BAB IV ANALISIS KESESUAIAN TERHADAP DOKUMEN SAE ARP4761

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS KESESUAIAN TERHADAP DOKUMEN SAE ARP4761"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS KESESUAIAN TERHADAP DOKUMEN SAE ARP PENDAHULUAN Bab ini membahas analisis hasil evaluasi piranti lunak yang telah dilakukan pada bab 3. Analisis yang dimaksud adalah kesesuaiannya dengan dokumen SAE ARP4761. Seperti pada bagian evaluasi piranti lunak dalam bab 3, analisis akan dilakukan terhadap tiga tahapan proses penilaian keselamatan yaitu Functional Hazard Assessment (FHA), Preliminary System Safety Assessment (PSSA) dan System Safety Assessment (SSA). Setelah itu dilanjutkan dengan analisis mengenai penentuan piranti lunak beserta spesifikasinya. 4.2 ANALISIS TERHADAP FUNCTIONAL HAZARD ASSESSMENT (FHA) Pada sub bab 3.3 telah dinyatakan bahwa berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan terhadap tahap FHA terdapat delapan piranti lunak yang mempunyai fasilitas untuk mengerjakan tugas-tugas yang disyaratkan oleh SAE ARP4761. Selain itu, terdapat enam piranti lunak yang sama sekali tidak memiliki fasilitas untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut. Delapan piranti lunak yang mempunyai fasilitas untuk membantu mengerjakan tugas-tugas dalam FHA menggunakan metode Failure Modes and Effects Analysis (FMEA). Sehingga piranti lunak yang tidak berbasis FMEA seperti FAULT TREE MODULE, Fault Tree+, FTA Pro, dan Relex Fault Tree tidak dapat membantu mengerjakan tugas-tugas dalam FHA karena piranti lunak tersebut hanya mempunyai fasilitas untuk membantu mengerjakan tahap ke dua dari proses penilaian keselamatan yaitu Preliminary System Safety Analysis (PSSA). Karena menggunakan FMEA untuk mengerjakan tugas-tugasnya, untuk sebuah sistem atau pesawat yang akan dianalisis 41

2 pengguna tetap harus memberikan input kepada piranti lunak untuk mendefinisikan fungsi dan juga mendefinisikan kegagalan yang berkaitan dengan fungsi tersebut. Untuk mengerjakan hal ini pengguna sedikit dapat terbantu dengan adanya beberapa fasilitas dari piranti lunak. Diantaranya adalah fasilitas basis data (data base) beberapa model sistem yang sudah tersedia dalam piranti lunak sehingga dapat digunakan oleh pengguna apabila diperlukan. Model sistem yang sudah jadi ini dapat diedit atau ditambahkan oleh pengguna sesuai dengan kebutuhan sistem yang menjadi bahan analisis. Selain itu beberapa piranti lunak juga menyediakan fasilitas library untuk menyimpan data yang sering digunakan. Sehingga, jika akan membuat sebuah sistem yang hampir sama pengguna dapat memanggilnya kembali dan tinggal mengubahnya sesuai dengan kebutuhan. Fitur-fitur lain yang biasanya juga terdapat pada piranti lunak adalah cut, paste, copy, dsb yang ditujukan untuk memberikan kemudahan pengguna untuk mengerjakan tugas-tugas dalam FHA. 4.3 ANALISIS TERHADAP PRELIMINARY SYSTEM SAFETY ASSESSMENT (PSSA) Pada sub bab 3.4 telah dinyatakan bahwa berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan terhadap tahap PSSA terdapat sembilan piranti lunak yang mempunyai fasilitas untuk mengerjakan salah satu atau dua metode yang biasa digunakan dalam PSSA. Selain itu, terdapat lima piranti lunak yang sama sekali tidak mempunyai fasilitas untuk mengerjakan salah satu dari ketiga metode Fault Tree Analysis (FTA), Dependence Diagram (DD) dan Markov Analysis (MA). Dari kesembilan piranti lunak yang mempunyai fasilitas tersebut tidak ada satu pun yang mempunyai fasilitas untuk mengerjakan ketiga metode tersebut. Hal ini disebabkan karena setiap piranti lunak biasanya hanya memiliki satu fungsi utama. Misalnya, piranti lunak yang memiliki fungsi utama membuat dan menganalisis Fault Tree tidak dapat melakukan analisis dengan Dependence Diagram atau Markov Analysis. Hal yang sama berlaku apabila piranti lunak hanya memiliki fungsi untuk membuat Dependence Diagram atau Markov Analysis maka piranti lunak tersebut tidak dapat membuat analisis dengan metode yang lainnya. Pengecualian berlaku untuk empat buah piranti lunak yaitu FAULT 42

3 TREE MODULE, MKV, RAM Commander, dan Reliability Workbench yang dapat mengerjakan dua dari tiga metode yang biasanya digunakan dalam PSSA. Fakta bahwa tidak ada satu pun piranti lunak yang mampu melakukan analisis menggunakan seluruh metode yang biasa digunakan dalam PSSA sebenarnya tidak menjadi masalah. Tahap PSSA pada dokumen SAE ARP476 seperti yang juga dinyatakan dalam sub bab menyatakan bahwa analisis yang dilakukan hanya menggunakan salah satu dari ketiga metode yang biasa digunakan, sehingga apabila piranti lunak tersebut hanya dapat melakukan satu metode saja tetap memenuhi persyaratan. 4.4 ANALISIS TERHADAP SYSTEM SAFETY ASSESSMENT (SSA) Pada sub bab 3.5 telah dinyatakan bahwa berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan terhadap tahap SSA terdapat sembilan piranti lunak yang mempunyai fasilitas untuk mengerjakan salah satu atau dua metode yang biasa digunakan dalam membantu proses SSA. Selain itu, terdapat lima piranti lunak yang sama sekali tidak mempunyai fasilitas untuk mengerjakan salah satu dari ketiga metode Fault Tree Analysis (FTA), Dependence Diagram (DD) dan Markov Analysis (MA). Serupa dengan hasil evaluasi terhadap PSSA, dari kesepuluh piranti lunak tersebut tidak ada satu pun yang mempunyai fasilitas untuk mengerjakan ketiga metode analisis tersebut. Hal ini sebenarnya tidak menjadi masalah karena seperti yang dinyatakan dalam SAE ARP4761 pada tahap SSA analisis yang dilakukan menggunakan salah satu dari FTA, DD atau MA. Oleh karena itu, bila sebuah piranti lunak hanya menyediakan fasilitas untuk mengerjakan satu metode saja maka piranti lunak tersebut tetap memenuhi syarat. 4.5 ANALISIS PIRANTI LUNAK Secara umum dari empat belas piranti lunak yang dianalisis terbagi atas dua jenis. Pertama adalah piranti lunak tunggal dan kedua adalah piranti lunak paket. Piranti lunak tunggal adalah piranti lunak yang memiliki satu fungsi khusus spesifik sedangkan piranti lunak paket adalah piranti lunak yang memiliki berbagai fungsi karena terdiri atas beberapa 43

