BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang unik dibandingkan dengan propinsi lain di mana pilar-pilar

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

E-Jurnal EP Unud, 5 [2] : ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi. Tinggi rendah angka pembangunan dilihat dari trend

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan tercapai kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. bangsa kita. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2013

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Dalam Membiayai Pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan walaupun masih ada aliran dana dari pusat kepada daerah seperti dalam bentuk

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

1 BAB I PENDAHULUAN. menghadapi krisis global seperti tahun lalu, ketika penerimaan ekspor turun tajam.

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

: PENENTUAN PRIORITAS PEMBANGUNAN MELALUI ANALISIS SEKTOR-SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN GIANYAR. Abstrak

Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM : Abstrak

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

8.1. Keuangan Daerah APBD

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 5 memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai biasanya bersifat kualitatif, bukan laba yang diukur dalam rupiah. Baldric

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. industri yang ramah lingkungan juga sering disebut sebagai industri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut teori Keynesian yang dipelopori oleh Jhon Maynard Keynes

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan usaha yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara Indonesia merupakan negara yang begitu luas, demi mengoptimalkan pembangunan tersebut, terjadi perubahan sistem pemerintahan yang pada mulanya menganut sistem pemerintahan sentralisasi berubah menjadi sistem pemerintahan yang bersifat desentralisasi. Adanya perubahan sistem pemerintahan tersebut menjadi tonggak awal dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah. Otonomi daerah mulai efektif dilaksanakan di Indonesia pada tanggal 1 januari 2001. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengatakan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ini bertujuan untuk menciptakan pembangunan yang merata di setiap daerah Indonesia. Selain itu, hal tersebut dilaksanakan karena dirasa pemerintah daerah lebih mengenal karakteristik dan sumber daya yang ada di daerahnya masing-masing, sehingga pembangunan akan menjadi lebih efektif dan efisien. Konsekuensi dari diterapkannya kebijakan otonomi daerah menyebabkan pemerintah daerah dituntut agar mandiri dalam mengelola daerahnya masingmasing, tidak terkecuali dalam hal keuangan daerah. 1

Untuk mengelola daerahnya, kemampuan keuangan menjadi salah satu indikator penentu bagi keberhasilan suatu daerah dalam melakukan pembangunan. Kemapanan dalam hal keuangan menjadi salah satu unsur penting bagi pemerintah daerah dalam membiayai berbagai pengeluaran pemerintah. Siregar (2001:229) mengemukakan bahwa bagi banyak daerah, pengeluaran untuk pembangunan mulai tahun anggaran 2001 (setelah otonomi daerah) lebih banyak daripada tahun anggaran 2000 (sebelum desentralisasi). Dalam mengatur dan mengurus daerahnya, pemerintah daerah harus mampu meningkatkan kapasitas fiskal daerah dan menutup kesenjangan fiskal demi meningkatkan local discretion dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pengoptimalan pengelolaan penerimaan daerah yang bersumber dari PAD dan dana perimbangan merupakan cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah untuk merealisasikan upaya tersebut. Salah satu aturan dalam implementasi desentralisasi fiskal (implementations ruler) adalah harus memperbesar kewenangan pajak (taxing power) dan peningkatan penerimaan daerah (James dan Alley, 2004:31) PAD merupakan sumber penerimaan daerah yang dapat terus digali dan dikembangkan lagi potensinya. Semakin tinggi penerimaan PAD, diharapkan daerah tersebut semakin mandiri dalam melakukan pembangunan dan mengelola daerahnya. Menurut undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, pasal 6 menyebutkan bahwa sumber-sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan yang sah. 2

