BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan. Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah

@UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 M.M. Srisetyati Haryadi, PengantarAgronomi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, p

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus.

Bab I Pendahuluan UKDW

UKDW BAB I. PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI. sekelompok individu (Eisenberg, 1989). Hudaniah, 2006), menekankan bahwa perilaku prososial mencakup tindakantindakan

1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

Oleh Pdt. Daniel Ronda. Latar Belakang Pergumulan Pendidik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

III. METODE PENELITIAN. diterapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB III METODE PENELITIAN

@UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu di dalamnya tentu memiliki

METODE PENELITIAN. Menurut Creswell (1989), dalam bukunya Juliansyah Noor bahwa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN UKDW

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab I.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada umumnya memiliki keberagamaan, dan hal tersebut berupa

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Prinsip dasar bahwa untuk beriman kita membutuhkan semacam jemaat dalam bentuk atau wujud manapun juga. Kenyataan dasar dari ilmu-ilmu sosial ialah bahwa suatu ide atau gagasan hanya dapat berlangsung jikalau ada struktur sosial yang mendasarinya. Dari segi teologis perlu juga partisipasi jemaat. Dalam tradisi Kristiani, beriman berarti berpartisipasi pada perjanjian yang diadakan Allah dalam Kristus dengan manusia. Dengan manusia sebagai individu, namun sebagai individu yang berelasi dengan orang lain. 1 Sebagai individu yang berelasi dengan orang lain dapat dilihat dalam kehidupan gereja karena salah satu aktivitas umat Kristen adalah kehidupan bergerejanya, yaitu dalam mengikuti kebaktian minggu di gereja. Selain itu juga ada kegiatan lainnya yang dilakukan dalam kelompok-kelompok yaitu sarasehan (bagi jemaat dewasa) dan persekutuan (bagi jemaat pemuda dan remaja). Kegiatan sarasehan maupun persekutuan di kalangan umat Kristen dilaksanakan dengan bentuk yang hampir sama dengan sarasehan yang lainnya yaitu dilaksanakan setiap satu minggu sekali. Demikian juga halnya di dukuh Krajan desa Jomboran Kecamatan Klaten Tengah Kabupaten Klaten, yang dilaksanakan setiap hari Kamis, sedangkan pelaksanaan persekutuan setiap hari Sabtu. Krajan Jomboran merupakan wilayah (Blok) III dari Gereja Kristen Jawa Gumulan. Wilayah ini terdiri dari 3 kelompok kecil yaitu Krajan Barat, Krajan Timur dan Kalikuning. Yang menarik dari Desa Krajan ini adalah terdapatnya satu kampung yang sebagian besar adalah Umat Kristen, yaitu di Krajan Barat. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di atas, kehadiran dan keterlibatan umat sangat penting. Seringkali umat hanya hadir dalam kegiatan-kegiatan gereja tanpa terlibat apa-apa. Tanpa terlibat apa-apa dimaksudkan umat hanya menjadi umat yang pasif dalam setiap kegiatan. Keterlibatan tidak diharuskan menjadi pengurus dalam kehidupan gereja, melainkan dimulai dari keterlibatan-keterlibatan hal kecil yaitu dengan mengajak umat yang lainnya hadir dalam kegiatan, ikut serta berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan gerejawi. 1 Jan Hendriks, dan F. Heselaars Hartono S.J. (ed.), Jemaat Vital & Menarik, Yogyakarta: Kanisius, 2002, hal 20.

