDAH. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya kadang kadang (Sapadin & Maguire, 1996:4). Prokrastinasi sebagai

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. seseorang dalam melakukan tugas.

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik. 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal. masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

SHAKINA DEARASSATI PA07

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau mengarahkan diri ke arah yang lebih baik ketika di hadapkan dengan godaangodaan

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU

BAB II LANDASAN TEORITIS. Dalam teori Averil (1973) dijelaskan secara terperinci jenis-jenis self

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Dukungan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dari ketiga subjek pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROFIL KONTROL DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI KELAS XI SMA NEGERI 1 RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR. Oleh: Resci Nova Linda*)

PERAN KELUARGA STRATEGIS DAN KRUSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku sehat. untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka (Taylor,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Lieben und arbeiten, untuk mencinta dan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009

PENGARUH KONTROL DIRI TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAINAN KABUPATEN PESISIR SELATAN ABSTRACT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Huddleston dan Minahan (2011) mendefinisikan aktifitas berbelanja sebagai

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN KESEHATAN MENTAL PADA SINGLE MOTHER

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. dalam ruang lingkup sekolah konsep engagement meliputi beberapa bagian, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir. dalam berbagai keadaan (Bandura,1997).

BAB 2. Tinjauan Pustaka

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrol Diri 1. Definisi Kontrol Diri Kontrol diri mengacu pada kapasitas untuk mengubah respon diri sendiri, terutama untuk membawa diri mereka kepada standar yang sudah ditetapkan seperti cita-cita, nilai-nilai, moral dan harapan sosial dan untuk mendukung mengejar tujuan jangka panjang (Baumeister, Vohs & Tice, 2007). Goldfried dan Merbaum (1973) mendefinisikan bahwa kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan. Baumeister (2002) menyatakan bahwa kontrol diri merupakan suatu kapasistas untuk memberikan alternatif kondisi dan respon tertentu. Kontrol diri merupakan pola respon yang baru dimulai untuk menggantikan sesuatu dengan yang lain, misalnya respon yang berkaitan dengan mengalihkan perhatian dari sesuatu yang diinginkan, mengubah emosi, menahan dorongan tertentu dengan memperbaiki kinerja. Chaplin (2011) mendefinisikan kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri dalam artian kemampuan seseorang untuk 9

10 menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impuls. Kontrol diri ini menyangkut seberapa kuat seseorang memegang nilai dan kepercayaan untuk dijadikan acuan ketika bertindak atau mengambil suatu keputusan. Tangney (2004) berpendapat bahwa kontrol diri merupakan kemampuan individu untuk menentukan perilakunya berdasarkan standar tertentu seperti moral, nilai dan aturan dimasyarakat agar mengarah pada perilaku positif. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kontrol diri merupkan suatu kecakapan individu dalam memiliki kepekaan dalam membaca berbagai situasi diri dan lingkungan serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola perilaku sesuai dengan situasi yang dihadapi dan dapat menjadi acuan ketika bertindak. 2. Aspek-aspek Kontrol Diri Menurut Calhoun & Acocella (1990) terdapat tiga aspek kontrol diri, yaitu kontrol perilaku (Behavior Control), kontrol kognitif (Cognitive Control), dan kontrol dalam mengambil keputusan (Decision Making). a. Kontrol perilaku (Behavior Control) Merupakan kesiapan atau kemampuan seseorang untuk memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku dalam hal ini berupa kemampuan untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi, dirinya sendiri, orang lain, atau sesuatu di luar dirinya. b. Kontrol kognitif (Cognitive Control) Kemampuan individu utuk mengelola informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau memadukan suatu kejadian dalam