4 modul yang memiliki fungsi spesifik. Piranti lunak paket ada yang dijual secara keseluruhan dan ada yang dijual secara terpisah. Penjualan secara keseluruhan berarti calon pengguna harus membeli paket piranti lunak tersebut seluruhnya dan mendapatkan seluruh fungsi yang terdapat di dalamnya. Jika calon pengguna hanya membutuhkan beberapa fungsi tertentu maka dapat membeli piranti lunak yang dijual secara terpisah artinya calon pengguna hanya membeli beberapa modul dari piranti lunak tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Tabel 4.1 akan menunjukkan pembagian piranti lunak berdasarkan kriteria tunggal dan paket disertai dengan nama vendor. Tabel 4.1 Pembagian piranti lunak berdasarkan kriteria tunggal dan paket Piranti Lunak Vendor Jenis FAULT TREE MODULE ITEM TOOLKIT FMECA Module FMEA - Pro FTA - Pro Fault Tree+ MKV Reliability Workbench Risk Vu ITEM Dyadem Isograph Paket Paket Paket RAM Commander Reliass Paket Relex Fault Tree Relex FMEA Relex CARE BQR Paket RCM++ XFMEA Reliasoft 44

5 Piranti lunak paket memiliki fasilitas yang lebih banyak daripada yang berjenis tunggal. Oleh karena itu, hal ini dapat menjelaskan bahwa ada beberapa piranti lunak mempunyai fasilitas yang memungkinkan untuk membantu pengguna mengerjakan tugastugas dan metode dalam semua tahapan proses penilaian keselamatan SAE ARP4761 (FHA, PSSA dan PSA). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah RAM Commander Reliability Workbench CARE Ketiga piranti lunak tersebut semuanya berjenis paket dan memiliki kesesuaian yang banyak terhadap proses penilaian keselamatan SAE ARP4761. Sebenarnya piranti lunak yang berjenis tunggal juga dapat memiliki fungsi yang lebih banyak tetapi hal itu baru dapat terjadi jika pengguna juga membeli piranti lunak lain yang masih satu paket untuk melengkapinya. Contoh untuk kasus ini adalah piranti lunak dari Relex, yaitu: Relex Fault Tree Relex FMEA Dua piranti lunak tersebut dapat dibeli dalam satu paket yaitu Relex Studio Piranti lunak RAM Commander, Reliability Workbench, CARE dan Relex Studio 2007 sudah memiliki fasilitas yang dapat membantu pengguna untuk melakukan analisis pada tahap-tahap FHA, PSSA dan SSA. Hal ini dikarenakan piranti lunak tersebut mempunyai fasilitas untuk membuat analisis dengan menggunakan metode FTA dan FMEA. Dua metode ini adalah kemampuan minimum yang harus dimiliki sebuah piranti lunak agar dapat memenuhi kesesuaian dengan standar penilaian keselamatan SAE ARP4761. Namun selain kesesuaian piranti lunak terhadap standar proses penilaian keselamatan SAE ARP4761, terdapat pula kriteria lain sebagai tambahan yang boleh jadi cukup penting selain tujuan utama tersebut. Kriteria tambahan tersebut adalah: 45

6 kemudahan memperoleh informasi tentang piranti lunak harga piranti lunak Kedua kriteria tambahan tersebut boleh jadi cukup berpengaruh bagi sebagian calon pengguna untuk menentukan piranti lunak yang akan dibelinya. Kemudahan memperoleh informasi tentang piranti lunak berguna untuk mengetahui fasilitas apa yang terdapat dalam sebuah piranti lunak. Hal ini dapat diperoleh dengan cara melihat dari halaman situs pembuat piranti lunak (vendor). Selain itu beberapa pembuat ada yang menyediakan brosur elektronik yang dapat didownload. Brosur tersebut biasanya berisi informasi yang lebih rinci tentang segala hal yang terdapat pada piranti lunak mereka. Selain itu calon pengguna juga dapat mengevaluasi langsung piranti lunak dengan menggunakan demo piranti lunak yang disediakan oleh beberapa pembuat. Cara yang terakhir ini biasanya paling efektif untuk mengetahui kemampuan sebenarnya dari piranti lunak. Selain itu calon pengguna juga dapat menganalisis kelebihan dan kekurangan piranti lunak dalam melakukan berbagai metode untuk mngerjakan proses penilaian keselamatan. Di sini kemudian timbul sebuah kendala yaitu tidak semua pembuat menyediakan demo piranti lunak dengan cara yang mudah. Memang ada sebagian pembuat yang dapat memberikan demo piranti lunak secara langsung dengan cara mendownload dari situs mereka tetapi sebagian lagi calon pengguna harus mengisi dan kemudian mengirimkan semacam permohonan sebelum dapat mendownload. Permohonan ini pun tidak dapat dikabulkan dalam waktu yang singkat bahkan ada diantaranya yang tidak dikabulkan dengan berbagai alasan. Pembuat RAM Commander menyediakan demo produk yang sangat mudah untuk didownload dan diinstall tanpa dibatasi waktu penggunaannya. Pembuat Reliability Workbench selain menyediakan brosur elektronik yang dapat didownload dari halaman situsnya juga menyediakan demo yang mudah untuk didownload tetapi ketika diinstall demo ini ternyata membutuhkan password. Untuk memperoleh password tersebut calon pengguna harus mengisi semacam permohonan dan kemudian mengirimkannya. Permohonan ini pun tidak selalu mudah untuk dikabulkan atau bahkan tidak mendapat 46

