BAB XI Biokimia Ginjal dan Cairan Tubuh

dokumen-dokumen yang mirip
SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

SISTEM EKSKRESI MANUSIA 1: REN. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Pemeriksaan Urine Metode Carik Celup

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

Struktur bagian dalam ginjal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan

Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Sistem Ekskresi Manusia

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKROLIT, ASAM DAN BASA * Kuntarti, S.Kp

- - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - sbl1ekskresi

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh hormon pankreas atau tidak berfungsinya hormon insulin dalam menyerap gula

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.1

PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN : ERICA PUSPA NINGRUM : J1C111208

Jumlah nefron yang terbentuk setelah lahir tidak dapat dibentuk lagi sehingga bila ada yang rusak jumlahnya akan menurun. Setelah usia 40 tahun,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran kencing sebagai organ penting dalam ekskresi urin terdiri dari: 2

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

Sistem Ekskresi pada Manusia. mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan

KESEIMBANGAN ASAM BASA Pengertian ph Definisi ph -log (H + ) Untuk menghitung ph larutan : 1.Hitung konsentrasi ion Hidrogen (H + ) 2.Hitung logaritma

KESEIMBANGAN ASAM- BASA. dr.sudarno

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

BAB VII SISTEM UROGENITALIA

FARMAKOLOGI dan TOKSIKOLOGI OBAT DIURETIKA. Oleh : MARIANNE

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

Sistem Osmoregulasi Pada Ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM EKSKRESI. Sistem Ekskresi Manusia. Zat sisa yang Diproduksi. Pemecahan Hb. H a t i. Respirasa sel. Deaminasi asam amino. Urea. Asam urat.

PERCOBAAN VI PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE

SISTEM EKSKRESI SISTEM EKSKRESI PADA VERTEBRATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian

FARMAKOLOGI SISTEM VASKULER-RENAL (ANTIHYPERTENSION & DIURETICS AGENT)

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal dan Peranannya dalam Pembentukan Urin

Sistem Ekskresi Staf Pengajar Bagian Fisiologi FKH IPB

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Diuretika adalah Zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih melalui kerja

BAB II PEMBAHASAN A. GINJAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. positif dan anion bermuatan negatif. Keseimbangan keduanya disebut sebagai

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM EKSKRESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL TAHUN

Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 9. Ciri-Ciri Makhluk Hidup Latihan Soal 9.1

Bab. Sistem Ekskresi. A. Sistem Ekskresi pada Manusia B. Sistem Ekskresi pada Hewan

JADUAL KULIAH BIOKIMIA KELAS I (KODE MAK 144, 3 (2-1) SKS)

RUMAH BIRU (BIOETANOL URIN MANUSIA) Dari Masyarakat Untuk Masyarakat Oleh : Benny Chandra Monacho

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2

VII. EKSKRESI 7.1. KONSEP.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

Bab 8 Sistem Ekskresi

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA 1-2 ( SEBELAS IPA 1-2 )

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Protein Hati Itik

KEBUTUHAN DASAR CAIRAN & ELEKTROLIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontraksi otot abdominal yang menambah tekanan di dalam rongga dan berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i

KOMPARTEMEN CAIRAN TUBUH. dr. Yandri Naldi Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Unswagati Cirebon

PATOFISIOLOGI SINDROM NEFROTIK

SISTEM URIN (GINJAL)

respiratorik adalah alkalosis metabolic, sedangkan kompensasi dari alkalosis respiratorik adalah asidosis metabolic dan demikian juga sebaliknya.

