PENILAIAN KESELAMATAN SISTEM HIDROLIK PESAWAT TERBANG H-8. C. Sukoco. B

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TEORI DASAR PROSES PENILAIAN KESELAMATAN

BAB III Penerapan Prosedur Penilaian Keselamatan pada Pesawat WiSE 8

BAB II. Penilaian Keselamatan

EVALUASI PENERAPAN PENILAIAN KESELAMATAN PESAWAT WiSE 8 BERDASARKAN SAE ARP 4761

DAFTAR ISI. Hal i ii iii iv v vi vii

ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP

ANALISIS STATIK KEKUATAN STRUKTUR FITTING PADA LANDING GEAR PADA PESAWAT N-219

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III TINJAUAN PIRANTI LUNAK

ANALISIS AERODINAMIKA SUDUT DEFLEKSI SPOILER PESAWAT TERBANG

Variabel-variabel Pesawat

BAB IV ANALISIS KESESUAIAN TERHADAP DOKUMEN SAE ARP4761

ANALISIS TIDAK BERFUNGSINYA FLAP PADA WAKTU DIGERAKKAN DARI 0 SAMPAI 25 UNIT PADA PESAWAT BOEING PK-CJT

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PLATFORM UAV RADIO CONTROL KOLIBRI-08v2 DENGAN MESIN THUNDER TIGER 46 PRO

BAB VI INTEGRASI ANALISA CRUISE, LANDING, DAN TAKEOFF

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1

Beban Pesawat. Dipl.-Ing H. Bona P. Fitrikananda 2013

PENGESAHAN ANALISIS KINERJA TAKE-OFF DAN LANDING PESAWAT B BERDASARKAN VARIASI ELEVASI RUNWAY. Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II PROFIL UMUM BALAI KALIBRASI FASILITAS PENERBANGAN (BKFP) 2.1. Latar Belakang Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (BFKP)

BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE

No. Kompetensi Dasar Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Sumber Belajar. Teori

Runway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA Take Off Distance

Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika

BAB III STATISTIK KECELAKAAN BOEING 737

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga

BAB IV ANALISIS FASA LANDING

Metoda Short Takeoff Landing (Studi Kasus Prestasi Terbang Takeoff-Landing Pesawat Udara Turbo Prop CN235)

ANALISIS DATA KECELAKAAN DAN KEGAGALAN SISTEM RUDDER BOEING 737

Pengembangan Perangkat Lunak. untuk Menentukan Berat Payload Maksimum. dalam Satu Rute Penerbangan

TIN315 - Pemeliharaan dan Rekayasa Keandalan Materi #1 Genap 2015/2016. TIN315 - Pemeliharaan dan Rekayasa Keandalan

AIRBLEED INDICATOR FAULTILLUMINATE AKIBAT GANGGUAN PADA PRESSURE REGULATOR PADA SISTEM DE-ICING PESAWAT ATR

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

BAB I PENDAHULUAN. 1. Engine sebagai penghasil power tidak beroperasi. 2. Ada kebocoran pada pipa hidrolik

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK WAKTU-NYATA SIMULASI SISTEM PEMBANGKIT KENDALI ELEVATOR N PADA ENGINEERING FLIGHT SIMULATOR

BAB I PENDAHULUAN 1.2 LATAR BELAKANG

KAJIAN PENENTUAN INCIDENCE ANGLE EKOR PESAWAT PADA Y-SHAPED TAIL AIRCRAFT

ANALISIS STATIK KEKUATAN STRUKTUR FITTING PADA LANDING GEAR PADA PESAWAT N-219

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II

ANALISA AERODINAMIK PENGARUH LANDING GEAR PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP

ANALISIS PENINGKATAN LANDASAN PACU (RUNWAY) BANDAR UDARA PINANG KAMPAI-DUMAI

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

EVALUASI KESESUAIAN PIRANTI LUNAK TERHADAP PROSES PENILAIAN KESELAMATAN SAE ARP4761

IMPLEMENTASI FUNCTION BLOCK DIAGRAM PADA SIMULATOR KONTROL LANDING GEAR SYSTEM UNTUK RODA PESAWAT

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 42 / III / 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 5 Nomor 2 70