7 balasan sama sekali yang berisi password untuk menginstall. Pembuat CARE sama sekali tidak menyediakan demo produk tetapi hanya mendeskripsikan produknya melalui brosur elektronik yang dapat didownload. Sehingga dari ketiga piranti lunak ini yang dapat diperoleh demo produknya dan dapat dievaluasi langsung hanya RAM Commander. Sedangkan untuk Relex Fault Tree dan Relex FMEA demo yang didapat berupa demo paket piranti lunaknya yaitu Relex Studio Harga piranti lunak yang akan dipilih juga dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan lain dalam proses penentuan piranti lunak. Harga yang ditawarkan sebuah piranti lunak paket lebih mahal daripada harga piranti lunak tunggal. Hal ini karena piranti lunak paket memiliki lebih banyak fasilitas untuk melakukan analisis dengan berbagai metode. Bagi sebagian pengguna mungkin fasilitas yang banyak tersebut sangat berguna bagi keperluannya, tetapi bagi sebagian yang lain fasilitas yang didapat terlalu banyak dan melebihi kebutuhannya. Untuk itu perlu dirumuskan secara tepat fasilitas apa saja yang memang sangat dibutuhkan oleh calon pengguna. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari ketidak-efisienan penentuan piranti lunak dari segi ekonomi. Dalam penelitian ini aspek harga tidak menjadi sesuatu yang memegang peranan penting dalam proses penentuan piranti lunak. Hal ini dikarenakan tujuan utama dari penelitian ini adalah mencari piranti lunak yang sesuai dengan proses penilaian keselamatan SAE ARP4761. Piranti lunak RAM Commander dan Relex Studio 2007 Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan meskipun antar muka keduanya cukup baik dan user friendly. Persamaan keduanya adalah sama-sama mampu membuat FTA dan FMEA. RAM Commander memiliki kelebihan dalam hal FMEA dimana setiap FMEA yang dibuat dapat dibuatkan juga diagram visualnya untuk membantu memetakan sebuah item di dalam suatu sistem dan keduanya dapat ditampilkan dalam satu layar seperti contoh pada gambar 4.1. Dalam gambar 4.1 terlihat bahwa setengah layar bagian atas adalah sebuah diagram visual dari FMEA yang ditampilkan pada setengah layar bagian bawah. Tentunya hal ini sangat membantu pengguna untuk mengetahui letak suatu item dalam sebuah sistem secara visual. Contoh yang ditampilkan pada gambar 4.1 adalah sebuah sistem komputer. Deskripsi secara keseluruhan dari piranti lunak RAM Commander dapat dilihat pada lampiran. 47

8 Gambar 4.1 Contoh tampilan FMEA beserta diagram visualnya pada RAM Commander Relex Studio 2007 memiliki kelebihan dalam kepraktisan untuk berpindah dari metode analisis yang satu ke yang lain. Misalnya jika pengguna sedang berada pada tampilan FMEA dan ingin berpindah ke FTA maka hal ini dapat dilakukan dengan cara mengklik ikon FTA yang terdapat pada layar. Pada RAM Commander hal yang sama baru dapat dilakukan dengan cara membuka jendela (window) baru. Selain itu Relex Studio 2007 memiliki tampilan yang lebih atraktif dalam hal FTA daripada RAM Commander. Data-data selengkapnya mengenai piranti lunak RAM Commander, Reliability Workbench, CARE dan Relex Studio 2007 dapat dilihat pada lampiran. 48

9 Gambar 4.2 Contoh tampilan FTA pada Relex Studio 2007 Gambar 4.3 Contoh tampilan FTA pada RAM Commander 49

10 Untuk menentukan piranti lunak secara lebih akurat lagi, idelanya calon pengguna mempunyai sebuah acuan standar untuk menguji piranti lunak satu per satu. Acuan standar ini dalam istilah dunia informatika disebut benchmark. Sebuah kasus yang sama dapat dijadikan benchmark untuk pengujian piranti lunak. Hal ini dapat dilakukan dengan cara masing-masing piranti lunak diuji kemampuannya dalam membuat Fault Tree Analysis (FTA) pada kasus yang sama. Kemudian, hasilnya dilihat dan dievaluasi satu per satu. Dari sini calon pengguna dapat menentukan hasil FTA mana yang terbaik dan paling sesuai dengan harapannya. Pengujian juga dilakukan terhadap metode lain yang terdapat pada piranti lunak agar dapat melihat seluruh kemampuan piranti lunak. Dalam hal penentuan benchmark untuk menguji piranti lunak timbul sebuah kendala. Yaitu kriteria ideal sebuah benchmark yang dapat dijadikan bahan uji bagi piranti lunak tidak diketahui. Untuk memecahkan persoalan ini diperlukan pembelajaran lebih lanjut dalam hal benchmark. Sehingga, akan didapat sebuah benchmark yang cukup handal dan ideal bagi pengujian piranti lunak. Masalah lain adalah untuk melakukan analisis dengan piranti lunak diperlukan pembelajaran yang lebih dalam mengenai proses piranti lunak tersebut dalam mengerjakan sebuah metode. Hal ini tentunya membutuhkan waktu yang lebih lama. Dengan adanya kendala-kendala tersebut pengujian piranti lunak dengan menggunakan benchmark yang standar belum dapat dilakukan pada penelitian ini. Namun hal ini dapat menjadi perhatian bagi penelitian lebih lanjut agar hasilnya lebih objektif lagi. Deskripsi detail mengenai cara kerja piranti lunak yang dilakukan dalam penelitian ini hanya sedikit. Hal ini disebabkan untuk mengevaluasi secara menyeluruh suatu piranti lunak diperlukan pembelajaran lebih lanjut atau mungkin juga berupa pelatihan. Dengan hal itu maka akan didapat tinjauan secara menyeluruh mengenai cara kerja piranti lunak dalam membuat sebuah analisis hingga bagaimana bentuk laporan yang dapat dihasilkannya. Tentunya hal ini membutuhkan waktu yang lebih lama. Tetapi, jika kita tetap mengacu kepada tujuan utama yaitu mencari piranti lunak yang memiliki kesesuaian terhadap proses penilaian keselamatan SAE ARP4761, ada beberapa piranti lunak yang dapat menjadi rekomendasi. Piranti lunak tersebut adalah RAM Commander, Reliability Workbench, CARE dan Relex Studio

11 4.6 SPESIFIKASI PIRANTI LUNAK Proses penilaian keselamatan SAE ARP4761 terdiri atas tahapan Functional Hazard Assessment (FHA), Preliminary System Safety Assessment (PSSA), dan System Safety Assessment (SSA). Dalam tahap FHA yang fokus utamanya adalah mendefinisikan seluruh fungsi dari suatu pesawat atau sistem dan mengidentifikasi kegagalan yang berkaitan dengan fungsi tersebut, analisis yang digunakan dapat menggunakan metode FMEA. Dalam tahap PSSA analisis yang lebih sering digunakan adalah dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis (FTA) tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan metode lainnya seperti Dependence Diagram (DD) dan Markov Analysis (MA). SSA yang fokus utamanya mengevaluasi apakah sistem yang dirancang telah memenuhi syarat keselamatan yang ditentukan dari tahap PSSA dan telah memenuhi persyaratan desain yang ditentukan dari FHA biasanya juga menggunakan salah satu dari ketiga metode untuk membantu mengerjakannya yaitu FTA, DD, atau MA. Selain memenuhi berbagai kriteria tersebut sebuah piranti lunak yang terpilih diharapkan dapat membantu pengguna untuk membuat sebuah program perawatan (maintenance program) yang baik. Biasanya secara umum sebuah program perawatan terdiri atas penentuan maintenance task dan interval waktu untuk melaksanakan perawatan. Agar interval perawatan dapat ditentukan maka ada beberapa parameter penting yang harus diketahui. Beberapa parameter tersebut adalah Mean Time to Failure (MTTF) yaitu waktu rata-rata antara kegagalan awal dan kegagalan berikutnya, Mean Time Between Failure (MTBF) yaitu waktu rata-rata antara sistem yang telah diperbaiki dan kegagalan berikutnya, dan Mean Time to Repair (MTTR) yaitu waktu rata-rata untuk memperbaiki sebuah sistem atau komponen. Parameter-parameter tersebut dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut ini. 51