11 suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. c. Kontrol dalam mengambil keputusan (Decision Making) Kemampuan untuk memilih suatu tindakan berdasarkan sesuatu yang diyakini atau disetujui. Sedangkan menurut Tangney, Baumeister & Boone (2004) menyebutkan terdapat lima dimensi kontrol diri yaitu : a. Disiplin diri (Self-dicipline) Disiplin diri yaitu mengacu pada kemampuan individu dalam melakukan disiplin diri seperti tindakan mengikuti peraturan yang ada di lingkungan sosialnya. b. Tindakan atau aksi yang tidak impulsif (Deliberate/Non-impulsive) Menilai tentang kecenderungan individu untuk melakukan tindakan yang tidak impulsif (memberikan respon kepada stimulus dengan pemikiran yang matang). c. Kebiasaan baik (Healthy habits) Kebiasaan baik merupakan kemampuan individu dalam mengatur pola perilaku menjadi sebuah kebiasaan yang pada akhirnya menyehatkan. Biasanya individu yang memiliki kebiasaan baik akan menolak sesuatu yang dapat menimbulkan dampak buruk walaupun hal tersebut menyenangkan baginya. d. Etika Kerja (Work etic)

12 Etika kerja berkaitan dengan penilaian individu terhadap regulasi dirinya dalam layanan etika kerja. Biasanya individu mampu memberikan perhatian penuh pada pekerjaan yang dilakukan. kemampuan mengatur diri individu tersebut didalam layanan etika. e. Keterandalan atau keajegan (Reliability) Keterandalan atau keajegan merupakan dimensi yang terkait dengan penilaian individu terhadap kemampuan dirinya dalam pelaksanaan rancangan jangka panjang untuk pencapaian tertentu. Biasanya individu secara konsisten akan mengatur perilaku untuk mewujudkan setiap perencanaannya. Berdasarkan dari dua aspek diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu aspek menurut Tangney (2004). Aspek ini digunakan karena sesuai dengan karakteristik responden pada penelitian ini. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri Sebagaimana faktor psikologis lainnya, kontrol diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Ghufron & Rini (2010) faktor-faktor yang memengaruhi kontrol diri ini terdiri dari dua faktor, yaitu: 1. Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang itu. 2. Faktor eksternal diantaranya adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga terutama orangtua menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Hasil penelitian Nasichah (dalam Ghufron & Rini, 2010) menunjukkan bahwa persepsi individu terhadap penerapan disiplin orangtua

13 yang semakin demokratis cenderung diikuti tingginya kemampuan mengontrol dirinya. Oleh sebab itu, bila orangtua menerapkan sikap disiplin kepada anaknya secara intens sejak dini dan orang tua tetap konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak bila ia menyimpang dari yang sudah ditetapkan, maka sikap kekonsistensian ini akan diinternalisasi anak dan kemudian akan menjadi kontrol diri baginya. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kontrol diri merupakan bagaimana kemampuan individu untuk bisa menahan dari terhadap stimulusstimulus yang datang kepadanya. Ada beberapa aspek yang dapat mempengaruhi kontrol diri, akan tetapi aspek yang sesuai dengan penelitian peneliti adalah aspek yang dikemukakan oleh Tangney dkk (2004) yaitu disiplin diri, tindakan dan aksi yang tidak impulsif, kebiasaan baik, etika kerja dan keterandalan atau keajegan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri yaitu internal dan eksternal. B. Keberfungsian Keluarga 1. Definisi Keberfungsian Keluarga Keberfungsian keluarga merupakan suatu interaksi keluarga dalam menjalankan tugas penting yaitu menjaga pertumbuhan dan kesejahteraan (wellbeing) dari masing-masing anggotanya dan dalam mempertahankan integrasinya (Walsh, 2003). Epstein, Ryan, Bishop, Miller, & Keitner (2003) menjelaskan keberfungsian keluarga merupakan sejauh mana sebuah keluarga dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan tetap dapat mengupayakan kesejahteraan dan perkembangan sosial, fisik dan psikologis masing-masing anggotanya. MacArthur

