BAB IV ANALISIS DATA DAN PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Perencanaan Kapasitas Produksi Menggunakan Metode Break Even Point (Studi Kasus pada Usaha Kerajinan Tangan Ardy Craft) JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. Sumber Rahayu, Moyudan, Sleman, Yogyakarta.

BAB 5 MANAJEMEN DAN STRUKTUR ORGANISASI

ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM PERENCANAAN LABA PADA CV. ANJAS FAMILY

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan

ANALISIS DIFFERENSIAL PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJUAL LANGSUNG PRODUK ATAU PROSES LEBIH LANJUT PADA CV. SHAFA MANDIRI YANDRA PRATAMA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK PAKAIAN POLISI PADA UD. BINTANG MAHARANI

Topi Rafel Drill Laken Kanvas Polosan Rp Rp Rp Rp Bordir biasa Rp Rp Rp Rp

ANALISA BREAK EVENT POINT SEBAGAI PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK SERTA PENENTUAN KEBIJAKAN HARGA DIMASA YANG AKAN DATANG TENSHOUSE

HARGA POKOK PRODUKSI

ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENJUAL ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT BAHAN KATUN MENJADI KEMEJA PADA PT PATAL MALIGI

Anggaran Produksi Dan Anggaran Biaya Produksi

ANALISIS BIAYA VOLUME - LABA PADA HOME INDUSTRY KONVEKSI JESSLYN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT

BISNIS PLAN JILBAB SHOP

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PESANAN PADA KONVEKSI TAS AFRA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga diperoleh hasil produksi yang optimal. Untuk menghasilkan produksi

BAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PESANAN UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PADA USAHA HANY COLLECTION. : Indina Tarziah NPM :

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut Keputusan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSIPESANAN PADA CV. HENTORO DENGAN METODE FULL COSTING

PENGANTAR AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN)


MATERI KULIAH PERTEMUAN 2 KONSEP BIAYA PRINSIP TATA HITUNG BIAYA

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA BIAYA PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. modal yang diperlukan untuk memproduksi barang-barang pada suatu perusahaan

Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca

BAB I HARGA POKOK PRODUKSI

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 1. PENDAHULUAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

CONTOH KASUS ANGGARAN PENJUALAN SAMPAI DENGAN ANGGARAN LABA RUGI

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BUBAR BARCA BUSANA BATIK ANAK-ANAK HASIL DAUR ULANG KAIN PERCA PKM-K

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT INDRICIPTA ADITAMA. Nama : Muhammad Farris A Nasution NPM :

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PABRIK TEMPE YANTO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. PD. Sandang Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit

PEHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN PAKAIAN BATIK UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PADA PERUSAHAAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ELSYA DESINAYA NELSON EKONOMI / AKUNTANSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA. Musnamar, Effi Ismawati, 2008, Pupuk Organik, Penebar Swadaya, Jakarta.

ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI ALAT PERENCAAN LABA DAN PENJUALAN PADA TOKO BAKPIA SUAN. : Stephanie Lauwrentina : 2A214454

Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada Perusahaan Kerupuk Idaman. Nia Nopita Suryani

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS USAHA KAIN FLANEL

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

HARGA POKOK PESANAN. Kasus:

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry

INFORMASI DAN SPESIFIKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. jasa konveksi di kota Baganbatu. Konveksi ini di dirikan oleh Bapak Sarman pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BISNIS ONLINE TAS CANTIK

ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJUAL ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PRODUK PADA CV. CAHAYA AMANAH

Lampiran 1. Gambar proses pembuatan tahu

ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA WARUNG BAKSO MANTAP DALAM PERENCANAAN LABA. Andika Hari Saputro

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...ii. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PROPOSAL USAHA DESKRIPSI PERUSAHAAN

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM (SARUNG TANGAN TERBUAT DARI KAIN PERCA) BIDANG KEGIATAN: PKM KEWIRAUSAHAAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS KERAJINAN KAIN PERCA

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data 3.3 Metode Analisis Data Analisis Biaya Produksi

PERHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN BONEKA WISUDA PADA MA GIC ART COLLECTION PERIODE JANUARI 2013 SEMINAR PENULISAN ILMIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Break Even Point Sebagai Dalam Perencanaan Laba Pada Warung Mie Ayam Bakso Super Urat. Disusun Oleh : Teddy Wira Hadi