12 Available Failure Failure Failure X1 X2 X3 Unavailable Y1 Y2 Y3 X = Mean Time to Failure Y = Mean Time to Repair Gambar 4.4 Beberapa parameter perawatan Berdasarkan hal tersebut, sebuah piranti lunak yang terpilih untuk memenuhi proses penilaian keselamatan sesuai dengan SAE ARP4761 dan pembuatan program perawatan harus mampu untuk melakukan beberapa hal sebagai berikut. Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) Fault Tree Analysis (FTA) Menentukan Mean Time to Failure (MTTF) Menentukan Mean Time Between Failure (MTBF) Menentukan Mean Time to Repair (MTTR) Piranti lunak Relex Studio 2007 dapat menentukan MTTF, MTBF, dan MTTR. RAM Commander dan CARE dapat menentukan MTBF dan MTTR. Reliability Workbench dapat menentukan MTTR dan MTTF. Oleh karena itu, seluruh piranti lunak tersebut dapat melakukan proses penilaian keselamatan sesuai dengan SAE ARP4761 dan pembuatan program perawatan. Bagian terakhir dari bab ini menampilkan diagram pada Gambar 4.5. Diagram ini memperlihatkan hasil seleksi piranti lunak. Diagram tersebut serupa dengan diagram alir metodologi penelitian pada bagian pendahuluan, tetapi beberapa bagian telah disesuaikan dengan menampilkan hasil analisis piranti lunak yang dilakukan pada bab ini. 52

13 (Gambar 4.5 Diagram hasil pemilihan piranti lunak) 53

BAB III TINJAUAN PIRANTI LUNAK

BAB III TINJAUAN PIRANTI LUNAK BAB III TINJAUAN PIRANTI LUNAK 3.1 PEMILAHAN PIRANTI LUNAK Bahasan dalam bab ini dimulai dengan proses pemilahan piranti lunak, kemudian dilanjutkan dengan deskripsi piranti lunak yang terpilih dari proses

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN PIRANTI LUNAK TERHADAP PROSES PENILAIAN KESELAMATAN SAE ARP4761

EVALUASI KESESUAIAN PIRANTI LUNAK TERHADAP PROSES PENILAIAN KESELAMATAN SAE ARP4761 EVALUASI KESESUAIAN PIRANTI LUNAK TERHADAP PROSES PENILAIAN KESELAMATAN SAE ARP4761 Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Sarjana Strata 1 di Program Studi Teknik Penerbangan Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PROSES PENILAIAN KESELAMATAN

BAB II TEORI DASAR PROSES PENILAIAN KESELAMATAN BAB II TEORI DASAR PROSES PENILAIAN KESELAMATAN 2.1 PENDAHULUAN SAE ARP4761 dikeluarkan oleh SAE (Society for Automotive Engineers) International The Engineering Society for Advancing Mobility Land Sea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap pesawat yang dibuat oleh pabriknya harus disertai dengan dokumen panduan untuk melaksanakan kegiatan perawatan pesawat tersebut pada masa operasionalnya. Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mesin dalam dunia industri memiliki definisi sebagai salah satu faktor produksi yang menentukan kelancaran suatu proses produksi. Kelancaran proses produksi menuntut

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Sistematika Pemecahan Masalah

Gambar 3.1 Diagram Alir Sistematika Pemecahan Masalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan metode berpikir untuk menghasilkan tahapan-tahapan yang harus ditetapkan oleh peneliti dalam proses penelitian. Berikut adalah tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB IV METODE ANALISIS

BAB IV METODE ANALISIS BAB IV METODE ANALISIS IV.1 Pendahuluan Implementasi analisis RAM saat ini menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam suatu industri modern, mulai dari proses desain, produksi maupun operasionalnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berkembangmya ilmu dan teknologi memberikan banyak kemudahan bagi kehidupan umat manusia. Kendaraan bermotor merupakan sarana transportasi yang sangat menunjang

Lebih terperinci

BAB II. Penilaian Keselamatan

BAB II. Penilaian Keselamatan BAB II Penilaian Keselamatan 2.1 Pendahuluan Penilaian Keselamatan adalah suatu pengujian secara sistematik fungsi-fungsi pesawat dan desain sistem yang menjalankan fungsi fungsi tersebut. Penilaian keselamatan

Lebih terperinci

SISTEM PEWRAWATAN TERPADU (INTEGRATED MAINTENANCE SYSTEM)

SISTEM PEWRAWATAN TERPADU (INTEGRATED MAINTENANCE SYSTEM) SISTEM PEWRAWATAN TERPADU (INTEGRATED MAINTENANCE SYSTEM) Penulis : Nachnul Ansori M. Imron Mustajib Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN PENILAIAN KESELAMATAN PESAWAT WiSE 8 BERDASARKAN SAE ARP 4761

EVALUASI PENERAPAN PENILAIAN KESELAMATAN PESAWAT WiSE 8 BERDASARKAN SAE ARP 4761 EVALUASI PENERAPAN PENILAIAN KESELAMATAN PESAWAT WiSE 8 BERDASARKAN SAE ARP 4761 TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata Satu oleh : ADI MARDIKA

Lebih terperinci

ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU

ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU Zulkifli A. Yusuf Dosen Program Studi Teknik Sistem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... DAFTAR ISI COVER... I HALAMAN JUDUL... II LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... III LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... IV SURAT PERNYATAAN... V HALAMAN PERSEMBAHAN... VI HALAMAN MOTTO... VII KATA PENGANTAR... VIII

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) PADA MESIN DEKOMPOSER DI PETROGANIK PT. PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI

MANAJEMEN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) PADA MESIN DEKOMPOSER DI PETROGANIK PT. PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI MANAJEMEN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) PADA MESIN DEKOMPOSER DI PETROGANIK PT. PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI Oleh : PRIMA PANGLIPUR J NPM. 0532010014 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian perawatan Jenis-Jenis Perawatan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)...