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SCIENCE MODULE GRADE IX JULY-AUGUST 2015 ACADEMIC YEAR 2015/2016

SISTEM EKSKRESI. - Sistem ekskresi pada uniseluler dan multiseluler. - Pembuangan limbah nitrogen dan CO 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ph = log = - log [H + ] ph = - log [0, ] ph = 7,4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI MANUSIA. SMA kelas XI KD 3.9 dan 4.10

MODUL MATA PELAJARAN IPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fluorida adalah anion monovalen. 13. secara cepat saat lambung kosong dan fluorida sudah mencair. Adanya

Transkripsi:

BAB XI Biokimia Ginjal dan Cairan Tubuh pg. 198

A. Biokimia Ginjal dan Cairan Tubuh Cairan ekstrak sel merupakan medium sel-sel ditemukan oleh Claude Bernard serta menyebutnya sebagai Millieu Interieur (lingkungan intrasel). Setiap perubahan dalam cairan ekstrasel mengalami perubahan dalam intrasel, bila terjadi gangguan fungsi sel maka ekstraksel diharap tetap normal. Mempertahankan cairan ekstraksel normal (mempertahankan susunan optimal cairan tubuh) melalui 2 cara yaitu oleh ginjal melakukan fungsi homeostatik dan ekskresi hasil metabolisme serta paru-paru dalam hal ini mengatur kadar O2 & CO2. Fungsi homeostasis ginjal melalui 3 proses pembentukan urin yaitu : 1. Filtrasi plasma oleh Glomerulus 2. Reabsorpsi selektif zat :garam, air, gula sederhana dan asam amino lingkungan internal atau mempertahankan proses metabolisme 3. Sekresi : a. Zat-zat dari darah ke dalam lumen tubulus untuk diekskresi dalam urin b. Pembentukan H + dan NH4 + untuk menahan basa (mempertahankan buffer darah) c. Penahanan kalium, asam urat, anion organik, ion hidrogen Struktur nefron meliputi 3 unit proses filtrasi yaitu melalui mekanisme darah dari aorta ke arteria renalis ke arteriole afferen selanjutnya bergabung membentuk arteriole efferen (mampu mengubah diameter lumennya) menuju jaringan kapiler yang mengelilingi nefro. Kapsula Bowman terdapat jumbai glomerulus ke tubulus kontortus proksimal ke tubulus rektus proksimal dan lengkung Henle (pars descendens, pars ascendens tipis dan pars ascendens tebal), yang terletak di medula dan kortek ginjal. Pars ascendens tebal ke tubulus kontortus distal, tubulus koligens kortikal dan tubulus koligen medula dan papila. Gambar 11.1 Struktur glomerulus pg. 199

Proses filtrasi plasma darah, diketahui volume darah masuk ke ginjal +1L/menit 20-25% Curah jantung istirahat dengan waktu 4-5 menit seluruh darah melalui ginjal, bersirkulasi ginjal secara luas sehingga menyebabkan ginjal mudah rusak. Tenaga filtrasi diperoleh melalui tekanan hidrostatik jantung serta tekanan intratubuler dan tekanan onkotik yang berasal dari tekanan ginjal yang sifatnya berlawann. Persamaan Starling SNGFR =Kf x a[(pq Pt)] (πq πt)] SNGFR : Single Nefron GFR (laju filtrasi untuk 1 nefron) Kf : Koefisien Permeabilitas a : Luas permukaan fferent (Pq-Pt) : Tekanan hidrostatik (πq-πt) : gaya onkotik Tekanan filtrasi yaitu tekanan hidrostatik jantung yang sampai ke kapiler (arteriol fferent nefron) = + 40% tekanan darah. Bila tekanan darah 110 mmhg maka tekanan pada arteriol fferent nefron = 40/100 x 110 = 44 mmhg (+ 45), tekanan ini dilawan oleh tekanan intra tubuler = -10 mmhg dan tekanan hidrostatik efektif = 45-10 = 35 mmhg. Tekanan hidrostatik efektif ini tidak berubah sepanjang seluruh kapiler glomerulus serta tekanan onkotik tubulus = 0, kapiler permulaan = 20 mmhg serta kapiler akhir glomerulus = 35 mmhg. Kapiler fferent dan efferent, pada permulaan kapiler Aferent (tekanan filtrasi) sejumlah 45 mmhg -20 mmhg onkotik 10mmHg intratubuler = 15 mmhg, pada kapiler Eferent dari onkotik 35 mmhg akan terjadi pemekatan menjadi 15 mmhg (~ tekanan filtrasi 15 mmhg) menjadi tekanan 0, pada kapiler fferent terjadi filtrasi (terjadi perbedaan tekanan = 15 mmhg) filtrasi ini menurun hingga pada kapiler fferent = 0 (tidak terjadi filtrasi). Bila terjadi perubahan tekanan darah akan terjadi perubahan tonus arteriole fferent dan tekanan hidrostatik kapiler tetap normal hal ini merupakan reaksi autoregulasi Gambar Atriol Aferent dan Eferent Gambar 11.2 Tekanan aferen dan eferen pg. 200

