Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2010, hlm ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDIES ON THE USE OF WOOD ON FRAME IN TANJUNG BAKAU S VILLAGE RANGSANG S SUB-DISTRICT REGENCY OF KEPULAUAN MERANTI PROVINCE OF RIAU

Lampiran 1 Posisi beberapa bagian konstruksi kapal

Diterima: 7 Januari 2009; Disetujui: 20 November 2009

STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI)

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) GT

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA

HUBUNGAN FREKUENSI KEBERANGKATAN KAPAL 3 GT DENGAN JUMLAH LOGISTIK MELAUTNYA DI PPI DUMAI PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR ABSTRAK

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

BAB V SHELL EXPANSION

MOHAMMAD IMRON C INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS PERI KANAN. Oleh : KARVA IlMIAH

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

Identification of Fishing Vessels Used Kurau Fishermen in the District Bantan Bengkalis, Riau. Abstact By Syaifuddin, Jonny Zain, Polaris

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 3 Edisi Desember 2011 Hal

ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT

ANALYSIS CONSTRUCTION LONG LINER 5 GT IN COUNTRYSIDE BAY OF PAMBANG SUB-PROVINCE OF BEGKALIS PROVINSI RIAU

KAJIAN DIMENSI DAN MODEL SAMBUNGAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU PRODUKSI GALANGAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA

PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK KONSTRUKSI KAPAL PERIKANAN BERDASAR PERATURAN KLASIFIKASI DAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI 1996

DESAIN DAN STUDI KONSTRUKSI KAPAL PURSE SEINE BERMATERIAL KAYU DIPELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) LAMPULO

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian.

PERHITUNGAN BUKAAN KULIT SHELL EXPANTION

ANALISA UKURAN KONSTRUKSI KAPAL DI GALANGAN KAPAL KOTA BAGANSIAPI-API MENGGUNAKAN PERATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA KAPAL KAYU 1996

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

5. KAJIAN DAN PEMBAHASAN

Dl DAERAH KABUPATEN CIREBON

KAPAL GILL NET Dl IWDRAMAYU

SEKAT KEDAP AIR HALUAN MIRING KAPAL PENUMPANG : 5 % L M KAPAL BARANG : b = Jarak terkecil dari. ketentuan. b = 5 % L atau.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

: Perikanan Tangkap Udang Nomor Sampel Kabupaten / Kota : Kecamatan : Kelurahan / Desa Tanggal Wawancara : Nama Enumerator :..

BAB V RENCANA BUKAAN KULIT (SHEEL EXPANSION) Beban sisi geladak dihitung menurut rumus BKI 2006 Vol II Sect.

BAB I PENDAHULUAN. PENDAHULUAN MT SAFINA SYUMADHANI Tanker 3600 BRT I - 1 PROGRAM STUDI D III TEKNIK PERKAPALAN PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK

Rancang Bangun Kapal Gill Net Monofilament di Nagari Katiagan Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN KEJAWANAN CIREBON JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ANTON

BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM )

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

BAB V MIDSHIP AND SHELL EXPANSION

Analisis Konstruksi Kapal Nelayan Tradisional di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

Karakteristik Desain Kapal Perikanan Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat, Bangka Belitung

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement)

Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi

KONSTRUKSI KAPAL GILLNET (KM. KARUNIA NUSANTARA) DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN PIDIE ACEH DAVID DAMAYANA

TENTANG PELAPUKAN KAPAL KAYU ABSTRACT. Keywords: Age, sea worm, processing, maintenance, marine organism,

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA)

Time Efficiency Of Fish Landing Toward Mooring Time Sondong Fishing Boats In Pangkalan Pendaratan Ikan Dumai City Riau Province ABSTRACT

Bab XII. Spesifikasi Teknis dan Gambar

Studi Modernisasi Industri Kapal Rakyat di Jawa Timur

THE EFFICIENCY OF SUPPLIES CHARGING TIME GILL NET AT FISHING PORT DUMAI CITY RIAU PROVINCE ABSTRACT.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN:

TONDA FISHING BOAT REPAIR IN SHIPYARD PASIA TIKU DISTRICT TANJUNG MUTIARA PORT AGAM REGENCY WEST SUMATERA PROVINCE

Z = 10 (T Z) + Po C F (1 + )