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

TERJADINYA LOW PRESSURE HYDRAULIC SYSTEM PADA ENGINE DRIVEN PUMP ( EDP ) ENGINE NO.2 PESAWAT BOEING NG PK-GEP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

INDEPT, Vol. 4, No. 1 Februari 2014 ISSN

ANALISIS PENGARUH JENIS RUNWAY TERHADAP KINERJA PESAWAT CESSNA 402B PADA SAAT LANDING DAN TAKE-OFF. Skripsi

Safety Instrumented Systems. Contoh Perancangan Dasar Konsep Lapisan Pelindung ISA S84 IEC IEC Rangkuman

BAB IV RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA

PROBABILITAS KECELAKAAN KAPAL TENGGELAM DI WILAYAH SELAT MAKASSAR

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN MOTOR DAN RANGKA PESAWAT

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 072 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Prototype Landing Gear System Dan Monitoring Pergerakan Landing Gear System

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22

BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum

BAB IV ANALISA DAN HASIL DATA. Flight controls hydraulic modular package adalah suatu komponen yang

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Leader Konsultan Pelaksana

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

BAB II PERSYARATAN DAN TARGET RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

FLIGHT PLAN. Petunjuk Pengisian Flight Plan: Pilih menu UPLOAD DATA Flight Plan Create, tentukan station dan tanggal, kemudian klik Add.

Bagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA

Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal)

RIZKAR FEBRIAN. 1, SUWANDI 2, REZA FAUZI I. 3. Abstrak

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 39 / III / 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh : Achmad Sebastian Ristianto

Analisis Linear Statik Pada Vertical Tail dengan Variasi Defleksi Rudder

ANALISA KETERLAMBATAN PROYEK MENGGUNAKAN FAULT TREE ANALYSIS

Gambar : Marka taxiway pavement-strength limit

PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI PESAWAT UDARA

PENGKAJIAN TINGKAT BEBAN KERJA MENTAL PILOT PESAWAT TERBANG DALAM MELAKSANAKAN TAHAP FASE TERBANG (PHASE OF FLIGHT)

ANALISA SYSTEM PENGEREMAN (PARKING BRAKE) PADA PESAWAT AIRBUS A320

DESAIN KONSEPTUAL PTTA NUR SOLAR KAPASITAS PAYLOAD 1.2 KILOGRAM

-9- keliru. Personel AOC melakukan landing yang menyimpang dari prosedur

Rancang Bangun Perangkat Lunak Reliability- Centered Maintenance untuk Gardu Induk

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

PA U PESAW PESA AT A T TER

AEROMODELLING COMPETITION HANDBOOK MECHANICAL & MARINE NATIONAL EXPOSITION 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Physical Characteristics of Aerodromes

Aircraft stand number designation. Gambar :

BAB 1 PENDAHULUAN. laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali,

2.4. Pertentangan dengan Standar Lainnya 2.5. Penggunaan Kode Referensi Bandar Udara ICAO untuk Menetapkan Standar

Studi Penentuan Lokasi Runway 2 Dengan Memperhatikan Kontur Kebisingan Bandara Juanda

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MEKANISME EFEK G PADA SIMULATOR PESAWAT TEMPUR

MANAJEMEN KAPASITAS RUNWAY

Perancangan Kampas Rem Beralur dalam Usaha Meningkatkan Kinerja serta Umur dari Kampas Rem

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

IDENTIFIKASI PENYEBAB KECELAKAAN KERJA MENGGUNAKAN FAULT TREE ANALYSIS PADA PROYEK PEMBANGUNAN THE ADHIWANGSA SURABAYA

KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO

Transkripsi:

