BAB I PENDAHULUAN Latar belakang permasalahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar belakang permasalahan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN Latar belakang permasalahan Dalam diri manusia terdapat dua element dasar yang sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian manusia. Element tersebut adalah rasio dan rasa. Element rasio berkaitan erat dengan logika berpikir, dengan element ini manusia menanggapi segala sesuatu yang diketahuinya. Dalam proses menanggapi, manusia akan menggunakan standard penilaiannya untuk menganalisa suatu kejadian dalam hidupnya, dan membuktikan kebenaran yang didapatkan secara nyata. Sehingga rasio lebih banyak menggunakan perangkat keras dari diri manusia yaitu otak untuk melakukan kerja berpikir dan menganalisa sesuatu secara logis. Element ini dalam ranah akademis sering juga disebut sebagai Daya Kognitif. Dalam element yang berikutnya, yaitu rasa, manusia dapat menanggapi sesutau dengan melalui proses yang kadang kurang bisa dimengerti dengan proses kerja akal. Dengan element ini manusia lebih banyak menanggapi sesuatu dengan menggunakan nalurinya yang lebih banyak menimbulkan keputusan-keputusan spekulatif yang mempengaruhi keputusan logisnya. Bleips Pascal mengatakan :.hati mempunyai akal-akal yang tidak dapat dipahami oleh akal, 1 dalam hal ini Pascal ingin mengungkapkan bahwa hati mempunyai cara tersendiri dalam merespon sesuatu dimana pikiran atau rasio tidak dapat mengerti apa yang dimengerti oleh hati. Misalnya cinta, hanya hati yang bisa mengerti apa itu cinta, tetapi rasio dengan berbagai rumusan perhitungannya tidak dapat mengerti rumusan dari cinta tersebut. Dalam hal ini akal tidak begitu mempunyai peranan dominan. Element ini akan sangat berperan ketika manusia tidak dapat menemukan nilai kenyataan atas harga sebuah kondisi yang dianalisanya, dengan kata lain rasa akan bekerja untuk menganalisa element-element yang bersifat abstrak yang tidak terjangkau oleh nalar manusia. Dengan rasa manusia dapat merasakan sesuatu seperti, sedih, gembira, bangga, rasa suka, benci, dan lain-lain. Ungkapan perasaan ini merupakan tanggapan spontan akan hal-hal yang ditangkap oleh kemampuan inderawinya. Element ini di ranah akademis sering disebut sebagai Daya Afektif. 1 Prof. Bertens K, Ringkasan sejarah filsafat, Kanisius, Yogyakarta, p. 50

2 2 Peradaban manusia membawa manusia untuk lebih banyak menggunakan salah satu dari perangkat kerja manusia ini. Semakin maju peradaban, semakin menuntut manusia untuk menggunakan ketepatan sebuah penilaian yang terhitung. Oleh karena itu manusia dalam rangka berjalan menuju kepada keberadabannya diajak untuk menggunakan salah satu perangkat hidup saja yaitu, akal atau rasionya. Sementara itu element yang lain, rasa, semakin dikesampingkan, sehingga manusia semakin mengalami ketimpangan kepribadian. Jika salah satu element perangkat hidup manusia mendominasi maka dapat dipastikan terjadi ketidak-seimbangan dalam jiwa manusia. Apabila manusia mengalami ketidak-seimbangan maka dapat dikategorikan sebagai manusia yang sedang sakit. Karena apabila manusia mengalami ketidakseimbangan maka manusia dianggap tidak normal. Dengan demikian manusia mengalami ketimpangan dan ke monoton -an hidup, sehingga tidak dapat menikmati fungsi kerja perangkat hidupnya yang lain. Oleh karena itu dapat dikategorikan sebagai manusia yang sakit. Dengan demikian maka kedua element tersebut harus mempunyai keseimbangan, agar manusia dapat berjalan selaras dalam memahami sesuatu. Dalam rangka menjaga keseimbangan perangkat hidup manusia tersebut maka penyusun mengajak sidang pembaca untuk memperhatikan musik dan lagu. Musik dan lagu adalah salah satu bentuk ekspresi manusia yang sangat berkaitan dengan seni. Seni merupakan aplikasi rasa yang dimiliki oleh manusia. Dengan karya seni manusia dapat menemukan sebuah lambang. 2 Lambang ini merupakan tanda pengungkapan konsep pokok seni. Konsep pokok dalam seni tersebut ialah sebuah bentuk, isi dan pengungkapan, ekspresi dari impresi manusia. Penggunaan seni dengan tepat 3 akan dapat memuaskan keberadaan daya kognitif, dan keindahannya akan mengajak orang meluapkan perasaan atau daya afektif yang dialaminya melalui seni yang ditangkap inderanya, jadi seni tidak hanya membahas mengenai rasa saja, tetapi di dalamnya terdapat juga unsur rasio sebagai penyeimbang. Dengan demikian berbicara mengenai seni yang dipergunakan untuk menampung ekspresi manusia tidak terlepas dari keseimbangan dua element manusia yaitu rasa dan rasio Pokok permasalahan Agama Kristen adalah agama yang dekat dengan penggunaan musik dan lagu. Media musik dan lagu digunakan sebagai alat untuk berhubungan dengan Tuhan. Melalui media ini orang Kristen 2 Liang Gie, The., Filsafat Seni (sebuah pengantar),pusat Belajar Ilmu Berguna (PUBIB), p.9 3 Tepat dimaksudkan mampu menggunakan sesuai dengan teori yang diacukan dalam penggunaan seni tersebut.