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian perawatan Jenis-Jenis Perawatan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PENGAKUAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR ISI ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian... 1 1.2

Lebih terperinci

Oleh: Gita Eka Rahmadani

Oleh: Gita Eka Rahmadani ANALISA KEANDALAN PADA DAPUR INDUKSI 10 TON MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT & CRITICALITY ANALYSIS (FMECA) ( STUDI KASUS PT BARATA INDONESIA (PERSERO) Oleh: Gita Eka Rahmadani 6506.040.040 Latar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. teknis yang dikosentrasikan untuk produk atau layanan yang spesifik. Helpdesk

BAB II LANDASAN TEORI. teknis yang dikosentrasikan untuk produk atau layanan yang spesifik. Helpdesk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Helpdesk Menurut Donna Knapp (2004), definisi helpdesk adalah sebuah alat untuk mengatasi persoalan yang didesain dan disesuaikan untuk menyediakan layanan teknis yang dikosentrasikan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERAWATAN DENGAN METODE REABILITY MAINTENANCE(RCM II) PADA MESIN ANDI PTP 3013 DI PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA SKRIPSI

PERENCANAAN PERAWATAN DENGAN METODE REABILITY MAINTENANCE(RCM II) PADA MESIN ANDI PTP 3013 DI PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA SKRIPSI PERENCANAAN PERAWATAN DENGAN METODE REABILITY MAINTENANCE(RCM II) PADA MESIN ANDI PTP 3013 DI PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA SKRIPSI Disusun Oleh : AGUS PRIHANTONO NPM : 0632010188 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dengan baik. Adapun kebutuhan perangkat lunak (software) dan perangkat keras

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dengan baik. Adapun kebutuhan perangkat lunak (software) dan perangkat keras BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sebelum mengimplementasikan dan menjalankan Sistem Informasi Pengendalian Persediaan Barang pada UD. Mekaryo Utomo dibutuhkan perangkat keras dan perangkat

Lebih terperinci

Module 1 : Pengantar sistem Komputer dan Validasi Jaringan

Module 1 : Pengantar sistem Komputer dan Validasi Jaringan Module 1 : Pengantar sistem Komputer dan Validasi Jaringan Apa yang disebut dengan Validasi? Definisi : Prosese dari penentuan apakah sebuah bentuk mendapatkan spesifikasinya-nya. Apa yang dimaksud sebuah

Lebih terperinci

KETERANGAN SELESAI PENELITIAN...

KETERANGAN SELESAI PENELITIAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN... ii LEMBAR KETERANGAN SELESAI PENELITIAN... iii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... iv LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN MOTTO...

Lebih terperinci

BAB IV RANCANGAN TAMPILAN

BAB IV RANCANGAN TAMPILAN BAB IV RANCANGAN TAMPILAN 4.1 Struktur Menu Gambar 4.1 Struktur Menu 4.2 Rancangan Layar 4.2.1 Rancangan Layar Login Gambar 4.2 - Rancangan Layar Login 65 Tabel 4.1 Keterangan Rancangan Layar Login Keterangan

Lebih terperinci

PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) DALAM PERENCANAAN KEGIATAN PADA MESIN BOILER DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI.

PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) DALAM PERENCANAAN KEGIATAN PADA MESIN BOILER DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI. PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) DALAM PERENCANAAN KEGIATAN PADA MESIN BOILER DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI Oleh : NURAHADIN ZAKI ROMADHON NPM. 0632010165 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RISIKO PADA BOILER COAL FIRING SYSTEM FASILITAS PEMBANGKIT PT PJB UNIT PEMBANGKITAN PAITON

IDENTIFIKASI RISIKO PADA BOILER COAL FIRING SYSTEM FASILITAS PEMBANGKIT PT PJB UNIT PEMBANGKITAN PAITON IDENTIFIKASI RISIKO PADA BOILER COAL FIRING SYSTEM FASILITAS PEMBANGKIT PT PJB UNIT PEMBANGKITAN PAITON ITS Surabaya (@rekayasa.co.id) Abstrak PT PJB Unit Pembangkitan Paiton merupakan jenis pembangkit

Lebih terperinci

Desy Ambar Yunanta ( )

Desy Ambar Yunanta ( ) Penilaian Risiko dan Perencanaan Kegiatan Perawatan Induction Furnace dengan Pendekatan RCM II (Reliability Centered Maintenance) Studi Kasus di PT Barata Indonesia (Persero) Gresik Desy Ambar Yunanta

Lebih terperinci

PENENTUAN INTERVAL PERAWATAN PADA UNIT PRODUKSI BUTIRAN DENGAN BASIC RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) DI PT PETROKIMIA KAYAKU GRESIK SKRIPSI

PENENTUAN INTERVAL PERAWATAN PADA UNIT PRODUKSI BUTIRAN DENGAN BASIC RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) DI PT PETROKIMIA KAYAKU GRESIK SKRIPSI PENENTUAN INTERVAL PERAWATAN PADA UNIT PRODUKSI BUTIRAN DENGAN BASIC RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) DI PT PETROKIMIA KAYAKU GRESIK SKRIPSI Oleh : DAMAI BAYU WIRAWAN 0632010023 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan dalam dunia perindustrian semakin ketat. Semua perusahaan bidang apapun berusaha memberikan yang terbaik bagi konsumennya. Banyak faktor yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR METODOLOGI PENELITIAN Dalam proses penyusunan laporan tugas akhir mengenai penerapan sistem Preventive Maintenance di departemen 440/441 men summer shoes pada

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE (RCM) UNTUK GARDU INDUK

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE (RCM) UNTUK GARDU INDUK RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE (RCM) UNTUK GARDU INDUK DOSEN PEMBIMBING Prof. Ir. Abdullah Alkaff M.Sc. P.hD. Nurlita Gamayanti ST., MT. SEMINAR dan SIDANG TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

Rancang Bangun Perangkat Lunak Reliability- Centered Maintenance untuk Gardu Induk

Rancang Bangun Perangkat Lunak Reliability- Centered Maintenance untuk Gardu Induk JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Rancang Bangun Perangkat Lunak Reliability- Centered Maintenance untuk Gardu Induk Farid Rafli Putra, Nurlita Gamayanti, dan Abdullah Alkaff Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENENTUAN INTERVAL PERAWATAN MESIN PERCETAKAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II DI PT. RIYADI WIROTO SANTOSO SURABAYA S K R I P S I

PENENTUAN INTERVAL PERAWATAN MESIN PERCETAKAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II DI PT. RIYADI WIROTO SANTOSO SURABAYA S K R I P S I PENENTUAN INTERVAL PERAWATAN MESIN PERCETAKAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II DI PT. RIYADI WIROTO SANTOSO SURABAYA S K R I P S I oleh : MADE PURI AYUVIANTARI 0732010089 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian Persiapan Penelitian Berikut ini tahapan-tahapan yang dilakukan dalam persiapan penelitian ini: 1. Studi Lapangan.