Autoregulasi diatur oleh sistem saraf intrinsic dan faktor-faktor hormonal yaitu angiotensin II, prostaglandin intrarenal (Pg) dan vasopresin dari hipofisa posterior. Bila tekanan darah rendah sekali maka tekanan filtrasi O (berhenti sama sekali) menyebabkan anuria. Bila tekanan darah naik lagi akan terjadi filtrasi lagi dan pembentukan urin. Faktor yang mempengaruhi filtrasi yaitu tekanan darah yaitu bila terjadi peningkatan dan penurunan tekanan darah GFR dipertahankan tetap oleh autoregulasi, obstruksi jalan arteri yang menuju ke glomerulus, peningkatan tekanan intertubuler oleh proses peradangan dan peningkatan tekanan intratubuler oleh penyumbatan dalam d.clligentes, ureter, urethra. Membran glomerulus dapat rusak oleh proses peradangan misal glomerulo nephritis terjadi tidak berfungsinya sebagai saringan lagi (bocor) menyebabkan protein dalam sel-sel darah masuk ke urin akibat luas membran berkurang menyebabkan filtrasi menurun. GFR(glomerulus Filtration Rate) dalam 1 menit darah melalui ginjal 1L, mengalami filtrasi 2 juta nefron membentuk filtrat yang terbentuk 120 ml. GFR = 120 ml/menit (dewasa). Cairan glomerulus terdiri atas plasma-protein atau darah-protein-sel-sel darah. Komponen filtrat glomerulus terdiri atas zat yang dibutuhkan tubuh (air, glukosa, as.amino, elektrolit) dan zatzat yang harus dibuang (urea, kreatinin, asam urat). Filtrat yang dihasilkan dalam bentuk urin dilakukan dengan 2 proses reabsorbsi selektif oleh tubulus dan ekskresi oleh tubulus. Reabsobsi selektif Na, Cl dan air; glukosa; asam amino; Ca dan fosfat serta Na, Cl dan air. Pada tubulus proximal 60-80% volume filtrat diabsorbsi kembali dalam tubulus proxima. Cairan tubulus isosmotik karena penyerapan air dan Cl mengikuti penyerapan Na (aktif). Secara pasif mengalami penyerapan air obligatoris dan perubahan volume cairan yang berdifusi ke lumen tubuli di atur oleh rapat/renggangnya tight junction. Gambar 11.3 Filtrasi selektif Na, Cl & air pg. 201

