BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal: peritoneum panggul, ovarium dan saluran cerna. 1 Banyak teori yang menjelaskan patofisiologi dari endometriosis, namun teori Sampson 2 mengenai retrograde menstruasi menjadi deskripsi teori dari endometriosis yang paling banyak dipakai. Prevalensi endometriosis belum diketahui secara pasti. Hal ini disebabkan karena diagnosisnya memerlukan intervensi pembedahan dan bergantung dari tampilan klinis yang sangat bervariasi. 3 Namun prevalensi dari endometriosis pada wanita usia reproduksi diperkirakan sekitar 6%- 10%, dan sekitar 2%-5% pada wanita postmenopause. 4 Walaupun endometriosis tidak dapat disebut sebagai kondisi premalignant, namun secara epidemiologis, histopatologis dan data molekular menunjukkan bahwa endometriosis dapat bertransformasi menjadi proses keganasan dari beberapa subtipe kanker ovarium. 5 Sebenarnya perubahan keganasan dari endometriosis pertama kali telah diperkirakan oleh Sampson pada tahun 1925. Pada penelitian oleh Oral dkk, 6 melakukan penelitian retrospektif terhadap 160 keganasan dan 23 borderline tumor ovarium selama periode 1995-2001, mereka mendapatkan angka insidensi endometriosis pada 1
kanker ovarium berkisar 7,65%. Banyak penelitian lain yang dilakukan untuk menemukan hubungan antara kanker ovarium dengan endometriosis. Berdasarkan data oleh Nishida, dkk 7 melakukan penelitian terhadap 147 kasus kista endometriosis dan menemukan bahwa perubahan keganasan dari endometriosis berkisar 7%. Penelitian kohort retrospektif di Swedia terhadap 20.686 wanita yang dirawat dikarenakan endometriosis, Brinton dkk melakukan follow up selama 11,4 tahun dan menemukan peningkatan resiko untuk kanker ovarium 1,9 (1,3-2,8). 8 Melin dkk kemudian melaporkan bahwa adanya peningkatan resiko relatif terhadap pasien dengan kista ovarium endometriosis namun tidak pada pasien dengan adenomiosis 9. Dan berdasarkan penelitian Deligdisch dkk, 10 ditemukan adanya lesi endometriosis pada 40 kasus dari 76 kasus kanker ovarium tipe 1. Penelitian Bulun, Kitawaki, Wieser dan Arvaniti menunjukkan sifat endometriosis dalam tingkat molekuler bahwa endometrioma cenderung mengalami penurunan aktivitas penghambatan siklus sel, mampu menahan apoptosis, memiliki sifat angiogenik, mampu menginvasi jaringan sekitar. 11,12,13 Sifat dari endometrioma tersebut diatas sesuai dengan ciri-ciri suatu keganasan dikemukakan oleh Hannahan (2000) 14 yang disebut dengan Hallmark of Cancer. Hallmark dari kanker itu sendiri melibatkan enam kemampuan biologis untuk perkembangan dari tumor pada manusia. Hallmark tersebut merupakan prinsip dasar dari perkembangan keganasan. Termasuk sinyal proliferasi yang berkelanjutan, kemampuan menghindari faktor penghambat pertumbuhan, kemampuan untuk melawan proses 2
kematian sel (resistensi terhadap suatu apoptosis), kemampuan untuk bereplikasi tanpa henti, dapat mencetuskan angiogenesis dan kemampuan invasi dan metastasis. Resistensi terhadap suatu apoptosis ditunjukkan dengan adanya overekspresi dari protein anti apoptosis (Bcl-2), ekspresi yang kurang dari protein pro-apoptosis (Bcl-2 assosiated x protein, BAX) dan inaktivasi dari gen p53 (p53 merupakan tumour suppressor gene (TSG) yang merupakan pro apoptosis yang tidak aktif melalui proses mutasi. 15 Jejas endometriotik mempunyai kesamaan di dalam perkembangannya melalui strategi menghindari diri dari apoptosis dengan (1) meningkatnya ekspresi Bcl-2, (2) penurunan BAX. 16 (3) Peningkatan Fas Ligand (FasL) yang terlarut dan Interleukin (IL-8) pada cairan peritoneum yang memicu apoptosis dari limfosit T yang memungkinkan sel endometriotik menghindar dari kematian sel. 15 (4) tidak aktifnya gen p53 akibat mengalami mutasi. 18,19 Sehingga dapat disimpulkan gagalnya suatu apoptosis pada endometriosis dan karsinoma ovarium dipengaruhi oleh 4 hal penting yaitu Bcl-2(antiapoptosis), FasL, p53 (tumour suppresor gene) dan BAX(proapoptosis). Dan dalam banyak penelitian disebutkan bahwa gangguan pada salah satu regulator secara ototomatis mempengaruhi regulator yang lain. Penelitian oleh Meresman dkk, mengamati bahwa pada sel endometrium pada endometriosis memperlihatkan peningkatan ekspresi faktor anti apoptosis dan penurunan ekspresi faktor pro apoptosis. 16 Dari berbagai sifat molekular endometrioma di atas akan diambil satu kriteria yaitu kebal terhadap apoptosis sebagai dasar mencari kesamaan 3
antara endometrioma dengan karsinoma ovarium yang dalam hal ini adalah dengan melakukan evaluasi ekspresi dari pro-apoptosis p53 pada jaringan endometrioma yang dibandingkan dengan kanker ovarium tipe 1. 1.2. Rumusan Masalah Walaupun endometriosis adalah lesi yang jinak, namun secara epidemiologis dan molekular telah menunjukkan bahwa endometriosis dapat menjadi lesi prekusor untuk terjadinya beberapa subtipe dari kanker ovarium. Hal ini disebabkan karena endometriosis memiliki kesamaan karakteristik biomolekular dengan kanker yang salah satunya adalah kemampuannya dalam bertahan terhadap proses apoptosis. Resistensi apoptosis diperlihatkan dengan adanya overekspresi dari Bcl-2 ( antiapoptosis), ekspresi yang rendah dari pro-apoptosis ( Bax ) dan inaktivasi dari p53 (pro-apoptosis). Oleh karena itu dirumuskan masalah apakah terdapat perbedaan ekspresi p53 pada jaringan endometrioma dibandingkan dengan karsinoma ovarium tipe 1? 1.3. Hipotesa Penelitian Hipotesa penelitian ini adalah ada perbedaan ekspresi p53 pada endometrioma dibandingkan dengan karsinoma ovarium tipe 1. 4
1.4. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbedaan ekspresi protein p53 antara endometrioma dan karsinoma ovarium tipe 1. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Teoritis Dapat diketahui bagaimana ekspresi protein P53 pada jaringan endometrioma dengan karsinoma ovarium tipe 1. 1.5.2. Manfaat Aplikatif Mengubah pandangan terhadap endometrioma yang memiliki ciri-ciri keganasan yang sama dengan karsinoma ovarium tipe 1 sehingga memberikan landasan penanganan yang lebih spesifik pada penderita endometriosis. 5