Peningkatan sumber penerimaan PAD secara tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Lin dan Liu (2000:1) dalam penelitiannya tentang pertumbuhan ekonomi membuktikan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara desentralisasi fiskal dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, dengan diberikannya wewenang tersebut tentunya mendorong pemerintah daerah agar terus menggali potensi-potensi yang ada di daerahnya. Masing-masing pemerintah daerah mampu meningkatkan penerimaan daerahnya melalui cara-cara yang dianggap dapat diandalkan untuk meningkatkan sumber penerimaan daerah. Begitu pula halnya dengan pemerintah daerah Kabupaten Gianyar. Pemerintah daerah Kabupaten Gianyar mampu memperluas sumber penerimaan daerah dengan cara menggali potensi yang ada di Kabupaten Gianyar baik itu yang berasal dari Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia. Perkembangan PAD Kabupaten Gianyar setiap tahunnya dapat dilihat pada tabel 1.1. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa perkembangan PAD Kabupaten Gianyar tahun anggaran 1994-2013 cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Penurunan pertumbuhan yang paling drastis yaitu terjadi pada tahun 2003 dan 2004. Pertumbuhan PAD tahun 2003 sebesar minus 31,73 persen. Hal ini karena terjadi bom Bali pada tahun 2002 yang menyebabkan penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Gianyar. Penurunan kunjungan wisatawan ini berdampak pada lumpuhnya perekonomian di Kabupaten Gianyar yang memang bertumpu pada sektor pariwisata dan akhirnya berimbas terhadap penerimaan daerah. 3

Tabel 1.1 Jumlah Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gianyar Tahun 1994-2013 (dalam juta rupiah) Tahun PAD Anggaran Persentase Pertumbuhan 1994 4.066,96-1995 7.009,01 72,34 1996 8.850,23 26,27 1997 10.043,99 13,49 1998 20.079,32 99,91 1999 26.337,81 31,17 2000 27.036,15 2,65 2001 50.107,87 85,33 2002 54.386,40 8,53 2003 37.131,72-31,73 2004 48.541,65 30,72 2005 55.006,50 13,31 2006 67.838,56 23,33 2007 75.129,63 10,74 2008 96.992,24 29,10 2009 112.724,49 16,22 2010 153.633,10 36,29 2011 209.598,19 36,42 2012 261.447,99 24,74 2013 319.616,17 22,25 Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Gianyar, 2014 (data di olah) Kabupaten Gianyar menduduki peringkat ketiga dari 9 kabupaten/kota di Provinsi Bali yang memperoleh PAD terbesar. Peringkat pertama diduduki oleh Kabupaten Badung dan disusul oleh Kota Denpasar di urutan kedua. Kabupaten yang memperoleh PAD paling rendah yaitu Kabupaten Bangli. Berikut ditampilkan perbandingan PAD per Kabupaten/Kota di Bali pada tabel 1.2. 4

Tabel 1.2 PAD Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun Anggaran 2013 (dalam juta rupiah) Kabupaten PAD Badung 2.279.113,50 Denpasar 658.974,70 Gianyar 319.616,17 Tabanan 255.418,21 Karangasem 168.652,79 Buleleng 160.292,01 Jembrana 68.485,48 Klungkung 67.401,91 Bangli 55.986,57 Sumber : BPS Provinsi Bali, 2014 Kabupaten Gianyar belum mampu meyaingi PAD kabupaten Badung dan Denpasar, mengingat Kabupaten Badung dan Denpasar yang juga merupakan kabupaten/kota yang unggul dalam sektor pariwisatanya. Banyaknya hotel dan restoran yang dibangun di sana, menyebabkan perolehan pajak hotel dan restoran cukup besar bagi dearah tersebut. PAD semestinya berdampak pada kemampuan pembiayaan pemerintah daerah dalam realisasi program pembangunan (Sukarya, 2012:9), namun pada kenyataannya sangat disayangkan penerimaan PAD Kabupaten Gianyar ini tidak dibarengi dengan peningkatan kemampuan pembiayaan daerahnya. Hal ini dapat ditunjukkan oleh masih rendahnya kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah jika dibandingkan dengan sumber penerimaan lainnya. Tabel 1.3 menunjukkan total penerimaan PAD, total penerimaan daerah, pendapatan lainlainnya dan total belanja daerah Kabupaten Gianyar. 5

