BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN I. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

*MAKNA PERJAMUAN KUDUS. Pdm. Freddy Siagian,

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

SAKRAMEN (Pertemuan keempat) Membandingkan pelaksanaan sakramen di berbagai gereja dengan pengajaran Alkitab (C.4)

Bab Duapuluh-Tiga (Chapter Twenty-Three) Sakramen (The Sacraments)

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

Perjamuan Kudus. Memperingati Kematian Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

BAB IV ANALISA DATA. dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan

TATA GEREJA PEMBUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

oleh Gereja Iuhan Apayang Dilakukan untuk Allah

Written by Tim carmelia.net Published Date

Pelayanan Mengajar Bersifat Khusus

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Nama-namanya Peraturannya Tugasnya Masa depannya

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

SAKRAMEN BAPTISAN KUDUS DALAM GEREJA REFORMED

Aplikasi Iman Kristen 11. Perjamuan Kudus. Mangatas SM Manalu

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Siapakah orang Kristen Baptis dan Apa yang mereka percayai?

EPIFANI : KEHADIRAN ALLAH MEMBARUI MANUSIA KEJADIAN 1 : 1-5; MAZMUR 29; KISAH PARA RASUL 19 : 1-7; MARKUS 1 : 4-11

KERAMAHAN TANPA SEKAT YEREMIA 28 : 5-9; MAZMUR 89 : 1-4, 15-18; ROMA 6 : 12-23; MATIUS 10 : 40-42

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN KENAIKKAN KELAS SEMESTER GENAP ( II ) TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

Gereja Mengingat Akan Kematian Tuhan

Pdt Gerry CJ Takaria

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HIEROPHANY DALAM RITUAL PERJAMUAN KUDUS DI GEREJA KRISTEN INDONESIA (GKI) DAN GEREJA HATI KUDUS YESUS DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS, KELASVIII TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

Gereja Membaptis Orang Percaya

KEBAHAGIAAN HIDUP MENGHAMBA

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

MERENDAH DI HADAPAN SANG MAHAKUASA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BUAH-BUAH ROH & KARUNIA ROH KUDUS

PENDADARAN. HOSANA : berilah kiranya keselamatan! PERJAMUAN KUDUS PASKAH. Minggu, 5 April 2015 GEREJA KRISTEN JAWA JOGLO

ROH KUDUS DAN JEMAAT Lesson 9 for March 4, 2017

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

Pembaptisan Air. Pengenalan

Minggu, 01 Oktober 2017 Pk , 08.00, & WIB Sakramen Perjamuan Kudus

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH

BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS. istilah orang Jawa wong jowo iku nggoning semu artinya orang Jawa itu peka

PENDAHULUAN INJIL MARKUS

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB BANGUNLAH, BERILAH DIRIMU DIBAPTIS (1)

Perjanjian Kasih. Kontrak Ilahi untuk Menyelamatkan Jiwa Anda

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS SEMESTER GENAP (II) TAHUN PELAJARAN

Pendidikan Agama Kristen Protestan

DIPENUHI & DIBAPTIS DENGAN ROH KUDUS

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP (II) TAHUN PELAJARAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat

Sekali peristiwa Allah menyuruh Petrus pergi ke rumah perwira Kornelius.

Lesson 2 for October 14, 2017

1. LATAR BELAKANG MASALAH

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB BANGUNLAH, BERILAH DIRIMU DIBAPTIS (2)

Ikutilah Yesus! Kehidupan Orang Kristen yang Sejati. Bagian. Sastra Hidup Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini

Keselamatan. Kasih Karunia HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

UKDW BAB I PENDAHULUAN

SIAPAKAH? ; BAGAIMANAKAH? DAN MENGAPAKAH? sehubungan dengan. baptisan. telah dibaptis dalam kematian-nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan

Status Rohani Seorang Anak

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

DAFTAR BACAAN ALKITAB GMIT. Tahun 2017 TEMA PEELAYANAN: YESUS KRISTUS ADALAH TUHAN

KENAIKANYESUS KRISTUS

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Perjamuan Kudus merupakan salah satu ritual yang masih terpelihara dalam tradisi gereja hingga saat ini. Sebuah ritual jamuan makan roti dan minum anggur yang dipandang sebagai penggambaran tubuh dan darah Kristus yang telah ditumpahkan, yakni darah perjanjian untuk pengampunan dosa bagi banyak orang (Markus 14:24, Mat. 26:28, Luk. 22:20). Secara khusus bahan tentang Perjamuan Kudus dan perintah penyelenggaraannya terdapat dalam tiga Injil Sinoptik, yaitu : Matius 26: 26-29; Markus 14:22-25; Lukas 22:14-23; dan I Korintus 11: 17-34. 1 Gereja Kristen Indonesia (selanjutnya dibaca: GKI), menyelenggarakan Perjamuan Kudus dengan sebuah keyakinan, bahwa perayaan tersebut sebagai yang ditetapkan sendiri oleh Tuhan Yesus, yaitu sebagai peringatan akan kematian Tuhan Yesus. Dalam peringatan tersebut orang percaya juga memiliki tugas untuk memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. Keyakinan GKI bahwa Perjamuan Kudus diperintahkan sendiri oleh Tuhan, adalah keyakinan yang sama dimiliki oleh Rasul Paulus. Bagi Rasul Paulus, perihal makan roti dan minum cawan merupakan sesuatu yang diterima oleh jemaat Korintus dari Tuhan sendiri. 2 Keyakinan terhadap perintah penyelenggaraan Perjamuan Kudus inilah yang kemudian menginspirasi gereja untuk memelihara perayaan tersebut. Pada saat Perjamuan Kudus dirayakan, jemaat diundang untuk makan roti dan minum anggur sambil mengingat karya besar Kristus bagi kehidupan manusia. Yaitu Kristus yang telah mencurahkan darah dan mengorbankan tubuhnya bagi keselamatan manusia. Kristus melalui pengorbanannya melakukan sebuah usaha untuk menciptakan kebersamaan antara Kristus dengan manusia, 1 Hendro Susanto, Mengapa Perjamuan Kudus Menegangkan, Warta Sinode GKI Jawa Tengah, No. 11/Tahun XXXII/ Agustus 2003, p. 3 2 Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Kristen Indonesia (selanjutnya dibaca: BPMS GKI), Tata Gereja- Gereja Kristen Indonesia (selanjutnya dibaca: Tager GKI), Jakarta, BPMS GKI, 2003, p.292

2 sebuah kebersamaan yang sebelumnya terhalang oleh dosa manusia. Dalam Perjamuan Kudus, yaitu ketika jemaat makan roti dan minum anggur, pada saat itulah jemaat dipersatukan dengan tubuh dan darah Tuhan Yesus. Bersatunya jemaat dengan Tuhan Yesus Kritus kemudian menempatkan Perjamuan Kudus sebagai sebuah ritual gereja yang mengandung simbol hubungan manusia dengan Kristus. Meskipun dalam ritual ini tercipta sebuah kebersamaan antara Allah dan manusia, namun tidak semua orang percaya bisa menikmati peristiwa yang istimewa ini. Dalam lingkup GKI mereka yang diundang untuk makan dan minum dalam Perjamuan Kudus hanyalah anggota sidi. 3 Anggota sidi gereja lain juga diperkenankan ikut Perjamuan Kudus dengan status sebagai tamu. Tidak cukup pada ketetapan bahwa yang diijinkan ikut serta dalam Perjamuan Kudus adalah anggota sidi, GKI juga memiliki sebuah catatan penting bagi mereka yang hendak ikut Perjamuan Kudus, bahwa mereka tidak berada dalam status penggembalaan khusus. 4 Jika hanya anggota Sidi, yang diijinkan ikut dalam Perjamuan Kudus, ini berarti bahwa tidak semua anggota jemaat GKI boleh ikut serta dalam Perjamuan Kudus. Seperti dijelaskan dalam Tata Gereja (selanjutnya dibaca: Tager) GKI, bahwa keanggotaan jemaat GKI juga meliputi anggota baptisan dan anggota sidi. 5 Lebih lanjut dijelaskan bahwa yang disebut sebagai anggota baptisan adalah anggota GKI yang telah menerima baptisan kudus anak, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 (limabelas) tahun. Sementara itu pengertian tentang anggota sidi adalah anggota GKI yang telah menerima baptisan kudus dewasa atau mengaku percaya. 6 Dalam Tager GKI tidak diuraikan secara jelas alasan mengapa gereja tidak mengijinkan anak-anak untuk ikut serta dalam Perjamuan Kudus. Sebuah alasan tidak tertulis tetapi lazim digunakan, yang menyatakan bahwa anak-anak dianggap belum bisa mengerti dan memahami apa yang terjadi dalam Perjamuan Kudus. Lebih khususnya anak-anak dianggap belum mampu memahami makna roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus. Roti yang mereka makan dan anggur yang mereka minum, bisa saja dipahami secara terbatas 3 BPMS GKI, Tager GKI, Jakarta, p.57 4 Tentang apakah yang dimaksud penggembalaan khusus, dan siapakah yang disebut berada dalam status penggembalaan khusus akan dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya. 5 S.c.n. 3, p.18 6 s.c.n. 3, p.90-91