ANALISA PENGGUNAAN RUANGAN KAPAL PENANGKAP IKAN TUNA DI PANTAI SADENG GUNUNG KIDUL. Salim Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) ABSTRAK

BAB V BUKAAN KULIT (SHELL EXPANSION)

KERAGAAN KONSTRUKSI KM PSP 01 DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT VIONA MAULIDIA

3 KAJIAN DESAIN KAPAL

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA

Analisis Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Bambu Ori Dengan Variasi Umur Untuk Pembuatan Kapal Kayu

3 METODOLOGI PENELITIAN

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap dimensi utamanya, kapal rawai ini memiliki niiai resistensi yang cukup besar, kecepatan yang dihasilkan oleh

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

BIDANG STUDI INDUSTRI PERKAPALAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama

HALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS

Analisis Kekuatan Kapal Bambu Laminasi dan Pengaruhnya Terhadap Ukuran Konstruksi dan Biaya Produksi

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT

Analisis Teknis dan Ekonomis Pembangunan Kapal Ikan Menggunakan Laminasi Hybrid Antara Bambu Ori dengan Kayu Sonokembang dengan Variasi Arah Serat

4 Penyetelan gading {gading utuh). KESIMPULAJi

MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR DAN BAGIAN-BAGIAN KAPAL. NPL - Prod/K.01. Kompetensi : Bangunan dan Stabilitas Kapal

ESTIMASI KAPASITAS DAN TITIK BERAT PADA PEMBUATAN KAPAL JARING TRADISIONAL DI GALANGAN KAPAL BAGAN SIAPIAPI KABUPATEN ROKAN HILIR MENGGUNAKAN SOFTWARE

DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL BOUKE AMI (KM VARIA KARUNIA) DI GALANGAN KAPAL PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA DIDI JANUARDY

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal

TEKNOLOGI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU TRADISIONAL DI TANAHBERU KABUPATEN BULUKUMBA

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN LAMINASI BAMBU ORI DENGAN VARIASI UMUR UNTUK PEMBUATAN KAPAL KAYU Oleh : NUR FATKHUR ROHMAN

BAB III BAHAN DAN METODE

STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR

PERENCANAAN KAPAL IKAN UNTUK NELAYAN DAERAH TEGAL

BAB I PENDAHULUAN A. Umum A.1. Jenis Kapal A.2. Kecepatan Kapal A.3. Masalah Lain

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

KAJIAN PENGGUNAAN PROGRAM APLIKASI DESAIN KAPAL TRADISIONAL PADA GALANGAN KAPAL KAYU DI KABUPATEN BATANG

THE CONDITION OF MAIN FACILITY IN THE VILLAGE OF FISH MARKETING PAKNINGASAL BUKITBATU DISTRICT OF BENGKALIS REGENCY IN RIAU PROVINCE

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya. Hal-hal dasar yang. harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka belitung

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka Belitung

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

II. TINJAUAN PUSTAKA Kapal Perikanan. Kapaf ikan adalah salah satu jenis dari kapal, dengan demikian sifat dan

Transkripsi:

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2010, hlm 82-94 ISSN 0126-6265 Vol 38 No.1 82