Tabel 1.3 Jumlah Total PAD, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain-Lain, Total Penerimaan Daerah dan Total Belanja Daerah (dalam juta rupiah) Tahun PAD Dana Perimbangan Pendapatan lain-lain Total Penerimaan Total Belanja 2006 67.838,56 392.951,64 13.559,51 474. 349.71 398.453,26 2007 75.129,63 414.936,99 59.552,28 549.618,90 537.638,47 2008 96.922,24 467.248,37 87.854,25 652.094,86 629.285,27 2009 112.380,71 543.203,54 103.171,36 758.755,61 713.896,67 2010 153.617,89 503.773,58 102.364,14 759.755,61 736.023,69 2011 209.360,61 560.859,45 62.227,02 832.447,08 856.801,66 2012 261.447,99 604.397,69 23.324,46 889.170,14 982.328,37 2013 319.616,17 765.016,61 65.745,94 1.150.378,72 1.004.761,88 Sumber : BPS Kabupaten Gianyar, 2014 Dari tabel 1.3 dapat diketahui bahwa kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah dan belanja daerah masih rendah jika dibandingkan dengan sumber penerimaan dari dana perimbangan. Pada tahun 2013 PAD Gianyar hanya sekitar 31,8 persen dari biaya pembangunan Kabupaten Gianyar, sedangkan selebihnya bersumber dari dana perimbangan dan pendapatan lain-lain yang diperoleh pemerintah Gianyar. Proporsi dana perimbangan masih cukup besar terhadap total penerimaan daerah yang mengindikasikan bahwa ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat dalam hal keuangan masih cukup tinggi. Dari kenyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Gianyar masih terbilang belum cukup mandiri dalam membiayai pembangunan daerahnya sendiri. Maka dari itu, pemerintah daerah Kabupaten Gianyar harus terus menggali lagi potensi yang ada di Kabupaten Gianyar agar nantinya dapat meningkatkan jumlah 6

penerimaan PAD, sehingga mampu memperbesar peranannya dalam pembiayaan pembangunan daerah. Tabel 1.4 Kontribusi PAD terhadap Total Belanja Kabupaten Gianyar. Tahun Total PAD Total Belanja Kontribusi PAD (persen) 2006 67.838,56 398.453,26 17,0 2007 75.129,63 537.638,47 13,97 2008 96.922,24 629.285,27 15,4 2009 112.380,71 713.896,67 15,7 2010 153.617,89 736.023,69 20,9 2011 209.360,61 856.801,66 24,4 2012 261.447,99 982.328,37 26,6 2013 319.616,17 1.004.761,88 31,8 Sumber: BPS Kabupaten Gianyar, 2014 (data diolah) Kabupaten Gianyar dikenal sebagai daerah seni dan budaya. Tradisi dan budaya yang sudah tertanam dalam keseharian dan pola aktifitas masyarakatnya menjadi ciri khas Kabupaten Gianyar. Keunikan tradisi dan budaya tersebutlah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Tradisi yang sudah melekat pada kepribadian masyarakat Gianyar pada mulanya hanya sebatas bertujuan untuk kegiatan upacara agama dan itikad ngayah, namun seiring berjalannya waktu, tradisi dan budaya tersebut mulai menjadi ladang bisnis bagi masyarakat maupun daerahnya. Tidak hanya menawarkan pesona alam dan keunikan budayanya, Gianyar juga mengunggulkan sektor kerajinan tangan yang sangat kreatif. Banyak kerajinan tangan dari kayu di Gianyar yang diekspor ke luar negeri. Oleh sebab itulah Kabupaten Gianyar menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Bali. Hal tersebut memberi keuntungan tersendiri bagi daerah Gianyar karena dapat menjadikan sektor 7

