ph = log = - log [H + ] ph = - log [0, ] ph = 7,4

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ph = log = - log [H + ] ph = - log [0, ] ph = 7,4"

Transkripsi

1 KESEIMBANGAN ASAM BASA Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen. Molekul yang mengandung atom-atom hidrogen yang dapat melepaskan ion ion hidrogen dalam larutan dikenal sebagai asam. Satu contoh adalah asam hidrochlorida (HCl) yang berionisasi dalam air membentuk ion ion hidrogen (H + ) dan ion klorida (Cl - ). Demikian juga asam karbonat (H 2 CO 3 ) berionisasi dalam air membentuk ion H + dan ion bikarbonat ( HCO - 3 ). Basa adalah ion atau molekul yang dapat menerima ion hidrogen. Sebagai - contoh, ion bikarbonat, HCO 3 adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu ion hidrogen untuk membentuk H 2 CO 3. Protein protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap menerima ion-ion hidrogen. H + di CES dalam keadaan normal adalah 4 x 10-8 atau 0, ekivalen per liter. Konsep ph telah diciptakan untuk menyatakan [H + ] secara lebih sederhana. ph setara dengan logaritma (log) berbasis 10 dari kebalikan konsentrasi ion hidrogen : ph = log = - log [H + ] ph = - log [0, ] ph = 7,4 Larutan yang memiliki ph kurang dari 7,0 mengandung [H + ] yang lebih tinggi daripada H 2 O murni dan dianggap sebagai asam. Sebaliknya, larutan yang memiliki nilai ph lebih besar daripada 7,0 memiliki [H + ] lebih rendah dan dianggap sebagai basa atau alkali. ph darah arteri dalam keadaan normal adalah 7,45 dan ph darah vena adalah 7,35, untuk ph darah rata-rata adalah 7,4. ph darah vena sedikit lebih rendah karena adanya H + yang dihasilkan oleh pembentukan H 2 CO 3 dari CO 2 yang diserap di

2 kapiler jaringan. Asidosis terjadi apabila ph darah turun di bawah 7,35 sementara alkalosis terjadi jika ph darah lebih dari 7,45. Pada keadaan normal, H + secara terus menerus ditambahkan ke cairan tubuh dari tiga sumber berikut : 1. Pembentukan asam karbonat. 2. Asam anorganik yang dihasilkan selama penguraian nutrien 3. Asam organik yang dihasilkan dari metabolisme perantara Dengan demikian, pembentukan ion hidrogen dalam keadaan normal berlangsung secara terus menerus akibat adanya berbagai aktivitas metabolik. Ada 3 sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh untuk mencegah asidosis atau alkalosis : 1. Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan. 2. Pusat pernapasan, yang mengatur pembuangan CO 2 dari cairan ekstraselular. 3. Ginjal, yang dapat mengeksresikan urin asam atau urin alkalin, sehingga menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler menuju normal selama asidosis atau alkalosis. Saat terjadi perubahan dalam konsentrasi ion hidrogen, sistem penyangga cairan tubuh bekerja dalam waktu yang singkat untuk meminimalkan perubahan perubahan ini. Sistem penyangga tidak mengeliminasikan ion-ion hidrogen dari tubuh atau menambahnya ke dalam tubuh tetapi hanya menjaga agar mereka tetap terikat sampai keseimbangan tercapai kembali.garis pertahanan kedua, sistem pernapasan, juga bekerja dalam beberapa menit untuk mengeliminasikan CO 2 dan oleh karena itu H 2 CO 3 dari tubuh. Kedua garis pertahanan pertama ini menjaga konsentrasi ion

3 hidrogen dari perubahan yang terlalu banyak sampai garis pertahanan ketiga yang bereaksi lebih lambat, ginjal, dapat mengeliminasikan kelebihan asam dan basa dari tubuh. Walaupun ginjal relatif lambat memberi respons, dibandingkan dengan pertahanan-pertahanan lain, ginjal merupakan sistem pengatur asam basa yang paling kuat selama beberapa jam sampai beberapa hari. 1 A. SISTEM PENYANGGA BIKARBONAT Suatu penyangga adalah zat apapun yang secara terbalik dapat mengikat ion-ion hidrogen. Bentuk umum dari reaksi penyangga adalah : Penyangga + H + Penyangga H Bila konsentrasi ion hidrogen meningkat, reaksi dipaksa ke kanan dan lebih banyak ion hidrogen yang bereaksi dengan penyangga. Sebaliknya bila konsentrasi ion hidrogen menurun, reaksi bergeser ke arah kiri, dan ion ion hidrogen dilepaskan dari penyangga. Sistem penyangga bikarbonat terdiri dari larutan air yang mengandung dua zat : (1) asam lemah, H 2 CO 3, dan (2) garam bikarbonat, seperti NaHCO 3. H 2 CO 3 dibentuk Karbonik anhidrase dalam tubuh oleh reaksi CO 2 dengan H 2 O : CO 2 + H 2 O H 2 CO 3 H HCO 3 Reaksi ini bersifat reversibel karena dapat berlangsung dalam dua arah, bergantung pada konsentrasi zat-zat yang terlibat. Reaksi ini lambat, dan sangat sedikit jumlah H 2 CO 3 yang dibentuk kecuali bila ada enzim karbonik anhidrase. Enzim ini terutama banyak sekali di dinding alveoli paru, dimana CO 2 dilepaskan; karbonik anhidrase juga ditemukan di sel epitel tubulus ginjal, dimana CO 2 bereaksi dengan H 2 O untuk membentuk H 2 CO 3.

4 Persamaan Henderson-Hasselbalch Untuk menyatakan konsentrasi ion hidrogen lebih sering dalam unit ph daripada dalam konsentrasi yang sebenarnya. ph = 6,1 + log Dengan persamaan tersebut seseorang dapat menghitung ph suatu larutan bila konsetrasi molar dari ion bikarbonat dan PCO 2 diketahui. Dari persamaan Henderson- Hasselbalch, kelihatan bahwa peningkatan konsentrasi ion bikarbonat menyebabkan ph meningkat, menggeser keseimbangan asam-basa menuju alkalosis. Dan peningkatan PCO 2 menyebabkan ph menurun menggeser keseimbangan asam basa menuju asidosis. 1 B. SISTEM PENYANGGA HEMOGLOBIN Hemoglobin menyangga H + yang dibentuk CO 2 hasil dari metabolisme yang singgah dalam perjalanan antara jaringan dan paru. Di tingkat kapiler sistemik, CO 2 secara terus menerus berdifusi ke dalam darah dari sel jaringan tempat gas tersebut dihasilkan. Sebagian besar CO 2 ini membentuk H 2 CO 3, yang secara parsial terurai menjadi H + dan HCO - 3. Secara bersamaan, oksihemoglobin (HbO 2 ) mengeluarkan O 2 yang berdifusi ke dalam sel. Hb tereduksi (tidak teroksigenasi) memiliki afinitas yang lebih besar terhadap H + daripada HbO 2. Dengan demikian, sebagian besar H + yang dihasilkan dari CO 2 di tingkat jaringan akan terikat ke Hb dan tidak lagi ikut serta menentukan keasaman cairan tubuh. Di paru reaksinya berbalik. Sewaktu Hb menyerap O 2 yang berdifusi dari alveolus ke dalam sel darah merah, afinitas Hb untuk H + menurun sehingga H + dilepaskan. Ion H + yang dibebaskan tersebut berikatan dengan HCO - 3 untuk menghasilkan H 2 CO 3 yang kemudia menghasilkan CO 2 untuk dikeluarkan melalui paru. Apabila tidak terdapat Hb, darah akan menjadi terlalu asam setelah menyerap CO 2 di jaringan.