BAB 3 Metode Penelitian Persiapan Penelitian Berikut ini tahapan-tahapan yang dilakukan dalam persiapan penelitian ini: 1. Studi Lapangan. BAB 3 Metode Penelitian 1. 3.1 Persiapan Penelitian Berikut ini tahapan-tahapan yang dilakukan dalam persiapan penelitian ini: 1. Studi Lapangan. Kegiatan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Mechanical Press Shearing Machine di Perusahaan Manufaktur Industri Otomotif

Analisis Keandalan Mechanical Press Shearing Machine di Perusahaan Manufaktur Industri Otomotif Analisis Keandalan Mechanical Press Shearing Machine di Perusahaan Manufaktur Industri Otomotif Abdurrahman Yusuf 1, Anda Iviana Juniani 2 dan Dhika Aditya P. 3 1,2,3 Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur,

Lebih terperinci

BAB III Penerapan Prosedur Penilaian Keselamatan pada Pesawat WiSE 8

BAB III Penerapan Prosedur Penilaian Keselamatan pada Pesawat WiSE 8 BAB III Penerapan Prosedur Penilaian Keselamatan pada Pesawat WiSE 8 3.1. Pendahuluan Pada tahap pelaksanaan tugas akhir ini, dilakukan penerapan penilaian keselamatan pada suatu proses pengembangan pesawat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian 11 12 Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian (Lanjutan) 3.2 Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEGIATAN PERAWATAN PADA TOWER CRANE MILIK PT. TATAMULIA NUSANTARA INDAH MENGGUNAKAN RCM II (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE)

PERENCANAAN KEGIATAN PERAWATAN PADA TOWER CRANE MILIK PT. TATAMULIA NUSANTARA INDAH MENGGUNAKAN RCM II (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE) PERENCANAAN KEGIATAN PERAWATAN PADA TOWER CRANE MILIK PT. TATAMULIA NUSANTARA INDAH MENGGUNAKAN RCM II (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE) Oleh: Mirza Imesya Nialda 6506.040.004 ABSTRAK Perusahaan ini sering

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peneltian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kondisi pabrik sebenarnya dan melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui permasalahan yang

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP

SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP Yogyakarta 15 September 2012 SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP Eko Nursubiyantoro dan Triwiyanto Program studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal)

Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal) Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal) Anggita Hardiastuty1 *, Galih Anindita 2, Mades D. Khairansyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kemajuan teknologi sangat modern sekarang ini yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kemajuan teknologi sangat modern sekarang ini yang semakin BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan kemajuan teknologi sangat modern sekarang ini yang semakin pesat dan terutama dalam bidang IT. Sebuah SmartPhone sudah tidak lagi sebagai barang mewah seperti

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM 4.1 Spesifikasi Sistem Program aplikasi diberi nama maintenance.exe memiliki ukuran 2060 Kb. Spesifikasi Sistem aplikasi maintenance ini terdiri dari spesifikasi perangkat keras

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan Aplikasi Pengelolaan Data Anak Tuna Grahita yaitu:

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan Aplikasi Pengelolaan Data Anak Tuna Grahita yaitu: 5. BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Yang Digunakan Berikut ini adalah hardware dan software yang dibutuhkan untuk menggunakan Aplikasi Pengelolaan Data Anak Tuna Grahita yaitu: a. Software

Lebih terperinci

INDUSTRIAL DESIGN. Analisa Ergonomis dan Estetika. Desain Packaging. Perhitungan Break Even Point. Mendesain Konsep Produk

INDUSTRIAL DESIGN. Analisa Ergonomis dan Estetika. Desain Packaging. Perhitungan Break Even Point. Mendesain Konsep Produk INDUSTRIAL DESIGN INDUSTRIAL DESIGN Pernyataan Misi Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Menetapkan Spesifikasi & Targetnya Mendesain Konsep Produk Memilih Konsep Produk Menguji Konsep Produk Menetapkan Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan data stagnasi mesin yang dicatat oleh perusahaan. Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan data stagnasi mesin yang dicatat oleh perusahaan. Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian mengenai preventive maintenance mesin pada PTPTN XIII menggunakan data stagnasi mesin yang dicatat oleh perusahaan. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mudah. Oleh karena itu

Lebih terperinci

Penjadwalan Pemeliharaan Mesin Pengelasan Titik Bergerak Menggunakan Metode Realibility Centered Maintenance (RCM)

Penjadwalan Pemeliharaan Mesin Pengelasan Titik Bergerak Menggunakan Metode Realibility Centered Maintenance (RCM) Petunjuk Sitasi: Noor, A. M., Musafak, & Suhartini, N. (2017). Penjadwalan Pemeliharaan Mesin Pengelasan Titik Bergerak Menggunakan Metode Realibility Centered Maintenance (RCM). Prosiding SNTI dan SATELIT

Lebih terperinci

PERTEMUAN #1 PENGANTAR DAN PENGENALAN PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT316 PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN

PERTEMUAN #1 PENGANTAR DAN PENGENALAN PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT316 PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN PENGANTAR DAN PENGENALAN PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN PERTEMUAN #1 TKT316 PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi dalam bidang informasi kini telah menjadi bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi dalam bidang informasi kini telah menjadi bagian dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi dalam bidang informasi kini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Banyak cara di mana informasi sekarang dapat dengan mudah diakses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Informatika - Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2005/2006 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENGHITUNGAN WAKTU PENGGANTIAN DAN PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA DAN RESIKO K3 PERTEMUAN 3 FIERDANIA YUSVITA KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA DAN RESIKO K3 PERTEMUAN 3 FIERDANIA YUSVITA KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA DAN RESIKO K3 PERTEMUAN 3 FIERDANIA YUSVITA KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menguraikan konsep identifikasi potensi bahaya dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi Pemecahan masalah adalah suatu proses berpikir yang mencakup tahapan-tahapan yang dimulai dari menentukan masalah, melakukan pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDALAN MESIN ULTRASONIC OFF LINE PLANT KT 24 PT XYZ TUGAS AKHIR

ANALISIS KEHANDALAN MESIN ULTRASONIC OFF LINE PLANT KT 24 PT XYZ TUGAS AKHIR ANALISIS KEHANDALAN MESIN ULTRASONIC OFF LINE PLANT KT 24 PT XYZ TUGAS AKHIR Muhamad Elon 1128003022 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA 2017 ANALISIS

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN (BREAKDOWN) UNTUK PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA SEMI GANTRY CRANE 32 TON DI PT.