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

Proposal Business Plan KLOB ART

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Penjualan Pabrik Kemplang Matahari 222 Palembang Tahun Jenis Produksi

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. 1. Tingkat Break Even Point tahun 2011 dicapai home industry UD Wahyu. Rp atau unit dan untuk rambak sapi sebesar Rp

BAB IV ANALISIS DATA

MATERI PRAKTIKUM MINGGU KE

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Point telah banyak dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian terdahulu yang

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

PERENCANAAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM DINAMIS DI PT. INVILON SAGITA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi


ANALISIS AKUNTANSI DIFFERENSIAL DALAM KEPUTUSAN MENJUAL LANGSUNG ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PADA LIMA SAUDARA FURNITURE. Dwi Mulia Septiani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

VARIABLE COSTING. Penentuan Harga Pokok Variabel

Perhitungan Harga Pokok Pesanan Pada Perusahaan Konveksi CV Sinar Jaya. Hardi Setiawan

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DATA DAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Perusahaan Ardy Craft merupakan sebuah perusahaan keluarga yang bergerak di bidang industry kerajinan tradisional yang berlokasi di Gamplong, Sumberahayu, Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Usaha ini merupakan sebuah UKM (Usaha Kecil Menengah) yang memproduksi berbagai tas kerajinan yang awalnya didirikan pada tahun 2000. Awalnya Bapak Ardy sudah terjun di dunia kerajinan memproduksi produk kerajinan mending. Karena naik turunnya permintaan, Bapak Ardy selaku pemilik usaha mencoba mengembangkan produk baru yang bertujuan untuk menambah pilihan produk untuk menambah permintaan yang tidak menentu. Salah satu produk yang dikembangkan yaitu tas nylon. Harga pokok dari produk kerajinan ini didapat dari penghitungan berat dari produk yang kemudian ditambahkan dengan upah tenaga kerja. Setelah harga pokok didapat, kemudian ditambahkan dengan tingkat keuntungan yang sudah ditetapkan oleh Ardy Craft. Untuk proses pemesanan produk Ardy Craft, pembeli dapat dating langsung ke tempat produksi ataupun menghubungi melalui nomor yang sudah disediakan oleh Ardy Craft. Kebanyakan pembeli yang melakukan pembelian langsung ke tempat produksi merupakan penjual ulang yang menjual kembali barang produksi melalui media online. 31

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan 1. Pemilik/Pengelola Pemilik/ pengelola disini adalah Ardy. Beliau memiliki istri selaku sebagai asistennya dalam mengatur tugas-tugas. Adapun tugas-tugas yang dilakukan antara lain: Membeli dan memasok persediaan bahan Desain Membuat laporan keuangan Mengecek kegiatan produksi setiap harinya Membuat kebijakan/keputusan 4.2 Proses Produksi Proses produksi dalam merajut tas pada usaha Ardy Craft memiliki beberapa tahapan dan dikelompokkan berdasarkan tugas masing-masing pegawai, seperti perajutan, pemotongan (cutting), perakitan (assembling), penjahitan, dan penyelesaiaan dan pemeriksaan (finishing and checking). Namun dalam mengerjakan tahapan tersebut tidak dilakukan dalam pabrik pusat, tetapi dikerjakan sesuai keinginan pegawai (rumah pribadi). 4.2.1 Diagram Alir Proses Produksi Tas Bahan Baku Perajutan Pemotongan 32

Perakitan Penyelesaian & Pemeriksaan Gambar 4.1 Diagram alir proses produksi tas 4.2.2 Tahap dan Proses 1. Perajutan Dalam proses ini, bahan baku mulai di rajut membentuk badan tas sesuai dengan contoh desain yang sudah di tentukan oleh badan usaha. Selain itu dalam proses ini aksesoris juga dirajut sesuai dengan desain yang sudah ditentukan. 2. Pemotongan (Cutting) Pemotongan dilakukan pada bagian pembuatan pegangan tas. Vinyl (salah satu bahan baku dari produksi tas) yang masih berbentuk bahan baku dipotong sesuai dengan ukuran dari desain tas. 3. Assembling Pada tahap ini bagian-bagian pembentuk tas seperti badan tas, vinyil, kain, dan resleting ditandai dan dikumpulkan sesuai dengan desainnya. Aksesoris untuk tas dilem pada badan tas dalam tahap ini. 4. Penjahitan Pada tahap penjahitan ini semua bagian dijahit secara permanen menggunakan mesin sehingga kualitas jahitan pada bagian penyambung kuat dan rapi. Pertama bagian dalam tas yang dilapisi kain dijahit. Setelah itu bagian 33