3 3 menumpahkan dan mengungkapkan apa yang ingin disampaikan dirinya kepada Tuhannya. Media ini dirasa mempunyai peranan yang sangat vital dalam merangkai kesatuan tata ibadah mereka. Karena dirasa cukup vital dan dirasa harus selalu ada, maka media ini dipakai dalam setiap pertemuan kegiataannya, seperti, dalam ibadah mingguan di gereja ataupun persekutuanpersekutuan sehari-hari mereka. Nilai penting yang dirasakan terhadap penggunaan dan pengadaannya musik dan lagu tentunya perlu diperhatikan untuk menjagai aspek pengajaran dan muatan teologisnya. Untuk itu dalam lingkungan gereja protesten yang dibawahi oleh PGI dibentuklah suatu badan yang bertugas mengawasi penggunaan dan pengadaan musik dan lagu jemaat, khususnya yang dipakai untuk beribadah. Melalui badan pengurus musik gereja (Yamuger = Yayasan Musik Gereja), pengolahan muatan teologis dan aspek pengajaran agamis selalu diperbaharui, sehingga jemaat benar-benar dapat tanggap dengan kondisi yang hidup di sekitarnya. Hal ini diterapkan dengan harapan agar musik dapat dimanfaatkan dengan kepekaan terhadap situasi yang sedang terjadi dalam lingkup kehidupan orang Kristen. Dalam ritual yang dilakukan baik dalam ibadah mingguan ataupun ibadah-ibadah dalam merayakan hari raya keagamaan, Gereja Kristen Jawa, selalu menggunakan metode dramatis simbolis. 4 Dengan metode ini diharapkan jemaat dapat merasakan nuansa religius untuk mengalami kehadiran Allah ditengah-tengah ibadah mereka. Dramatisasi situasi seperti ketika Yesus dihina, disalib bahkan dibunuh diharapkan dapat membawa jemaat untuk merasakan penderitaan sosok Yesus tersebut. Selanjutnya dengan penghayatan akan situasi yang disimbolkan tersebut diharapkan agar jemaat mampu melihat simbol-simbol tersebut dalam kehidupannya dan memampukan dirinya untuk bangkit bersama sosok Yesus yang bangkit melawan kematiannya. Dalam kebangkitan tersebut jemaat diajak untuk mau merombak pola kehidupannya yang telah dilaluinya dengan selalu percaya bahwa kebangkitan tersebut selalu menjadi jiwa bagi setiap pekerjaan hidup yang dilakukannya. Secara lebih khusus maksud dari kata simbolis adalah berkenaan dengan proses penyampaian berita atau makna dari Alkitab. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan ilustrasi saat khotbah, pengungkapan makna istilah-istilah dalam lagu-lagu yang dipakai dalam liturgi, visualisasi gerakan seperti pemberian berkat, dan lain-lain. 4 Sinode Gereja GKJ,Pokok-pokok Ajaran Gereja GKJ nomor 133, Sinode Gereja GKJ, Salatiga, 1997, p.53