14 (2000) menambahkan definisi keberfungsian keluarga sebagai keluarga yang dapat menjalankan fungsinya dengan benar. Keberfungsian keluarga menjadi tempat individu dapat tumbuh menjadi dirinya sendiri, didalamnya terdapat rasa cinta dan kebersamaan antara anggota keluarga. Antar anggota keluarga memberikan waktu dan dukungan antara satu dengan yang lain, peduli terhadap keluarga dan membuat kesejahteraan anggota keluarga menjadi prioritas dalam kehidupan. 2. Aspek - aspek Keberfungsian Keluarga Ada tiga dimensi keberfungsian keluarga yang diistilahkan oleh Defrain dan Stinnett (2002) dengan Family Strengths Model, yakni : a. Family Cohesion (Kohesi keluarga) Dimensi ini merupakan suatu bentuk kedekatan emosional yang dirasakan oleh individu pada anggota keluarganya yang lain. Dimensi ini meliputi komitmen dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Komitmen dalam keluarga itu sendiri meliputi kepercayaan, kejujuran, kesetiaan dan sesuatu yang dapat diandalkan dan dipercayai. b. Family Flexibility (Fleksibilitas keluarga) Dimensi ini merupakan suatu kemampuan untuk berubah dan beradaptasi (menyesuaikan diri) apabila dibutuhkan pada kondisi tertentu. Fleksibilitas ini juga terkait dengan kemampuan individu yang dapat menghadapi kondisi stres secara efektif dan memiliki keyakinan spiritual yang bermanfaat bagi individu tersebut. Kemampuan individu untuk mengatasi masalah ini meliputi upaya individu dalam menggunakan sumber-

15 sumber pribadi dan keluarga untuk menolong orang lain, mampu menerima krisis sebagai suatu tantangan dari pada menghindarinya dan tumbuh bersama dengan bekerja melalui krisis. Kesejahteraan dan keyakinan spiritual disini meliputi unsur kebahagiaan, optimisme, harapan, keyakinan, serta kumpulan nilai-nilai baik dan buruk yang menjadi pedoman snggotan keluarga saar melalui tantangan kehidupan. c. Family Communication (Komunikasi keluarga) Dimensi ini merupakan suatu bentuk saling berbagi informasi, ide-ide dan perasaan antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain. Komunikasi disini juga berfokus pada komunikasi positif dan apresiasi (penghargaan) serta memiliki kasih sayang untuk anggota keluarga. Komunikasi positif ini meliputi unsur keterbukaan, diskusi yang saling terus terang, saling kerja sama dan saling berbagi perasaan dengan yang lain. Apresiasi (penghargaan) dan afeksi (kasih sayang) ini meliputi kebaikan, saling menjaga, menghargai pribadi dan merasa aman. Sedangkan menurut Epstein, Baldwin & Bishop (1983) The McMaster Family Assessment Device mendasarkan keberfungsian keluarga pada enam aspek yaitu: a. Pemecahan Masalah (Problem Solving) Kemampuan keluarga untuk memecahkan persoalan baik masalah yang berkaitan dengan instrumental (misal, tersedianya kebutuhan dasar seperti sandang, pangan perumahan) maupun afeks (misalnyam yang berkaitan dengan perasaan, permusuhan, ketidakpercayaan antar anggota

16 keluarga) sampai pada tingkat memelihara keefektifan fungsi keluarga. Aspek ini menekankan pada kemampuan untuk mengkomunikasikan keberadaan sebuah masalah kepada siapapun anggota keluarga yang perlu mengetahuinya. b. Peran (Role) Peran didefenisikan sebagai perilaku yang sudah ditetapkan dan bersifat repetitif yang melibatan serangkaian aktivitas timbal-balik dengan anggota keluarga yang lainnya, termasuk di antaranya adalah memenuhi kebutuhan dasar, tanggungjawab untuk urusan kerumah tanggaan, pengasuhan anak, dukungan sosial dari aggota keluarga. c. Communication (Komunikasi) Adanya kejelasan dan keterbukaan dalam pertukaran dan penyampaian informasi baik instrumental (berkaitan dengan aktivitas yang terus-menerus atau dibutuhkan dalam kehidpan keseharian) maupun afeksi (ekspresi perasaan) antar anggota keluarga. d. Affective responsiveness (Respon afeksi) Kemampuan anggota keluarga untuk mengekspresikan dan mengalami perasaa dalam tingkatan, kuantitas dan kualitas yang tepat. e. Affective involvement (Keterlibatan afeksi) Keterlibatan afeksi yang dimaksud adalah sebuah hal mengenai derajat dan kualitas ketertarikan, perhatian dan rasa menghargai antar anggota keluarga. Idealnya, sebuah keluarga mampu memenuhi kebutuhan emosional semua anggota keluarganya sampai anggota keluarga mencapai tahap