pegangan vinyl yang dijahit sesuai dengan desain dan bagian terakhir adalah bagian resleting tas. 5. Penyelesaian dan Pemeriksaan Pada bagian ini dilakukan proses pengecekan terhadap kesesuaian dengan model ataupun desain dan kualitas dari pengerjaan sebelum dijual. Dalam proses ini produk dilihat secara teliti dan dirapikan jika terdapat benang atau lem yang tidak rapi. 4.3 Proses Pemasaran Pemasaran hasil produksi Ardy Craft dilakukan langsung oleh usaha Ardy Craft sendiri, dan pangsa pasarnya adalah sebagian besar dijual di gerai-gerai toko yang berada di Yogyakarta dan sebagian dijual di daerah bali. 4.4 Analisis Data Dalam penelitian ini, diperoleh data dari sumber tentang volume penjualan, harga penjualan, nilai penjualan, dan jumlah produksi tas pada usaha Ardy Craft sebagai berikut: Tabel 4.1 : Penjualan tas selama 5 tahun terakhir Produk 2010 2011 2012 2013 2014 Harga Jual Nilon 864 unit 1.089 unit 1.598 unit 2.152 unit 2.430 unit Rp. 200.000 Tikar Pandan 636 unit 885 unit 1.012 unit 1.398 unit 1.694 unit Rp. 40.000 34

Katun 827 unit 1.029 unit 1.508 unit 1.893 unit 2.387 unit Rp. 85.000 Jumlah 2.327 unit 3.003 unit 4.118 unit 5.443 unit 6.511 unit Rp. 325.000 Sumber: Laporan Laba/Rugi Ardy Craft Handmade 2010 2014 1. Forecast Penjualan Untuk mengetahui besarnya volume penjualan tahun 2015, maka digunakan peramalan penjualan. Adapun perhitungannya untuk masing-masing produk sebagai berikut: a) Forecast penjualan tas nilon Tabel 4.2 Data Penjualan Tas Nilon Tahun Volume Penjualan 2010 864 unit 2011 1.089 unit 2012 1.598 unit 2013 2.152 unit 2014 2.430 unit Jumlah 8.133 unit Sumber: Data perusahaan 2010 2014 Dari data diatas dapat dihitung kenaikan rata-ratanya sebagai berikut: 35

2010 2011 = 2011 2012 = 2012 2013 = 2013 2014 = Kenaikan rata-rata = Jadi kenaikan rata-rata volume penjualan tas nilon pada tahun 2010 2014 adalah sebesar 30.09% Perkiraan penjualan tas nilon pada tahun 2015 = volume penjualan 2014 + (volume penjualan 2014 x kenaikan rata-rata tas nilon) = 2.430 unit + (2.430 unit x 30.09%) Perkiraan penjualan tas nilon tahun 2015 = 3.161 unit Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ramalan penjualan produk tas nilon di tahun 2015 adalah sebesar 3.161 unit. b) Forecast penjualan tas tikar pandan Tabel 4.3 Data Penjualan Tas Tikar Pandan 36

Tahun Volume Penjualan 2010 636 unit 2011 885 unit 2012 1.012 unit 2013 1.398 unit 2014 1.694 unit Jumlah 5.625 unit Sumber: Data perusahaan 2010 2014 Dari data di atas dapat dihitung kenaikan rata-ratanya sebagai berikut: 2010 2011 = 2011 2012 = 2012 2013 = 2013 2014 = x 100% = 21.17% Kenaikan rata-rata = Jadi kenaikan rata-rata volume penjualan tas tikar pandan pada tahun 2010 2014 adalah sebesar 28.2% 37