PENILAIAN KESELAMATAN SISTEM HIDROLIK PESAWAT TERBANG H-8 C. Sukoco. B Program Studi Aeronautika Sekolah Tinggi Teknologi adisutjipto Email: cyrillus skc@yahoo.co.id Abstract A hydraulic system is one o f the secondary power used to drive the flight control surfaces, retract and extend landing gears, and to provide power to wheel brakes when the aircraft is on the ground.the failure o f the hydraulic system results in aircraft lost o f control which can lead to aircraft accident and passenger deaths.this journals discusses the safety assessment o f the hydraulic system to be used in H-8 aircraft which includes the safety assessment process, regulations o f the aircraft hydraulic system, the hydraulic system loads, and the aircraft hydraulic systems performance.the safety assessment begins with identification and classification o f the functions, failure conditions, the effects o f failure, and classify the failure conditions o f the hydraulic system. Key word : System Safety Assessment (SSA), hydraulic system, Fault Tree Analysis (FTA), Markov Analysis (MA), Fanctional Hazard Asessment (FHA). Abstrak Sistem hidrolik termasuk secondary power yang digunakan untuk menggerakkan bidang atur kendali terbang, mengeluarkan dan melipat roda pendarat, dan memberikan tenaga pengereman ketika pesawat di darat. Kegagalan sistem hidrolik dapat menyebabkan pesawat hilang kendali sehingga memungkinkan pesawat mengalami kecelakaan dan jatuhnya korban jiwa. Penelitian ini membahas tentang penilaian keselamatan sistem hidrolik pesawat terbang H-8 yang mencakup proses penilaian keselamatan, regulasi mengenai sistem hidrolik pesawat terbang, beban-beban yang harus ditanggung oleh sistem hidrolik, dan prestasi sistem hidrolik pesawat H-8. Penilaian keselamatan dimulai dari melakukan identifikasi fungsi, kondisi kegagalan, efek kegagalan, dan mengklasifikasikan kondisi kegagalan dari sistem hidrolik tersebut. Kata kunci : System Safety Assessment (SSA), sistem hidrolik, Fault Tree Analysis (FTA), Markov Analysis (MA), Fanctional Hazard Asessment (FHA). 1. Pendahuluan Sistem hidrolik memasok daya hidrolik menuju sistem-sistem pengguna. Sistem hidrolik termasuk secondary power yang biasanya digunakan untuk menggerakkan bidang atur kendali terbang, mengeluarkan dan melipat roda pendarat, dan memberikan tenaga pengereman ketika pesawat di darat. Sistem hidrolik harus mampu memasok daya hidrolik sesuai dengan kebutuhan dari sistem pengguna. Kebutuhan pasokan daya hidrolik oleh pengguna dapat ditentukan dari besarnya beban yang harus ditanggung oleh sistem pengguna tersebut. Pasokan daya hidrolik yang dihasilkan harus sesuai dengan seluruh kebutuhan daya hidrolik dari sistem pengguna. Jurnal Ilmiah Bidang Teknologi, ANGKASA 3 9

C. Sukoco Budiono Penilaian keselamatan dilakukan pada tahap awal pengembangan pesawat terbang. Langkah-langkah dalam melakukan penilaian keselamatan dapat mengikuti dokumen yang telah memenuhi regulasi penerbangan yaitu SAE Aerospace Recommended Practice (ARP) 4761 tentang Guidelines and Methods For Conducting The Safety Assessment Process On Civil Airborne System And Equipment, dan SAE ARP 4754A tentang Certification consideration fo r highly-integrated or complex aircraft system. 2. Prosedur Penilaian Keselamatan Penilaian keselamatan dilakukan mulai dari tahap perancangan konseptual pada pengembangan pesawat terbang (SAEARP 4761, 1996). Tahap awal penilaian keselamatan berupa identifikasi fungsi-fungsi pesawat yang didapat dari konsep pesawat yang akan dikembangkan. Gambar 1 menunjukkan tahapan-tahapan proses penilaian keselamatan dan pengembangan sistem.penilaian keselamatan dimulai dari Functional Hazard Assessment (FHA) tingkat pesawat dan diteruskan FHA tingkat sistem. FHA merupakan suatu pemeriksaan secara sistematis dan menyeluruh dengan mengidentifikasi dan mengklasifikasi kondisi kegagalan yang berhubungan dengan fungsi-fungsi pesawat beserta sistemnya(saearp4761, 1996). FHA dilakukan pada dua tingkat yaitu pada tingkat pesawat dan pada tingkat sistem. FHA pada tingkat pesawat merupakan penilaian kualitatif terhadap fungsi-fungsi dasar pesawat yang telah didefinisikan pada awal proses pengembangan pesawat. Sedangkan FHA pada tingkat sistem merupakan penilaian kualitatif yang dilakukan dengan mempertimbangkan kegagalan sistem yang dapat mempengaruhi fungsi pesawat.proses setelah FHA disebut Preliminary System Safety Assessment (PSSA). PSSA adalah proses pengujian sistematik dari arsitektur sistem yang diusulkan untuk menentukan kegagalan apa saja yang dapatmen sebabkan terjadinya kegagalan fungsi. Proses PSSA merupakan pendekatan top down yang dilakukan untuk melengkapi daftar kondisi kegagalan dan persyaratan keselamatan untuk tingkat pesawat dan tingkat sistem. PSSA membutuhkan masukan yang merupakan hasil dari FHA. PSSA menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif dengan tujuan untuk menetapkan persyaratan keamanan (safety requirements) sistem serta untuk menentukan arsitektur desain yang direncanakan telah memenuhi persyaratan dan tujuan keselamatan. Proses terakhir dari penilaian keselamatan adalah System Safety Assessment (SSA). SSA merupakan pemeriksaan sistematis dari sistem untuk menunjukkan bahwa system tersebut telah memenuhi persyaratan keselamatan. SSA merangkum semua kondisi kegagalan dan efeknya terhadap pesawat. 4 0 Volume IX, Nomer 2, November 2017