17 perkembangan dimana beberapa dari kebutuhan tersebut diperoleh dari orangorang di luar keluarganya. Kurangnya keterlibatan afeksi menyebabkan anggota keluarga merasa seperti orang asing yang tinggal bersama, dimana ada perasaan yang tidak terpenuhi. f. Behavioral control (Kontrol Perilaku) Aturan dan standar perilaku yang dipelihara oleh keluarga yang berlaku bagi semua anggota keluarga. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa keberfungsian keluarga merupakan keluarga yang melaksanakan fungsinya dengan baik. Aspek yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah aspek dari Epstein, Baldwin & Bishop (1983) The McMaster Family Assessment Device yaitu pemecahan masalah, peran, komunikasi, respon afeksi, keterlibatan afeksi dan kontrol perilaku. C. Hubungan Antara Keberfungsian Keluarga dan Kontrol Diri Pada Pengguna NAPZA Yang Sedang Menjalani Rehabilitasi Salah satu faktor yang dapat mendukung terbentuknya kontrol diri adalah keluarga. Keberfungsian keluarga yang baik akan mempengaruhi kontrol diri yang tinggi bagi pengguna NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi. Hubungan yang baik dan mendukung dapat mempengaruhi kontrol diri pecandu dalam menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi. Keluarga yang berfungsi dengan baik diharapkan dapat memberikan dukungan bagi pecandu. Hal tersebut karena keluarga yang memiliki keberfungsian yang baik akan dapat menjalankan

18 peran dan fungsi dengan baik pula sehingga dapat memberikan kesejahteraan bagi masing-masing anggota keluarga termasuk pecandu. Keluarga yang memiliki kemampuan yang baik untuk menyelesaikan permasalah secara efektif diharapkan dapat membantu pecandu untuk menyelesaikan permasalahan terkait dengan tantangan yang dihadapi pecandu selama pemulihan. Keluarga yang berfungsi dengan baik akan membuat langkah-langkah yang digunakan untuk menyelesaikan masalah terlebih dahulu, mendiskusikan permasalahan, mengkomunikasikan permasalahan tersebut satu sama lain, dan memutuskan tindakan yang tepat (Epstein, 2003). Komunikasi yang baik antara keluarga dan pecandu diharapkan dapat menjadi sarana pendukung untuk dapat saling mengkomunikasikan, mengurangi permasalahan dan tantangan yang dihadapi bagi pecandu sehingga diharapkan keluarga dapat memberikan dukungan yang dibutuhkan pecandu untuk melewati tantangan selama pemulihan. Adanya komunikasi yang terbuka antar keluarga dan pecandu membuat pecandu dapat mengendalikan dirinya dalam melakukan suatu tindakan. Pemberian bimbingan juga dapat memperbaiki kesalahan yang dilakukan pecandu dan dapat membantu mencari solusi untuk keluar dari permasalahan yang sedang mereka hadapi. Adanya dukungan-dukungan tersebut, maka akan menentukan kualitas kontrol diri pada pecandu (Carmen, 2002). Keluarga pecandu yang memiliki peran yang baik diharapkan dapat memenuhi fungsinya dengan baik pula sehingga dapat mendukung pecandu untuk menghadapi krisis saat pemulihan. Fungsi keluarga dapat dikatakan baik adalah keluarga yang dapat memenuhi fungsi kebutuhan keluarga. Selain itu, keluarga