4 4 Dalam rangka menekankan makna ibadah dengan metode dramatis simbolis maka diperlukan sarana pendukung metode tersebut. Penyusun ingin mengajak sidang pembaca untuk memperhatikan penggunaan musik dan lagu sebagai sarana pendukung tersebut. Musik dan lagu merupakan tempat bagi rasa manusia untuk mengaktualkan diri terhadap situsai yang dibangun khususnya dalam peribadatan. Namun oleh karena ibadah-ibadah yang diterapkan dalam ibadah protestan lebih mengarah kepada kecerdasan kognitif yang bertumpu kepada khotbah, penggunaan musik dan lagu menjadi kurang signifikan kevitalannya. Dengan penumpuan ibadah yang hanya menekankan khotbah maka menjadikan piranti ibadat yang lain dalam hal ini salah satunya adalah musik dan lagu menjadi kurang penting. Tentunya apabila hanya salah satu piranti ibadah tersebut yang menjadi point utama maka pola dramatis simbolis tidak berjalan dengan semestinya, bahkan pola tersebut hanya akan menyentuh sisi kecerdasan kognitif saja. Maka ibadah yang demikian tidak berhasil membawa manusia kepada kecerdasan afektif yang akan menyeimbangkan keberadaan dirinya. Dengan menurunnya jumlah jemaat yang mengikuti ibadah dalam satu waktu ibadah tertentu, dapat dipakai sebagai acuan bahwa jemaat mengalami kejenuhan ritual. Jemaat sepertinya tidak menemukan pemenuhan kebutuhan rasa, karena setelah capai karena selalu menggunakan kemampuan kognitifnya masih dijejali dengan pemahaman kognitif dalam khotbah. Dengan melihat kondisi ini seharusnya musik dan lagu dapat menjadi penyeimbang tersebut, tetapi bukan hanya menjadi kompensasi yang tidak terpahami dan terhayati. Namun karena musik dan lagu yang seharusnya jadi penyeimbang justru kehilangan maknanya, maka dalam kebaktian jemaat tetap tidak merasakan penghayatan akan penyertaan Allah yang ingin didramatisasikan dalam ibadah. Jika dugaan ini benar, yaitu bahwa jemaat tidak lagi dapat memahami musik dan lagu dalam ibadahnya maka ada kemungkinan pembinaan bidang musik dan lagu bagi jemaat kurang tepat sasaran. Melihat hal ini maka penyusun mencoba untuk memperhatikan kondisi musik gereja Batasan permasalahan Penyusun membuat batasan studi ini terhadap satu jenis seni, yaitu seni musik (dalam hal ini tentu saja tidak terlepas dari lagu). Musik adalah seni yang mempunyai pengaruh kuat terhadap manusia. Dalam peradaban manusia, musik selalu menjadi bagian penting dalam hidupnya, karena dalam kenyataannya, musik memunculkan jiwa manusia bahkan menjadikan lebih tinggi dibandingkan dengan apa yang disebut sebagai bentuk eksternal agama. 5 Musik melalui suara-suara yang 5 Khan Hazrat Inayat, Dimensi Mistik Musik dan Bunyi,Penerbit Pustaka Sufi, Yogyakarta, 2002,p.6.

5 5 dikeluarkannya sangat membantu perasaan manusia untuk mengenal serta menghayati kehidupannya. Seiring dengan budaya yang berkembang, musik selalu mengikuti perkembangan menyesuaikan dengan suasana peradaban yang sedang berlangsung dimana manusia juga sedang berjalan mengembangkan kemampuan perangkat kehidupannya. Melalui pengalaman hidup yang berjalan manusia menggubah sekumpulan nada-nada yang disusun dengan sedemikian rupa, sehingga dengan nada-nada tersebut manusia mendapatkan suatu kenikmatan batin dan dapat memaknai kehidupannya dengan lebih dalam. Manusia menggunakan indera pendengarannya untuk meyampaikan nada-nada yang menjadi bunyi yang dapat di rasakan oleh jiwanya. Sentuhansentuhan bunyi yang disampaikan oleh indera pendengaran tersebut akan mempengaruhi kondisi jiwa atau sisi psikologis manusia, sehingga manusia dapat menjadi agresif atau calm oleh karena sentuhan-sentuhan nada-nada tertentu. Dalam sebuah penelitian psikologis musik dipakai untuk membangun perkembangan psikologis manusia. 6 Hasil penelitian inipun selanjutnya diterapkan membangun fungsi afeksi bayi agar bayi mempunyai kepekaan yang baik. Manusia adalah pencipta kecil, seringkali dengan kemampuannya manusia menuangkan apa yang hendak dikatakannya dengan simbol-simbol bunyi dan nada. Simbol dan nada ini dipakai untuk menyampaikan maksud terhadap manusia yang lain atau mahkluk yang lainnya. Dengan piranti rasa yang dimiliki setiap manusia dan mahkluk lain yang memilikinya, ternyata simbol-simbol nada yang sederhana ini lebih mudah diterima dan dimengerti makna dari maksudnya. Musik sesungguhnya tidak beda dengan jenis-jenis seni yang lainnya, seperti lukisan dan tari juga merupakan suatu media untuk mengungkapkan maksud dari dalam diri manusia untuk berkomunikasi dengan yang lain. Hanya perbedaannya terletak pada wujud aplikasinya. Jika musik adalah kecenderungannya dengan menggunakan nada dan bunyi sedangkan jenis seni yang lain seperti tari menggunakan gerakan sebagai medianya dan lukisan dengan menggunakan taburan warna yang eksotis. Agar studi ini lebih signifikan terhadap tata aturan penggunaan musik secara liturgis maka penyusun membuat batasan wilayah dalam lingkup sebuah gereja. Dalam hal ini secara lebih khusus dipilih gereja GKJ, yaitu GKJ Wates. Alasan mengambil GKJ Wates sebagai contoh adalah demikian, dari letak geografisnya gereja tersebut berada ditengah-tengah diantara desa dan kota. Berdasar sensus mata pencaharian dan juga tingkat pendidikan warga gereja GKJ Wates sebagian 6 ibid