3 hanya sebagai makanan dan minuman biasa. Dengan kata lain karena keterbatasan daya pikir anak-anak, mereka dianggap belum mampu memahami makna teologis yang terkandung dalam simbol roti dan anggur Perjamuan tersebut. Itulah sebabnya anak-anak belum diijinkan ikut serta dalam Perjamuan Kudus. Keterbatasan daya pikir anak-anak, ini bisa saja mengakibatkan Perjamuan Kudus kurang bermakna dalam diri anak-anak. 7 Akibatnya Perjamuan Kudus yang dinilai penting bagi gereja tidak mendatangkan manfaat bagi anak-anak. Larangan bagi anak-anak untuk ikut serta dalam Perjamuan Kudus, semakin dikuatkan dengan pemikiran yang mengatakan, bahwa tidak memahami makna di balik simbol roti dan anggur tersebut sama halnya dengan tidak menghargai Perjamuan Kudus. 8 Keberadaan Sidi sebagai salah satu syarat seseorang untuk ikut dalam Perjamuan Kudus sebenarnya merupakan salah satu bagian proses inisiasi yang terjadi dalam gereja. Anakanak di bawah usia 15 tahun oleh gereja sering dianggap belum mampu memahami imannya secara mandiri. Oleh sebab itu mereka terlebih dahulu harus mengikuti pengajaran dalam katekisasi. Baru setelah mengikuti katekisasi mereka boleh mengikuti sidi. Dengan demikian mereka dianggap menjadi layak dan mampu mengungkapkan iman percayanya. Kemampuan mengaku iman secara pribadi dan mandiri dibarengi dengan sikap dewasa, yaitu mampu memeriksa perilaku pribadi sehari-hari agar senantiasa bertanggung jawab kepada Tuhan dan sesama. Dengan kata lain, Sidi adalah suatu proses yang mengubah seseorang dari keadaan belum layak menjadi layak. Di sinilah letak sidi sebagai sebuah proses inisiasi 9. Istilah inisiasi sendiri berasal dari bahasa latin inire atau initiare yang berarti memasuki, masuk atau tergabungnya seseorang ke dalam suatu kelompok. Kata benda initiatio menunjuk kepada sebuah proses di mana seseorang dimasukkan atau diterima ke dalam suatu kelompok. 10 Jadi Sidi disebut sebagai suatu proses inisiasi, karena setelah sidi atau mengaku percaya seseorang dianggap layak masuk dan diterima dalam suatu kelompok 7 E. Hoogerwerf, Perjamuan Kudus dan Orang Percaya Kecil (Jemaat Amak), dalam, Kadarmanto Hardjowasito, Ajaralah Kami Melakukan (Kumpulan Tulisan & Catatan Seputar Keikutsertaan Warga Baptis Anak, LPP Sinode GKJ, April 2006, p.42 8 Hendro Susanto, Mengapa Perjamuan Kudus Menegangkan, p.4 9 Simon Rachmadi, Keikutsertaan Warga Baptis Anak dalam Perjamuan Kudus, dalam, Kadarmanto Hardjowasito, Ajaralah Kami Melakukan, p.3 10 E. Martasudjita, Pr, Sakramen-sakramen Gereja, Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral, Kanisius, Yogyakarta, 2003, p.2007-2008