5 C. MEKANISME KONTROL ph OLEH SISTEM PERNAPASAN Garis pertahanan kedua terhadap gangguan asam basa adalah pengaturan konsentrasi CO 2 cairan ekstraseluler oleh paru-paru. Sistem pernapasan berperan penting dalam keseimbangan asam basa karena kemampuannya mengubah ventilasi paru, dan dengan demikian mengubah kecepatan ekskresi CO 2 penghasil H +. Jika [H + ] arteri meningkat, pusat pernapasan di batang otak secara refleks terangsang untuk meningkatkan ventilasi paru (kecepatan pertukaran gas antara paru dan atmosfer). Karena kecepatan dan kedalaman bernapas meningkat, lebih banyak CO 2 yang dihembuskan ke luar, sehingga jumlah H 2 CO 3 yang ditambahkan ke dalam cairan tubuh berkurang. Karena CO 2 membentuk asam, pengeluaran CO 2 pada dasarnya mengeluarkan asam dari tubuh. Sebaliknya, apabila [H + ] arteri turun, ventilasi paru berkurang. Akibat bernapas yang lebih lambat dan lebih dangkal, CO 2 hasil metabolisme akan berdifusi dari sel ke dalam darah lebih cepat daripada pengeluaran gas tersebut dari darah oleh paru, sehingga terjadi penimbunan lebih banyak CO 2 pembentuk asam di darah, sehingga [H + ] dapat dipulihkan ke tingkat normal. D. MEKANISME KONTROL ph OLEH GINJAL Ginjal adalah lini pertahanan ketiga terhadap perubahan-perubahan [H + ] dalam cairan tubuh; ginjal memerlukan waktu beberapa jam sampai hari untuk mengkompensasi perubahan ph cairan tubuh, dibandingkan dengan respons sistem penyangga yang segera dan respons sistem pernapasan yang memerlukan waktu beberapa menit. Ginjal mengatur konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler melalui tiga mekanisme dasar : 1. Eksresi H Ekskresi HCO 3 3. Produksi ion-ion bikarbonat baru

6 Eksresi ion hidrogen H + di sekresi oleh sel di nefron yang diikuti oleh reabsorbsi HCO - 3, penurunan ph urin, titrasi penyangga urin dan menyebabkan eksresi NH 4. Pada proses ini, - - reabsorbsi HCO 3 yang di filtrasi sangat penting, karena jumlah HCO 3 yang di filtrasi sebanyak 4500 meq/hari, sedangkan jumlah H + yang dibutuhkan untuk eksresi NH 4 hanya sebanyak 100 meq/hari. Sekresi H + (reabsorbsi HCO - 3 ) terjadi di sepanjang nefron. Tubulus proksimal reabsorbsi 80% dari bikarbonat yang difiltrasi, dan 15% lainnya di filtrasi di bagian tebal lengkung henle asendens. Sekresi H + terjadi melalui 2 transportasi membran atipikal, melalui transpor imbangan natrium dan H + ATPase. Transport imbangan natrium merupakan jalur utama sekresi H +. karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi transport natrium akan secara tidak langsung mempengaruhi sekresi H +. Proses sekresi dimulai ketika CO 2 berdifusi ke dalam sel tubulus atau dibentuk melalui metabolisme di sel epitel tubulus. CO 2, di bawah pengaruh enzim karbonik anhidrase, bergabung dengan H 2 O untuk membentuk H 2 CO 3 yang berdisosiasi menjadi HCO - 3 dan H +. Ion-ion hidrogen disekresikan dari sel masuk ke dalam lumen tubulus melalui transpor-imbangan natrium-hidrogen. Artinya, ketika natrium bergerak dari lumen tubulus ke bagian dalam sel, natrium mula-mula bergabung dengan protein pembawa di batas luminal membran sel; pada waktu yang bersamaan, ion hidrogen di bagian dalam sel bergabung dengan protein pembawa. Natrium bergerak ke dalam sel melalui gradien konsentrasi yang telah dicapai oleh pompa natrium-kalium ATPase di membran basolateral. Gradien untuk pergerakan natrium ke dalam sel kemudian menyediakan energi untuk menggerakkan ion hidrogen dalam arah yang berlawanan dari dalam sel ke lumen tubulus. Tubulus distal dan duktus kolektikus reabsorbsi bikarbonat yang lolos dari tubulus proksimal dan lengkung henle asendens bagian tebal ( 5% yang difiltrasi). Bikarbonat direabsorbsi sebagai hasil dari sekresi H + di sel intercalated, yang disekresi dengan 2 cara, yaitu H + ATPase dan H + /K + ATPase. Prosesnya tidak berbeda jauh dengan

7 transpor imbangan natrium. Seperti di tubulus proksimal dan lengkung henle asendens, karbonik anhidrase mengkatalisasi H 2 CO 3 menjadi H + dan HCO - 3. Mekanisme predominan bikarbonat menembus membran basolateral melalui Cl 2 /HCO - 3 sama seperti yang ditemukan di sel darah merah. Dimulai dari bagian akhir tubulus distal dan berlanjut melalui sisa sistem tubular, epitel tubulus menyekresikan ion-ion hidrogen melalui transpor aktif primer. Sekresi terjadi pada membran luminal sel tubulus, tempat ion-ion hidrogen ditranspor secara langsung oleh suatu protein khusus, yaitu pentranspor-hidrogen ATPase. Energi yang dibutuhkan untuk memompa ion hidrogen dihasilkan dari pemecahan ATP menjadi ADP. Untuk setiap ion hidrogen yang disekresikan, satu bikarbonat direabsorbsi, mirip dengan proses di dalam tubulus proksimal. Perbedaan utama adalah bahwa hidrogen bergerak melewati membran luminal melalui pompa aktif H + dan bukan melalui transpor-imbangan seperti yang terjadi pada awal nefron. Walaupun sekresi ion hidrogen di tubulus distal bagian akhir dan duktus koligentes hanya merupakan sekitar 5 persen dari ion hidrogen total yang disekresikan, mekanisme ini penting dalam pembentukan urin asam yang maksimal. Di tubulus proksimal, konsentrasi ion hidrogen dapat ditingkatkan hanya sekitar tiga sampai empat kali lipat, walaupun sejumlah besar ion hidrogen disekresikan melalui nefron ini. Sebaliknya konsentrasi ion hidrogen dapat ditingkatkan sebanyak 900 kali lipat di dalam duktus koligentes. Eksresi bikarbonat Ginjal mengatur [HCO - 3 ] plasma melalui dua mekanisme yang saling berkaitan : (1) reabsorbsi HCO yang difiltrasi kembali ke plasma dan (2) penambahan HCO 3 baru ke plasma. Kedua mekanisme tersebut terkait erat dengan sekresi H + oleh tubulus ginjal. Setiap kali sebuah H + disekresikan ke dalam cairan tubulus, secara simultan sebuah HCO - 3 yang dipindahkan ke dalam plasma kapiler peritubulus. Reabsorbsi ion