6 6 besar adalah bermata pencaharian sebagai pegawai kantor, dan rata-rata tingkat pendidikan mereka adalah SMA, dan yang sebagian lagi adalah sebagai petani, tetapi walaupun petani mereka rata-rata juga mempunyai pendidikan yang tidak rendah yaitu lulusan SMA. 7 Melihat hal yang demikian maka sebenarnya warga gereja disana, mempunyai potensi yang cukup besar untuk lebih berkembang. Namun melihat kondisi penggunaan musik gereja yang terjadi di GKJ Wates ada kemungkinan terjadi suatu kesalahan dalam pembinaan. Hal ini terbukti dari ketergantungan jemaat setempat pada seorang pemimpin (Pendeta) dalam memutuskan suatu kebijakan. Dalam penggunaan musik gereja agaknya jemaat kurang bisa menyesuaikan pemakaian lagu yang seringkali tidak sesuai dengan tema khotbah, dan penggunaan teori tempo yang merubah makna semangat dari lagu tersebut Tujuan penulisan skripsi Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mencari akar permasalahan dari aplikasi musik-musik gereja jemaat khususnya di GKJ Wates. Diharapkan skripsi ini dapat menjadi kritik yang membangun bagi gereja pada umumnya, untuk itu penyusun mencoba memberikan alternatif solusi terhadap pemahaman mengenai musik dan lagu dalam kebaktian di GKJ Wates pada khususnya. Studi penelitan yang diharapkan dapat mengungkapkan latar belakang dari pandangan jemaat terhadap praktek pendidikan musik gereja ini diharapkan juga dapat membuka peluang-peluang yang ada untuk meningkatkan pendidikan musik gerejawi di jemaat tersebut 1.5. Alasan pemilihan judul Berdasarkan pemaparan di atas maka penyusun membuat judul sebagai berikut : "PEMBINAAN JEMAAT GKJ DI WATES DALAM BIDANG MUSIK" Jemaat adalah element penting dalam gereja. Jemaat dalam hal ini adalah segenap warga yang ada dalam tubuh gereja tersebut, dimana disana terdapat Pendeta, Majelis dan warga jemaatnya. Maka jelaslah bahwa tanpa jemaat gereja tidak akan terwujud. Sementara itu sebagai tolok ukur bahwa gereja adalah gereja yang baik maka tentunya jemaat yang ada didalamnya adalah jemaat yang terpenuhi kebutuhan spritual dan religiositasnya oleh gerja. Untuk menjadikan gereja yang demikian 7 Berdasarkan hasil laporan stage yang dilakukan oleh penyusun tahun 2002