Penilaian Keselamatan Sistem Hidrolik Pesawat Terbang H-8 3. Konfigurasi Pesawat H-8 Gambar1. Tahapan penilaian keselamatan (ARP4754A, 2010) Pesawat terbang H-8 merupakan kategori pesawat transport yang mampu mengangkut 80 penumpang. Konstruksi utama pesawat ini berupa logam, mempunyai konfigurasi sayap high wing dan ekor model T tail. Pesawat ini dilengkapi dengan dua engine turbo propeller yang terpasang di sayap. Kendali terbang pesawat H-8 mengunakan sistem fly by wire diinana sistem elektrik dan hidrolik dibutuhkan untuk pengoperasiannya. Pesawat dirancang mampu terbang pada ketinggian maksimal 25.000 ft dengan kecepatan maksimal 611 km/jam. Pesawat mempunyai Maximum Takeoff Weight (MTOW) seberat 27.500 kg dan Takeoff Field Lenght (TOFL) sejauh 1.370 meter. Berikut ini hasil pelaksanaan proses FHA tingkat pesawat. Sistem hidrolik pesawat H-8 memasok daya hidrolik menuju sistem-sistem pengguna yang berupa sistem kendali terbang dan sistem roda pendarat. Pada sistem kendali terbang, daya hidrolik digunakan untuk menggerakkan aileron, elevator, rudder, flap, dan spoiler. Sedangkan pada sistem roda pendarat, daya hidrolik digunakan untuk menggerakkan mekanisme retraksi roda pendarat, pengereman, dan sistem kemudi. 4. Hasil FHA Tingkat Pesawat Kondisi kegagalan berupa kehilangan total pasokan daya hidrolik dikategorikan katastropik dengan probabilitas kegagalan yang disyaratkan kurang dari 1 x 10-9, sedangkan kehilangan sebagian pasokan daya hidrolik dikategorikan major dengan probabilitas kegagalan yang disyaratkan sebesar 1 x 10-5. Jurnal Ilmiah Bidang Teknologi, ANGKASA 41