8 bikarbonat ini diawali oleh reaksi di dalam tubulus antara ion-ion bikarbonat yang disaring pada glomerulus dan ion-ion hidrogen yang disekresi oleh sel-sel tubulus. H 2 CO 3 yang terbentuk kemudian berdisosiasi menjadi CO 2 dan H 2 O. CO 2 dapat bergerak dengan mudah melewati membran tubulus. Oleh karena itu, CO 2 segera berdifusi masuk ke dalam sel tubulus, tempat CO 2 bergabung dengan H 2 O, di bawah pengaruh karbonik anhidrase, untuk menghasilkan molekul H 2 CO 3 yang baru. H 2 CO 3 ini kemudian berdisosiasi membentuk ion bikarbonat dan ion hidrogen; ion bikarbonat kemudian berdifusi melalui membran basolateral ke dalam cairan interstitial dan dibawa naik ke darah kapiler peritubular. Jadi, setiap kali ion hidrogen dibentuk di dalam sel-sel epitel tubular, ion bikarbonat juga dibentuk dan dilepaskan kembali kedalam darah. Bila terdapat kelebihan ion bikarbonat melebihi ion hidrogen dalam urin, seperti yang terjadi pada alkalosis metabolik, kelebihan ion bikarbonat tidak dapat direabsorbsi; oleh karena itu, kelebihan ion bikarbonat ditinggalkan di dalam tubulus dan akhirnya dieksresikan ke dalam urin, yang membantu mengoreksi alkalosis metabolik. Pada asidosis, terdapat kelebihan jumlah ion hidrogen dibandingkan dengan ion bikarbonat, menyebabkan reabsorbsi menyeluruh bikarbonat, dan kelebihan ion hidrogen dikeluarkan ke dalam urin. Jadi, mekanisme dasar dimana ginjal mengoreksi asidosis atau alkalosis merupakan titrasi tidak lengkap dari ion hidrogen terhadap ion bikarbonat, meninggalkan salah satu dari kedua ion ini untuk dikeluarkan ke dalam urin, dan oleh karena itu dihilangkan dari cairan ekstraseluler. Pembentukan bikarbonat baru SISTEM PENYANGGA FOSFAT Sistem penyangga fosfat terdiri dari HPO = 4 dan H 2 PO - 4. Keduanya menjadi pekat di dalam cairan tubulus akibat reabsorbsinya yang relatif buruk dan akibat reabsorbsi air

9 dari cairan tubulus. Faktor lain yang membuat fosfat menjadi penting sebagai penyangga tubulus adalah kenyataan bahwa pk sistem ini adalah sekitar 6,8. Selama terdapat kelebihan ion bikarbonat dalam cairan tubulus, kebanyakan ion hidrogen yang disekresikan bergabung dengan ion bikarbonat. Akan tetapi, sekali semua bikarbonat telah direabsorbsi dan tidak ada lagi yang tersedia untuk berikatan dengan ion hidrogen, setiap kelebihan ion hidrogen dapat bergabung dengan HPO - 4 dan penyangga tubulus lainnya. Setelah ion hidrogen bergabung dengan HPO = 4 untuk membentuk H 2 PO - 4, ion hidrogen dapat dieksresikan sebagai garam natrium NaH 2 PO 4, dengan membawa serta kelebihan hidrogen. Oleh karena itu, kapan pun ion hidrogen yang disekresikan ke dalam lumen tubulus bergabung dengan suatu penyangga selain bikarbonat, hasil akhirnya adalah penambahan ion bikarbonat baru ke dalam darah. Pada kondisi normal, kebanyakan fosfat yang disaring akan direabsorbsi, dan hanya tersedia sekitar 30 sampai 40 meq/hari untuk menyangga ion hidrogen. Oleh karena itu, sebagian besar penyanggaan untuk kelebihan ion hidrogen dalam cairan tubulus pada keadaan asidosis terjadi melalui sistem penyangga amonia. SISTEM PENYANGGA AMONIA Sistem penyangga fosfat terdiri atas amonia (NH 3 ) dan ion amonium (NH + 4 ). Ion amonium disintesis dari glutamin, yang secara aktif ditranspor ke dalam sel epitel tubulus proksimal, cabang tebal asenden ansa Henle, dan tubulus distal. Sekali berada dalam sel, setiap molekul glutamin dimetabolisme untuk membentuk dua ion NH 4+ dan dua ion HCO - 3. NH + 4 disekresikan ke dalam lumen tubulus melalui mekanisme - transpor-imbangan sebagai pertukaran dengan ion natrium, yang direabsorbsi. HCO 3 bergerak melewati membran basolateral bersama dengan ion natrium (Na + ) yang direabsorbsi ke dalam cairan interstitial dan diambil oleh kapiler peritubular. Jadi, untuk setiap molekul glutamin yang dimetabolisme di dalam tubulus proksimal, dua

10 ion NH + 4 disekresikan ke dalam urin dan dua ion HCO - 3 direabsorbsi ke dalam darah. HCO - 3 yang dihasilkan oleh proses ini membentuk bikarbonat baru. Dalam tubulus koligentes, penambahan ion NH + 4 ke cairan tubulus terjadi melalui mekanisme yang berbeda. Di sini, ion hidrogen disekresikan oleh membran tubulus ke dalam lumen, termpatnya bergabung dengan amonia (NH 3 ) untuk membentuk NH + 4, yang kemudian dieksresikan. Duktus koligentes bersifat permeabel untuk NH 3, yang dengan mudah dapat berdifusi ke dalam lumen tubulus. Akan tetapi, membran luminal bagian tubulus ini kurang permeabel untuk NH + 4, oleh karena itu, sekali ion hidrogen sudah bereaksi dengan NH 3 membentuk NH + + 4, NH 4 + terperangkap di dalam lumen tubulus dan dikeluarkan dalam urin. Untuk setiap NH 4 yang dieksresikan, dihasilkan HCO - 3 yang baru dan ditambahkan ke dalam darah. Peningkatan konsentrasi ion hidrogen dalam cairan ekstraseluler merangsang metabolisme glutamin ginjal, sehingga meningkatkan pembentukan NH + 4 dan bikarbonat baru untuk digunakan dalam penyanggaan ion hidrogen; penurunan konsentrasi ion hidrogen memiliki efek berlawanan. Pada asidosis kronik, mekanisme utama yang mengeliminasi asam adalah eksresi NH + 4. Mekanisme ini juga merupakan mekanisme utama untuk menghasilkan bikarbonat baru selama asidosis kronik. 3,4 PENDEKATAN KLINIS KELAINAN ASAM BASA Setiap harinya tubuh produksi asam melalui metabolisme normal, dan juga melalui makanan yang dikonsumsi. Paru-paru melepaskan atau menguatkan ikatan asam jika dibutuhkan begitu juga dengan ginjal dapat bekerja dengan baik dengan mengeliminasi atau reabsorbsi asam. Jika terjadi penurunan asam, atau kehilangan asam, bikarbonat menyangga H + untuk meminimalisir perubahan ph. ph berhubungan dengan konsentrasi H +. ph yang rendah berhubungan dengan tingginya konsentrasi H + dan dikenal sebagai asidosis, dan sebaliknya tingginya ph berhubungan dengan rendahnya konsentrasi H + yang dikenal sebagai