7 7 maka dibutuhkan jemaat yang sadar akan keberadaan dirinya adan kebutuhan rohaninya, dalam hal ini pembinaan jemaat menjadi point penting untuk mencetak jemaat yang terbina dan terpenuhi kebutuhan spiritual dan religiositasnya. Berdasarkan judul yang disampaikan selanjutnya penyusun mengkhususkan kepada GKJ Wates sebagai lingkup studi pembinaan jemaat dengan menggunakan media Musik, khususnya dalam penggunan musik gerejawi Metode penulisan skripsi Agar penulisan skripsi ini lebih akurat maka penyususn menggunakan beberapa metode. Metode tersebut adalah : 1. Partisipasif dan Observasi Selama tiga bulan penyusun melakukan pengamatan berbagai proses pengajaran dan pendidikan baik yang sifatnya formal atau informal dalam lingkup penelitian yang telah disampaikan sebagai objek penelitian. Pendidikan Formal yaitu pendidikan yang secara khusus diberikan dengan menggunakan waktu yang khusus dan mengundang pengajar yang membidangi hal tersebut. Sedangkan yang dimaksudkan dengan Pendidikan Informal adalah waktu diluar dari waktu khusus tersebut. Metode yang digunakan ini dilakukan dengan mengamati dan sekaligus ikut berpartisipasi dalam kegiatan jemaat setempat. Dari penelitian ini penyususn dapat memperoleh data yang berbentuk: data keseharian jemaat, dan kegiatan jemaat yang menunjang pembinaan warga gereja dalam bidang musik. Dengan metode partisipatif ini penyusun dapat benar-benar merasakan kebutuhan konkrit dari jemaat tersebut. 2. Metode dengan menggunakan wawancara Metode yang berikutnya adalah wawancara. Wawancara ini dilakukan oleh penyusun dengan jemaat secara khusus membidangi musik gereja dan yang tidak secara khusus membidanginya. (jemaat yang mungkin kurang peduli ). Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan formal (terstruktur) dan informal juga. Terstruktur yang dimaksud adalah dengan menanyakan secara langsung dan secara teratur, dan secara terbuka. Pada cara yang kedua yaitu dengan cara yang informal dan terkesan sambil lalu, penyusun membuat field note. Melalui field note tambahan ini

8 8 penyusun mendapatkan tambahan data yang penting untuk menyusun kerangka latar belakang permaslahan tersebut. Dengan metode ini penyusun dapat melihat secara nyata tingkat pemahaman dan kepedulian jemaat akan musik gereja pandangan mereka tentang musik gereja. 3. Studi Literatur Cara atau metode yang berikutnya adalah dengan studi literatur. Hal ini dirasa sangat penting guna membantu penyusun dalam membandingkan antara yang ideal atau yang seharusnya melalui teori yang dipaparkan dalam literatur yang dipakai penyususn dengan realitas dalam kehidupan jemaat. Dengan metode ini diharapkan penyusun dapat menemukan titik terang setelah memperhatikan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan liturgis jemaat dan selanjutnya untuk menentukan solusi yang sesuai dengan kondisi GKJ Wates dalam usahanya membina warganya secara spiritual dan religius dalam bidang musik Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Merupakan hipotesa awal berdasarkan pengamatan pada waktu penyusun menjalani masa stage. Dalam pengamatan yang di lakukan oleh penyusun menghasilkan sebuah asumsi bahwa terdapat permasalahan di dalam Jemaat GKJ Wates. Permasalahan yang terjadi berkisar mengenai pembinaan gereja di bidang musik, di mana jemaat kurang memahami musik-musik yang dipakai dalam kebaktian Minggu, selain itu juga dalam pemahaman tentang lagu itu sendiri, penyusun melihat bahwa jemaat masih kurang dalam pemahaman akan lagu sehingga makna esensi lagu menjadi abstrak. Dengan adanya asumsi yang demikian maka dalam bab I merupakan langkah awal penyusun untuk mencari apa yang menjadi akar permasalahan, yang kemudian penyusun mencoba memberikan alternatif solusi yang akan dibicarakan dalam bab-bab berikutnya. BAB II MUSIK DAN PERANANNYA DALAM GEREJA Membahas tentang sejarah musik gereja secara sekilas dan teori musik. Dalam hal ini yang dimaksudkan teori adalah bukan secara teknis, jadi bukan mengungkapkan teori bagaimana menyanyikan atau bermain musik, tetapi lebih kepada apa dan bagaimana musik tersebut dipergunakan oleh manusia. Selain itu penyusun dalam bab ini membahas juga mengenai hal yang