Perkiraan penjualan tas tikar pandan pada tahun 2015 = volume penjualan 2014 + (volume penjualan 2014 x kenaikan rata-rata tas tikar pandan) = 1.694 unit + (1.694 unit x 28.2%) Perkiraan penjualan tas tikar pandan tahun 2015 = 2.171,7 unit = 2.172 unit Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ramalan penjualan produk tas tikar pandan di tahun 2015 adalah sebesar 2.172 unit. c) Forecast penjualan tas katun Tabel 4.4 Data Penjualan Tas Katun Tahun Volume Penjualan 2010 827 unit 2011 1.029 unit 2012 1.508 unit 2013 1.893 unit 2014 2.387 unit Jumlah 7.644 unit Sumber: Data perusahaan 2010 2014 38

Dari data di atas dapat dihitung kenaikan rata-ratanya sebagai berikut: 2010 2011 = 2011 2012 = 2012 2013 = 2013 2014 = Kenaikan rata-rata = Jadi kenaikan rata-rata volume penjualan tas katun pada tahun 2010 2014 adalah sebesar 30.78% Perkiraan penjualan tas katun pada tahun 2015 = volume penjualan 2014 + (volume penjualan 2014 x kenaikan rata-rata tas katun) = 2.387 unit + (2.387 unit x 30.78%) Perkiraan penjualan tas katun pada tahun 2015 = 3.121,7 unit = 3.122 unit Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ramalan penjualan produk tas katun di tahun 2015 adalah sebesar 1.743 unit. d) Hasil ramalan penjualan ditahun 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil ramalan penjualan 2015 39

Produk Prediksi Penjualan Nilon 3.161 unit Tikar Pandan 2.172 unit Katun 3.122 unit Sumber: Data Diolah, 2015 2. Harga Jual Produk dan Analisis Penyusunan Budget Penerimaan Produk Tahun 2015. Untuk mengetahui harga jual produk tahun 2015 maka terlebih dahulu harus mengetahui rata-rata kenaikan tingkat inflasi selama 5 tahun terakhir. Tingkat inflasi selama tahun 2010 2014 adalah sebagai berikut : Tabel 4.6 Tingkat Inflasi Tahun 2010 2014 Tahun Tingkat Inflasi 2010 6.96 % 2011 3.79 % 2012 4.3 % 2013 8.38 % 2014 8.36 % 40

Sumber: Bank Indonesia, 2015 Dari data diatas dapat dihitung sebagai berikut: I. 2010 2011 = 3.79 % - 6.96 % = -3.17 % (turun) II. III. IV. 2011 2012 = 4.3 % - 3.79 % = 0.51 % (naik) 2012 2013 = 8,38 % - 4,30 % = 4,08 % (naik) 2013 2014 = 8,36 % - 8,38 % = -0,02 % (turun) V. Kenaikan rata-rata = Jadi kenaikan rata-rata tingkat inflasi tahun 2010 2014 adalah sebesar 0.35 %. Perkiraan tingkat inflasi 2015 = tingkat inflasi 2014 + kenaikan rata-rata = 8.36 % + 0.35 % Perkiraan tingkat inflasi 2015 = 8.71 % Jadi perkiraan tingkat inflasi di tahun 2015 adalah 8.71 % Sedangkan harga jual produk adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Harga Jual Produk Tahun 2014 Produk Harga per Unit Nilon Rp. 200.000 Tikar Pandan Rp. 40.000 Katun Rp. 85.000 41

Sumber: Data Perusahaan, 2015 Dari tabel di atas, dapat disimpulkan harga jual produk tahun 2015 adalah sebagai berikut: Perkiraan harga jual produk = harga jual tahun 2014 + (harga jual tahun 2014 x tingkat inflasi ) a) Harga jual tas nilom = Rp. 200.000 + (Rp. 200.000 x 8.71 %) = Rp. 217.420 b) Harga jual tas tikar pandan = Rp. 40.000 + (Rp. 40.000 x 8.71 %) = Rp. 43.484 c) Harga jual tas katun = Rp. 85.000 + (Rp. 85.000 x 8.71 %) = Rp. 92.403 Dengan diketahui prediksi harga jual dan volume penjualan di tahun 2015, maka dapat diketahui total penjualan produk di tahun 2015adalah sebagai berikut : Total penjualan 2015 = perkiraan harga jual tahun 2015 x perkiraan penjualan 2015 a) Total penjualan tas nilon = Rp. 217.420 x 3.161 unit = Rp. 687.264.620 b) Total penjualan tas tikar pandan = Rp. 43.484 x 2.172 unit = Rp. 94.447.248 c) Total penjualan tas katun = Rp. 92.403 x 3.122 unit 42