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2010, hlm 82-94 ISSN 0126-6265 Vol 38 No.1 STUDI BAHAN DAN KONSTRUKSI KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI KOTA DUMAI, PROPINSI RIAU By Jonny Zain 1) Diterima: 2 November 2009 / Disetujui: 23 Desember 2009 ABSTRACT This research was carried out on May to August 2005 in Dumai city, which was conducted by the survey method. The research purposes are to appraising construction, type and criteria of gill-netter construction materials. The appraisal was conducted with compare the research result on construction guidance of Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Based on the research s result were showing the generally objects of the research unsuitable with standard construction of wooden ship by BKI. Those are attributable the principle dimensions of the ships are not sufficient. Meanwhile, the wood types of gill-netter s construction were used is suitable with the guidance of BKI. Keywords : gill-netter, ships, construction materials, wood types PENDAHULUAN 1 Kota Dumai memiliki masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan sebanyak 1815 jiwa dan mengoperasikan 462 unit alat tangkap yang terdiri dari jaring insang (gillnet), jaring lapis (trammelnet), gombang, pengerih, sondong, rawai, belat dan kelong (Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Dumai, 2004a). Dalam pengoperasian alat tangkapnya, nelayan Kota Dumai didukung oleh 439 unit armada yang 62,4%-nya (274 unit) adalah kapal motor (Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Dumai, 2004b). Salah satu alat tangkap yang menggunakan kapal motor sebagai sarana pendukungnya adalah jaring insang. 1) Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas riau Pekanbaru Dimana armada yang digunakan umumnya dibuat di galangan Kota Dumai dengan sumber bahan baku berasal dari hutan di sekitar Kota Dumai. Fishing ground jaring nelayan Kota Dumai adalah perairan Selat Malaka yang pada Bulan Desember hingga Pebruari mengalami musim utara dimana angin berhembus dengan kencang dan disertai hujan sehingga mengakibatkan timbulnya gelombang yang besar. Pada musim ini nelayan jaring insang juga mengoperasikan alat tangkapnya. Agar kondisi cuaca tidak terlalu membahayakan bagi keselamatan nelayan, maka kapal perikanan yang digunakan harus mempunyai konstruksi yang dan dibuat dari bahan yang berkualitas pula. Beberapa tahun terahir usaha eksploitasi hutan meningkat 82

secara besar-besaran dan menyebabkan hutan semakin menurun secara kualitas dan kuantitas. Kondisi ini mengakibatkan jumlah dan jenis serta ukuran kayu yang adapun semakin menurun sehingga bahan baku pembuatan kapal juga semakin terbatas. Keterbatasan bahan baku ini sangat memungkinkan untuk terjadinya pelanggaran oleh industri galangan kapal terhadap ketentuan Biro Klasifikasi Indonesia tetang persyaratan konstruksi dan bahan pembuat lambung kapal kayu. METODE PENELITIAN Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan pada Bulan Mei hingga Agustus 2005 di Kota Dumai. Objek dan Metode Metode yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan teknik pengamatan dan pengukuran langsung ke objek penelitian serta melakukan wawancara kepada pengelola galangan kapal, tukang pembuat kapal dan pemilik kapal. Objek yang digunakan adalah kapal Ramlah Jaya milik pak Kayang yang dibuat pada tahun 1989 di Dumai. Kapal tersebut mengoperasikan jaring tenggiri yang terbuat dari bahan benang dengan mesh size 3,5 inci. Jumlah jaring yang digunakan adalah 34 keping dimana panjang 1 keping 50 depa. Alat tangkap ini dioperasikan diperairan sekitar Pulau Rupat yang berjarak 2 jam perjalanan laut dari Dumai. Fishing trip kapal adalah 1 hari (one day trip) dengan jumlah anak buah kapal 2 orang. Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah meteran gulung, jangka sisir, busur derajat, bandul, benang, jangka, kapur tulis, kuisioner dan alat tulis serta kamera. Data yang dikumpulkan antara lain data jenis bahan dan konstruksi serta ukuran lambung kapal seperti panjang (Loa, Ldl, Lbp, Lwl), lebar (B, Bdl) dan dalam (D) serta draft (d). Konstruksi yang dimaksudkan adalah pengukuran bagian serta jenis sambungan antar bagian pada lambung kapal. Bagian yang diamati antara lain Lunas, Linggi, Gading-gading, Wrang, Galar, Balok geladak, Papan lambung, Geladak, pagar, Sekatsekat, Pondasi mesin. Analisis Data Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dengan jalan membandingkannya dengan ketentuan BKI (1989) tentang konstruksi kapal kayu. Bila hasil perbandingan tersebut menunjukan perbedaan atau penyimpangan maka dicari penyebab dan solusi alternatif untuk pemecahannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran Utama dan Bentuk Bangunan Kapal Kapal diteliti mempunyai tonase 3 GT dengan panjang Loa 12,35 m; Ldl 11,15 m; Lwl 10,60 m dan Lpp 10,50 m. Lebar Bmax 2,24 m; Bdl 2,10 m sedangkan tinggi H 0,7 m dan T 0,5 m. Sumber tenaga penggerak kapal adalah mesin Yanmar F9 dengan tenaga 16 HP. Hasil penelitian konstruksi kapal perikanan yang dapat dibandingkan dengan standar BKI adalah 71 kriteria. Dari 71 kriteria 83