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN (BREAKDOWN) UNTUK PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA SEMI GANTRY CRANE 32 TON DI PT. ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN (BREAKDOWN) UNTUK PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA SEMI GANTRY CRANE 32 TON DI PT. RST TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Leader Konsultan Pelaksana

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Leader Konsultan Pelaksana KATA PENGANTAR Laporan Akhir ini merupakan laporan terakhir dalam kegiatan Studi Standardisasi di Bidang Keselamatan dan Keamanan Penerbangan yang merupakan pemenuhan tugas / kontrak yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA 61 BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut adalah tampilan hasil dan pembahasan dari perancangan sistem informasi akuntansi penjualan es balok pada PT. Cita Sumatera Agung. IV.1.1. Tampilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan

BAB III METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan 17 BAB III METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan Analisis sistem didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berikut ini akan dijelaskan tentang tampilan hasil program dan pembahasan dari Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Penerimaan BLT Menggunakan Metode SAW. Inputannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan di dalam melakukan penelitian yang bertujuan untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam penelitian. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Pendataan Calon Peserta Ujian Nasional 2018 Paket B dan C

DAFTAR ISI. Pendataan Calon Peserta Ujian Nasional 2018 Paket B dan C DAFTAR ISI DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... PENDAHULUAN... SPESIFIKASI... A. Spesifikasi Hardware... B. Spesifikasi Software... 1. Browser Internet... 2. Microsoft Excel... i ii 1 2 2 2 2 3 MEMULAI SISTEM

Lebih terperinci

Studi Implementasi RCM untuk Peningkatan Produktivitas Dok Apung (Studi Kasus: PT.Dok dan Perkapalan Surabaya)

Studi Implementasi RCM untuk Peningkatan Produktivitas Dok Apung (Studi Kasus: PT.Dok dan Perkapalan Surabaya) Studi Implementasi RCM untuk Peningkatan Produktivitas Dok Apung (Studi Kasus: PT.Dok dan Perkapalan Surabaya) G136 Nurlaily Mufarikhah, Triwilaswandio Wuruk Pribadi, dan Soejitno Jurusan Teknik Perkapalan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v INTISARI... vi KATA PENGANTAR... vii UCAPAN TERIMA KASIH... viii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini akan dijelaskan tentang tampilan hasil dari perancangan Penerapan Program Sistem Informasi Penerimaan dan Pengeluaran Kas Dana Bantuan Operasional

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Disain Penelitian Dari sifat masalah penelitian dari uraian latar belakang masalah dapat dikategorikan kedalam penelitian kasus dan penelitian lapangan. Menurut Usman

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. Aplikasi Permohonan Informasi Pendidikan pada Klinik Pendidikan di Dinas

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. Aplikasi Permohonan Informasi Pendidikan pada Klinik Pendidikan di Dinas 45 BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Yang Digunakan Hardware dan software yang dibutuhkan untuk menggunakan program Aplikasi Permohonan Informasi Pendidikan pada Klinik Pendidikan di Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN UNTUK PENGGUNA

BUKU PANDUAN UNTUK PENGGUNA BUKU PANDUAN UNTUK PENGGUNA WEB-BASE SISTEM PELAPORAN ON LINE PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI AREAL KONSESI MITRA Buku Panduan untuk Pengguna - Web-Base Sistem Pelaporan On Line Pengendalian

Lebih terperinci

ANALISIS PEMELIHARAAN KENDARAAN TAKTIS DAN KHUSUS DI SATBRIMOBDA DIY DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM)

ANALISIS PEMELIHARAAN KENDARAAN TAKTIS DAN KHUSUS DI SATBRIMOBDA DIY DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) ANALISIS PEMELIHARAAN KENDARAAN TAKTIS DAN KHUSUS DI SATBRIMOBDA DIY DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Peneltian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kondisi pabrik sebenarnya dan melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi

Lebih terperinci

TIN315 - Pemeliharaan dan Rekayasa Keandalan Materi #1 Genap 2015/2016. TIN315 - Pemeliharaan dan Rekayasa Keandalan

TIN315 - Pemeliharaan dan Rekayasa Keandalan Materi #1 Genap 2015/2016. TIN315 - Pemeliharaan dan Rekayasa Keandalan Materi #1 TIN315 Pemeliharaan dan Rekayasa Keandalan Pokok Bahasan 2 1. Pengenalan Disiplin Ilmu Keandalan dan Aplikasinya 2. Probabilitas 3. Pemodelan Jaringan dan Evaluasi Sistem 4. Pengantar Analisa

Lebih terperinci

ROI ADENAN H / FTI / TI

ROI ADENAN H / FTI / TI PERENCANAAN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) DI P.T VARIA USAHA BETON WARU-SIDOARJO SKRIPSI Oleh: ROI ADENAN H 0632010175 / FTI / TI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS

Lebih terperinci

Memahami Kebutuhan User (Fase Definisi)

Memahami Kebutuhan User (Fase Definisi) Memahami Kebutuhan User (Fase Definisi) 3 Aktivitas dalam Fase Definisi Pertama memahami dengan baik masalah-masalah yang dihadapi oleh user dan apa saja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mudah. Oleh karena itu

Lebih terperinci

I. AKTUARIA (A.1) MANAJEMEN RESIKO DALAM STRATEGI PERAWATAN ASET. Erni D. Sumaryatie Fakultas Sains, Institut Teknologi Telkom Bandung

I. AKTUARIA (A.1) MANAJEMEN RESIKO DALAM STRATEGI PERAWATAN ASET. Erni D. Sumaryatie Fakultas Sains, Institut Teknologi Telkom Bandung I. AKTUARIA (A.1) MANAJEMEN RESIKO DALAM STRATEGI PERAWATAN ASET Erni D. Sumaryatie Fakultas Sains, Institut Teknologi Telkom Bandung ds.erni@rocketmail.com ABSTRAK Biaya perawatan (maintenance cost) aset

Lebih terperinci

Tinjauan RAM BAB III TINJAUAN RAM

Tinjauan RAM BAB III TINJAUAN RAM BAB III TINJAUAN RAM III.1 Tinjauan Umum Reliability, Availability, dan Maintainability (RAM) Reliability, Availability, dan Maintainability (RAM) merupakan tiga karakteristik dalam suatu sistem yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian akan dilakukan dengan langkah-langkah berikut Gambar 3.1: Gambar 3.1 Diagram Alir 11 12 Gambar 3.2 Diagram Alir (Lanjutan) 3.2 Langkah-Langkah Penelitian

Lebih terperinci

Usulan Kebijakan Preventive Maintenance Subsistem Kritis Engine T700 dengan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)

Usulan Kebijakan Preventive Maintenance Subsistem Kritis Engine T700 dengan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) Petunjuk Sitasi: Noviyanti, A. A., Atmaji, F. T., & Juliani, W. (2017). Usulan Kebijakan Preventive Maintenance Subsistem Kritis Engine T700 dengan Metode Reliability-Centered Maintenance (RCM). Prosiding

Lebih terperinci

Penjadwalan Maintenance Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance II (RCM II) pada Mesin Pendingin Sabroe Di PT. SMART Tbk.