= Rp. 288.482.166 d) Total penjualan produk tahun 2015 = Rp. 687.264.620 + Rp. 94.447.248 + Rp.288.482.166 = Rp. 1.070.194.034 Prosentase penjualan kaos dan jaket tahun 2015 adalah sebagai berikut : a) Prosentase tas nilon = b) Prosentase tas tikar pandan = c) Prosentase tas katun = 3. Biaya-biaya A. Biaya Variabel a. Nilon Untuk mendukung proses produksi kaos, maka diperlukan biaya variabel yang berupa : Biaya Bahan Baku Usaha Ardy Craft menggunakan bahan baku untuk memproduksi tas berupa benang nilon, benang jahit, dan perlengkapan menjahit lainnya. Biaya Tenaga Kerja Langsung Alasan penggunaan anggaran tenaga kerja langsung karena untuk menyediakan data perencanaan tentang jumlah tenaga kerja langsung yang 43

dibutuhkan dan banyaknya tenaga kerja langsung serta biaya tenaga kerja untuk tiap unit produk. Biaya Listrik Pemakaian listrik berdasarkan kebutuhan yang diperlukan dalam memproduksi barang sesuai pesanan. Tabel 4.8 Data Biaya Variabel Tas Nilon Tahun 2014 1. Biaya Bahan Baku Benang Nilon Rp. 90.000 x 2110 kg Rp. 189.900.000 Benang jahit 320 ps x Rp. 10.000 Rp. 3.200.000 Total biaya bahan baku Rp. 193.100.000 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 10 Penjahit Rp. 45.000 x 2.430 unit 5 Finishing Rp. 35.000 x 2430 unit Rp. 109.350.000 Rp. 60.750.000 Total biaya tenaga kerja langsung Rp. 170.100.000 3. Biaya Listrik Rp. 1.687.500 Total biaya variable tas nilon 2014 Rp. 364.887.500 Sumber: Data Perusahaan, 2014 Total biaya variable per unit = Biaya variable tas nilon per unit = = Rp. 150.159 44

Biaya variable per unit tas nilon di tahun 2015 = Rp. 150.159 + (8.71% x Rp.150.159) = Rp. 163.237,8 = Rp. 163.238 b. Tikar pandan Untuk mendukung proses produksi tikar pandan, maka diperlukan biaya variabel yang berupa : Biaya Bahan baku Usaha Ardy Craft menggunakan bahan baku untuk memproduksi tas berupa tikar pandan, benang jahit, dan kayu hias. Biaya Tenaga Kerja Langsung Alasan penggunaan anggaran tenaga kerja langsung karena untuk menyediakan data perencanaan tentang jumlah tenaga kerja langsung yang dibutuhkan dan banyaknya tenaga kerja langsung serta biaya tenaga kerja untuk tiap unit produk. Biaya Listrik Pemakaian listrik berdasarkan kebutuhan yang diperlukan dalam memproduksi barang sesuai pesanan. Tabel 4.9 Data Biaya Variabel Tas Tikar Pandan Tahun 2014 1. Biaya Bahan Baku 45

Tikar Pandan 2000 lembar x Rp. 14.000 Rp. 23.800.000 Kayu hias 400 ps x Rp. 10.000 Benang jahit 40 ps x Rp. 10.000 Rp. 4.000.000 Rp. 400.000 Total biaya bahan baku Rp. 32.400.000 2. Biaya tenaga kerja langsung 6 orang penjahit Rp. 10.000 x 1.694 Rp. 16.940.000 unit 6 orang hias kayu Rp. 1.500 x 1.694 Rp. 2.541.000 unit 4 orang menyulam Rp. 4.000 x 1.694 Rp. 6.776.000 unit 5 orang finishin melamin Rp. 1.000 x 1694 unit Rp. 1.694.000 Total biaya tenaga kerja langsung Rp. 27.951.000 3. Biaya Listrik Rp. 1.366.875 Total biaya variabel tas tikar pandan 2014 Rp. 61.717.875 Sumber: Data Perusahaan, 2014 Total biaya variabel per unit = Biaya Variabel tas tikar pandan per unit = 46