9 9 mempengaruhi bidang musik dengan kuat. Dalam hal ini penysun mencoba melihat pengaruh budaya terhadap musik. Budaya merupakan element yang menjadi pola dari kehidupan manusia, oleh karena itu pengaruh budaya perlu diungkapkan untuk mengetahui sejauh mana budaya tersebut berpengaruh dalam sisi kehidupan manusia termasuk dalam bidang musik. Selain dua hal diatas dalam bab ini penyusun ingin membahas mengenai teologi dalam musik gereja. Hal ini penting mengingat peranan musik di gereja yang sangat kuat dalam sebuah teologi Kristen. BAB III PELAKSANAAN PENDIDIKAN MUSIK GEREJA DI GKJ WATES Penelitian terhadap jemaat GKJ Wates dan juga kepedulian Jemaat serta pejabat-pejabat di GKJ Wates terhadap lagu-lagu dan musik gereja yang digunakan dalam kebaktian tiap Minggu, selain itu juga metode-metode pengajaran yang dipakai untuk membina jemaat dalam bernyanyi dan bermusik gereja. Dalam bab ini penyusun ingin mengetahui apa yang menjadi permasalahan yang sebenarnya dengan cara menganalisa hasil dari penelitian yang sudah dilakukan oleh penyusun. Selain itu juga mengenai perkembangan musik dalam GKJ Wates dan jemaat dalam merespon warna-warna musik yang beraneka ragam. BAB IV MENUJU TEOLOGI MUSIK GEREJA YANG RELEVAN DAN KONTEKSTUAL BAGI JEMAAT DI GKJ WATES Dalam bab ini membicarakan mengenai refleksi perkembangan musik gereja dan budaya dalam diri gereja yang berlandaskan kesukuan (Jawa), khususnya di GKJ Wates. Dalam merefleksikan musik gereja dan budaya, dibahas mengenai sebuah perkembangan budaya yang diiringi dengan perkembangan musik dan nyanyian pujian yang dipakai oleh gereja. Selain itu dalam bab ini akan dipaparkan mengenai tanggapan atau respon gereja Jawadalam menanggapi perkembangan sebuah budaya dan musik gerejawi. BAB V KESIMPULAN Merupakan sebuah kesimpulan mengenai rentetan permasalahan yang terjadi di GKJ Wates. Dalam kesimpulan ini, mencakup mengenai akar permasalahan dan akibat yang ditimbulkan dari permasalahan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Identifikasi Permasalahan Sebagai salah satu penerus tradisi Gereja Reformasi, Gereja Kristen Jawa (GKJ) memiliki ajaran iman yang sangat mendasar sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih Bab 5 Penutup 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisa yang penulis sampaikan pada bab 4 tentang praktek nyanyian dan musik gereja di GKMI Pecangaan dalam peribadatan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan Bab 4 Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan 4.1. Pendahuluan Pada bab ini penulis akan menyampaikan hasil tinjauan kritis atas penelitian yang dilakukan di GKMI Pecangaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis tentang peranan musik dalam ibadah

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis tentang peranan musik dalam ibadah BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis tentang peranan musik dalam ibadah minggu di GKMI Salatiga dari perspektif psikologis dan teologis di atas maka penulis menyimpulkan

Lebih terperinci

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan MUSIK DAN MISI Oleh Florentina Wijayani Kusumawati 21 Pendahuluan Tidak dapat disangkal bahwa musik merupakan bagian integral dalam ibadah Kristen. Peranan dan pengaruh musik dalam ibadah tidak dapat disepelekan.

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bernyanyi menjadi bagian yang penting dalam rangkaian peribadahan. Peribadahan-peribadahan yang dilakukan di gereja-gereja Protestan di Indonesia mempergunakan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer,

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer, BAB I PENDAHULUAN I. PERMASALAHAN I.1. Masalah Ibadah adalah salah bentuk kehidupan bergereja yang tidak terlepas dari nyanyian gerejawi. Nyanyian di dalam sebuah ibadah mempunyai beberapa fungsi yang

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang permasalahan

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang permasalahan BAB I Pendahuluan A. Latar belakang permasalahan Manusia membutuhkan sarana untuk mengungkapkan setiap pengalaman yang dia rasakan dan dia alami, yang di dalamnya manusia bisa berbagi dengan manusia yang

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah 1 Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pemikiran dan ilmu pengetahuan selalu mengalami perubahan. Dunia di sekitarnya juga turut merasakan perubahan tersebut, terutama mempengaruhi pola pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terbukti bahwa musik menjadi salah satu faktor

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama kata gereja yang diberikan oleh banyak kamus, khususnya kamus daring (online),

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja merupakan kepanjangan tangan dari Allah di dunia ini. Dunia memiliki konteks dimana ia hidup, sehingga kenyataan ini membuat Gereja harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan ini, manusia tercipta sebagai laki-laki dan perempuan. Mereka saling membutuhkan satu dengan yang lain. Seorang laki-laki membutuhkan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. pada Bab 2 dan sistematika penulisan skripsi ini.

