BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Hendri Setiawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai cara yang dilakukan individu untuk bisa menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan tertentu tidaklah sama, begitu pun dengan cara dan kapasitas anak jika dihadapkan pada kondisi yang tidak sesuai dengan tahap perkembangannya misalnya kondisi di penjara (Steinberg, 2009). Kondisi dan fasilitas di penjara yang terbatas tidak mendukung perkembangan anak, misalnya aturan yang mengikat di penjara membuat anak tidak bisa beraktivitas sesuai keinginan mereka, akibatnya anak menjadi rentan stres. Berdasarkan wawancara dengan staff pembinaan di LAPAS Anak Kelas III diketahui bahwa anak yang berkonflik dengan hukum di LAPAS tersebut berada pada kisaran usia tahun. Dalam ranah psikologi, individu pada rentang usia tersebut berada pada tahap perkembangan anak hingga remaja. Usia anak berkisar antara 6-12 tahun, sedangkan remaja berkisar tahun (Papalia et.al, 2009). Di Indonesia sendiri, berdasarkan data yang dimuat Center For Detention Studies tahun 2013, jumlah narapidana anak sekitar 3497 orang. Terdiri dari narapidana anak laki-laki 3428 orang, sedangkan narapidana anak wanita 69 orang. Sama halnya seperti narapidana, jumlah tahanan anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak wanita yaitu 2168 orang, sedangkan anak wanita sebanyak 68 orang (Awi, 2013). Tingginya angka kriminalitas yang membuat laki-laki menjadi narapidana dikarenakan mereka lebih berani mengambil risiko dalam berbagai tindakan yang berbahaya, seperti minum minuman keras (Courtney, 1998). Berdasarkan UU nomor 12 tahun 2012 anak yang berkonflik dengan hukum dikategorikan sebagai Anak Didik Pemasyarakatan (Andikpas) akan ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) untuk mendapatkan pembinaan (Abidin, 2012). 1
2 Salah satu lembaga pemasyarakatan bagi anak di Jawa Barat adalah LAPAS Anak Kelas III. LAPAS ini menjadi pusat lembaga pemasyarakatan anak di Jawa Barat. Data terbaru dari LAPAS anak Jawa Barat bahwa terdapat 75 Andikpas, terdiri dari 69 orang narapidana dan 6 orang tahanan. Usia Andikpas yang ada berada pada kisaran tahun (Data LAPAS Anak Kelas III pada September 2014). Pada tanggal 11 September 2014, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa andikpas yaitu H (17 tahun) dan A (16 tahun), satu orang staff pembinaan T (25 tahun), dan satu orang staff magang A (21 tahun) di LAPAS Anak kelas III. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut, diketahui bahwa Andikpas mengalami permasalahan dalam bersosialisasi saat pertama kali datang ke LAPAS. Mereka yang sudah tinggal lebih lama di LAPAS cenderung bersikap seenaknya pada andikpas yang baru menjadi penghuni LAPAS. Andikpas berada pada kategori rentang usia remaja dimana pada fase ini remaja laki-laki menjadi cenderung lebih berani dalam mengambil perilaku berisiko, sehingga melakukan behavior problem bahkan tindakan kriminalitas (Steinberg, 2009). Penjara merupakan salah satu tempat dimana terdapat bukti bahwa erat kaitannya hubungan antara kriminalitas dengan laki-laki (Evans & Wallace, 2007). Narapidana laki-laki akan lebih berjuang dalam kehidupan penjara dibandingkan wanita (Bandyopadhay, 2006). Hal ini sesuai dengan penelitian Stanko di Afrika Selatan, dimana perjuangan narapidana laki-laki dalam penjara ditentukan oleh hirarki, narapidana yang berada pada kategori power-relation yang tinggi akan mengintimidasi narapidana lain. Selain itu, ia juga menemukan bahwa ketakutan, intimidasi, dan perkelahian merupakan cara narapidana bertahan dalam penjara (Stanko, 2001). Hidup di penjara merupakan pengalaman yang dapat menyebabkan individu mengalami stres saat melakukan hubungan interpersonal, dan konflik yang terjadi dalam penjara merupakan salah satu permasalahan yang sering muncul dari dalam penjara (Zamble & Porporino, 1990; Zamble & Quinsey, 1997). Hal ini sejalan 2
3 dengan apa yang diungkapkan T (25 tahun) bahwa terdapat konflik yang berasal dari dalam LAPAS, salah satu permasalahan yang terjadi di LAPAS adalah senioritas. Dimana andikpas yang sudah beberapa tahun lebih dulu tinggal di LAPAS akan merasa berkuasa dan bertindak semaunya terhadap andikpas yang baru masuk LAPAS. Hal ini diperkuat dengan temuan Sekigawa (2012), bahwa narapidana juga akan menghadapi berbagai masalah yang tidak hanya berasal dari dalam penjara, misalnya seperti fasilitas yang tidak memadai dan kekerasan, baik oleh narapidana lain atau petugas lapas namun juga permasalahan di luar penjara, misalnya masalah keluarga. Menurut A (22 tahun) kekerasan yang dilakukan petugas dilakukan untuk mendisiplinkan andikpas. Misalnya, ketika andipkas tidak