Dalam kegiatan gereja, keterlibatan umat sangat diperlukan untuk mendukung pembangunan jemaat dalam kehidupan gereja. Keterlibatan ini dapat kita lihat dalam penelitian agama kategori ketiga yaitu tentang keagamaan (religiositas), menurut Glock dan Stark (sebagaimana dikutip oleh Djamaludin Ancok) yaitu ada lima keterlibatan: 1. Keterlibatan ritual (Ritual involvement) Yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban ritual di dalam agama mereka. Contoh: apakah mereka pergi ke gereja secara teratur setiap minggu. 2. Keterlibatan ideologis (Ideological involvement) yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatik di dalam agama mereka masing-masing. 3. Keterlibatan intelektual (Intelectual involvement) Yaitu keterlibatan yang menggambarkan seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya. Seberapa jauh aktifitasnya di dalam menambah pengetahuan agama. Misalnya, apakah dia menghadiri sekolah minggu, membaca Kitab Suci, membaca buku-buku agama. 4. Keterlibatan pengalaman (Experiential involvement) Yaitu keterlibatan yang menunjukkan apakah seseorang pernah mengalami pengalaman spektakular yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan. Misalnya, apakah seseorang pernah merasakan bahwa doanya dikabulkan Tuhan; apakah dia pernah merasa jiwanya selamat dari bahaya karena pertolongan Tuhan. 5. Keterlibatan secara konsekuen (Consequential involvement) Yaitu tingkatan sejauh mana perilaku seseorang konsekuen dengan ajaran agamanya. Misalnya bermain judi, berzinah adalah perbuatan yang dilarang agama. Apakah dia setuju atau tidak dengan perbuatan begitu, dan apakah dia mengerjakan atau tidak pekerjaan tersebut. contoh lainnya, apakah dia menyumbangkan sebagian hartanya untuk kegiatan agama. 2 Persoalan dalam konsep keterlibatan ini tampak di gereja. Keterlibatan umat dalam bergereja sering dilihat sebagai keikutsertaan jemaat dalam kegiatan-kegiatan gerejawi. Pemahaman bahwa dengan keterlibatan umat akan kegiatan gereja seperti jabatan gerejawi, kepanitiaan dalam kegiatan-kegiatan atau keikutsertaan umat dalam acara-acara gerejawi merupakan bentuk keterlibatan umat. Hal ini berarti keterlibatan dipersempit hanya dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan gereja. Kenyataan seperti ini menempatkan anggota jemaat sebagai subyek 2 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed), Metodologi Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, 1995, hlm.126-127.

dari kegiatan-kegiatan gereja bukan sebagai subyek yang ikut membantu merumuskan kebijakan gereja untuk pembangunan jemaat. Dalam kehidupan gereja dan dalam Teologi Praktis, istilah pembangunan Jemaat merupakan pengertian yang isinya padat. Isi itu berasal dari harapan-harapan jemaat. Umat Kristen dewasa ini ditantang serta diancam oleh proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat, seperti modernisasi dan sekularisasi. Umat Kristen ditantang untuk berpartisipasi kreatif dalam perkembangan zaman, tetapi umat merasakan pula efek-efek negatifnya. Pembangunan jemaat menawarkan bermacam-macam usaha yang diharapkan dapat menangani proses tersebut dengan tepat. Pembangunan jemaat ingin menyediakan program yang menginspirasikan harapan. Tujuan sentral yang digambarkan dalam penjelasan tentang pembangunan Jemaat disebut vitalisasi karena fokus dari itu terdapat pada kehidupan: kehidupan yang baru, pemancaran terang yang baru, dan daya tarik yang baru. Pembangunan jemaat mau ikut membangun gereja di mana orang dengan semangat baru mau berdiam dan bekerja. 3 Suatu hal yang menarik bagi penyusun akan perkampungan Kristen di Krajan Jomboran Klaten Tengah adalah keutuhannya sebagai masyarakat Kristen dengan aktivitas dalam kehidupan gerejanya. Sehingga menarik untuk diketahui keterlibatannya dalam kehidupan gereja dalam konsep pembangunan jemaat dan bagaimana religiositas umat Kristen di Krajan Jomboran Klaten Tengah? 2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat di rumuskan sebuah pertanyaan yang akan menjadi fokus pembahasan dalam penyusunan skripsi ini yaitu Bagaimana religiositas umat Kristen yang dinampakkan dalam kehidupan berjemaat dalam konteks dukuh Krajan desa Jomboran kecamatan Klaten Tengah? 3. BATASAN MASALAH Penyusun menyadari bahwa permasalahan religiositas begitu luas, oleh karenanya penyusun akan membatasi permasalahan dengan penekanan pada keterlibatan umat Kristen dalam kehidupan bergerejanya dengan mengambil subyek adalah umat Kristen di desa Krajan Jomboran, Klaten Tengah. Penyusun dalam hal ini melihat persoalan religiositas dan 3 Rob van Kessel, dan Ferd. Heselaars Hartono S.J. (ed.), 6 Tempayan Air Pokok-pokok Pembangunan Jemaat, Yogyakarta: Kanisius, 1997, hal 1.