Bab 1 Pendahuluan. pada Bab 2 dan sistematika penulisan skripsi ini. Bab 1 Pendahuluan 1.1. Pendahuluan Penyelenggaraan sebuah ibadah Kristen identik dengan praktek nyanyian dan musik, meskipun keduanya tidak selalu ditemukan dalam ibadah Kristen. Nyanyian dan musik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum Emeritasi merupakan istilah yang tidak asing di telinga kita. Dalam dunia pendidikan kita mengetahui adanya profesor

Lebih terperinci

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS. istilah orang Jawa wong jowo iku nggoning semu artinya orang Jawa itu peka

BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS. istilah orang Jawa wong jowo iku nggoning semu artinya orang Jawa itu peka BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS Dalam bagian ini akan mengemukakan pengaruh perubahan penggunaan cawan menjadi sloki dalam Perjamuan Kudus dalam kehidupan jemaat masa modern dengan melihat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi yang dikenal dengan banyaknya tradisi, ritual dan adat istiadat, yang membentuk identitas dari Minahasa. Salah

Lebih terperinci

Tugas Akhir Desain Komunikasi Visual 2007

Tugas Akhir Desain Komunikasi Visual 2007 7 Tabel kerangka berpikir II 6 4. Mengamati kekurangan & kelebihan penyanyi rohani lain. Antara lain, Nikita, Finna Arifin, Martha, Dhemy & Stacie Orrico Tabel kerangka berpikir I 5 1.4 MAKSUD DAN TUJUAN

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Prinsip dasar bahwa untuk beriman kita membutuhkan semacam jemaat dalam bentuk atau wujud manapun juga. Kenyataan dasar dari ilmu-ilmu sosial ialah bahwa suatu ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki keterbatasan sehingga manusia dapat melakukan ritual - ritual atau kegiatan keagamaan lain

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Ibadah etnik merupakan salah satu bentuk ibadah yang memberi ruang bagi kehadiran unsurunsur budaya. Kehadiran unsur-unsur budaya yang dikemas sedemikian rupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa dengan masyarakat yang di dalamnya memiliki nilai budaya dan melahirkan keunikan yang membedakan dengan bangsa lain. Adanya keunikan

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar belakang permasalahan

BAB I. A. Latar belakang permasalahan BAB I A. Latar belakang permasalahan Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap manusia mendambakan dirinya selalu sehat agar bisa melakukan segala aktivitasnya tanpa adanya

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Indonesia (GKI) adalah sebuah gereja Kristen Protestan yang sudah lama berkembang dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Menurut pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa

Lebih terperinci

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah (Suatu Kajian Sosio-Teologis mengenai Pemahaman Jemaat GMIT Kota Baru tentang Himne GMIT) Bagian I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Luasnya wilayah Indonesia yang terdiri atas beribu pulau tersebar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah yang sejati seperti yang ditegaskan oleh Rasid Rachman 1 sebagai refleksinya atas Roma 12:1, adalah merupakan aksi dan selebrasi. Ibadah yang sejati tidak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. pada masalah kompetensi guru seni budaya dalam pembelajaran seni musik pada

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. pada masalah kompetensi guru seni budaya dalam pembelajaran seni musik pada BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan permasalahan awal yang diajukan, penelitian ini difokuskan pada masalah kompetensi guru seni budaya dalam pembelajaran seni musik pada jenjang SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif. Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus BAB V KESIMPULAN 5.1. Refleksi Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus hadir dalam tiga kesempatan yang berbeda: (1) Yesus membangkitkan anak Yairus (Matius 9:18-26, Markus

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Permasalahan I.1.1 Latar Belakang Hari Minggu umumnya sudah diterima sebagai hari ibadah umat Kristen. Dikatakan umumnya karena masih ada kelompok tertentu yang menekankan hari Sabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tempat ibadah adalah suatu tempat dimana umat manusia beribadah kepada Sang Pencipta. Oleh karena itu tempat ibadah harus mampu merepresentasikan suasana sakral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan Orang Kristen memiliki tugas dan panggilan pelayanan dalam hidupnya di dunia. Tugas dan panggilan pelayanannya yaitu untuk memberitakan Firman Allah kepada dunia ini.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK 1.1.1 Tinjauan Umum Gereja Dengan adanya perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mengakibatkan manusia berlomba-lomba dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa Negara sangat strategis dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Sebagai salah satu pilar pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya gotong royong yang dimiliki masyarakatnya sejak dahulu kala. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. budaya gotong royong yang dimiliki masyarakatnya sejak dahulu kala. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah bangsa yang dikenal dengan keramahtamahannya serta budaya gotong royong yang dimiliki masyarakatnya sejak dahulu kala. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianutnya. Setiap orang memilih satu agama dengan bermacam-macam alasan, antara

BAB I PENDAHULUAN. dianutnya. Setiap orang memilih satu agama dengan bermacam-macam alasan, antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dengan kebebasan untuk memilih agama yang ingin dianutnya. Setiap orang memilih satu agama dengan bermacam-macam alasan, antara lain