pariwisata sebagai sumber penerimaan yang potensial. Menurut pandangan Odhiambo (2012:87) pengembangan pariwisata adalah mesin penting bagi pertumbuhan ekonomi di Zambia. Sektor pariwisata bisa dikatakan merupakan sektor yang paling maju dan berkembang dibanding sektor-sektor lainnya di Kabupaten Gianyar, namun masih memiliki peluang untuk terus dikembangkan lagi karena mengingat sektor pariwisata ini berkontribusi positif terhadap perekenomian masyarakat. Kontribusi positif sektor pariwisata selain fungsinya sebagai penghasil devisa, antara lain juga sebagai wadah dalam penyediaan lapangan pekerjaan dan penyerapan tenaga kerja, bahkan sektor pariwisata dapat menciptakan multiplier effect terhadap sektor-sektor lainnya di Kabupaten Gianyar. Melihat prospek kedepan yang sangat menjanjikan, maka para investor berbondong-bondong menanam investasi di daerah Kabupaten Gianyar. Berkembangnya investasi tentunya akan merangsang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gianyar. Penerimaan daerah dari sektor pariwisata merupakan penerimaan daerah yang potensial. Oleh sebab itu, pemerintah daerah Kabupaten Gianyar harus terus menggali lagi sumber penerimaan daerah dari sektor pariwisata. Berkembangnya industri pariwisata di Kabupaten Gianyar berpengaruh pada kegiatan ekonomi di daerah tersebut. Meningkatnya kegiatan ekonomi secara otomatis berdampak pada kenaikan PDRB kabupaten Gianyar. Tabel 1.5 menunjukkan perkembangan PDRB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha. 8

Tabel 1.5 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gianyar Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2013 (dalam juta rupiah) No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 587.236,23 594.425,64 611.199,50 2 Pertambangan dan 14.832,16 16.262,70 16.909,35 Penggalian 3 Industri Pengolahan 670.250,35 719.793,16 774.118,23 4 Listrik, Gas, dan Air 33.537,48 36.930,33 40.107,84 Bersih 5 Bangunan 162.849,32 187.047,29 197.031,21 6 Perdagangan, Hotel 1.089.624,19 1.151.860,86 1.218.425,74 dan Restoran 7 Pengangkutan dan 167.839,04 177.965,03 185.231,28 Komunikasi 8 Keuangan, Persewaan, 190.441,79 207.521,69 218.169,92 dan Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa 692.445,19 762.204,04 840.614,20 Total Produk Domestik Regional Bruto 3.609.055,93 3.854.010,73 4.101.807,31 Sumber :BPS Kabupaten Gianyar, 2014 Dari tabel 1.5 dapat diketahui bahwa 3 tahun belakangan tingkat PDRB Kabupaten Gianyar terus mengalami kenaikan. Sektor yang paling besar peranannya dalam memberi kontribusi terhadap PDRB ialah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Ini membuktikan bahwa eksistensi sektor pariwisata di Kabupaten Gianyar tidak perlu diragukan lagi. PDRB menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat, dengan membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk maka akan diperoleh angka pendapatan perkapita riil. Secara otomatis apabila terjadi kenaikan pada nilai PDRB menandakan terjadinya pula peningkatan 9