mengikuti aturan yang ditetapkan, maka ada hukuman yang diberikan. Hubungan interpersonal yang positif dapat menjadi pendukung emosi positif, sebaliknya ketegangan dalam penjara sering membuat hubungan menjadi berbahaya dan menghasilkan hubungan interpersonal negatif (Petersilia, 2003). Kesamaan identitas selaku andikpas dalam lingkungan yang sama untuk waktu yang cukup lama akan menjadi salah satu faktor penentu hubungan interpersonal mereka (Steinberg, 2009). Andikpas yang memiliki hubungan yang positif dengan sesamanya di penjara akan memiliki peluang sukses yang lebih tinggi ketika keluar dari penjara dibandingkan andikpas lain (Zamble & Quinsey, 1997). Tujuan individu melakukan hubungan interpersonal akan berakibat pada kualitas hubungan mereka. Individu yang memiliki kedekatan dengan yang lain akan memiliki keinginan untuk melindungi temannya dari penolakan dan rasa sakit (Murray, et.al., 2006). Individu bertanggungjawab terhadap kebutuhan temannya, percaya pada dukungan temannya, dan mengekspresikan cinta dan fokus pada temannya, dimana mereka menjadi saling ketergantungan (Murray, et.al., 2003). Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa permasalahan yang muncul dalam hubungan interpersonal, khususnya kesulitan dalam membangun hubungan yang akrab merupakan akibat dari ketidaknyamanan anak dalam keluarga (Maniglio, 3
4 2009). Hal ini diperkuat dengan temuan Parker (1999) bahwa orang tua dengan pola asuh authoritative akan memengaruhi hubungan interpersonal anak, khususnya hubungan anak dengan teman sebayanya yang akan menjadi baik (Parker, 1999). Selain itu, orang tua yang memiliki pola asuh permissive akan menyebabkan anak tidak mampu melakukan hubungan interpersonal dengan teman sebayanya (Wagner, 2009). Pola asuh merupakan interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak selama proses sosialisasi mereka (Ribeiro, 2009). Pola asuh akan memengaruhi persepsi anak tentang dirinya dan lingkungannya, apa yang individu persepsikan tentang sesuatu akan memengaruhi kecenderungan individu dalam berperilaku (Dijksterhuis & vanknippenberg, 1998). Menurut Sarwono (2010), informasi yang diterima dari orang tua akan menjadi stimulus awal bagi anak, sehingga dalam proses kognisi anak akan melakukan pemusatan pemikiran atau pemberian atensi untuk memilah atau menyimpan informasi yang diterima. Hal tersebut akan memengaruhi sikap atau kecenderungan anak dalam berperilaku. Menurut Gordon (2000), dibandingkan dengan pola asuh yang lain, pola asuh autoritatif yang paling sedikit hubungannya dengan perilaku bermasalah dan depresi pada remaja. Keluarga dengan parental warmth yang konsisten dan memiliki wibawa dianggap dapat membantu perkembangan regulasi diri (Bernier et.al., 2010; McCabe et al., 2004), sedangkan tindakan tidak konsisten dan kekerasan yang dilakukan orang tua menjadi salah satu penyebab anak melakukan perilaku bermasalah, perilaku negatif, pencapaian akademik yang kurang, dan meningkatkan internalizing dan externalizing problems (Fletcher et.al., 2008; Wong, 2008). Terdapat penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan aspek dalam fungsi pola asuh yang akan memengaruhi persepsi anak tentang dirinya dan lingkungan, sehingga memengaruhi perilaku dan emosional anak, seperti kesehatan mental orang tua, penyalahgunaan obat terlarang oleh orang tua, dan pola pengasuhan (Nicholson et.al., 2008; Olson et.al., 2002; Zima et.al., 1996). Kondisi orang tua akan 4
5 memengaruhi persepsi yang terbentuk pada diri anak. Sebagai contoh, ketika orang tua terlibat dalam penggunaan zat terlarang, mereka tidak menyediakan waktu untuk berinteraksi dan memerhatikan kondisi anaknya. Hal tersebut akan mengganggu kondisi perkembangan emosional dan sosial anak, sehingga dapat meningkatkan risiko perilaku bermasalah pada anak (Chatterji & Markowitz, 2001; Conners et.al., 2004). Pada kasus andikpas H (17 tahun), salah satu penyebab ibunya menjadi TKW karena permasalahan ekonomi keluarga. Menurut Feder et.al., (2009) diketahui bahwa permasalahan ekonomi menjadi salah satu faktor yang signifikan memengaruhi kondisi orang tua dan perilaku anak. Selain itu, menurutnya ketidakmampuan orang tua secara finansial untuk memenuhi kebutuhan anak bisa membuat orang tua mengalami gangguan mental seperti depresi, sehingga menjadi salah satu penyebab anak melakukan perilaku bermasalah. Kemudian hal ini diperkuat temuan Blandon et.al., (2008) bahwa orang tua yang depresi akan menimbulkan persepsi negatif bagi anak tentang lingkungannya, kemudian menghambat pembentukan regulasi diri pada anak dikarenakan ketidakmampuan orang tua untuk melakukan strategi coping. Salah satu faktor yang memengaruhi hubungan interpersonal anak yaitu kemampuan anak dalam melakukan regulasi diri (Finkel & Campbell, 2001). Menurut Finkel & Campbell (2001) dan Baumann & Kuhl (2003), regulasi diri diperlukan dalam semua aktivitas manusia dan memengaruhi berbagai kondisi individu. Begitu juga saat individu melakukan interaksi dengan individu lainnya. Regulasi diri merupakan salah satu aspek yang memengaruhi hubungan interpersonal, misalnya orang sering memikirkan dan juga mengatur bagaimana sebaiknya dalam menjalani hubungan interpersonal atau ketika individu berusaha memenuhi ekspektasi masyarakat tentang dirinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka sedang melakukan regulasi diri. 5