yang di dalamnya terjadi sebuah peristiwa penuh makna, yaitu pelakasanaan perjamuan kudus. 4 Di tengah kenyataan bahwa Sidi masih menjadi pintu masuk bagi seseorang yang ingin ikut serta dalam Perjamuan Kudus, terjadi sebuah fenomena yang berkembang dalam kalangan gereja-gereja Reformasi. Pada tahun 1996, sidang REC di Grand Rapids menghasilkan butir-butir rekomendasi bagi gereja-gereja anggotanya untuk mengijinkan anak-anak ikut serta dalam Perjamuan Kudus 11. Gereja Gereformeerd Afrika Selatan (Dutch Reformed Church in South Afrika), salah satu gereja pendiri dan anggota REC, telah menyatakan setuju untuk mengikutsertakan anakanak dalam Perjamuan Kudus. 12 Selain itu, dalam sidangnya pada tahun 1995, Christian Reformed Church, sebuah gereja yang berlatar belakang Gereformed di Amerika Serikat dan Canada, juga gereja pendiri dan anggota REC, juga merekomendasikan anak-anak untuk ikut serta dalam Perjamuan. Di Indonesia sendiri, diskusi tentang keikutsertaan anak-anak dalam Perjamuan Kudus ini juga terjadi di lingkungan Gereja Kristen Jawa 13. Meski belum diputuskan secara resmi oleh sinode, namun wacana tentang keikutsertaan anak-anak dalam Perjamuan Kudus telah berlangsung dalam sinode GKJ. Khusus di GKJ Dagen-Palur Surakarta pada Pentakosta tahun 2002, diadakan Perjamuan Kudus yang melibatkan anak-anak. Terlepas dari berbagai tanggapan baik yang setuju maupun yang menolak, fakta yang dijabarkan di atas adalah sebuah fenomena baru yang muncul dalam kalangan gereja-gereja anggota REC, termasuk di dalamnya adalah Gereja Kristen Indonesia. Disebut fenomena baru karena selama ini gereja-gereja anggota REC, termasuk GKI hanya mengijinkan anggota sidi untuk ikut serta dalam Perjamuan Kudus, dan yang masih tertutup bagi anak-anak. 11 Lih. Kadarmanto Hardjowasito (peny), Ajarlah Kami Melakukan, p.46 12 Kadarmanto Hardjowasito (peny), Ajarlah Kami Melakukan, p. iii 13 Diskusi ini terbukti dengan diselenggarakannya seminar yang membahas keikutsertaan anak-anak dalam Perjamuan Kudus, oleh LSP Sinode GKJ, di Salatiga pada bulan April 2006

A.2. Rumusan Masalah 5 Dalam rangka pembahasan lebih lanjut, maka rumusan masalah yang penulis ajukan adalah sebagai berikut: 1. Apakah landasan teologis yang dipakai gereja, yang hanya mengijinkan anggota sidi untuk ikut serta dalam Perjamuan Kudus? 2. Apakah landasan pemikiran teologis yang bisa menjadi dasar gereja, untuk mengijinkan anak-anak ikut serta dalam Perjamuan Kudus? 3. Apakah manfaat yang dapat diperoleh anak-anak jika mereka diijinkan ikut serta dalam Perjamuan Kudus. B. Pemilihan Judul dan Rumusan Judul Berdasar uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dalam rangka pembahasan skripsi ini penulis menetapkan judul sebagai berikut : PERJAMUAN KUDUS ANAK-ANAK (Sebuah Evaluasi Teologis ) C. Batasan Masalah Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah dan tidak meluas, maka pembahasan sengaja akan difokuskan dalam tradisi Gereja Kristen Indonesia. Bagaimana GKI dalam hidup bergerejanya memahami dan melaksanakan Perjamuan Kudus. Fokus pembahasan ini dilakukan mengingat latar belakang keaggotaan penulis dalam gereja tersebut. D. Tujuan Pembahasan Adapun tujuan pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