C. Sukoco Budiono 5. Proses FHA Tingkat Sistem 5.1. Identifikasi Fungsi sistem Hidrolik Identifikasi fungsi sistem hidrolik diturunkan dari fungsi pesawat yang telah diidentifikasikan. Adapun fungsi pesawat yang berkaitan dengan sistem hidrolik berupa Tersedia sumber daya hidrolik. Identifikasi fungsi sistem hidrolik terdiri dari dua tingkat yaitu tingkat pertama yang disebut top level dan tingkat kedua yang disebut low level. Fungsi top level sistem hidrolik adalah Sistem hidrolik mampu memasok daya hidrolik. Fungsi low level sistem hidrolik terdiri dari beberapa fungsi yaitu: a) mampu menghasilkan daya hidrolik b) mampu mendistribusikan daya hidrolik c) mampu memproteksi daya hidrolik. 5.2. Identifikasi Kondisi Kegagalan Sistem Hidrolik Identifikasi kondisi kegagalan dilakukan berdasarkan pada fungsi sistem hidrolik. Berikut ini identifikasi kondisi kegagalan dari fungsi-fungsi low level: a) Mampu menghasilkan daya hidrolik. i. Kehilangan total kemampuan menggenerate daya hidrolik. ii. Kehilangan sebagian kemampuan menggenerate daya hidrolik. b) Mampu mendistribusikan daya hidrolik. i. Kehilangan total kemampuan mendistribusikan daya hidrolik. ii. Kehilangan sebagian kemampuan mendistribusikan daya hidrolik c) Mampu menproteksi daya hidrolik. i. Kehilangan total kemampuan memproteksi daya hidrolik. ii. Kehilangan sebagian kemampuan memproteksi daya hidrolik. 5.3 Hasil FHA Tingkat Sistem Hasil FHA sistem hidrolik dapat diuraikan sebagai berikut: a. Kondisi kegagalan yang berupa Kehilangan total kemampuan menghasilkan daya hidrolik dikategorikan hazardous, sehingga probabilitas kegagalannya kurang dari 1-7, x 10 per jam terbang. b. Kondisi kegagalan berupa sebagian kemampuan menghasilkan daya hidrolik dikategorikan minor, sehingga probabilitas kegagalannya kurang dari 1 x 10-5per jam terbang. c. Kondisi kegagalan berupa Kehilangan total kemampuan mendistribusikan daya hidrolik dikategorikan hazardous, sehingga probabilitas kegagalannya kurang dari 1-7, x 10 per jam terbang. d. Kondisi kegagalan berupa Kehilangan sebagian kemampuan mendistribusikan daya hidrolik dikategorikan minor, sehingga probabilitas kegagalannya kurang dari 1 x 10 3, per jam terbang. e. Kondisi kegagalan berupa Kehilangan total kemampuan memproteksi daya hidrolik dikategorikan hazardous, sehingga probabilitas kegagalannya kurang dari 1 x 10-7per jam terbang. 4 2 Volume IX, Nomer 2, November 2017

Penilaian Keselamatan Sistem Hidrolik Pesawat Terbang H-8 f. Kondisi kegagalan berupa Kehilangan sebagian kemampuan memproteksi daya hidrolik -3 dikategorikan minor, sehingga probabilitas kegagalannya kurang dari 1 x, 10-3 per jam terbang 6. Perancangan Konfigurasi Sistem Hidrolik Pesawat H-8 Perancangan sistem hidrolik pesawat H-8 mempertimbangkan hasil dari FHA tingkat pesawat dan sistem. Perancangan mempertimbangkan kategori kegagalan yang terjadi karena kegagalan sistem hidrolik. Berikut ini pertimbangan dan keputusan rancangan sistem hidrolik pesawat H-8 yang disampaikan dalam Tabel 2 : Tabel 2. Tabel keputusan rancangan No Kondisi Kegagalan Kategori Keputusan Rancangan Kegagalan 1 Kehilangan total kemampuan menghasilkan daya hidrolik Catastrophic 2 3 Kehilangan kemampuan mendistribusikan daya hidrolik Kehilangan kemampuan memproteksi hidrolik. total total daya Catastrophic Catastrophic 1. Sistem hidrolik terdiri dari dua sistem yang independent dan EHA di setiap bidang atur kendali terbang. 2. Masing-masing sistem dilengkapi oleh dua buah pompa yang digerakkan oleh sumber yang berbeda 3. Sistem pengguna yang memiliki kategori kegagalan katastropik, suplai hydraulic power diberikan dua jalur distribusi menuju sistem pengguna tersebut 4. Setiap sistem hidrolik dilengkapi komponen yang mengatur daya hidrolik. 7. Perhitungan Beban Sistem Hidrolik Beban sistem hidrolik merupakan jumlah total beban yang harus ditanggung oleh seluruh aktuator. Sedangkan besarnya beban yang harus ditanggung oleh aktuator tergantung dari besarnya beban dari sistem pengguna. Perhitungan beban sistem pengguna membahas tentang beban yang terjadi pada sistem kendali terbang, mekanisme retraksi roda pendarat, dan wheel brake. Beban sistem kendali terbang ditentukan berdasarkan pada perhitungan hinge moment yang terjadi pada setiap bidang atur kendali terbang, sedangkan pada wheel brake beban dihitung berdasarkan pada energi kinetik. Untuk mekanisme retraction roda pendarat, penentuan beban mempertimbangkan berat dari landing gear pesawat H-8. Hasil perhitungan beban pada sistem pengguna pesawat H-8 dapat dilihat pada tabel 3 : Tabel 3. Beban sistem hidrolik tiap fase penerbangan No Phase Pengguna Daya (KW) Keterangan 1 Parked Wheel brake - 2 Push back - 3 Taxi Wheel brake 0,34 Daya yang dibutuhkan 5,28 KW, sistem steering tidak diperhitungkan. Steering - 4 Takeoff Elevator 13,5 Daya yang dibutuhkan 35,1 KW Jurnal Ilmiah Bidang Teknologi, ANGKASA 4 3