6 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Soetikno & Basaria (2014) di LAPAS Anak Pria Tangerang diketahui bahwa ketika melakukan regulasi diri, anak lebih memikirkan sesuatu yang sifatnya konkret dibandingkan sebuah perencanaan. Selain itu, regulasi diri dalam LAPAS juga dapat membantu membina dan meningkatkan kekuatan subjektif yang berkaitan dengan terkendalinya aktivitas anak, sehingga membantu pengendalian dorongan dan kesejahteraan anak. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Andikpas H (17 tahun) bahwa aturan LAPAS yang mengikat membuat ia menjadi lebih mampu mengontrol emosi negatifnya, sehingga ia mampu mengendalikan dirinya untuk tidak melakukan kekerasan pada andikpas lain. Regulasi diri didefinisikan sebagai salah satu proses psikologis yang melibatkan pikiran, perasaan, dan perilaku individu yang disesuaikan dengan standar, tujuan, atau nilai mereka (Baumeister, Heatherton, & Tice, 1994; Kuhl & Koole, 2004). Regulasi diri merupakan karakteristik level individu yang dihubungkan dengan kondisi lingkungannya, dibangun sejak masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa yang membentuk perkembangan mereka (Karoly et.al 2005; Posner & Rothbart, 2000). Menurut Baumeister (2005) dan Heatherton & Vohs (1998) diketahui bahwa perbedaan individu dalam melakukan regulasi diri akan memengaruhi kondisi pertemanan mereka. Orang yang memiliki kemampuan regulasi diri yang tinggi akan membuat lingkungan pertemanannya merasa nyaman sehingga memiliki hubungan interpersonal positif. Faktanya, regulasi diri merupakan hal yang penting dalam hubungan antara individu dengan lingkungannya. Individu memiliki derajat yang bervariasi ketika mereka melakukan regulasi, sebagian orang lebih baik dalam mengatur secara langsung pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan dibandingkan yang lainnya. Ketika melakukan hubungan interpersonal, individu yang memiliki regulasi diri lebih tinggi akan terlihat lebih sopan, memaafkan kesalahan temannya, dan terlibat dalam hubungan romantis (von Hippel & Gonsalkorale, 2005; Pronk, et.al, 6
7 2010; Pronk, et.al., 2010). Berdasarkan penelitian dengan menggunakan self-report juga diketahui bahwa partisipan yang memiliki nilai regulasi diri tinggi memiliki kepuasan dalam hubungan, serta berperilaku positif dalam hubungan interpersonal dari pada mereka yang memiliki nilai rendah (Tangney, et.al., 2004). Berdasarkan hasil pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa ketika anak melakukan hubungan interpersonal, maka dipengaruhi oleh pola asuh orang tua (Wagner, 2009). Persepsi tentang pola asuh yang diterima anak akan memengaruhi bagaimana kondisi anak dan juga berhubungan dengan masalah pada masa kanakkanak dan remaja (Brand, et.al., 2009). Selain itu, regulasi diri juga memengaruhi hubungan interpersonal dimana berperan untuk mengatur pikiran, emosi, dan perilaku anak dalam bersosialisasi (Finkel & Campbell, 2001). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti sangat tertarik untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada Anak Didik LAPAS (Andikpas) di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) anak kelas III. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (Andikpas) di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Anak Kelas III? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah memperoleh data empiris mengenai pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (Andikpas) di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Anak Kelas III. 7