Na, Cl dan air dalam lengkung henle, berlangsung di : a. Pars.descendens, lebih permeabel terhadap air, sekitar 70% air diserap kembali, disebabkan bag.medulla dan papilla hiperosmotik disebut filtrat hiperosmotik b. Pars. ascendens, tidak permeble terhadap air, permeable terhadap NaCl dan sebagian urea disebut filtrat hipoosmotik, volume tetap karena air ikut berdifusi c. Cairan tubulus isosmolar, merupakan akhir tubulus proximal, pada tubulus distal terjadi reabsobsi Cl aktif dan Na pasif disebut cairan hipotonik Gambar 11.3 Filtrasi di lengkung henle Kerja ADH yaitu dalam hal ini bila minum banyak menybabkan plasma encer sehingga terjadi rangsangan ke hipofisi posterior maka sekresi ADH menurun, reabsobsi air fakultatif menurun akibatnya urin encer osm < 285 mosm/l dan volume urin meningkat. Bila kurang minum/kehilanngan air darah menjadi pekat, osmolaritas meningkat, terjadi rangsangan osmoreseptor/hipofisa posterior, terjadi peningkatan sekresi ADH menyebabkan reabsobsi fakultatif meningkat serta volume urin menurun dan Bj meningkat (pekat). Obat/keadaan yang mempengaruhi sekresi ADH antara lain alkohol menurunkan sekresi ADH dan volume urin meningkat. Stress Operasi/obat anastesi dapat meningkatkan sekresi ADH menyebabkan volume urin menurun (Oliguria). pg. 202

Gambar 11.4 Filtrasi di Korteks-medula Zat Ambang merupakan zat-zat dalam filtrasi glomerulus dibagi dalam zat dengan ambang tinggi (High treshold substance) yaitu zat yang bila bila kadarnya dalam darah normal, hampir seluruhnya diabsobsi kembali dalam tubulus distal. Zat tersebut baru ada dalam urin dalam jumlah yang berarti bila kadar dalam darah lebih dari normal. Contoh asam amino, glukosa dan elektrolit. Zat dengan ambang rendah (Low threshold subbstance) yaitu zat sedikit/hampir tidak diserap kembali oleh tubuli distal. Contoh urea, kreatinin dan asam urat, Na, Cl dan air. Dalam tubulus distal sensitif terhadap ADH (vasopresin/petresin), sistem pengangkutan bersifat reabsobsi fakultatif, bila ada ADH terjadi permeable terhadap air dan bila tidak ada ADH, tidak permeabel terhadap air. Osmolaritas plasma : 85 295 mosmol/l. Kapasitas ginjal yaitu pembentukan filtrat 120 ml/menit dalam pembentukan urin 1 ml/menit. Reabsorbsi glukosa terjadi dalam tubuli contortus proximal, kapasitas maximum absorbsi glukosa (TmG) = 350 mg/menit. Bila glukosa difiltrasi > TmG terjadi glukosuria. Banyak glukosa yang difiltrasi tergantung kadar glukosa darah dan GFR. Bila GFR menurun akan diperlukan kadar glukosa darah yang lebh tinggi untuk terjadinya glukosuria. Contoh bila kadar glukosa 200 mg%, GFR 120 ml/menit, maka glukosa yang difiltrasi 120/100 x 200 mg = 240 mg. Reabsorbsi fosfat dipengaruhi 2 mekanisme yaitu sistem yang sensitif terhadap PTH, bekerja thd + 2/3 fosfat yang difiltrasi dan sistem yang tergantung Ca ++, bekerja terhadap + 1/3 fosfat yang difiltrasi. Reabsorbsi fosfat menurun terjadi hiperfosfaturia (banyak fosfat dibuang dalam urin akibatnya terjadi perubahan metabolisme tulang, penyakitnya vitamin D resistant rickets (anak) dan osteomalacia (milmans syndrome/dewasa), hipofosfatemik-glukosuric rickets de toni-fanconi syndrome). Zat yang disekresikan antara lain kreatinin, asam urat, K +, H +, Ion-ion anorganik dan zat asing. Sekresi Tubuli Distal (aktif) memerlukan energi dan zat pengemban (carrier) (suksinat dan SAS). Kecepatan maksimal sekresi (Tm sekresi) ditentukan oleh kapasitas pengemban. Contoh pg. 203

pada Tm PAH (Para amino Hipurat) pasien 20 mg/menit dan Tm PAH 80 mg/menit, maka bagian ginjal yang berfungsi 20/80 x100% = 25% atau 75% ginjal rusak. Gambar 11.5 Mobilisasi ion hidrogen dalam tubulus proksimal Gambar 11.6 Sekresi ion hidrogen dalam tubulus distal Gambar 11.7 Pembentukan amoniak dalam tubulus distal pg. 204