= Rp. 36.433 36.433) Biaya variabel per unit tas tikar pandan tahun 2015 = Rp. 36.433 + (8.71% x Rp. = Rp. 39.606 c. Katun Untuk mendukung proses produksi tikar pandan, maka diperlukan biaya variabel yang berupa : Biaya Bahan baku Usaha Ardy Craft menggunakan bahan baku untuk memproduksi tas berupa kain katun, benang jahit, dan perlengkapan jahit lainnya. Biaya Tenaga Kerja Langsung Alasan penggunaan anggaran tenaga kerja langsung karena untuk menyediakan data perencanaan tentang jumlah tenaga kerja langsung yang dibutuhkan dan banyaknya tenaga kerja langsung serta biaya tenaga kerja untuk tiap unit produk. Biaya Listrik Pemakaian listrik berdasarkan kebutuhan yang diperlukan dalam memproduksi barang sesuai pesanan. Tabel 4.10 Data Biaya Variabel Tas Katun 2014 47

1. Biaya Bahan Baku Kain katun 4.000 m x Rp. 30.000 Benang jahit 50 ps x 10.000 Rp. 120.000.000 Rp. 500.000 Total biaya bahan baku Rp. 120.500.000 2. Biaya tenaga kerja langsung 12 penjahit Rp. 20.000 x 2.387 Rp. 47.740.000 Finishing (setrika, aksesoris) Rp. 6.000 x 2.387 Rp. 14.322.000 Total biaya tenaga kerja langsung Rp. 62.062.000 3. Biaya Listrik Rp. 1.518.750 Total biaya variabel tas katun tahun 2014 Rp. 184.080.750 Sumber: Data Perusahaan, 2014 Total biaya variabel per unit = Biaya variabel tas katun per unit = = Rp. 77.118 Biaya variabel per unit tas katun tahun 2015 = Rp. 77.118 + (8.71% x Rp. 77.118) = Rp. 83.834,9 = Rp. 83.835 Setelah dilakukan penggolongan biaya, maka anggaran dapat dikerjakan untuk menganalisis biaya untuk tahun 2015 adalah sebagai berikut : 48

1. Biaya Bahan Baku Biaya bahan baku per produk = biaya bahan baku 2014 + (biaya bahan baku 2014 x tingkat Inflasi) a) Biaya bahan baku tas nilon = Rp. 193.100.000 + (Rp. 193.100.000 x 8.71%) = Rp. 209.919.010 b) Biaya bahan baku tas tikar pandan = Rp. 32.400.000 + (Rp. 32.400.000 x 8.71%) = Rp. 35.222.040 c) Biaya bahan baku tas katun = Rp. 120.500.000 + (Rp. 120.500.000 x 8.71%) = Rp. 130.995.550 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja langsung per produk = biaya tenaga kerja langsung 2014 + ( biaya tenaga kerja langsung 2014 x tingkat inflasi ) a) Biaya tenaga kerja langsung tas nilon = Rp. 170.100.000 + (Rp. 170.100.000 x 8.71%) = Rp. 184.915.710 b) Biaya tenaga kerja langsung tas tikar pandan = Rp. 27.951.000 + (Rp. 27.951.000 x 8.71%) = Rp. 30.385.532 49

c) Biaya tenaga kerja langsung tas katun = Rp. 62.062.000 + (Rp. 62.062.000 x 8.71%) = Rp. 67.467.600 3. Biaya Listrik Biaya listrik per produk = biaya listrik 2014 + (biaya listrik 2014 x tingkat inflasi) a) Biaya listrik tas nilon = Rp. 1.687.500 + (Rp. 1.687.500 x 8.71%) = Rp. 1.834.481 b) Biaya listrik tas tikar pandan = Rp. 1.366.875 + (Rp. 1.366.875 x 8.71%) = Rp. 1.485.929,8 = Rp. 1.485.930 c) Biaya listrik tas katun = Rp. 1.518.750 + (Rp. 1.518.750 x 8.71%) = Rp. 1.651.033 4. Biaya telepon Jika sedang mengalami tingginya volume kegiatan,maka semakin besar jumlah biaya yang harus dilakukan. Tabel 4.11 Data Biaya Telepon Biaya Telepon Januari Februari Maret Paril Rp. 229.651 Rp. 210.384 Rp. 198.652 Rp. 200.921 50

Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rp. 203.327 Rp. 248.625 Rp. 196.732 Rp. 230.824 Rp. 205.726 Rp. 250.389 Rp. 195.792 Rp. 240.835 Total biaya telepon Rp. 2.611.858 Sumber: Data Perusahaan, 2014 Setelah dilakukan penggolongan biaya, maka anggran dapat dikerjakan untuk menganalisis biaya untuk tahun 2015 adalah sebagai berikut : 1. Biaya telepon = Rp. 2.611.858 + ( Rp 2.611.858 x 8.71 % ) = Rp. 2.839.350,8 = Rp. 2.839.351 B. Total Biaya Variabel Tahun 2014 a) Tas Nilon Total biaya variabel tas nilon = biaya variabel tas nilon + biaya telpon = Rp. 396.669.201 + Rp. 2.839.351 = Rp. 399.508.552 b) Tas Tikar Pandan Total biaya variabel tas tikar pandan = biaya variabel tas tikar pandan + biaya telpon 51

= Rp. 67.093.502 + Rp. 2.839.351 = Rp. 69.932.853 c) Tas Katun Total biaya variabel tas katun = biaya variabel tas katun + biaya telepon = Rp. 214.973.487 + Rp. 2.839.351 = Rp. 217.812.838 C. Biaya Tetap Untuk melengkapi proses produksi maka di perlukan biaya tetap karena biaya ini jumlah totalnya tetap kosntan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu. Biaya tetap yang diperlukan adalah : 1. Biaya pajak bumi dan bangunan Tempat pusat dalam mengumpulkan stok persediaan merupakan rumah milik pribadi pemiliknya sehingga tidak perlu menyewa bangunan. 2. Biaya Depresiasi Bangunan Bangunan ini diperlukan karena untuk menjadi tempat pusat produksi, maka setiap tahunnya akan mengalami penyusutan sesuai waktu ekonomisnya. 3. Biaya tenaga kerja Tenaga kerja tetap memerlukan gaji yang diperlukan dalam setiap memproduksi 1 unit barang. 4. Biaya Listrik 52

Pemakaian listrik berdasarkan kebutuhan yang diperlukan dalam memproduksi barang sesuai pesanan. Tabel 4.12 Data Biaya Tetap 1. Biaya pajak Rp. 150.000 bangunan 2. Biaya Depresiasi Rp.60.000.000 Bangunan 3. Biaya tenaga kerja 3 orang x Rp. 600.000 Rp. 1.800.000 4. Biaya Listrik Rp. 285.120 Total biaya tetap tahun 2014 Rp. 62.235.120 Sumber: Data Perusahaan, 2014 Setelah dilakukan penggolongan biaya, maka anggaran dapat dikerjakan untuk menganalisis biaya untuk tahun 2015 adalah sebagai berikut: 1) Biaya pajak bumi dan bangunan adalah sebesar Rp. 150.000 2) Biaya Depresiasi Bangunan adalah sebesar Rp. 60.000.000 3) Biaya tenaga kerja = Rp. 1.800.000 + (Rp. 1.800.000 x 8.71%) = Rp. 1.956.780 4) Biaya listrik = Rp. 285.120 + (Rp. 285.120 x 8.71%) = Rp. 309.953,9 = Rp. 309.954 53

