Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan EFIKASI PESTISIDA ANJURAN TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI HAMA WERENG BATANG COKLAT DI KABUPATEN KUDUS Hairil Anwar dan S. Jauhari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Alamat: Bukit Tegalepek, Sidomulyo, Kotak Pos 101, Ungaran Telp. (024) 6924965-6924967, Fax. (024) 6924966 ABSTRAK Kehilangan hasil akibat serangan hama wereng batang coklat (WBC) pada tanaman padi relatif tinggi bisa mencapai lebih dari 20 % bahkan bisa puso. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan insektisida yang efektif menekan serangan serangga hama WBC. Penelitian dilakukan pada lahan milik petani di Undaan Lor, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, menggunakan rancangan acak kelompok dengan empat ulangan dan empat perlakuan insektisida yaitu fipronil, BPMC, karbosulfan, dan buprofezin. Benih padi varietas unggul baru (VUB) yang ditanam pada petak berukuran 5m x 8m adalah Mekongga, dengan jarak tanam 20 x 20 cm x 40 cm (legowo 2:1). Intensitas serangan hama WBC diamati pada saat tanaman berumur 15 hari setelah tanam (hst) hingga seminggu menjelang panen dengan interval seminggu sekali. Untuk mengetahui keragaan komponen hasil dilakukan penghitungan dan penimbangan hasil panen berupa panjang malai, jumlah malai/rumpun, jumlah gabah isi dan hampa, persentase gabah isi, kadar air, dan berat 1000 butir, dan pruduksi (t/ha). Hasil penelitian menujukkan bahwa insektisida buprofezin merupakan insektisida yang efektif terhadap serangan hama wereng batang coklat karena dapat menekan intensitas serangan sampai 12 %, Penyemprotan insektisida dilakukan pada saat perkembangan populasi lebih dari 15 ekor/rumpun. Kata Kunci: Padi VUB, serangga hama WBC, insektisida PENDAHULUAN Dalam mempertahankan stabilitas dan ketahanan pangan, padi berperan penting sebagai bahan makanan pokok hampir seluruh masyarakat Indonesia. Padi telah menyumbangkan lebih dari 55 persen terhadap konsumsi energi dan protein. Ketersediaan beras yang cukup bagi kebutuhan konsumsi masyarakat sangat berpengaruh terhadap tingkat asupan gizi masyarakat dan merupakan hak azasi manusia yang paling mendasar untuk memperolehnya secara cukup dan berkesimanbungan. Disisi lain, mandat sektor pertanian sebagai penyedia pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung perkembangan sektor-sektor lainnya menghadapi tantangan yang semakin kompleks, diantaranya adalah dampak fenomena iklim, semakin berkurangnya ketersediaan lahan produksi untuk tanaman pangan akibat alih fungsi lahan, berkurangnya ketersediaan air irigasi karena sumber-sumber air yang semakin berkurang serta laju pertumbuhan penduduk Keadaan tersebut akan lebih 538
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 diperburuk lagi dengan adanya penduduk miskin atau kantong kemiskinan di suatu wilayah (Suryana, 2003). Namun demikian, pemerintah bertekad untuk mewujudkan swasembada beras berkelanjutan. Menurut Harahap, dkk., 1992. bahwa di Indonesia serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat menimbulkan kerusakan dari ringan sampai puso, mulai dari stadia bibit di persemaian sampai menjelang panen. Sehingga akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar baik berupa kehilangan hasil, penurunan mutu, terganggunya kontinuitas produksi, serta penurunan pendapatan petani bila tidak dilakukan tindakan pengendalian. Kepadatan populasi serangga sebagian besar dipengaruhi secara mudah oleh faktor lingkungan/habitat, selain faktor-faktor simpang lainnya (Sunjaya, 1970, dan Hairil, dkk 2011). Salah satu upaya antisipasi pengendalian perkembangan populasi wereng batang coklat (WBC) adalah dengan penerapan pengelolaan hama tanaman secara tepadu. Dalam implemintasinya lebih memprioritaskan pemecahan masalah setempat (petani dan lahan), optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal, pemanfaatan sinergisme dan efek berantai dari komponen produksi, efisiesi penggunaan input, pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah, serta partisipasi petani dan kerjasama antar institusi/ kelembagaan. Pengelolaan tanaman untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik dan hasil yang tinggi (Kartaatmadja dan Fagi, 2000), sehingga diperlukan teknologi yang sesuai dan aplicable. Hal tersebut menurut Marheni( 2004) bahwa upaya pengendalian wereng batang coklat telah banyak dilakukan seperti penggunaan varietas tahan, pemakaian insektisida anjuran dan pengaturan cara bercocok tanam. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan pada lahan petani kooperator di desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, pada musim kemarau 2009. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan empat ulangan,. Perlakuan terdiri dari beberapa jenis insektisida yang dianjurkan, (Ditlintan, 1997 dan Anonim, 1988) adalah sebagai berikut: (1) fipronil, (2). BPMC, (3). karbosulfan, dan (4). buprofezin. Varietas padi VUB yang digunakan untuk menguji insektisida tersebut adalah varietas Mekongga dengan kelas benih foundation seed (FS), ditanam pada plot atau petakan yang berukuran 5 m x 8 m, dengan jarak tanam 20 x 20 cm x 40 cm (legowo 2:1). Perlakuan insektisida cair dapat dilihat pada Tabel 1. Insektisida diaplikasikan dengan larutan sebanyak 500 liter/ha. Awal aplikasi dilakukan setelah ditemukan adanya populasi hama WBC pada pertanaman padi, apabila populasinya cukup rendah (di bawah ambang kendali), maka aplikasi awal dilakukan saat umur tanaman dua minggu setelah tanam (MST). Interval aplikasinya dua minggu sekali sampai dengan 3 minggu sebelum panen (MSP). 539
Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Tabel 1. Perlakuan Insektisida terhadap wereng batang coklat di Desa Undaan Lor, No. Insektisida Dosis Bahan aktif Keterangan 1. Regent 50 SC 1,0 liter/ha Fipronil Banyaknya larutan per 2. Mipcin 50 WP 1,0 liter/ha BPMC plot 0,5 liter 3. Marshal 200 SC 1,0 liter/ha Karbosulfan 4. Aplaud 10 WP 1,0 liter/ha buprofezin Pengamatan gejala serangan untuk menentukan aplikasi pertama dilakukan sejak satu minggu setelah tanam. Pengamatan dilakukan pada contoh 10 tanaman yang diambil secara acak. Pengamatan gejala serangan dilakukan dua minggu setelah setiap aplikasi insektisida. Untuk menilai efektifitas beberapa jenis insektisida yang diuji, maka dilakukan pengamatan intensitas serangan hama WBC pada saat tanaman berumur 15 hst hingga seminggu menjelang panen, dengan interval seminggu sekali menggunakan rumus sebagai berikut: P = x 100 % Dimana : P : Tingkat serangan dan atau tanaman (%) a : jumlah daun atau tanaman yang terserang N : jumlah daun atau tanaman total yang diamati Untuk keragaan komponen produksi dilakukan penghitungan dan penimbangan hasil panen berupa panjang malai, jumlah malai/rumpun, jumlah gabah isi dan hampa, persentase gabah isi, kadar air, dan berat 1000 butir, dan pruduksi (t/ha). HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum aplikasi perkembangan populasi WBC di bawah ambang kendali (ratarata 1 ekor per rumpun) yang terjadi pada dua minggu setelah tanam. Selanjutnya tingkat serangan pada semua perlakuan menurun dan baru meningkat lagi pada tiga minggu setelah aplikasi (MSA) ke 3 (Tabel 2). Semua perlakuan insektisida dapat mengurangi populasi WBC baik pada saat tingkat serangan rendah maupun pada saat serangan ringan (3 MSA3) dan sebelum panen. Aplikasi insektisida cair menyebabkan hasil panen lebih banyak anatara 18 sampai 30 % dibandingkan tanpa pengendalian (Tabel 3). Tabel 2. Pengeruh insektisida terhadap wereng batang coklat di Desa Undaan Lor, Serangan hama WBC (%) Bahan aktif SA 2 MSA1 2 MSA2 2 MSA3 SBP Fipronil 5,98 b 0,99 a 0,17 b 1,76 a 1,72 b BPMC 5,94 b 1,21 a 1,31 a 1,86 a 1,93 a Karbosulfan 4,73 b 0,45 a 0,01 b 0,57 a 0,81 b Buprofezin 5,18 b 0,75 a 0,05 b 1,25 a 1,18 b 540
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 Keterangan : SA = Sebelum aplikasi; MSA = Minggu setelah aplikasi; SBP = Sebelum panen Angka yang diikuti hruf sama pada satu kolom menunjukkan perbedaan tidak Nyata dengan LSD 5% Tabel 3. Pengaruh Insektisida terhadap hasil panen padi, di Desa Undaan Lor, Bahan aktif Hasil Panen Ubinan (t/ha) Ratio : petani Fipronil 8,14 a 122 : 100 BPMC 8,39 a 130 : 100 Karbosulfan 8,01 a 119 : 100 Buprofezin 8,31 a 127 : 100 Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama pada satu kolom menunjukkan perbedaan tidak nyata dengan LSD 5% Insektisida bahan aktif fipronil dan buprofezin pada dosis anjuran cukup efektif didalam menekan laju serangan hama WBC. Bahan aktif fipronil dan buprofezin merupakan insektisida cair dan tepung yang terdaftar untuk mengendalikan hama WBC pada tanaman