11 alkalosis. Hubungan antara O 2, H +, CO 2 dan HCO - 3 adalah sebagai poin utama dalam mengerti keseimbangan asam basa dan menggambarkan pentingnya system penyangga CO 2 / HCO - 3. System penyangga CO 2 / HCO - 3 mengambil andil besar dalam kelebihan H +. H + dan HCO - 3 diubah menjadi H 2 CO 3 dengan adanya karbonik anhidrase (terdapat di sel darah merah) dan dipecah lagi menjadi CO 2 dan H 2 O. interaksi CO 2 dan HCO - 3 lambat di plasma, tetapi lebih cepat di sel darah merah dengan adanya karbonik anhidrase. KELAINAN RESPIRATORIK Kelainan keseimbangan asam basa sebagai hasil dari kelainan pernapasan. Peningkatan konsentrasi atau retensi CO 2, misalnya ketika produksi lebih besar daripada eksresi meningkatkan produksi H + melalui terbentuknya asam karbonat. Keadaan ini menurunkan ph dan hal ini terjadi sebagai akibat dari asidosis respiratorik yang disebabkan oleh terganggunya eksresi CO 2 seperti PPOK. Penurunan konsentrasi pco 2, misalnya ketika eksresi lebih banyak dari produksi, dapat menyebabkan penurunan H +. ph akan meningkat dan alkalosis respiratorik sebagai hasil dari penurunan konsentrasi H +. keadaan ini dapat ditemukan pada keadaan hiperventilasi dimana eksresi CO 2 berlebihan. Paru-paru memegang peran utama dalam menjaga konsentrasi H +. 5 KELAINAN METABOLIK Kelainan asam basa yang disebabkan oleh intake asam yang berlebihan atau sebagai akibat dari kegagalan fungsi ginjal. Peningkatan H + akan menurunkan ph, dan secepatnya akan stimulasi kemoreseptor sentral meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernapasan. Hal ini dapat dilihat pada diabetik ketoasidosis ( akibat dari peningkatan produksi H + ) dan akhirnya akan timbul kompensasi respiratorik. Apabila

12 produksi asam kurang dari eksresinya, konsentrasi bikarbonat meningkat dan konsentrasi H + menurun, keadaan ini disebut alkalosis metabolik. Penurunan H + akan meningkatkan ph, dan akan menekan respons kemoreseptor sentral, menurunkan frekuensi dan kedalaman pernapasan. CO 2 ditahan dimana menyebabkan terbentuknya H + dan menurunkan ph mendekati batas normal. Respons ini dapat dilihat pada keadaan muntah berlebihan dimana terjadi kehilangan asam lambung yang berlebihan. 5 Kompensasi Ginjal Ginjal merupakan organ utama yang mengatur keseimbangan asam basa, dimana bekerja lambat dalam mengkompensasi perubahan keseimbangan asam basa. Mekanisme paling penting dalam mengatur keseimbangan asam basa dalam darah melalui : 6 Eksresi HCO 3 - dan reabsorbsi H + pada keadaan alkalosis Eksresi H + dan reabsorbsi HCO 3 - pada keadaan asidosis. ALKALOSIS Alkalosis respiratorik terjadi pada hiperventilasi. Penyebabnya meliputi perasaan yang terlalu gembira, keracunan salisilat atau kerusakan terhadap neuron pernapasan (misalnya akibat peradangan, trauma atau gagal hati). Kadang-kadang kekurangan suplai O 2 pada udara inspirasi (misalnya di dataran tinggi) menyebabkan peningkatan ventilasi sehingga jumlah CO 2 yang diekspirasikan meningkat. Sejumlah gangguan yang dapat menimbulkan alkalosis metabolik (nonrespiratorik) : Pada hipokalemia, gradien kimia untuk K + yang melewati membran sel meningkat. Pada beberapa sel, hal ini menimbulkan hiperpolarisasi yang - mendorong HCO 3 yang lebih bermuatan negatif untuk keluar dari sel.

13 Hiperpolarisasi, contohnya meningkatkan pengeluaran HCO - 3 dari sel tubulus proksimal melalui kotranspor Na. akibatnya terjadi asidosis intrasel yang akan merangsang pertukaran Na/H di lumen dan juga meningkatkan sekresi H serta pembentukan HCO3 di sel tubulus proksimal. Akhirnya kedua proses tadi menyebabkan alkalosis. Pada keadaan muntah yang disertai dengan pengeluaran isi lambung, tubuh akan kehilangan H. jika HCl yang dihasilkan oleh sel parietal dikeluarkan, yang tersisa sekarang hanya HCO3. Normalnya HCO3 yang dibentuk di lambung akan digunakan kembali di duodenum untuk menetralisir isi lambung yang asam dan hanya sementara menimbulkan alkalosis ringan. Muntah juga mengurangi volume darah. Edema serta kehilangan cairan melalui ginjal dan ekstarenal dapat pula menimbulkan pengurangan volume. Volume darah yang berkurang merangsang pertukaran Na/H di tubulus proksimal dan mendorong peningkatan reabsorbsi HCO3 oleh ginjal, meskipun pada keadaan alkalosis. Aldosteron yang dilepaskan pada keadaan hipovolemia merangsang sekresi H di nefron bagian distal. Jadi, kemampuan ginjal untuk membuang HCO3 menjadi berkurang dan akibatnya terjadi alkalosis karena pengurangan volue. Hiperaldosteronisme dapat menimbulkan alkalosis tanpa terjadi pengurangan volume. PTH umumnya menghambat absorbsi HCO3 di tubulus proksimal. Oleh karena itu, hipoparatiroidisme dapat menimbulkan alkalosis. Hati dapat membentuk glutamin atau urea dari NH4 melalui katabolisme asam amino. Pembentukan urea selain memerlukan 2 HCO3 yang hilang jika urine dieksresikan, juga memerlukan NH4. Pada gagal hati, pembentukan urea di hati menurun, hati menggunakan HCO3 yang lebih sedikit sehingga terjadi alkalosis. Akan tetapi, pada gagal hati lebih sering terjadi alkalosis respiratorik karena kerusakan pada neuron pernapasan. Peningkatan suplai garam alkali atau pengeluaran garam alkali dari tulang. 7