tersebut menunjukkan 49,3% (35 kriteria) berada di bawah standar, 19,7% (14 kriteria) sesuai standar dan 31% (22 kriteria) diatas standar BKI. Dari 71 kriteria di atas 26 kriteria dalam bentuk ukuran konstruksi. Dari 26 ukuran konstruksi tersebut terdapat 65,4% (17 ukuran) yang lebih kecil dari seharusnya, 3,8 % (1 ukuran) yang sesuai dan 30,8% (8 ukuran) yang lebih dari standar BKI. Di samping 26 kriteria dalam bentuk ukuran juga terdapat 45 kriteria dalam bentuk, posisi dan jenis konstruksi. Diantara 45 kriteria tersebut 44,4% (20 kriteria) berada di bawah standar, 28,9% (13 kriteria) sesuai standar dan 26,7% (12 kriteria) di atas standar BKI. Data selengkapnya tertera pada tabel 1. Dengan kondisi tersebut maka kapal yang diteliti secara umum tidak sesuai dengan standar konstruksi kapal kayu menurut BKI. Kondisi tersebut sebahagian besar disebabkan oleh perbandingan ukuran utamanya. Dimana nilai-nilai perbandingan ukuran utama sangat menentukan ukuran konstruksi pada kapal. Ukuran utama kapal yang diteliti antara lain panjang dek (Ldl) = 11,15 m, panjang garis air (Lwl)= 10,60 m, lebar maksimum (Bmax) = 2,24 m, tinggi (H) = 0,7 m dan draf (T) = 0,5 m. Dengan ukuran tersebut maka nilai L/H adalah 15,54 dan L adalah 10,88 m. Menurut standar BKI nilai L/H sebesar 15,54 maka penambahan luas penampang lunas, galar balok, tutup sisi geladak dan tebal papan kulit luar harus ditambah sebesar 127,21% dari hasil yang diperoleh pada tabel standar BKI. Demikian pula nilai L(B/3+H) pada kapal sebesar 15,54 jauh di bawah nilai L(B/3+H) tabel standar BKI yang sebesar 20, sehingga semua perhitunganperhitungan untuk mendapatkan nilai-nilai konstruksi yang sesuai standar BKI umumnya di bawah standar yang ada. Namun demikian bila nilai-nilai standar BKI diterapkan untuk kapal gillnet yang diteliti maka pemakaian bahan akan sangat tidak ekonomis. Hal ini bisa dilihat pada pemakaian lunas dan tebal papan kulit luar (lambung) kapal, dimana untuk ukuran kapal yang diteliti menurut standar BKI harus mempunyai penampang lunas sebesar 620 cm 2 atau kurang lebih 30 cm x 21 cm dan tebal papan kulit sebesar 6,5 cm. Sedangkan kapal yang diteliti memiliki penampang lunas hanya sebesar 176 cm 2 dengan tebal papan kulit sebesar 2,5 cm. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa ukuran utama kapal gillnet yang diteliti merupakan kunci atau akar dari penyebab penyimpangan ukuran konstruksi sehingga akan lebih merubah nilai-nilai perbandingan ukuran utama pada kapal tersebut. Dengan perubahan nilai-nilai ukuran utama tersebut diharapkan akan relatif lebih mudah untuk menghasilkan kapal perikanan yang sesuai standar BKI. Perbandingan ukuran utama disamping mempengaruhi terhadap ukuran-ukuran konstruksi kapal. Juga berpengaruh terhadap bentuk lambung sehingga akan mempunyai pengaruh terhadap kemampuan atau kesanggupan kapal. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarno (1990) yang menyatakan bahwa bentuk badan kapal yang dikehendaki agar dapat membelah air dengan adalah sedikit lebih stream line. Dalam arti kata berbetuk V pada bagian haluan, mengarah ke bulat 84