8 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti, tentunya diharapkan penelitian ini mampu memberi manfaat baik secara teori maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan empiris bagi pengembangan ilmu psikologi terutama kajian keilmuan psikologi klinis, forensik, dan perkembangan. Kajian dalam psikologi klinis yaitu tentang proses pengontrolan diri pada anak yang mengalami behavior problem, sehingga terlibat dalam tindakan kriminalitas. Untuk kajian psikologi forensik, situasi LAPAS yang akan memengaruhi kondisi anak. Sementara itu, dalam kajian keilmuan psikologi perkembangan adalah dinamika perkembangan anak selama masa kanak-kanak sampai remaja. 2. Manfaat Praktis Secara praktis dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak LAPAS untuk membuat data tentang pola asuh dan memberikan rekomendasi pada orang tua anak. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi salah satu dasar dalam membuat kebijakan di LAPAS yang dapat memengaruhi kondisi psikologis anak. 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Struktur penulisan dalam skripsi adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi. 8
9 BAB II LANDASAN TEORITIS Pada bab ini, akan dibahas mengenai teori pola asuh yang terdiri dari definisi pola asuh, faktor-faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya parental warmth dan parental control, ciri-ciri pola asuh berdasarkan faktor yang memengaruhinya, dan tipe-tipe pola asuh. Kemudian akan membahas mengenai teori regulasi diri yang terdiri dari definisi regulasi diri, komponen-komponen regulasi diri, tahapan-tahapan dalam regulasi diri, faktor-faktor yang memengaruhi regulasi diri. Selanjutnya, akan dibahas mengenai hubungan interpersonal yang terdiri dari definisi hubungan interpersonal, aspek-aspek hubungan interpersonal, dan faktorfaktor yang memengaruhi hubungan interpersonal. Kemudian, peneliti juga akan membahas perkembangan remaja dan faktorfaktor yang memengaruhi perkembangan tersebut. Selain itu, akan dibahas mengenai kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian. Kerangka pemikiran membahas mengenai tahapan yang akan ditempuh untuk merumuskan hipotesis dan mengkaji hubungan teoritis antara variabel pola asuh, regulasi diri, dan hubungan interpersonal. Hipotesis penelitian membahas mengenai jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya mengenai hubungan antara 3 variabel yaitu pola asuh, regulasi diri, dan hubungan interpersonal. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi pembahasan mengenai metode penelitian yang digunakan, lokasi, populasi, sampel dan teknik sampling penelitian. Kemudian membahas mengenai variabel dan definisi operasional 9
10 pola asuh, regulasi diri, dan hubungan interpersonal, teknik pengumpulan data, dan instrumen penelitian. Selain itu juga dibahas mengenai proses pengembangan instrumen dan teknik analisis data berupa uji regresi. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai penelitian dan pembahasan hasil analisis mengenai pengaruh pola asuh orang tua terhadap hubungan interpersonal melalui regulasi diri pada anak di LAPAS Anak. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran yang didasarkan pada hasil penelitian ini. 10
BAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan individu dalam ruang lingkup tertentu yang akan diteliti peneliti (Cozby & Bates, 2011). Dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini dalam kehidupan bermasyarakat yang diikat norma sosial kerap kali muncul permasalahan menyangkut anak yang diduga melakukan tindak pidana. Ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak menuju masa dewasa. Pada masa transisi tersebut remaja berusaha untuk mengekspresikan dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, individu akan mengalami fase-fase perkembangan selama masa hidupnya. Fase tersebut dimulai dari awal kelahiran hingga fase dewasa akhir yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1. Self-Control 2. 1. 1. Definisi Self-control Self-control adalah tenaga kontrol atas diri, oleh dirinya sendiri. Selfcontrol terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini menguraikan inti dari penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 1.1 Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan seorang anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap masalah yang muncul akan selalu memerlukan penyelesaian, baik penyelesaian dengan segera maupun tidak. Penyelesaian masalah merupakan sesuatu yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks dimana individu baik laki-laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah seperti perubahan fisik, perubahan emosi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk dikaji, karena pada masa remaja terjadi banyak perubahan yang dapat mempengaruhi kehidupan, baik bagi remaja itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kontrol Diri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrol Diri 1. Definisi Kontrol Diri Kontrol diri mengacu pada kapasitas untuk mengubah respon diri sendiri, terutama untuk membawa diri mereka kepada standar yang sudah ditetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai umur dan lapisan