C. Sukoco Budiono No Phase Pengguna Daya (KW) Keterangan Wheel brake 0,34 Jika pilot membatalkan takeoff Flap 2,55 5 Initial Climb Elevator 13,5 Daya yang dibutuhkan 48,2 KW Aileron 6 Mek. retraksi 0,5 Flap 2,55 6 Climbing Elevator 13,5 Daya yang dibutuhkan 45 KW Aileron 6 7 Cruise Elevator 13,5 Daya yang dibutuhkan 46,05 KW Aileron 6 Spoiler 0,525 8 Descent Elevator 13,5 Daya yang dibutuhkan 46,05 KW Aileron 6 Spoiler 1,05 9 Approach Elevator 26,7 Daya yang dibutuhkan 50,6 KW Aileron 12 Mek. retraksi 0,5 Flap 5,1 10 Touchdown - 11 Landing rollout 12 Post flight Taxi Wheel brake 5,7 Daya yang dibutuhkan 13,05 KW Spoiler 1,05 8. Analisis Prestasi Sistem Hidrolik Wheel brake - Tidak diperhitungkan Analisis prestasi sistem hidrolik berupa analisis keandalan, dan analisis daya sistem hidrolik pesawat H-8. Analisis Markov dan Fault Tree Analysis (FTA) digunakan untuk menganalisis keandalan sistem hidrolik. Analisis keandalan sistem merupakan suatu proses perhitungan keandalan sistem yang di antisipasi berdasarkan pada laju kegagalan komponen (Pasaribu, 2008). Analisis ini memberikan ukuran kuantitatif tentang seberapa dekat rancangan sistem memenuhi persyaratan perancangan. Analisis dilakukan untuk memberikan indikasi awal tentang potensi sistem memenuhi persyaratan keandalan dan sebagai suatu persyaratan dalam laporan keselamatan. Kedua sistem hidrolik pesawat H-8 bersifat identik sehingga laju kegagalan kedua sistem tersebut dianggap sama besar. Perhitungan Analisis keandalan dimulai dari penentuan top event yang berupa Kehilangan total kemampuan memasok daya hidrolik. Gambar 1. menunjukan FTA dari kegagalan sistem hidrolik. Gambar tersebut sebagai dasar untuk menentukan minimum cut set (MCS). Kejadian dasar yang berupa sumber penggerak pompa gagal tidak diperhitungkan probabilitas kegagalannya. Probabilitas kegagalan dapat dihitung berdasarkan laju kegagalan, adapun laju kegagalan dapat dilihat pada tabel 4. Hal ini dikarenakan kegagalan tersebut berkaitan dengan sistem lainnya yang tidak dibahas pada penelitian ini. Kegagalan sumber 4 4 Volume IX, Nomer 2, November 2017