atau berbentuk U (round bottom) dibagian tengah dan cenderung ke bentuk rata (flat bottom) dibagian buritan. Menurut Santoso dan Sudjono (1983) nilai-nilai perbandingan ukuran utama pada kapal ikan umunya adalah sebagai berikut: L/B 5 6; d/b 0,45 0,48; B/D 1,6 1,8 ; d/d 0,74 0,84; L/D 8,5 10. Sedangkan kapal yang diteliti jika dihitung dengan cara yang sama mempunyai nilai-nilai tersebut secara berturut-turut adalah 5,87; 0,27; 3,2; 0,86 dan 16,86. Dari hasil perbandingan nilai yang diperoleh dengan nilai menurut Santoso dan Sudjono (1983) maka diketahui bahwa nilai L/B kapal yang diteliti sesuai sedangkan nilai d/b lebih kecil dan nilai B/D, d/d serta L/D lebih besar. Dengan demikian maka kapal yang diteliti bentuknya lebih tipis dari pada kapal ikan menurut Santoso dan Sudjono (1983). Dengan kondisi ini maka kapal yang diteliti mempunyai stabilitas yang namun kekuatan memanjang kapal menjadi kecil. Sedangkan menurut Brown (1957) kekuatan kapal kayu sebagian tergantung kepada casco, tetapi tidak ada suatu bagianpun yang lebih penting sekali guna tercapainya kekuatan bangunan yang tersebar. Menurut Wahyono (1987) syarat-syarat yang perlu dilakukan pada penangkapan ikan adalah :1) Kapal harus stabil, artinya tidak banyak olengan saat operasi; 2) Ruangan kerja atau dek harus luas untuk keluasan kerja; dan 3) Olah gerak kapal harus lincah dan mudah melakukan manouver dengan cepat, disamping itu dapat menempuh daerah penangkapan yang jauh. Pada kapal yang diteliti, persyaratan satu dan dua diatas dapat dipenuhi karena lebar kapal yang lebih besar dibanding tinggi namun persyaratan ke tiga tidak terpenuhi karena kapal yang diteliti mempunyai panjang yang relatif besar sehingga olah geraknya relatif kurang.. 85

Tabel 1. Perbandingan nilai-nilai konstruksi kapal penelitian dan standar BKI No Bagian Konstruksi 1 LUNAS 2 LINGGI Jenis data HASIL PENELITIAN STANDAR BKI Pengar uh nya Ukura Keterangan Ukuran Keterangan thd n kapal Luas penampang 176 620 cm 2 Kurang cm 2 Jenis lunas Tunggal Tunggal Sesuai Jumlah sambungan Tidak ada Tidak ada Sesuai Lebar sponeng 2,5 cm 6,5 cm Kurang Luas penampang 168 475 cm 2 Kurang cm 2 Lebar sponeng 2,5 cm 9,8 cm Kurang Tebal papan kulit 2,5 cm 6,5 cm Kurang Jumlah sambungan Tidak ada Boleh ada Lebih Lebar linggi baling 2 15 cm 26,3 cm Kurang 86

3 GADING- GADING 4 WRANG Ikatan linggi baling 2 dan balok geladak Ada Ada Sesuai Sisi depan linggi haluan Ditajamkan Boleh ditajamkan Lebih Sisi belakang linggi baling-baling Tidak ditajamkan Boleh ditajamkan Sesuai Lutut linggi haluan Tidak ada Harus ada Kurang Lutut linggi baling-baling dengan lunas Tidak ada Harus ada Kurang Penahan air pada sambungan linggi dan lunas Tidak ada Harus ada Kurang Jenis gading-gading Tunggal Boleh tunggal Sesuai Jarak antar gading-gading 56 cm 27,5 cm Kurang Ukuran penampang gading-gading 60 cm 2 53 cm 2 Lebih Jenis sambungan gading dan wrang Sambungan berhimpit Sambungan berhimpit Panjang bagian berhimpit pada sambungan 25 cm 18 cm Lebih Sesuai Tinggi wrang di atas lunas 10 cm 12,25 Kurang 87