14 ASIDOSIS Berbagai penyakit sistem pernapasan primer ataupun sekunder dan gangguan pengaturan pernapasan dapat menimbulkan asidosis respiratorik. Hal ini dapat juga disebabkan oleh penghambatan kerja enzim karbonat anhidrase di eritrosit karena akan memperlambat pembentukan CO2 dari HCO3 di paru sehingga mengganggu pembuangan CO2 dari paru melalui ekspirasi. Asidosis metabolik dapat terjadi pada : Pada hiperkalemia, gradien kimia yang melewati membran sel berkurang. Depolarisasi yang diakibatkannya akan mengurangi daya pendorong listrik untuk transpor HCO3 elektrogenik keluar dari sel. Hal ini memperlambat pengeluaran HCO3 di tubulus proksimal melalui kotranspor Na. akibatnya terjadi alkalosis intrasel yang menghambat pertukaran Na/H di lumen sehingga sekresi H terhambat, begitu pula dengan pembentukan HCO3 di sel tubulus proksimal. Akhirnya proses ini menimbulkan asidosis (ekstrasel). Penyebab lain penurunan eksresi H dan pembentukan HCO3 oleh ginjal adalah gagal ginjal, defek transpor di tubulus ginjal, dan hipoaldosteronisme. PTH menghambat absorbsi HCO3 di tubulus proksimal, jadi pada hiperparatiroidisme, eksresi HCO3 oleh ginjal akan meningkat. Karena PTH secara bersamaan meningkatkan pengeluaran mineral dari alkali tulang, asidosis jarang terjadi. Kehilangan HCO3 dalam jumlah yang sangat banyak melalui ginjal terjadi jika karbonat anhidrase dihambat karena aktivitas enzim ini merupakan prasyarat absorbsi HCO3 di tubulus proksimal. Kehilangan bikarbonat dari usus terjadi pada muntah isi usus, diare dan fistula. Sejumlah besar enzim pankreas yang bersifat alkali, contohnya dapat hilang melalui fistula duktus pankreatikus. Karena hati memerlukan dua ion HCO3 ketika menggabungkan dua molekul NH4 pada pembentukan urea, peningkatan pembentukan urea dapat

15 menyebabkan asidosis. Dengan cara ini. Suplai NH4Cl dapat menyebabkan asidosis. 7 Asidosis metabolik diklasifikasikan menurut anion gap, baik normal maupun meningkat. Anion gap menggambarkan perbedaan antara anion dan kation yang terukur. Anion gap = Na + - (HCO Cl - ) Kation tak terukur yang utama adalah kalsium, magnesium, gama-globulin, dan potasium. Anion yang tak terukur albumin, fosfat, sulfat, laktat, dan anion organik lainnya. Anion gap normal 12 ± 4 meq/l.gangguan non asam basa yang dapat mempengaruhi interpretasi anion gap adalah hipoalbuminemia, hipernatremia atau hiponatremia, antibiotik juga dapat mempengaruhi interpretasi anion gap. ASIDOSIS DENGAN PENINGKATAN ANION GAP Asidosis metabolik normokloremik timbul sebagai akibat penambahan asam organik seperti laktat, asetoasetat, β-hidroksibutirat, dan toksin eksogen. Anion lainnya seperti isositrat, alpha-ketoglutarat, malate dan D-laktat, dapat menyebabkan laktat asidosis, diabetik ketoasidosis dan asidosis yang tidak diketahui penyebabnya. Produksi uremia meningkatkan asidosis metabolik dengan peningkatan anion gap melalui asam organik dan anion yang tidak dieksresikan. Asidosis laktat Asam laktat sebagai hasil dari glikolisis anaerob, biasanya terjadi pada sel di usus, skeletal, otot, otak, kulit dan eritrosit. Normalnya, kadar laktat rendah karena metabolisme laktat di hati melalui glukoneogenesis atau oksidasi di siklus krebs. Selanjutnya, ginjal metabolisme 30% laktat. Ada 2 tipe dasar asidosis laktat :

16 Tipe A (hipoksia) asidosis laktat umumnya disebabkan karena penurunan perfusi jaringan; kardiogenik; septik; syok hemoragik; carbon monoxide atau keracunan sianida. Kondisi ini menyebakan peningkatan produksi asam laktat perifer dan menurunkan metabolisme laktat di hepar karena menurunnya perfusi ke hati. Tipe B asidosis laktat disebabkan oleh kelainan metabolik (diabetes, ketoasidosis, penyakit liver, penyakit ginjal, infeksi, leukemia, atau limfoma) atau toksin (ethanol, methanol, salisilat, isoniazid, atau metformin). Diabetik Ketoasidosis Kelainan metabolik ini ditandai dengan hiperglikemia dan asidosis metabolik. Asidosis metabolik anion gap merupakan kelainan asam basa yang dianggap berasal dari diabetik ketoasidosis : H + + B - + NaHCO 3 CO 2 + NaB + H 2 O Dimana B adalah β-hidroksibutirat atau asetoasetat, keton bertanggung jawab dalam peningkatan anion gap. Diabetes dengan ketoasidosis dapat mengalami asidosis laktat karena hipoperfusi jaringan dan peningkatan metabolisme anaerob. Ketoasidosis alkoholik Kebanyakan dari pasien ini mengalami keseimbangan asam basa campuran. Walaupun penurunan HCO - 3 sering terjadi, 50% pasien normal atau ph alkalis. 3 tipe asidosis metabolik yang dapat ditemukan pada alkoholik ketoasidosis : 1. Ketoasidosis sebagai akibat dari kelebihan β-hidroksibutirate dan asetoasetat. 2. Asidosis laktat : metabolisme alkohol meningkatkan rasio NADH : NAD, menyebabkan peningkatan produksi laktat dan menurunnya penggunaan laktat. 3. Asidosis hiperkloremik karena kehilangan bikarbonat pada urin berhubungan dengan ketonuria. Alkalosis metabolik muncul penyusutan cairan dan muntah.

17 Alkalosis respiratorik sebagai akibat dari penggunaan alkohol, nyeri atau gejala lain yang berhubungan dengan sepsis atau gangguan hati. Toksin Toksin multipel dan obat meningkatkan anion gap meningkat produksi asam endogen. Contohnya adalah methanol, ethylene glycol dan salicylates. Asidosis uremik Ketika GFR turun ml/min, ginjal tidak dapat eksresi H + dan asam organik, seperti sulfat dan fosfat, menghasilkan peningkatan anion gap asidosis. Normal anion gap asidosis Gastrointestinal HCO - 3 loss Bikarbonat disekresikan oleh sistem gastrointestinal. Sekresi usus halus dan pankreas berisi HCO - 3, diare masiv atau drainase pankreas dapat menyebabkan kehilangan HCO - 3. Renal Tubular Acidosis Hiperkloremik asidosis dengan anion gap normal dan GFR yang normal, atau pada diare. Kelainan ini sebagai akibat dari tidak mampunya eksresi H + atau reabsorbsi HCO tipe utama dapat dibedakan melalui gambaran klinis, ph urin, anion gap urin, dan kadar K + serum. 1. RTA klasikal distal (tipe 1) Kelainan ini ditandai dengan hipokalemi hiperkloremik asidosis metabolik sebagai akibat dari menurunnya sekresi selektif H + di sel intercalated pada tubulus pengumpul. Selain itu, eksresi NH + 4 Cl - menurun dan anion gap urin positif. Peningkatan eksresi K + muncul sebagai akibat dari menurunnya kompetisi dari H + pada nefron distal.