Penilaian Keselamatan Sistem Hidrolik Pesawat Terbang H-8 penggerak pompa ini dikaitkan dengan gerbang OR, maka probabilitas kegagalan sumber penggerak pompa dapat ditentukan tidak lebih besar dari kegagalan komponen lain seperti reservoir atau pompa. Gambar 1. FTA sistem hidrolik tidak mampumemasok daya hidrolik Tabel 4. Laju kegagalan masing-masing komponen No Komponen Laju kegagalan ( 1 Pompa EDP 0,000146 EMP 0,000121 2 Valve 0,00000092 3 Reservoir 0,00000337 4 Pipeline 0,000000224 Analisis Markov diperlukan untuk menganalisis keandalan dari sistem hidrolik. Proses perhitungan dalam analisis ini sama dengan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Berikut ini hasil perhitungan probabilitas tiap tingkat keadaan dimana laju kegagalan setiap sistem hidrolik sebesar 4,53 x 10-6. Perhitungan dilakukan dengan bantuan software Matlab yang hasilnya ditunjukkan pada tabel 5. Jurnal Ilmiah Bidang Teknologi, ANGKASA 4 5

C. Sukoco Budiono Tabel 5. Hasil perhitungan probabilitas tiap tingkat keadaan t P1(t) P2(t) P3(t) P4(t) P5(t) P6(t) TE 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0,999991 4,53E-06 4,53E-06 1,03E-11 1,03E-11 2,05E-11 4,1E-11 2 0,999982 9,06E-06 9,06E-06 4,1E-11 4,1E-11 4,1E-11 1,23E-10 3 0,999973 1,36E-05 1,36E-05 9,23E-11 9,23E-11 6,16E-11 2,46E-10 4 0,999964 1,81E-05 1,81E-05 1,64E-10 1,64E-10 8,21E-11 4,1E-10 5 0,999955 2,26E-05 2,26E-05 2,57E-10 2,57E-10 1,03E-10 6,16E-10 Dari tabel 5 maka probabilitas salah satu sistem mengalami kegagalan tiap jam terbang sebesar (P2(t)+P3(t)) sebesar 9,06 x 10-6. Sedangkan probabilitas kegagalan seluruh sistem hidrolik sebesar 4,1 x 10-11. Nilai probabilitas kegagalan tersebut telah memenuhi dari probabilitas kegagalan yang disyaratkan pada FHA tingkat sistem. Analisis sistem pengguna daya hidrolik membahas tentang kemampuan sistem hidrolik untuk menanggung beban dari sistem-sistem pengguna. Analisis mencakup tentang sumber daya yang menggerakkan bidang atur kendali dan kemampuan setiap sistem hidrolik untuk memasok daya hidrolik menuju sistem pengguna. Hasil analisis kemampuan sistem hidrolik dan dibandingkan dengan kebutuhan daya hidrolik dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Kebutuhan dan pasokan daya hidrolik No Sistem pengguna Daya hidrolik (KW) Kebutuhan Pasokan 1 Aileron 6 31,21 2 Elevator 13,5 20,54 3 20,54 4 Spoiler 0,525 1,9 5 Flap 2,55 5,7 6 Mekanisme retraksi 0,5 1,9 7 Rem roda 0,34 1,9 9. Kesimpulan Sistem hidrolik pesawat H-8 telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.dari FHA telah ditunjukkan probabilitas kegagalan sistem hidrolik memenuhi (kurang dari) probabilitas yang ditentukan. Daya hidrolik mampu memasok pada seluruh sistem pengguna. 10. Daftar pustaka Barua, P. (2013). Empennage Statistics and Sizing Methods for Dorsal Fins. Hamburg: Hamburg University of Applied Sciences. Crane, D. (2000). Aviation Mechanic Handbook. Washington: Aviation Supplies & Academics, Inc. 4 6 Volume IX, Nomer 2, November 2017

Penilaian Keselamatan Sistem Hidrolik Pesawat Terbang H-8 P.Raymer, D. (2006). Aircraft Design : A Conceptual Approach Fourth Edition. Virginia: AIAA. SAAB2000. (1998). Hydraulic System. Dalam Aircraft Operation Manual. Sadraey, M. Wing Desaign. Daniel Webster College. Sadray, M. (2012). Aircraft Design : A System Engineering Approach. Wiley Publication W.L.Green. (1985). Aircraft Hydraulic Systems. Great Britain. Jurnal Ilmiah Bidang Teknologi, ANGKASA 4 7

48 Volume IX, Nomer 2, November 2017