6 1. Memperoleh latar belakang pemikiran tentang Perjamuan Kudus yang hanya mengikutsertakan anggota sidi. 2. Memperoleh landasan teologis bahwa Perjamuan Kudus tidak hanya diperuntukkan bagi anggota sidi, tetapi juga terbuka bagi anak-anak 3. Menemukan manfaat atau relevansi Perjamuan Kudus bagi anak-anak. E. Metode Pembahasan Dalam rangka mencapai tujuan penulisan skripsi ini maka penulis akan melakukan studi literatur. Adapun studi literatur ini meliputi studi terhadap dokumen-dokumen gereja dan berbagai pustaka referensi yang mendukung penulis dalam memberikan gambaran terhadap tema yang dibahas. F. Sistematika Pembahasan Bab I Pendahuluan Dalam bagian ini penulis berusaha mendiskripsikan Permasalahan: latar belakang masalah, perumusan masalah, pemilihan judul; rumusan judul dan alasan pemilihan judul, batasan masalah, tujuan pembahasan, metode pembahasan dan sistematika pembahasan Bab II Praktek Perjamuan Kudus dalam Gereja Kristen Indonesia Khusus tentang Pelaksanaan Perjamuan Kudus di GKI, akan kita lihat segala ketentuannya sebagaimana termuat dalam Tager GKI. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah berikut ini: Ketentuan tentang waktu dan pelaksanaan perayaan Perjamuan Kudus; Ketentuan tentang keikutsertaan anggota jemaat dalam Perjamuan Kudus; Ketentuan tentang adanya Persiapan Perjamuan Kudus. Dalam bab ini juga akan dibahas hubungan Pelayanan Penggembalaan Sidi dan Perjamuan Kudus. Selanjutnya juga akan dibahas hubungan Penggembalaan Pastoral dalam Perjamuan Kudus.

7 Berkaitan dengan fenomena baru yang muncul di seputar pelaksanaan Perjamuan Kudus dalam gereja, maka akan dilihat apakah ketentuan-ketentuan yang masih dipegang oleh GKI khususnya masih relevan untuk dipelihara serta dipertahankan sebagaimana adanya hingga saat ini. Dari pembahasan ini kita juga diharapkan untuk bisa mengambil sikap kritis, jika dalam segala ketentuan yang masih ada terdapat hal-hal yang tidak lagi relevan. Bab III Perjamuan Kudus Anak-anak (Sebuah Evaluasi Teologis) Dalam bagian ini penulis akan berusaha memaparkan landasan teologis yang bisa dipakai gereja untuk mengijinkan anak-anak ikut serta dalam Perjamuan Kudus. Diperolehnya landasan teologis yang mengijinkan anak-anak dalam Perjamuan Kudus, tentunya berpengaruh bagi gereja dalam upaya untuk mengkaji ulang dan mengkritisi ulang pemahaman dan praktek Perjamuan Kudus yang selama ini tidak melibatkan anak-anak. Pada bab ini juga akan dibahas sejauh mana manfaat yang bisa diperoleh anak-anak ketika mereka dilibatkan dalam Perjamuan Kudus. Bab IV Penutup Bagian penutup ini penulis melakukan kesimpulan dari pembahasan keseluruhan. Brikutnya akan juga diajukan beberapa saran yang mungkin dilakukan gereja dalam upaya evaluasi teologis terkait dengan pembahasan tema.