Ginjal sebagai organ endokrin, merupakan hormon dan zat-zat yang mempengaruhi organ/jaringan lain, yaitu rennin, prostaglandin, lipid netral antihipertensi, eritropoietin, eritrogenin dan 1,25 dioh-cholekalsiferol. Ginjal juga sebagai penghancur hormone, hormon yang dihancurkan antara lain insulin, glucagon, 25 OH-colekalsiferol dan aldosteron. Mekanisme kerja diuretika. Diuretika yaitu obat yang mempercepat kehilangan air dan garam melalui urin dan diuretika osmotik yaitu zat yang tidak dapat diserap kembali yang menaikkan osmolaritas tubulus, contoh diamox. Gambar 11.8 Aktivitas Vasopresin Diamox, merupakan inhibitor karbonik anhidrase, sehingga CO2 yang masuk sel terhambat diubah menjadi H2COO3, terjadipemecahan HCO3 dan H + menurun menyebabkan sekresi H + menurun H + urin menurun serta Na + yang masuk ke sel menurun karena Na + mengimbangi keluarnya H + ke urin dan banyak HCO3 - yang disekresi ke urin, ph menjadi alkalis, H + yang disekresi sedikit jadi harus diimbangi oleh K + yang diekskresikan supaya H + meningkat dan jumlah urin menjadi meningkat. Efek Diuretika, pada kasus DM/Glukosa meningkat dalam darah akan dikeluarkan melalui urin, glukosa akan bertindak sebagai diuretik substance (menarik air) menyebabkan urin meningkat dan sering buang air kecil. Tes fungsi ginjal, clearance/klirens (penjernihan) pada kecepatan ekskresi suatu zat oleh ginjal, volume darah/plasma yang dijernihkan dari zat-zat yang diekkresi dalam 1 menit. Eksogen disuntik dari luar/memerlukan zat dari luar (inulin clearance 120mL/1,73 m 2 manitol clearance). Endogen tidak memerlukan zat dari luar (Kreatinin clearance 95-109 ml/menit dan urea clearance).c inulin = u x v/p (U = kadar inulin dalam urin, V = volume urin (ml/menit), P = kadar inulin plasma. Klirens kreatinin, bila kadar kreatinin darah normal, kreatinin difiltrasi, tidak direabsorbsi dan tidak disekresi sehingga kadar kreatinin = GFR. Kadar kreatinin dapat dipakai untuk memperkirakan GFR dan keuntungannya tidak perlu menyuntikkan zat dari luar. Normal : 95-105 ml/menit, RPF (Renal Plasma Flow) = plasma yang melalui ginjal permenit. Pengukuran RPF menggunakan PAH (para amino hipurat). PAH difiltrasi dan disekresi lebih besar dari GFR. Bila pg. 205