19 yang sehat adalah keluarga yang memiliki proses penyebaran dan pelaksanaan tanggung jawab yang jelas dan tepat (Epstein, 1978). Pertumbuhan fisik dan perkembangan emosional anak, akan senantiasa dipengaruhi oleh keluarga karena memiliki ikatan emosional yang lebih dekat dan lebih banyak waktu kebersamaan mereka. Oleh karena itu, kontrol diri dapat dibangun, dikembangkan dan dipertahankan mulai sejak kecil sampai dewasa ketika keluarga menjalankan peran dan fungsinya dengan baik (Baharuddin, 2015). Memberikan respon afektif yang tepat dan sesuai diharapkan keluarga dapat memberikan dukungan yang berarti bagi pecandu untuk beradaptasi dan menghadapi tantangan selama masa pemulihan. Adanya respon afektif yang diberikan keluarga kepada pecandu membuat pecandu dapat mengekspresikan perasaan yang percandu rasakan selama menjalani masa pemulihan dan dengan adanya dukungan emosi seperti kehangatan, kelembutan, dukungan, cinta dan kesenangan dapat meningkatkan pengendalian diri pecandu selama menjalani pemulihan. Anggota keluarga yang mengalami kehangatan emosional akan belajar mengatasi masalah yang dihadapinya, sehingga akan belajar juga untuk mengatur perilaku menyimpang mereka. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kehangatan emosional berhubungan negatif dengan pengguna obatan-obatan (Visser, Andrea, Rene, Frank & Sijmen, 2013). Keterlibatan afektif, dimana keluarga yang memiliki gaya keterlibatan yang baik seharusnya dapat membeikan perhatian, dukungan terkait kondisi krisis yang sedang dihadapi pecandu. Semakin tinggi dukungan keluarga, maka kontrol diri individu akan semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya

20 yang dilakukan oleh Hay & Walter (2006) bahwa peranan keluarga khususnya dukungan yang diberikan dapat membantu untuk membangun dan mempertahankan kontrol diri. Selain itu beberapa hal yang penting dari keluarga dalam menyesuaikan dan mengembangkan konntrol diri yaitu dengan adanya kehangantan, keterlibatan, kepedulian, perhatian dan menanamkan nilai-nilai dari ajaran agama (Grace, Olojo & Falemu, 2012). Keluarga pecandu yang memiliki kontrol perilaku yang baik dapat memberikan gambaran bagi pecandu untuk berperilaku sesuai pola keluarga tetapi tetap fleksibel sehingga membantu pecandu menghadapi tantangan yang dihadapi. DeFrain, John, Asay dan Olson (2009) menjelaskan bahwa keberfungsian keluarga mengacu pada peran yang dimainkan oleh anggota dalam keluarga serta sikap dan perilaku yang ditampilkan saat bersama anggota keluarga. Dengan adanya kontrol perilaku yang diterapkan didalam keluarga dapat membantu para pecandu untuk lebih berperilaku positif dalam menjalani masa pemulihan. Kontrol diri sebagai kemampuan pertahanan dalam diri individu yang tidak mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar sehingga mampu menghindarkan individu dari perilaku-perilaku yang tidak diinginkan seperti penyalahgunaan NAPZA (Baharuddin, 2015). Hal ini diperkuat teori dari Skinner (Alwisol, 2009) bahwa berapapun kuatnya stimulus dari luar dan penguat eksternal, manusia masih dapat mengubah dengan adanya kontrol diri pada individu. Selain itu Gottfredson & Hirschi (1990) mengemukakan bahwa kontrol diri yang baik akan berkorelasi dengan perilaku-perilaku yang positif.

21 D. Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian ini adalah akan adanya hubungan positif antara keberfungsian keluarga dan kontrol diri pada pengguna NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi. Semakin tinggi keberfungsian keluarga yang dimiliki individu, maka akan semakin tinggi pula kontrol diri pada individu tersebut.