padi. Semua perlakuan insektisida tidak dapat menekan laju perkembangan musuh alami Paederus sp. Bahan aktif BPMC dan karbosulfan dapat menekan laju perkembangan polulasi WBC, namun agak mengurangi populasi predator Opionea sp. Predator tersebut diatas merupakan prodator yang tidak spesifik dan efektif dalam menekan populasi semua hama tanaman secara alami, oleh karena itu insektisida yang akan dipakai untuk mengendalikan semua jenis hama tanaman padi harus aman atau tidak ada efek negatif terhadap predator tersebut. Predator Opionea sp sebelum aplikasi pola sebaran populasinya termasuk rendah dan terus meningkat pada 2 minggu setelah aplikasi kedua. Pada dua minggu setelah aplikasi kesatu, aplikasi insektisida menekan populasi predator Opionea sp dan yang paling nyata tekanannya dari aplikasi insektisida berbahan aktif BPMC dosis 1 liter/ha (Tabel 4). Tabel 4. Pengeruh insektisida terhadap predator Laba-laba, di Desa Undaan Lor Serangan WBC pada tanaman padi (%) Bahan aktif SA 2 MSA1 2 MSA2 2 MSA3 Fipronil 18,25a 33,00 b 81,75ab 67,75 a BPMC 19,25a 45,20a 82,25 b 70,00 a Karbosulfan 16,75a 36,50ab 72,00 a 66,00 a Buprofezin 17,00a 38,75ab 73,10 a 72,00 a Keterangan : SA = Sebelum aplikasi; MSA = Minggu setelah aplikasi Angka yang diikuti hruf sama pada satu kolom menunjukkan perbedaan tidak Nyata dengan LSD 5% Pada 2 minggu setelah aplikasi kedua, bahan aktif fipronil dan BPMC dapat mengurangi populasi laba-laba, sedangkan pada dua minggu aplikasi ketiga populasinya turun dan tidak bebeda nyata antar perlakuan. 541
Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Untuk populasi predator Paederus sp sangat rendah sampai dua minggu setelah aplikasi kesatu dan meningkat pada dua minggu setelah aplikasi kedua da aplikasi ketiga. Dari semua pengamatan pengaruh aplikasi insektisida terhadap predator Paederus sp tidak nyata seperti pada tabel 5. Tabel 5. Pengaruh insektisida terhadap predator Paederus sp, di Desa Undaan Lor, Serangan WBC pada tanaman padi (%) Bahan aktif SA 2 MSA1 2 MSA2 2 MSA3 Fipronil 0,00a 1,25a 15,50a 18,75b BPMC 0,25a 3,50a 16,75a 21,00b Karbosulfan 0,25a 4,00a 15,35a 14,25a Buprofezin 0,25a 4,00a 15,75a 15,00a Keterangan: SA = Sebelum aplikasi; MSA = Minggu setelah aplikasi Angka yang diikuti hruf sama pada satu kolom menunjukkan perbedaan tidak Nyata dengan LSD 5% KESIMPULAN DAN SARAN 1. Insektisida berbahan aktif fipronil, BPMC, karbosulfan, dan buprofezin dengan dosis 1,0 liter per hektar cukup efektif menekan tingkat serangan hama wereng batang coklat (WBC). 2. Insektisida berbahan fipronil, BPMC, karbosulfan, dan buprofezin dengan dosis 1,0 liter per hektar tidak berpengaruh buruk terhadap predator Paederus sp, tetapi insektisida berbahan aktif karbosulfan dapat menekan populasi predator laba-laba. 3. Penggunaan insektisida berbahan aktif fipronil, BPMC, karbosulfan, dan buprofezin tergolong lebih efektif menekan populasi WBC, juga dapat menyebabkan hasil panen yang lebih banyak dibanding jenis lainnya sekitar 30%. 4. Aplikasi insektisida hendaknya lebih baik dipadukan dengan pemberian zat perekat, agar daya kerjanya (mode action) lebih efisien. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1988. Pestisida untuk Pertanian dan kehutanan. Komisi pestisida. Departemen Pertanian. Jakarta Direktorat Perlindungan Tanaman. 1997. Pertisida Untuk Pertanian dan Kehutanan. Komisi Pestisida, Depatemen Pertanian. Marheni. 2004. Kemampuan beberapa prodator pada pengendalian wereng batang coklat (Nilaparvata lugens Stal.) Jurnal Natur Indonesia 6 (2). Hairil Anwar, A.Rifai, dan S. Basuki, 2011. Dinamika Populasi Wereng batang coklat pada beberapa varietas unggul baru padi selama MK 2009 di Kabupaten Kudus. Hasil Pengkajian (Prosiding), BPTP Jawa Tengah 542
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 Harahap, I.Sahi., dan Suwartini Harnoto. 1992. Perbaikan varietas padi tahan wereng coklat. Dalam Penelitian Padi. Puslitbangtan Bogor. Suryana, 2003. Kapita selekta evolusi pemikiran kebijakan ketahanan pangan. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta Sunjaya, 1970. Ekologi Serangga di Indonesia. Penerbit Fakultas Pertanian, Universitas Gajah Mada. Jogyakarta Kartaatmadja dan Fagi, 2000. Pengelolaan tanaman terpadu: Konsep dan penerapan., Badan Litbang Pertanian., Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor 543