18 2. RTA proksimal (tipe 2) Kelainan ini ditandai dengan hipokalemik hiperkloremik asidosis sebagai akibat dari kelainan di tubulus proksimal untuk reabsorbsi bikarbonat. Inhibitor Karbonik anhidrase dapat menyebabkan RTA proksimal. Gangguan reabsorbsi HCO - 3 akan menyebabkan tubulus distal kewalahan dalam reasorbsi HCO - 3, yang menyebabkan bicarbonaturia dan asidosis metabolik. 3. RTA hiporeninemik hipoaldosteronisme ( tipe 4) Umumnya tipe ini yang sering ditemukan. Kelainan ini disebabkan oleh defisiensi aldosteron, dimana kerusakan pada nefron distal menganggu reabsorbsi Na dan k dan eksresi H. penyebabnya adalah diabetik nefropati, hipertensi nefrosklerosis, dan AIDS. 8

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP: 132 296 973 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.......... 1 II. ASAM BASA DEFINISI dan ARTINYA............ 2 III. PENGATURAN KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN ASAM- BASA. dr.sudarno

KESEIMBANGAN ASAM- BASA. dr.sudarno KESEIMBANGAN ASAM- BASA dr.sudarno KESEIMBANGAN ASAM BASA Afinitas Hb terhadap O 2 terutama dikendalikan oleh ph darah ph darah (arterial) : 7,4 (7,35-7,45) Sistem yang berperan mempertahankan ph darah:

Lebih terperinci

Kesetimbangan asam basa tubuh

Kesetimbangan asam basa tubuh Kesetimbangan asam basa tubuh dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Departemen Biokimia, Biologi Molekuler dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ph normal darah Dipertahankan oleh sistem pernafasan

Lebih terperinci

2

2 Keseimbangan Asam Basa Dr. OK.M. Syahputra, M.Kes Dr. Almaycano Ginting, M.Kes Departemen Biokimia FK USU KESEIMBANGAN ASAM BASA Pengertian ph Defanisi ph -log (H + ) Untuk menghitung ph larutan : 1.Hitung

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN ASAM BASA Pengertian ph Definisi ph -log (H + ) Untuk menghitung ph larutan : 1.Hitung konsentrasi ion Hidrogen (H + ) 2.Hitung logaritma

KESEIMBANGAN ASAM BASA Pengertian ph Definisi ph -log (H + ) Untuk menghitung ph larutan : 1.Hitung konsentrasi ion Hidrogen (H + ) 2.Hitung logaritma Keseimbangan Asam Basa Dr. OK.M. Syahputra, M.kes Dr. Almaycano Ginting Departemen Biokimia FK USU KESEIMBANGAN ASAM BASA Pengertian ph Definisi ph -log (H + ) Untuk menghitung ph larutan : 1.Hitung konsentrasi

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL TAHUN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL TAHUN ASIDOSIS METABOLIK Disusun oleh: Desi (A101.19.006) Dewi Sekar (A101.19.007) Dina Fitri Astuti (A101.19.008) Ela Kusumawati (A101.19.009) Fatoni Aditya O (A101.19.010) Febriana Ramadhani (A101.19.011)

Lebih terperinci

respiratorik adalah alkalosis metabolic, sedangkan kompensasi dari alkalosis respiratorik adalah asidosis metabolic dan demikian juga sebaliknya.

respiratorik adalah alkalosis metabolic, sedangkan kompensasi dari alkalosis respiratorik adalah asidosis metabolic dan demikian juga sebaliknya. BAB I PENDAHULUAN Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hydrogen ([H + ]). Pada cairan tubuh asam terus menerus diproduksi dalam metabolisme yang normal. Meskipun terbentuk banyak asam

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terapi cairan Pemberian cairan bertujuan untuk memulihkan volume sirkulasi darah. 6,13 Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan

Lebih terperinci

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter Ginjal adalah organ pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia yang berfungsi untik mengekskresikan urine. Ginjal berbentuk seperti kacang merah, terletak di daerah pinggang, di sebelah kiri dan kanan tulang

Lebih terperinci

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Fungsi homeostatik ginjal Proses penyaringan (filtrasi)

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM HANDOUT klik di sini LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina (4301414032) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 PENGERTIAN LARUTAN

Lebih terperinci

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari

Lebih terperinci

Reaksi keseluruhannya :

Reaksi keseluruhannya : LI 1. Memahami dan Mengetahui Tentang Asam-Basa LO 1.1 Definisi Asam-Basa Definisi asam-basa menurut Arrhenius Menurut Arrhenius pada tahun 1903, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidrogen

Lebih terperinci

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns Pendahuluan Ginjal mempertahankan komposisi dan volume cairan supaya tetap konstan Ginjal terletak retroperitoneal Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke

Lebih terperinci

VII. KESEIMBANGAN ASAM BASA

VII. KESEIMBANGAN ASAM BASA VII. KESEIMBANGAN ASAM BASA Mohammad Hanafi, MBBS (Syd)., dr., MS. 1.Pendahuluan Untuk mempelajari keseimbangan asam basa, diperlukan pengertian tentang air, asam, basa dan mekanisme kompensasi tubuh untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. positif dan anion bermuatan negatif. Keseimbangan keduanya disebut sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. positif dan anion bermuatan negatif. Keseimbangan keduanya disebut sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Elektrolit Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang di sebut kation bermuatan positif dan anion bermuatan negatif. Keseimbangan keduanya disebut sebagai elektronetralitas.

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

G R A C I A C I N T I A M A S S I E P E M B I M B I N G : D R. A G U S K O O S H A RT O R O, S P. P D

G R A C I A C I N T I A M A S S I E P E M B I M B I N G : D R. A G U S K O O S H A RT O R O, S P. P D HIPOKALEMIA GRACIA CINTIA MASSIE PEMBIMBING : DR. AGUS KOOSHARTORO, SP.PD DEFINISI Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah dibawah 3.5 meq/l yang disebabkan oleh berkurangnya

Lebih terperinci

Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah dan Peranannya Dalam Penilaian Pasien- Pasien Kritis

Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah dan Peranannya Dalam Penilaian Pasien- Pasien Kritis Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah dan Peranannya Dalam Penilaian Pasien- Pasien Kritis Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA A. Pengertian Larutan Penyangga Larutan penyangga biasa disebut juga dengan larutan Buffer atau larutan Dapar. Dimana larutan penyangga merupakan larutan yang mampu

Lebih terperinci

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit: Keseimbangan cairan dan elektrolit: Pengertian cairan tubuh total (total body water / TBW) Pembagian ruangan cairan tubuh dan volume dalam masing-masing ruangan Perbedaan komposisi elektrolit di intraseluler

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN ASAM BASA

KESEIMBANGAN ASAM BASA KESEIMBANGAN ASAM BASA Oleh: Putu Aksa Viswanatha dr. Kadek Agus Heryana Putra,SpAn BAGIAN/SMF ILMU ANESTESIA DAN TERAPI INTESIF FK UNUD/RSUP SANGLAH 2017 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga A. PENGERTIAN Larutan penyangga atau dikenal juga dengan nama larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan nilai ph apabila larutan tersebut ditambahkan

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKROLIT, ASAM DAN BASA * Kuntarti, S.Kp

KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKROLIT, ASAM DAN BASA * Kuntarti, S.Kp KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKROLIT, ASAM DAN BASA * Kuntarti, S.Kp Pendahuluan Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cairan ekstrasel terdiri dari cairan interstisial (CIS) dan cairan intravaskular. Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada di antara sebagian sel tubuh dan menyusun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini terdiri atas volume urin, persentase ekskresi urin, kerja diuretik, aktivitas diuretik, ph, kadar natrium, dan kalium urin. Selanjutnya, hasil penelitian disajikan

Lebih terperinci

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi. PETA KONSEP Larutan Penyangga mempertahankan berupa ph Larutan Penyangga Asam mengandung Larutan Penyangga Basa mengandung Asam lemah Basa konjugasi Asam konjugasi Basa lemah contoh contoh contoh contoh

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI SINDROM NEFROTIK

PATOFISIOLOGI SINDROM NEFROTIK PATOFISIOLOGI SINDROM NEFROTIK Reaksi antara antigen-antibodi menyebabkan permeabilitas membran basalis glomerulus meningkat dan diiukti kebocoran protein, khususnya akbumin. Akibatnya tubuh kehilangan

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Tubuh manusia : 60 % ( sebagian besar ) terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Darah Darah adalah adalalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dan asam konjugasinya. Larutan penyangga disebut juga larutan penahan atau larutan dapar atau buffer.