hubungannya dengan pola pembangunan jemaat. Melalui batasan permasalahan ini maka skripsi ini diberi judul: RELIGIOSITAS UMAT KRISTEN (DI KRAJAN JOMBORAN KLATEN TENGAH) 4. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Melihat realitas saat ini, ternyata sangat penting peranan religiositas terhadap keberadaan gereja. Umat Kristen merupakan potensi yang sangat besar terhadap keberlangsungan gereja. Jika umat Kristen hanya menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab gereja terhadap rohaniwan maka gereja tidak akan dapat berfungsi sebagai alat untuk menghadirkan kerajaan Allah di dunia ini. Kenyataan empiris di Krajan Jomboran memperlihatkan adanya keterlibatanketerlibatan umat Kristen dalam mengambil bagian kecil dalam pelaksanaan kegiatan gereja di wilayah pelayanan di Krajan Jomboran Klaten Tengah. Dalam mendorong keterlibatan umat Kristen maka perlu ada usaha perubahan dari situasi awal yang kurang diinginkan menuju situasi akhir yang dikehendaki, melalui serangkaian tindakan atau intervensi secara sistematis dan terarah pada tujuan (perubahan). Rangkaian tindakan ini disebut sebagai proses pembangunan jemaat. Dengan demikian pembangunan jemaat dapat mendorong keterlibatan umat Kristen di Krajan Jomboran Klaten Tengah untuk menampilkan gereja sebagai kenyataan sosial yang dinamis dan institutional. 5. TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui religiositas umat Kristen di Krajan Jomboran Klaten tengah dalam keterlibatannya pada kehidupan gereja yang kemudian digunakan penyusun untuk memberikan usulan konsep pembangunan jemaat bagi umat Kristen di Krajan Jomboran Klaten Tengah. 6. MANFAAT PENULISAN Besar harapan penyusun bahwa skripsi ini bisa bermanfaat bagi siapa saja. Tidak terbatas bagi umat Kristen di Krajan Jomboran tetapi juga umat Kristen di manapun berada sebagai tubuh Kristus sehingga kita bersama-sama bisa ikut mengambil bagian dalam proses pembangunan jemaat dalam keterlibatan pelayanan di gereja.

7. METODE PENULISAN Pendekatan penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kualitatif. 4 Bodgan dan Biklen memaparkan bahwa ciri-ciri penelitian kualitatif, antara lain adalah mempunyai latar alami karena yang merupakan alat penting adalah adanya sumber data yang langsung dan perisetnya. Selain itu, penelitian kualitatif bersifat deskriptif, lebih memperhatikan proses (dari suatu fenomena sosial) ketimbang hasil atau produk (fenomena itu) semata. Periset kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif. Serta Makna (bagaimana subjek yang diteliti memberi makna hidupnya dan pergumulannya) merupakan soal esensi untuk ancangan kualitatif 5. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami (understanding) dunia makna yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat menurut perspektif masyarakat itu sendiri. 6 Dan sesuai dengan karakteristiknya, disain penelitian kualitatif biasanya sederhana, simpel dan sewaktuwaktu dapat berubah (simple, emergent, evoluting dan developing). 7 Sebab rancangan penelitian kualitatif akan berkembang dengan sendirinya setelah peneliti memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang latar, subyek dan sumber data-data lainnya melalui pemeriksaan secara langsung. Pemeriksaan secara langsung ini dapat dikatakan sebagai observasi-partisipatif. Observasi adalah penyusun melakukan pengamatan langsung pada lapangan yang akan diteliti yaitu umat Kristen di Krajan Jomboran Klaten Tengah. Sedangkan partisipatif atau partisipatoris merupakan dua kata yang sering digunakan dalam pembangunan. 8 Partisipatif di sini adalah partisipatif penyusun dalam kegiatan kegiatan gereja (Kebaktian Minggu, Sarasehan, PA Pemuda dan Remaja) ketika penyusun melakukan penelitian. Hal ini dipakai penyusun dalam pengamatan dan memperoleh data secara empiris di Krajan Jomboran, Klaten Tengah. Pengamatan ini dilakukan sambil ikut serta dalam situasi yang diamati. Observasi, wawancara dan partisipatif dalam pengumpulan data dilakukan selama satu bulan yaitu di bulan Juni 2008. 4 Andreas Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004, hlm. 62. Penelitian Kualitatif biasa disebut juga sebagai penelitian narulis, dimana pendekatan ini berasal dari seseorang yang menganggap dirinya naturalis yang menyelidiki fakta-fakta alami yang muncul di padang rumput, ladang, kolam, pantai. 5 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: Rosdakarya, 2003, p. 122 6, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: Rosdakarya, 2003, p. 9 7, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: Rosdakarya, 2003, p. 120 8 Britha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris Dan Upaya Upaya Pemberdayaan: Sebuah Buku Pegangan bagi Para Praktisi Lapangan; penerjemah: Matheos Nalle ed. 1, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999, hlm64.