pendapatan masyarakat. Hal ini akan berdampak positif terhadap pendapatan asli daerah, karena dengan meningkatnya pendapatan masyarakat otomatis akan meningkatan kemampuan masyarakat untuk membayar segala pungutan yang dilakukan oleh pemerintah (Lia, 2013:719). Pada umumnya tujuan wisatawan berkunjung ke Gianyar adalah untuk mempelajari seni, budaya dan adat-istiadat di Gianyar (Dinas Pariwisata Gianyar, 2014:39). Salah satu desa di Kabupaten Gianyar yang ramai dikunjungi oleh wisatawan ialah Desa Ubud. Desa Ubud merupakan salah satu desa yang paling populer dan menjadi tujuan favorit di Kabupaten Gianyar serta memilik segudang budaya dan tradisi selain kekayaan alam yang dimilikinya. Bahkan desa Ubud dijuluki sebagai salah satu desa terindah di dunia dan mampu menyaingi keberadaan daerah Kuta yang selama ini menjadi tujuan utama wisatawan yang berlibur ke Bali. Jumlah wisatawan yang mengunjungi suatu daerah tujuan wisata akan mempengaruhi pengeluaran wisatawan di daerah tujuan tersebut (Wijaya dan Mustika, 2014:127). Ana (2014:115) dalam penelitiannya yang membahas mengenai pengaruh sektor pariwisata terhadap PAD Gianyar, memperoleh hasil dimana jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Gianyar tahun 1993-2012. Tabel 1.6 menunjukkan persentase perkembangan kunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik ke Kabupaten Gianyar yang cenderung berfluktuasi. Kunjungan wisatawan yang datang ke Gianyar di dominasi oleh wisatawan mancanegara, namun sejak tahun 2008 perkembangan kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Gianyar perlahan mengalami penurunan hingga tahun 2012. 10

Tabel 1.6 Perkembangan Proporsi Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Domestik ke Obyek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Gianyar Tahun 2007-2013 (dalam satuan persen) Tahun Kunjungan Wisatawan Wisman Wisdom 2007 74,2 25,8 2008 79,5 20,5 2009 76,6 23,4 2010 69,0 31,0 2011 67,4 32,6 2012 64,5 35,5 2013 64,7 35,3 Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, 2014 Penurunan jumlah kunjungan wisatawan tersebut dikarenakan pada tahun 2008 terjadi krisis global yang berimbas pada tahun-tahun selanjutnya. Selain itu, menurut artikel yang diterbitkan oleh viva news pada tahun 2009, saat itu juga sedang beredar isu penyebaran virus H1N1 yang menimbulkan kekhawatiran wisatawan untuk berpergian ke pulau dewata. Kedatangan wisatawan mendorong investasi di daerah Gianyar, seperti mulai dibangunnya akomodasi (villa, homestay, hotel) demi menunjang pelayanan dan memberi kenyamanan fasilitas menginap bagi para wisatawan. Banyaknya kamar yang tersedia pada hotel, akan menambah peluang wisatawan yang menginap di hotel tersebut semakin banyak. Semakin banyak kamar hotel yang dihuni maka pendapatan hotel tersebut akan semakin meningkat sehingga mampu memperbesar penerimaan daerah melalui penerimaan pajak hotel. Windriyaningrum (2013:76) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan sektor pariwisata menyatakan bahwa tingkat hunian hotel berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan sektor pariwisata di 11

Kabupaten Kudus sehingga selanjutnya akan berkontribusi pada PAD Kabupaten Kudus. Di Kabupaten Gianyar sendiri, jumlah hotel sudah terbilang cukup memadai sebagai pelengkap fasilitas untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang ingin menginap, namun yang menjadi permasalahan disini yaitu masih banyaknya villa bodong di Gianyar yang belum terdaftar sehingga hal tersebut menyebabkan kebocoran pendapatan pariwisata yang pada akhirnya akan berdampak buruk terhadap penerimaan daerah Kabupaten Gianyar. Ketua Ubud Hotel Association (UHA) mengatakan bahwa pihaknya belum dapat mengukur jumlah dan kapasitas villa liar di Gianyar pada umumnya dan Ubud pada khususnya, karena hal tersebut merupakan wewenang dari pemerintah daerah. Selanjutnya, ia mengakui bahwa hingga akhir tahun 2012 terjadi penurunan tingkat okupansi sebesar 20 persen. Tabel 1.7 Perkembangan Tingkat Hunian Kamar Hotel di Kabupaten Gianyar Tahun 2006-2013 (dalam satuan persen) Tahun Tingkat Hunian Kamar Hotel 2006 28,44 2007 29,22 2008 28,44 2009 40,90 2010 49,83 2011 39,50 2012 39,44 2013 39,44 Sumber : BPS Kabupaten Gianyar, 2014 Dari tabel 1.7 dapat kita ketahui bahwa perkembangan tingkat hunian hotel di Gianyar masih jauh dari harapan. Terjadi perkembangan yang berfluktuasi setiap tahunnya, bahkan dari tahun 2010 sampai tahun selanjutnya 12