5 GALAR KIM 6 GALAR BALOK 7 BALOK Tebal wrang di atas lunas 6 cm 6 cm Sesuai Panjang wrang ditengah kapal 106 cm cm 89,6 cm Kurang Lubang air pada wrang Ada Ada Sesuai Jumlah balok dalam satu sisi galar 1 buah > 1 Sesuai Sambungan pada galar Tidak ada Boleh ada Lebih Luas penampang galar 40 cm 2 81,9 cm 2 Kurang Bentuk galar Sama besar Boleh mengecil diujung Lebih Posisi galar Gading 6 s/d 16 Dari haluan ke buritan Kurang Ukuran penampang galar balok 60 cm 2 32,9 cm 2 Lebih Bentuk balok dari tengah ke ujung Sama besar Boleh mengecil Lebih Jumlah sambungan pada galar Tidak ada Boleh ada Lebih 88

GELADAK 8 PAPAN LAMBUNG Jarak antar balok 56 cm 43,3 cm Kurang Ukuran penampang balok depan 60 cm 2 17,9 cm 2 Lebih Ukuran penampang balok tengah 72 cm 2 45,7 cm 2 Lebih Tinggi balok bagian sisi terhadap tengah geladak Takik pada palok geladak pada pertemuan dengan galar balok Jarak balok geladak dengan jarak gadinggading 86% 80% Kurang Ada ada Sesuai Sama besar Boleh sama besar Lebih Tebal papan lambung 2,5 cm 6,5 cm Kurang Jumlah sambungan Tidak ada Bolah ada Lebih Jumlah mata kayu pada papan lambung Tidak ada Boleh ada hadap ke dalam Lebih Proses pelengkungan gunakan klem bertahap Uap panas Kurang Lebar papan lambung 20 cm 21, 6 cm Kurang 89

9 GELADAK 10 PAGAR Tebal papan geladak 2 cm 3,3 cm Kurang Lebar papan geladak 20 cm 7,5 cm Lebih Jumlah sambungan Tidak ada Boleh ada Lebih Lebar tutup sisi geladak 20 cm 18 cm Lebih Jumlah sambungan tutup sisi geladak Tidak ada Boleh ada Lebih Tebal papan geladak penggal 2 cm 3,3 cm Kurang Tutup sisi geladak dan galar di bawah geladak penggal Tinggi pagar 27,5 cm Tidak diteruskan Diteruskan Kurang 40 cm Kurang Tebal papan pagar 3 cm 4,6 cm Kurang Penyokong pagar ada Harus ada Sesuai Jarak antar penyokong pagar < jarak gading 2 Sama dengan jarak gading 2 Kurang Luas penampang penyokong pagar 43,7 53 cm Kurang 90

11 SEKAT- SEKAT 12 PONDASI MESIN Posisi sekat berada antara ruangan-ruangan R.mesin & r. jaring cm R.mesin, r.akomodasi, r.muatan Kurang Sifat sekat-sekat ter hadap air Tidak kedap air Kedap air Kurang Tebal papan sekat 4 cm 3,4 cm Lebih Jarak penegar sekat 120 cm 45 cm Kurang Luas penampang penegar sekat 40 cm 2 0,02 cm 2 Lebih Posisi pondasi mesin Sepanjang r. mesin Plat baja sebagai alas kedudukan mesin pada pondasi mesin Baut penghubung mesin, pondasi mesin dan wrang Luas penampang pemikul bujur 315 215,9 cm 2 cm 2 Sepanjang mesin, roda gigi dan bantalan dorong Lebih ada ada Sesuai ada Harus ada Sesuai Lebih Pemikul lintang dan lutut baja pada pondasi Tidak ada Harus ada Kurang 91

13 LAPISAN RUANG MESIN 14 ISOLASI PIPA GAS BUANG 15 VENTILASI mesin Lapisan pelindung ruang mesin Tidak ada Harus ada Kurang Lantai ruang mesin Kayu dilapisi karpet Dari baja atau aluminium Kurang Isolasi pipa gas buang Tidak ada Harus ada Kurang Kemungkinan pipa terkena bocoran minyak ada Harus tidak ada Kurang Ventilasi ruang mesin ada Harus ada Sesuai Ruang mesin, tangki minyak cadangan, tangki air tawar Menyatu Harus terpisah Kurang 92