Lebih terperinci

DIURETIK & ANTI DIURETIK. Dept. Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

DIURETIK & ANTI DIURETIK. Dept. Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara DIURETIK & ANTI DIURETIK Dept. Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara DIURETIK VOLUME URINE ANTI DIURETIK DIURETIK OSMOTIK PENGHAMBAT KARBONIK ANHIDRASE DIURETIK DIURETIK

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1 . Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal. Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... Berdasarkan pada gambar di atas yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

JADUAL KULIAH BIOKIMIA KELAS I (KODE MAK 144, 3 (2-1) SKS)

JADUAL KULIAH BIOKIMIA KELAS I (KODE MAK 144, 3 (2-1) SKS) JADUAL KULIAH BIOKIMIA KELAS I (KODE MAK 144, 3 (2-1) SKS) 1 RPKPS, lingkup sejarah Biokimia dan struktur dan fungsi sel, GTC 2 Air dan asam basa (ph) GTC 3 Struktur dan Fungsi serta mekanisme kerja Enzim

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Sistem Ekskresi Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Pengertian & Fungsi Proses Ekskresi Penegrtian : Proses pengeluaran zat-zat sisa hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan tubuh manusia tidak hanya tergantung dari jenis makanan yang dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut aktivitas

Lebih terperinci

Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan

Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan SISTEM PERNAFASAN Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan 1. Pernafasan Eksternal 2. Pernafasan Internal EXIT Mengapa harus bernafas? Butuh energi Butuh Oksigen C 6 H 12 O

Lebih terperinci

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut. B. HIPERKAPNIA Hiperkapnia adalah berlebihnya karbon dioksida dalam jaringan. Mekanisme penting yang mendasari terjadinya hiperkapnia adalah ventilasi alveolar yang inadekuat untuk jumlah CO 2 yang diproduksi

Lebih terperinci

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT : setiap molekul yang bisa merubah fungsi tubuh secara molekuler. NASIB OBAT DALAM TUBUH Obat Absorbsi (1) Distribusi (2) Respon farmakologis Interaksi dg reseptor

Lebih terperinci

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si darma_erick77@yahoo.com LOGO Proses Pengeluaran Berdasarkan zat yang dibuang, proses pengeluaran pada manusia dibedakan menjadi: Defekasi: pengeluaran zat sisa hasil ( feses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisis Urinalisis merupakan suatu metode analisa untuk mengetahui zat-zat yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. Urinalisis berasal dari

Lebih terperinci

Reabsorbsi pada kapiler peritubuler

Reabsorbsi pada kapiler peritubuler SISTEM UROPOETIKA Reabsorbsi pada kapiler peritubuler Substansi yang dieliminasikan dari tubuh melalui filtrasi dari kapiler peritubuler GANGGUAN GINJAL Menunjukkan gejala klinis jika 70% fungsinya terganggu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan Asam-Basa Ion hidrogen merupakan proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen. Molekul yang mengandung atom-atom hidrogen yang dapat melepaskan ion-ion

Lebih terperinci

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar Kimia XI SMA 179 BAB 6 Larutan Penyangga Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan pengertian larutan penyangga dan komponen penyusunnya. 2. Merumuskan persamaan

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Karbohidrat merupakan salah satu senyawa yang penting dalam tubuh manusia. Senyawa ini memiliki peran struktural dan metabolik yang penting. 10 Selama proses pencernaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ginjal adalah salah satu penyebab paling penting dari kematian dan cacat tubuh di banyak negara di seluruh dunia (Guyton & Hall, 1997). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

Anatomi & Fisiologi Sistem Respirasi II Pertemuan 7 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

Anatomi & Fisiologi Sistem Respirasi II Pertemuan 7 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN Anatomi & Fisiologi Sistem Respirasi II Pertemuan 7 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan

Lebih terperinci

Toksikokinetik racun

Toksikokinetik racun Toksikokinetik racun Mekanisme kerja suatu racun zat terhadap suatu organ sasaran pada umumnya melewati suatu rantai reaksi yang dapat dibedakan menjadi 3 fase utama : Fase Toksikokinetik Fase Eksposisi

Lebih terperinci

FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP

FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP TUGAS MATA KULIAH NUTRISI TANAMAN FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP Oleh : Dewi Ma rufah H0106006 Lamria Silitonga H 0106076 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 Pendahuluan Fosfor

Lebih terperinci

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Farmakokinetik - 2 Mempelajari cara tubuh menangani obat Mempelajari perjalanan

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada makhluk hidup multiseluler. Zatzat yang tidak digunakan oleh tubuh akan dikeluarkan dalam bentuk urin oleh ginjal. Pada seorang

Lebih terperinci

MAKALAH ASIDOSIS METABOLIK

MAKALAH ASIDOSIS METABOLIK MAKALAH ASIDOSIS METABOLIK Definisi Asidosis metabolic adalah keasaman darah yang berlebihan,yang di tandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui system penyangga

Lebih terperinci

Analisis asam basa. Cara interpretasi dan contoh kasus. S.P.Edijanto Patologi Klinik RSUD Dr.Soetomo/ FK Unair Surabaya

Analisis asam basa. Cara interpretasi dan contoh kasus. S.P.Edijanto Patologi Klinik RSUD Dr.Soetomo/ FK Unair Surabaya Analisis asam basa Cara interpretasi dan contoh kasus S.P.Edijanto Patologi Klinik RSUD Dr.Soetomo/ FK Unair Surabaya Brønsted Asam = proton donor Basa = proton acceptor proton = H + ph = - log [H + ]

Lebih terperinci

Struktur bagian dalam ginjal

Struktur bagian dalam ginjal Sitem perkemihan Sistem perkemihan Terdiri atas: dua ginjal, dua ureter, vesika urinaria dan uretra Fungsi ginjal pembentukan urine Yang lain berfungsi sebagai pembuangan urine Fungsi lain ginjal: Pengaturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisa Urinalisa adalah suatu metoda analisa untuk mendapatkan bahan-bahan atau zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat adanya kelainan

Lebih terperinci

WRAP UP SKENARIO 3 DIARE

WRAP UP SKENARIO 3 DIARE WRAP UP SKENARIO 3 DIARE Disusun oleh: KELOMPOK A-1 KETUA : ANISA NURJANAH SEKRETARIS: ANGGIE ELKA PRATIWI ANGGOTA (1102013033) (1102013029) : ABDUL RAHMAN (1102013001) ABI RAFDI ZHAFARI (1102013002) ABIYYA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

ASIDOSIS METABOLIK. Abdurrahim Rasyid Lubis, Harun Rasyid Lubis, Ayu Nurul Zakiah. Divisi Nefrologi - Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam

ASIDOSIS METABOLIK. Abdurrahim Rasyid Lubis, Harun Rasyid Lubis, Ayu Nurul Zakiah. Divisi Nefrologi - Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam ASIDOSIS METABOLIK Abdurrahim Rasyid Lubis, Harun Rasyid Lubis, Ayu Nurul Zakiah Divisi Nefrologi - Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Indikator Pencapaian: MATERI IX SISTEM EKSKRESI Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Materi Mahluk hidup dalam hidupnya melakukan metabolisme. Metabolisme ini selain

Lebih terperinci

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN Secara sederhana, sistem pencernaan adalah portal untuk Secara sederhana, sistem pencernaan adalah portal untuk nutrisi untuk mendapatkan akses ke sistem

Lebih terperinci

Sistem Osmoregulasi Pada Ikan

Sistem Osmoregulasi Pada Ikan Sistem Osmoregulasi Pada Ikan A. Pengertian Osmoregulasi Osmoregulasi adalah proses pengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan Fitokimia Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang ada dalam fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat. Fraksinasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam

Lebih terperinci

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ Membran sel Membran nukleus Retikulum endoplasma Aparatus golgi Mitokondria lisosom Kurnia Eka Wijayanti 60 % dari berat tubuh

Lebih terperinci

FARMAKOLOGI SISTEM VASKULER-RENAL (ANTIHYPERTENSION & DIURETICS AGENT)

FARMAKOLOGI SISTEM VASKULER-RENAL (ANTIHYPERTENSION & DIURETICS AGENT) FARMAKOLOGI SISTEM VASKULER-RENAL (ANTIHYPERTENSION & DIURETICS AGENT) Rina Wijayanti, M. Sc., Apt Disampaikan dalam Kuliah Modul Farmakologi Prodi Farmasi FK UNISSULA Mampu menjelaskan Farmakologi sistem

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3 1. Zat yang tidak boleh terkandung dalam urine primer adalah... Air Asam amino Urea Protein Kunci Jawaban : D Menghasilkan urine primer

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat. 3 TINJAUAN PUSTAKA Alpukat Tanaman alpukat berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18, namun secara resmi antara tahun 1920-1930 (Anonim 2009). Kata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasnya, air bersih adalah air

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh yang berperan dalam mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron ginjal, mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pakan Sapi Perah Faktor utama dalam keberhasilan usaha peternakan yaitu ketersediaan pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi (Firman,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Pada kelompok pertama adalah kelompok pasien yang melakukan Hemodialisa 2 kali/minggu,

Lebih terperinci

Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa

Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa di dalam sel bersifat negatif dibandingkan dengan di

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS 6 LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS A. LARUTAN PENYANGGA B. HIDROLISIS Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajari tentang reaksi asam-basa dan titrasi. Jika asam direaksikan dengan basa akan menghasilkan

Lebih terperinci

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik K-13 Kelas X kimia LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perbedaan antara larutan elektrolit dan

Lebih terperinci

METABOLISME KALSIUM DAN TULANG Diposkan oleh -UkhtiLina- on Selasa, 03 Maret 2009

METABOLISME KALSIUM DAN TULANG Diposkan oleh -UkhtiLina- on Selasa, 03 Maret 2009 METABOLISME KALSIUM DAN TULANG Diposkan oleh -UkhtiLina- on Selasa, 03 Maret 2009 REFERAD 3 METABOLISME KALSIUM DAN TULANG Anggota Kelompok : Marlina Waty G1A 107013 Fenny Aliska L G1A 107014 Ika Aninda

Lebih terperinci

Kompartemen cairan di dalam tubuh

Kompartemen cairan di dalam tubuh MINERAL definisi Mineral merupakan bagian dari tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam

Lebih terperinci

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI Proses oksidasi Peranan enzim, koenzim dan logam dalam oksidasi biologi Transfer elektron dalam sel Hubungan rantai pernapasan dengan senyawa fosfat berenergi tinggi Oksidasi hidrogen (H) dalam mitokondria

Lebih terperinci

VII. EKSKRESI 7.1. KONSEP.

VII. EKSKRESI 7.1. KONSEP. VII. EKSKRESI 7.1. KONSEP. Sisa-sisa metabolisme zat-zat makanan yang telah diserap oleh dinding usus dikeluarkan dan tubuh organisme melalui berbagai cara. Demikian pula halnya dengan kelebihan elektroht

Lebih terperinci

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( ) 1 INSUFISIENSI PERNAFASAN Ikbal Gentar Alam (131320090001) Pendahuluan 2 Diagnosa dan pengobatan dari penyakit penyakit respirasi tergantung pada prinsip dasar respirasi dan pertukaran gas. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL Berbagai organel yang terdapat di dalam sitoplasma memiliki membran yang strukturnya sama dengan membran plasma. Walaupun tebal membran plasma hanya ± 0,1 μm, membran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal 1. Mekanisme Filtrasi Ginjal Glomerulus adalah bagian kecil dari ginjal yang mempunyai fungsi sebagai saringan yang setiap menit kira-kira 1 liter darah yang mengandung

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DASAR CAIRAN & ELEKTROLIT

KEBUTUHAN DASAR CAIRAN & ELEKTROLIT KEBUTUHAN DASAR CAIRAN & ELEKTROLIT Disampaikan pada kuliah KDDK_1_2011 Komposisi cairan tubuh Fungsi cairan tubuh Faktor berpengaruh pada kebutuhan cairan Kebutuhan cairan tubuh Intake dan output cairan

Lebih terperinci

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Diuretika adalah Zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih melalui kerja

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Diuretika adalah Zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih melalui kerja FARMAKOLOGI Pengertian Diuretik Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Diuretika adalah Zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih melalui kerja langsung terhadap ginjal.

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. tingkat waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia cavitas nasi hewan

BAB 6 PEMBAHASAN. tingkat waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia cavitas nasi hewan 42 BAB 6 PEMBAHASAN Penelitian ini mempunyai tujuan untuk melihat pengaruh perbedaan suhu dan tingkat waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia cavitas nasi hewan coba post mortem. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan hewan akutik yang memilki tulang belakang (vertebrata) yang berhabitat di dalam perairan. Ikan bernapas dengan insang, bergerak dan menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

Buletin Veteriner Udayana Vol. 3 No. 1 : ISSN : Pebruari Homeostasis Cairan Tubuh pada Anjing dan Kucing

Buletin Veteriner Udayana Vol. 3 No. 1 : ISSN : Pebruari Homeostasis Cairan Tubuh pada Anjing dan Kucing Homeostasis Cairan Tubuh pada Anjing dan Kucing (FLUID HOMEOSTASIS IN DOG AND CAT) I Made Suma Anthara 1 dan I Nyoman Suartha 2 1) Laboratorium Farmakologi Veteriner 2) Laboratorium Penyakit Dalam Veteriner

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM UROGENITALIA

BAB VII SISTEM UROGENITALIA BAB VII SISTEM UROGENITALIA Sistem urogenital terdiri dari dua system, yaitu system urinaria (systema uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi. Fungsinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisa 1. Pengertian urine Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan untuk

Lebih terperinci

Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menjelaskan proses pembentukan

Lebih terperinci