kadar dalam darah rendah (2 mg%) PAH hanya difiltrasi saja dalam 1 kali sirkulasi sehingga clearence PAH konsentrasi rendah dapat dipakai untuk mempertahankan RPF. Normal RPF = 574 ml/menit/1,73 m 2 luas permukaan tubuh. Diupayakan persentasinya meningkat maka ia akan difiltarsi dan disekresi. Filtration Fraction yaitu jumlah plasma yang melalui ginjal dan difiltrasi persatuan waktu. FF = C inulin/rpf = GFR/RPF = 125/574 = 0,217 (=21,7%). Normal : 1/5. Tubular secretory mass, Tm PAH/Diodrast = kapasitas maksimum sekresi PAH oleh tubuli. Cara yang diberikan PAH sedemikian rupa sehingga kadar PAH dalam darah 50 mg%, karena sistem pengemban (carrier) untuk sekresi bekerja maksimal. Perhititungan selisih PAH urin dan PAH yang difiltrasi. Tm PAH = 80 mg/menit/1.73 m 2 LPT. Pengukuran PAH dapat untuk melihat berapa bagian ginjal yang masih berfungsi. Jika Tm PAH = 40 mg/menit/1.73 m 2 LPT maka kemungkinan ginjal yang masih berfungsi 50%. Tes Pemekatan (Concentration Test), kelainan dalam daya pemekatan ginjal merupakan gejala permulaan penyakit ginjal. Bila ginjal berfungsi baik pada kekurangan air dikeluarkan urin yang pekat yang volumenya kecil, Bj besar, osmolaritasnya sama dengan filtrat (285-295 mosm/l atau Bj 1,010). Tes Pemekatan (Addis Test) intake cairan sangat dibatasi, percobaan dilakukan 24 jam (08.00 pagi -08.00 pagi esok). Tidak boleh dilakukan pada : penderita fungsi ginjal berat, keadaan udara panas, DM poliuria). Diukur Bj urin 24 jam (norma > 1.025). Bila < 1,025 berarti ada kerusakan ginjal, kecuali pada : kehamilan, diet protein/garam. Tes pemekatan (Mosenthal Test) pembatasan cairan tidak seketat Addis Test, urin jam 08.00 dibuang, tes dimulai dengan pengosongan kantung kencing. Urin ditampung setiap 2 jam (sampai 24 jam) dan Bj-nya. Urin dikumpulkan jadi satu dan diukur volumenya. Hasil siang (Bj > 1,018 dan beda Bj urin yang terkecil dan terbesar 0.009), malam (Bj > 1,018 dan volume < 725 ml) Tes radioisotop, pemeriksaan ginjal dengan radioisotop, iodothalamate untuk melihat GFR. Hipurat untuk melihat RPF. Susunan urin, volume uri dewasa normal 600-2500 ml. volume urin dipengaruhi intake air, suhu luar, makanan, mental-fisik individu, volume urin berkurang pada musim panas karena berbanding terbalik dengan pengeluaran keringat. Nitrogen, kopi, teh dan alkohol bersifat efek diuretik. Urin pada saat tidur setengah dari jumlah urin pada waktu beraktivitas. ph 4.7-8.0. Bila intake protein tinggi, urin asam karena berlebih fosfat dan sulfat sebagai hasil metabolisme protein. Urin bisa alkali bila dibiarkan di udara luar karena urea dan amoniak kehilangan CO 2. Warna normal kuning pucat/ambar, berwarna bervariasi terjadi oleh urokrom, urobilin, hematoporfirin. Bila kondisi demam berwarna kuning tua karena pemekatan urin. Penyakit hati, pigmen empedu akan mewarnai urin menjadi hijau, coklat atau kuning tua, Hb memberi warna merah pada urin (infeksi). Methemoglobin dan asam homogentisat memberi warna coklat pada urin. Metilen blue/pencahar memberi warna coklat pada urin. Urin umumnya jernih, bila keruh bisa disebabkan pengendapan kalsium fosfat, Bau normal amonia, bervariasi : umumnya berubah sesuai makanan yang dimakan terjadi ketosis bau aseton. Unsur normal dalam urin terdapat urea, ammonia, kreatinin dan keratin, asam urat, asam amino bebas, allantoin, klorida, sulfat (sulfur/sulfur etereal/sulfur netral), fosfat, oksalat, mineral lain : natrium, kalium, kalsium, Mg dan vitamin, hormon, enzim. pg. 206

Unsur abnormal urin terdiri atas protein < 0,5% atau 30-200 mg volume 24 jam (Proteinuria/albuminuria), glukosa (tidak lebih 1 g dalam volume 24 jam), gula lain : Fruktosuria, Pentosuria, galaktosuria, benda keton (3-15 mg volume 24 jam), bilirubin (Ikterus), darah (kerusakan ginjal atau infeksi) dan porfirin (60-280 ug/ml volume 24 jam). pg. 207