masyarakat. Kebahagiaan bukan hanya berkisar pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan adalah salah satu bagian penting dalam kehidupan individu dan merupakan suatu kondisi yang sangat ingin dicapai oleh semua orang dari berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Individu akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya dan ketergantungan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik. Pada masa ini remaja tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikis, perubahan terhadap pola perilaku dan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perjalanan hidup manusia pasti akan mengalami suatu masa yang disebut dengan masa remaja. Masa remaja merupakan suatu masa dimana individu mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Goleman (2001) kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan akan membawa Indonesia menjadi lebih maju. Namun sayangnya, akhir-akhir ini justru banyak pemberitaan mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk bertahan dan melanjutkan tugas dalam setiap tahap perkembangannya. Remaja tidak terlepas dari tahapan demi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebut seseorang yang pergi dari kampung halamannya untuk menetap serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merantau merupakan suatu istilah yang digunakan masyarakat untuk menyebut seseorang yang pergi dari kampung halamannya untuk menetap serta bekerja dan pulang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari keseluruhan laporan penelitian yang menguraikan pokok bahasan tentang latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian, pertanyaan penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan bahwa anak harus berpisah dari keluarganya karena sesuatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun belum dapat dikategorikan dewasa. Masa remaja merupaka masa transisi dari masa kanak-kanak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun dan terbagi menjadi masa remaja
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia 12 tahun sampai 21 tahun. Usia 12 tahun merupakan awal pubertas bagi seorang gadis, yang disebut remaja kalau mendapat menstruasi (datang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak-anak yang menginjak usia remaja banyak yang melakukan perbuatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak-anak yang menginjak usia remaja banyak yang melakukan perbuatan kriminal yang tidak seharusnya dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada Psikolog di
Lebih terperinci2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stres merupakan fenomena umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa tuntutan dan tekanan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi seperti sekarang ini satu hal yang dijadikan tolak ukur keberhasilan perusahaan adalah kualitas manusia dalam bekerja, hal ini didukung oleh
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Refti Yusminunita F 100 050
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kriminalitas adalah sebuah permasalahan yang sering disajikan di berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kriminalitas adalah sebuah permasalahan yang sering disajikan di berbagai media, baik itu media elektronik sampai media cetak, yang terjadi baik di kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah periode transisi dari perkembangan manusia fisik dan mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan biologis (yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. konsekuensi bahaya atas tindakan yang dilakukan. Individu yang memiliki kontrol
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontrol diri merupakan hal yang penting bagi setiap individu, termasuk dan terutama bagi individu yang sedang menjalani proses rehabilitasi narkoba. Kontrol diri menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan yang pertama ditemui oleh setiap individu dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia. Keluarga menjadi struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA WANITA DEWASA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan. Dari tahun ketahun menikah memiliki mode, misal saja di zaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah merupakan suatu hal yang penting dalam menjalani siklus kehidupan. Dari tahun ketahun menikah memiliki mode, misal saja di zaman dahulu menikah merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam mempelajari berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar inilah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan berlanjut menjadi orang tua merupakan proses yang dilalui oleh setiap manusia secara berkesinambungan dalam hidupnya.