Total biaya tetap tahun 2015 = Rp. 150.000 + Rp. 60.000.000 + Rp. 1.956.780 + Rp. 309.954 = Rp. 62.416.734 4. Rekapitulasi Perkiraan Biaya Tahun 2015 Dari perhitungan ramalan masing-masing biaya tahun 2015, maka dapat diklasifikasikan ke dalam biaya-biaya, perkiraan penjualan dan harga jual untuk mempermudah perhitungan berdasarkan masing-masing produk adalah sebagai berikut : Tabel 4.13 Rekapitulasi Perkiraan Biaya-biaya Tahun 2015 Produk Biaya Tetap Total Biaya Perkiraan Biaya Variabel Harga Jual Variabel penjualan per unit Tas Nilon Rp. Rp. 3.161 unit Rp. 163.238 Rp. 62.416.734 396.669.201 217.420 Tas Tikar Rp. Rp. 2.172 unit Rp. 39.606 Rp. 43.484 Pandan 62.416.734 67.093.502 Tas Katun Rp. Rp. 3.122 unit Rp. 83.835 Rp. 92.403 62.416.734 214.973.487 Sumber: Data Diolah, 2015 54

5. Analisis Break Even Point Multi Produk Tahun 2015 Setelah menghitung/meramalkan biaya-biaya, volume penjualan dan harga jual tahun 2015. Maka perhitungan Break Even Point (BEP) untuk tahun 2015 adalah sebagai berikut : BEPM = 6. Perhitungan Break Even Point Per Produk BEP masing-masing produk dalam rupiah. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut: = Total BEP 2015 x prosentase proporsi penjualan 2015 = a) Tas Nilon = x 64.22% = Rp. 207.796.923,7 = Rp. 207.796.924 = = 955.7 unit = 956 unit 55

b) Tas Tikar Pandan = x 8.83% = Rp. 28.571.268 = 657 unit c) Tas Katun = x 26.96% = Rp. 87.234.585 = Rp. 944 unit Tabel 4.14 Break Even Point Multiproduk Produk BEP (unit) BEP (Rp) Tas Nilon 956 unit Rp. 207.796.924 Tas Tikar Pandan 657 unit Rp. 28.571.268 Tas Katun 944 unit Rp. 87.234.585 Sumber: Data Diolah, 2015 Dari data yang diambil oleh peneliti, setelah dihitung menggunakan metode Break Even Point maka hasilnya berubah. Perusahaan dapat menggunakan perhitungan BEP untuk melakukan perencanaan kapasitas agar tidak mengalami kerugian ketika melakukan proses produksi. Dengan penerapan metode Break Even Point, perusahaan mampu mengatur pengeluaran biaya sumber daya yang digunakan dalam memproduksi produk. Hal ini juga 56

berpengaruh pada setiap masing-masing jenis produk yang memiliki biaya-biaya yang berbeda, sehingga dapat memudahkan perusahaan dalam mengatur biaya pengeluaran per unit. 1. Berdasarkan prediksi dari tahun 2010 sampai dengan 2014, maka pada tahun 2015 besar biaya variabel perunit tas nilon Rp. 163.238, tas tikar pandan Rp. 39.606, dan tas katun Rp. 83.835, biaya tetap sebesar Rp. 62.416.734, volume penjualan tas nilon sebesar 3.161 unit, tas tikar pandan sebesar 2.172 unit, dan tas katun sebesar 3.122 unit, serta harga jual tas nilon Rp. 217.420, tas tikar pandan Rp. 43.484, dan tas katun Rp. 92.403. Hasil penelitian Break Even Point multiproduk tas nilon, tas tikar pandan, dan tas katun menunjukkan bahwa perusahaan berada pada keadaan aman dan tidak mengalami kerugian jika penjualan tahun 2015 produk tas nilon sebesar 956 unit, tas tikar pandan sebesar 657 unit, tas katun sebesar 944 unit, atau dalam rupiah sebesar Rp. 207.796.924 untuk tas nilon, Rp. 28.571.268 untuk tas tikar pandan, dan Rp. 87.234.585 untuk tas katun. Metode Break Even Point ini juga mampu membuat catatan keuangan dengan rapi, dimana perusahaan ini memiliki 3 jenis produk tas yang berbeda, baik dalam segi kualitas maupun harga, sehingga perusahaan mengetahui dengan jelas dan secara rinci setiap pengeluaran dan pemasukan terhadap produk-produk tersebut, sehingga lebih efisien dalam menata keuangan. 57