Bahan Bangunan Kapal. Kayu sebagai bahan pembuat kapal yang diteliti terdiri dari kayu meranti (Shorea sp), leban (Vitex sp) dan Malas (Parastenon sp) serta kempas (Kompassia malacensis). Kayu tersebut didatangkan dari Bagansiapiapi, Tanahputih, atau di sekitar Kota Dumai. Kayu tersebut dibeli dalam bentuk kayu bulat yang masih panjang untuk lunas ataupun yang telah dipotong-potong menjadi pendek untuk gading-gading dan bahagian lainnya. Sedangkan untuk papan kulit atau papan lambung didatangkan dalam bentuk lembaran papan. Pemakaian masing-masing jenis kayu tersebut pada kapal tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis kayu dan pemakaiannya menurut hasil penelitian dan BKI (1989) Jenis kayu Kelas Pemakaian Awe t Malas (Parastenon sp) II - III Kuat Hasil Penelitian Standar BKI I Lunas dan balok mesin Leban (Vitex sp) I I - II Linggi, gadinggading dan tiang pagar Meranti batu (Shorea platiclados) Meranti merah (Shorea acuminata) Meranti putih (Shorea lanellata) Kempas malacensis) (Kompassia II - IV III - IV III - IV III - IV II - IV II - IV II - IV galar, balok geladak, geladak, sekat, papan lambung (kulit luar), dan rumah kapal Semua kapal bagian Kulit, papan geladak, konstruksi di atas garis air Lunas, linggi, kulit, geladak, gading, galar, balok geladak s d a Papan geladak dan konstruksi di atas air s d a Papan geladak, dan konstruksi di atas air I - II Balok mesin Lunas, linggi, gading-gading dan pondasi mesin Pemakaian jenis kayu untuk bagian-bagian konstruksi kapal perikanan gillnet tersebut secara umum sesuai dengan ketentuan BKI (1989). Namun demikian dari hasil penelitian tidak diketahui secara detail jenis species kayu meranti yang digunakan karena kayu tersebut menurut standar BKI (1989) dibedakan atas tiga species, masing masing meranti batu (Shorea platiclados), meranti putih (Shorea lanellata) dan meranti merah (Shorea 93

accuminata). Ketiga jenis kayu meranti tersebut mempunyai kelas kuat yang sama yakni kelas II-IV namun meranti batu mempunyai kelas awet II-IV sedangkan meranti merah dan meranti putih III-IV. Karena perbedaan kelas awet tersebut maka meranti batu dapat digunakan pada bagian di bawah garis air seperti lunas dan papan lambung sedangkan kayu meranti merah dan meranti putih hanya dapat digunakan pada bagian yang berada di atas garis air. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukan bahwa konstruksi kapal perikanan gillnet yang diteliti secara umum tidak sesuai dengan standar konstruksi kapal kayu menurut BKI. Sedangkan pemakaian jenis kayu untuk bagianbagian konstruksi kapal sudah sesuai dengan standar BKI (1989). DAFTAR PUSTAKA Biro Klasifikasi Indonesia. 1989. Peraturan Konstruksi Kapal Kayu. Jakarta. 107 halaman. Brown. K. 1957. Kapal-Kapal Kayu Untuk Perikanan Laut. Jurnal Perikanan Laut Jakarta. 38 Hal. Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Dumai. 2004a. Laporan Tahunan Tahun 2003. Dinas Perikanan dan Kelautan. Dumai. 80 halaman. Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Dumai. 2004b. Statistik Perikanan Kota Dumai Tahun 2003. Dinas Perikanan dan Kelautan. Dumai. 26 halaman. Santoso, I.G.M. dan Y.Y. Sudjono, 1983. Teori Bangunan Kapal. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta. 155 Hal. Soemarno, 1990. Studi Tentang Desain Kapal Ikan Di Perairan Pantai Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Perikanan Institute Pertanian Bogor. Bogor. 109 Hal (Tidak Diterbitkan) Wahyono, U. 1987. Petunjuk Tekhnik Penangkapan. Dirjen Perikanan. Jakarta. 18 Hal. 94