Penjadwalan Maintenance Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance II (RCM II) pada Mesin Pendingin Sabroe Di PT. SMART Tbk. Penjadwalan Maintenance Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance II (RCM II) pada Mesin Pendingin Sabroe Di PT. SMART Tbk. Atrisita Diastari 1, Priyo Agus Setiawan 2, Aulia Nadia Rachmat 3 1

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Pada metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk dapat membantu menyelesaikan masalah dengan mudah, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Tampilan hasil merupakan hasil dari perancangan antarmuka program sesuai dengan kebutuhan dari sistem yang dirancang. Sesuai tujuan dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat secara efektif dan efisien, Dalam situasi tersebut, seseorang dituntut mampu

BAB I PENDAHULUAN. tepat secara efektif dan efisien, Dalam situasi tersebut, seseorang dituntut mampu BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi sebagai pengelolaan informasi yang baik akan sangat bermanfaat agar informasi tersebut dapat digunakan pada waktu yang tepat secara efektif

Lebih terperinci

PENILAIAN KESELAMATAN SISTEM HIDROLIK PESAWAT TERBANG H-8. C. Sukoco. B

PENILAIAN KESELAMATAN SISTEM HIDROLIK PESAWAT TERBANG H-8. C. Sukoco. B PENILAIAN KESELAMATAN SISTEM HIDROLIK PESAWAT TERBANG H-8 C. Sukoco. B Program Studi Aeronautika Sekolah Tinggi Teknologi adisutjipto Email: cyrillus skc@yahoo.co.id Abstract A hydraulic system is one

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Setelah analisis pengembangan sistem telah dilakukan, tahap selanjutnya dilakukan proses implementasi sistem. Implementasi diterapkan dengan maksud supaya

Lebih terperinci

OPTIMASI PERAWATAN STONE CRUSHER MENGGUNAKAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM)

OPTIMASI PERAWATAN STONE CRUSHER MENGGUNAKAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) 1 OPTIMASI PERAWATAN STONE CRUSHER MENGGUNAKAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) Ya umar, Totok R. Biyanto Jurusan Teknik Fisika - Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN

RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN M. Rusydi Alwi Dosen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini akan dijelaskan tentang tampilan hasil dari perancangan Penerapan Program Sistem Informasi Akutansi Estimasi Pembiayaan Bahan Baku Pada PT. Nitori

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari Perancangan Sistem Informasi Geografis Letak Lokasi Studio Musik di Kota Medan Secara Online dapat dilihat sebagai

Lebih terperinci

Objek dalam penelitian ini adalah mesin pendukung sistem boiler yang berbahan bakar batu bara di PT Indo Pusaka Berau.

Objek dalam penelitian ini adalah mesin pendukung sistem boiler yang berbahan bakar batu bara di PT Indo Pusaka Berau. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah mesin pendukung sistem boiler yang berbahan bakar batu bara di PT Indo Pusaka Berau. 3.2 Jenis Penelitian Dalam penelitian

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE 1 RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE (RCM) UNTUK MENENTUKAN MAINTENANCE TASK PADA GARDU INDUK MENGGUNAKAN METODE RISK PRIORITY NUMBER (RPN) Deddy Ardiyasa, Nurlita Gamayanti,

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS FACEBOOK SEBAGAI MEDIA CYBER MARKETING (Studi Deskriptif Kualitatif pada Perspektif Pelanggan AfterGlow OnShop) SKRIPSI

EFEKTIFITAS FACEBOOK SEBAGAI MEDIA CYBER MARKETING (Studi Deskriptif Kualitatif pada Perspektif Pelanggan AfterGlow OnShop) SKRIPSI EFEKTIFITAS FACEBOOK SEBAGAI MEDIA CYBER MARKETING (Studi Deskriptif Kualitatif pada Perspektif Pelanggan AfterGlow OnShop) SKRIPSI Oleh : Siti Hanifah NPM. 0742010024 YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Aplikasi dapat diartikan sebagai program komputer yang dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi komputer adalah suatu pekerjaan

Lebih terperinci

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E (Studi Kasus: PT ISM Bogasari Flour Mills Surabaya) Edi Suhandoko, Bobby

Lebih terperinci

Gambar 4.22 Layar Tambah Instruktur Admin

Gambar 4.22 Layar Tambah Instruktur Admin 270 Gambar 4.22 Layar Tambah Instruktur Admin Layar ini merupakan layar Tambah Instruktur untuk admin yang telah melakukan login. Layar ini berisi formulir pengisisan data-data diri instruktur. Tombol

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan selular yang sedang terjadi sekarang ini, alat komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang harus terpenuhi.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Waktu pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus, September dan Oktober 2016 yang bertempat di Pabrik Kelapa Sawit 3.2 Rancangan penelitian Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikan lele pada beberapa tahun ini mengalami peningkatan karena permintaan

BAB I PENDAHULUAN. ikan lele pada beberapa tahun ini mengalami peningkatan karena permintaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ikan lele merupakan ikan air tawar yang teknologi budidayanya relatif mudah dikuasai masyarakat dengan modal usaha yang cukup rendah. Konsumsi ikan lele pada beberapa

Lebih terperinci

PERANCANGAN IMPLEMENTASI RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA PT INDONEPTUNE NET MANUFACTURING

PERANCANGAN IMPLEMENTASI RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA PT INDONEPTUNE NET MANUFACTURING PROCEEDINGS Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice PERANCANGAN IMPLEMENTASI RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA PT INDONEPTUNE NET MANUFACTURING Didit Damur Rochman 1, Cindy

Lebih terperinci

METODOLOGI MANAJEMEN PROYEK

METODOLOGI MANAJEMEN PROYEK Pertemuan ke-3 METODOLOGI MANAJEMEN PROYEK Project Planning (Fase Definisi) Tujuan Fase Definisi Tujuan fase definisi adalah memahami dengan baik masalah-masalah yang dihadapi oleh user dalam memperkirakan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1. Impelentasi Implementasi sistem ini menggambarkan penerapan dan kebutuhan sistem untuk menjalankan program dimana aplikasi ini merupakan aplikasi administrasi gudang.

Lebih terperinci