Lebih terperinciPROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesejahteraan subjektif merupakan suatu hal yang penting dan sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan subjektif merupakan suatu hal yang penting dan sangat berhubungan dengan kondisi psikologis individu, serta dapat melihat sejauh mana kepuasan hidup yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digolongkan pada individu yang sedang tumbuh dan berkembang (Yusuf,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah individu yang benar-benar berada dalam kondisi perubahan yang menyeluruh menuju ke arah kesempurnaan, sehingga remaja digolongkan pada individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emosi adalah respon yang dirasakan setiap individu dikarenakan rangsangan baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang sering
Lebih terperinciBENTUK-BENTUK DISTORSI KOGNITIF NARAPIDANA WANITA YANG MENGALAMI DEPRESI DI LAPAS SRAGEN
BENTUK-BENTUK DISTORSI KOGNITIF NARAPIDANA WANITA YANG MENGALAMI DEPRESI DI LAPAS SRAGEN Skripsi Guna memenuhi sebagian dari syarat-syarat memperoleh derajat sarjana S-1 OLEH : ANISA PRAMUDYAWATI F 100
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa dimana individu telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan bangsa yang kuat, permasalahan yang terjadi pada anak di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak yang sempurna dalam lingkungan hidup yang sehat merupakan suatu hal yang penting untuk mencapai generasi yang sehat dan bangsa yang kuat, permasalahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, Manusia selalu menginginkan kehidupan yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap individu dari berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG
BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Kesepian merupakan salah satu masalah psikologis yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Setiap manusia pernah menghadapi situasi yang dapat menyebabkan kesepian.
Lebih terperinci2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar mahasiswa strata satu adalah individu yang memasuki masa dewasa awal. Santrock (2002) mengatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap perkembangan yang harus dilewati. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus menerus berpotensi menimbulkan kecemasan. Dampak yang sangat merugikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dan tuntutan profesionalitas yang semakin tinggi menimbulkan banyaknya tekanantekanan yang harus dihadapi individu dalam lingkungan kerja. Tekanan yang timbul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan individu dan sudah pasti tidak dapat dipisahkan. Secara umum, keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia memerlukan norma atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pendidikan kejuruan, atau yang sering disebut dengan Sekolah Menengah Kejuruan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih banyak daripada anak yang tidak mengalaminya, tetapi mereka memiliki gejala yang lebih sedikit dibandingkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat termasuk penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lain (NAPZA), tetapi juga meliputi berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional mengharapkan upaya pendidikan formal di sekolah mampu membentuk pribadi peserta didik menjadi manusia yang sehat dan produktif. Pribadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi
BAB I PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi dari masa anakanak ke masa dewasa yang disertai dengan perubahan (Gunarsa, 2003). Remaja akan mengalami berbagai perubahan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian seorang ayah. Kematian adalah keadaan hilangnya semua tanda tanda kehidupan secara permanen
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Bagian pendahuluan merupakan pemaparan mengenai dasar dilakukannya penelitian, yaitu terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan
BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial Cohen dan Wills (1985) mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertolongan dan dukungan yang diperoleh seseorang dari interaksinya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental (Aziz & Mangestuti, 2006). Perilaku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV di Indonesia telah berkembang dari sejumlah kasus kecil HIV dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko tinggi yang memiliki angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Masing-masing individu yang berinteraksi akan memberikan respon yang berbeda atas peristiwa-peristiwa
Lebih terperinci