persentase tingkat hunian kamar hotel di Kabupaten Gianyar terus mengalami penurunan. Mengingat PAD merupakan indikator yang penting dalam APBD, maka pemerintah Gianyar terus menggali serta mengelola potensi-potensi yang ada di Kabupaten Gianyar melalui terobosan-terobosan baru khususnya pada indikator kepariwisataan, agar nantinya dapat dijadikan sebagai sumber penerimaan yang potensial dan mampu meningkatkan kontribusinya dalam membiayai berbagai program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, sehingga pemerintah daerah dapat meminimalkan ketergantungannya terhadap pemerintah pusat dan Kabupaten Gianyar dapat dikatakan sebagai daerah yang mandiri dalam era otonomi daerah. Jumlah kunjungan wisatawan dan tingkat hunian kamar hotel merupakan indikator pariwisata yang berpotensi dalam meningkatkan PDRB serta PAD kabupaten Gianyar. Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti apakah jumlah kunjungan wisatawan, tingkat hunian hotel dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD Kabupaten Gianyar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka dapat ditarik rumusan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh langsung jumlah kunjungan wisatawan dan tingkat hunian hotel terhadap PDRB Kabupaten Gianyar? 2. Bagaimana pengaruh langsung jumlah kunjungan wisatawan, tingkat hunian hotel dan PDRB terhadap PAD Kabupaten Gianyar? 13

3. Bagaimana pengaruh jumlah kunjungan wisatawan dan tingkat hunian hotel terhadap PAD melalui PDRB Kabupaten Gianyar? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis pengaruh langsung jumlah kunjungan wisatawan dan tingkat hunian hotel terhadap PDRB di Kabupaten Gianyar. 2. Untuk menganalisis pengaruh langsung jumlah kunjungan wisatawan, tingkat hunian hotel dan PDRB terhadap PAD Kabupaten Gianyar. 3. Untuk menganalisis pengaruh jumlah kunjungan wisatawan dan tingkat hunian hotel terhadap PAD melalui PDRB Kabupaten Gianyar. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang diperoleh dari penelitian di bagi menjadi dua bagian, yaitu : 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini merupakan wadah bagi penulis untuk meningkatkan pemahaman dan mampu mengaplikasikan teori-teori ekonomi pembangunan yang telah dipelajari selama masa perkuliahan seperti teori Keynesian mengenai pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengembangkan teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi PAD 14

dan nantinya diharapkan dapat menambah refrensi di lingkungan akademis sehingga dapat memberi manfaat bagi pihak yang memerlukan. 2) Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumber informasi bagi pemerintah Kabupaten Gianyar dalam upaya pengembangan potensi yang ada di daerah Gianyar guna meningkatkan penerimaan PAD Kabupaten Gianyar. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi 5 bab, yaitu sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Bab ini menjelaskan teori yang mendukung pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu mengenai berbagai konsep yang meliputi tentang PAD, pariwisata, PDRB, jumlah kunjungan wisatawan dan tingkat hunian hotel serta pembahasan penelitianpenelitian sebelumya yang digunakan sebagai acuan dalam merumuskan hipotesis atau dugaan sementara. 15

BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, dan metode pengumpulan data serta teknik analisis yanag digunakan dalam penelitan ini. BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang gambaran umum daerah penelitian, deskripsi data hasil penelitian dan pembahasan mengenai permasalahan yang ada dalam penelitian ini. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan mengenai simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian dan saran yang dapat diberikan sehubungan dengan simpulan yang diperoleh agar nantinya dapat berguna dan bermanfaat bagi pemerintah maupun penelitian selanjutnya. 16