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan tiga cara, yaitu wawancara formal, wawancara informal dan membagikan kuesioner dengan pertanyaan terbuka kepada informan (umat Kristen di Krajan Jomboran Klaten Tengah). Wawancara formal (wawancara pendeta dan majelis gereja setempat yang melayani umat Kristen di Krajan Jomboran Klaten Tengah yaitu GKJ Gumulan) dilakukan dengan harapan peneliti dapat menggali secara langsung dari informan mengenai pelayanannya pada umat Kristen di Krajan Jomboran, Klaten Tengah. Sedangkan wawancara informal dilakukan dengan harapan antara peneliti dan informan (umat Kristen di Krajan Jomboran Klaten Tengah) dapat terjadi sikap saling terbuka. Penyusun memilih cara wawancara karena salah satu sifat wawancara adalah untuk menggali struktur kognitif dan dunia makna dari perilaku subyek yang diteliti. 9 Dengan wawancara ini diharapkan dapat diperoleh penjelasan dari responden yang mewakili penghayatan atas pengalamannya. Sedangkan angket / kuesioner dilakukan untuk mempermudah efisiensi waktu pengumpulan data. Dengan fakta dan data yang ada, kemudian akan diuraikan pokok-pokok pembahasan yang disertai dengan analisis, dan dalam proses ini penyusun akan dibantu dengan literatur-literatur. 8. SISTEMATIKA PENULISAN Bab I : PENDAHULUAN Bab ini mengguraikan latar belakang permasalahan yang mengguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan juga sistematika penulisan. Bab II : RELIGIOSITAS DAN PEMBANGUNAN JEMAAT Bab ini akan menguraikan pengertian dan definisi religiositas. Untuk memberikan wawasan ini akan dikemukakan dan dibahas persoalan religiositas dari kaca mata etimologis, selanjutnya akan dilihat hubungan antara religiositas dengan agama karena hal tersebut mempunyai beberapa persamaan. Hal ini disusun untuk lebih mengerti batasan batasan atau wilayah kerja masing-masing. Untuk mempertajam wawasan batasan religiositas, akan dilihat kaitannya dengan pembangunan jemaat. Pada bagian akhir dari bab ini akan diberi kesimpulan. 9 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: Rosdakarya, 2003, hlm 172

Bab III : KETERLIBATAN UMAT KRISTEN YANG MENUNJUKKAN RELIGIOSITAS DI KRAJAN JOMBORAN KLATEN TENGAH Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai Kebaktian Minggu GKJ Gumulan blok III, sarasehan, PA/Persekutuan Remaja dan Pemuda, hasil wawancara dengan pendeta dan majelis beserta dengan analisanya, kemudian diambil suatu kesimpulan. Bab IV : REFLEKSI TEOLOGIS Bab ini akan menguraikan tentang refleksi teologis dari hasil analisa dalam Bab III dengan dilandasi dasar teori pembangunan jemaat dalam bab II dan religiositas umat Kristen dalam keterlibatannya pada kegiatan pelayanan dan aktivitas gereja. Bab V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari seluruh penulisan dan saran dari penyusun untuk gereja dan umat Kristen.