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja merupakan lembaga keagamaan yang ada dalam dunia ini. Sebagai sebuah lembaga keagamaan tentunya gereja juga membutuhkan dana untuk mendukung kelancaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan di kota saat ini mulai dipenuhi dengan aktivitas yang semakin padat dan fasilitas yang memadai. Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri oleh gereja-gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dilaksanakan di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diharapkan dapat mengembangkan berbagi macam kecerdasan anak. Pendidikan pada anak usia

Lebih terperinci

SEJARAH DESAIN. Bentuk Dan Isi Modul 8. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

SEJARAH DESAIN. Bentuk Dan Isi Modul 8. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk SEJARAH DESAIN Modul ke: Bentuk Dan Isi Modul 8 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Bentuk Dan Isi Abstract Bentuk dan isi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak zaman Mesir kuno bahkan sebelumnya, manusia sudah mengenal seni musik dan seni syair. Keduanya bahkan sering dipadukan menjadi satu untuk satu tujuan

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan Pada Bab II telah dijelaskan bahwa cara pandang Jemaat Gereja terhadap

Lebih terperinci

BAB IV Musik gamelan sebagai bagian dari Liturgi ibadah. ibadah, sehingga suasana dalam ibadah semakin semangat dan bergairah.

BAB IV Musik gamelan sebagai bagian dari Liturgi ibadah. ibadah, sehingga suasana dalam ibadah semakin semangat dan bergairah. BAB IV Musik gamelan sebagai bagian dari Liturgi ibadah Pemahaman Warga Jemaat terhadap musik gamelan dalam liturgi ibadah Liturgi ibadah sesungguhnya memerlukan kehadiran musik untuk mengiringi ibadah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46. BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil dan ditempatkan di dunia ini mempunyai tugas. Tugas gereja adalah untuk menyatakan hakekatnya sebagai tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang dan Kerangka Teori. Gereja, dalam ekklesiologi, dipahami sebagai kumpulan orang percaya yang dipanggil untuk berpartisipasi dalam perutusan Kristus yaitu memberitakan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Anak Usia Dini (AUD) merupakan masa emas perkembangan (golden age) pada individu, masa ini merupakan proses peletakan dasar pertama terjadinya pematangan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Gereja Bethel Indonesia Pahlawan, Magelang lahir pada bulan maret 2001 di kota UKDW

BAB I. Pendahuluan. Gereja Bethel Indonesia Pahlawan, Magelang lahir pada bulan maret 2001 di kota UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Gereja Bethel Indonesia Pahlawan, Magelang lahir pada bulan maret 2001 di kota Magelang dengan anggota jemaat awal sebesar 26 jiwa. Saat ini jumlah jemaat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Musik merupakan salah satu ragam seni yang cukup dekat dengan kehidupan manusia. Melalui musik manusia dapat mengekspresikan dirinya. Dalam perkembangannya, baik alat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Simpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian kuasi eksperimen yang dilakukan di SMA Mutiara Bunda, Bandung maka penerapan konsep kecerdasan majemuk,

Lebih terperinci

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia BAB IV Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia 4.1. Diakonia sebagai perwujudan Hukum Kasih Gereja dapat dikatakan sebagai gereja apabila dia sudah dapat menjalankan fungsinya, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membuat kalangan lain merasa dirugikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membuat kalangan lain merasa dirugikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi dan kemampuan manusia untuk mengembangkan sangat beragam. Keragaman tersebut antara lain dalam pengembangan kreatifitasnya. Seperti halnya dalam manusia

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda maka ada banyak sekali jenis-jenis belajar yang dilakukan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda maka ada banyak sekali jenis-jenis belajar yang dilakukan setiap orang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Belajar merupakan kegiatan seseorang untuk menggunakan otak mereka dan menyerap ilmu pengetahuan. Karena setiap orang memiliki daya serap yang berbeda maka ada banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilatari oleh perasaan terhina, keinginan tidak tercapai, persaingan hidup yang kian ketat membuat kita semakin tertekan dan akhirnya berujung munculnya tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan jemaat Gereja saat ini, sangatlah diperlukan adanya satu tempat ibadah yang dapat menunjang segala aktifitas dan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tugas panggilan Gereja adalah memelihara iman umat-nya. 1 Dengan mengingat bahwa yang menjadi bagian dari warga Gereja bukan

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. yang berpindah-pindah kemungkinan memberikan mereka inspirasi untuk

`BAB I PENDAHULUAN. yang berpindah-pindah kemungkinan memberikan mereka inspirasi untuk `BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik diperkirakan telah lahir sejak kehadiran manusia modern homo sapien yaitu sekitar 180.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Kehidupan mereka yang berpindah-pindah

Lebih terperinci