LAPORA TAHU AN 2016 LAPORAN TAHUNAN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2016 Direktur. DR. Ir. Maman Suherman, MM NIP Laporan Tahunan 2015

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016

Laporan Tahunan

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN I 2016

LAKIN. L aporan Kinerja KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT ANEKA KACANG DAN UMBI 2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur. DR. Ir. Maman Suherman, MM NIP Laporan Tahunan 2014

Laporan Tahunan 2012

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi i

KATA PENGANTAR. Pangan dan unit kerja dibawahnya secara berjenjang wajib menyusun Laporan

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi i

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

KATA PENGANTAR. Berbagai masukan dan saran perbaikan akan menjadi sangat penting agar laporan ini menjadi lebih baik.

KATA PENGANTAR. Demikian, semoga laporan ini dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Jakarta, Maret 2012.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Laporan Tahunan KATA PENGANTAR

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015)

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI DAN BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016

SASARAN PRODUKSI KOMODITI UTAMA TANAMAN PANGAN TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2015)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

LAPORAN KINERJA DITJEN TANAMAN PANGAN 2015

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II 2015)

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi Kacang Tanah dan Ubijalar Melalui CF-SKR Tahun 2016 PETUNJUK TEKNIS

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014)


KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

Laporan Kinerja 2014 KATA PENGATAR

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

KATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013)

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013)

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013)

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip

Katalog BPS

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

LAPORAN KINERJA (LKJ)

KEBIJAKAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG UPSUS PAJALE

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015)

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM I)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014)

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Jayapura, 31 Desember 2014 Kepala Dinas, Ir. SEMUEL SIRIWA, M.Si Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR


BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang


KEMENTERIAN PERTANIAN

KEBIJAKAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG UPSUS PAJALE

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR

Laporan Tahunan KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Direktur Budidaya Serealia, Dr. Ir. Nandang Sunandar, MP NIP Laporan Tahunan 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KACANG-KACANGAN DAN UMBI-UMBIAN TAHUN 2010

II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN. RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I. PENDAHULUAN. 1

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2015)

Selanjutnya tugas pembantuan tersebut meliputi : 1. Dasar Hukum 2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2017

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Transkripsi:

N LAPORA TAHU AN 2016 LAPORAN TAHUNAN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT ANEKA KACANG DAN UMBI 2016 Jl. Raya Ragunan No. 15 Pasar Minggu PO. BOX 7356/Jks, Jakarta Selatan 12520 Tlp. 021-7805342 Fax. 021-7805179 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT ANEKA KACANG DAN UMBI 2016

LAPORA N TAHU AN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT ANEKA KACANG DAN UMBI 2016

KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT sehingga penyusunan Laporan Tahunan Direktorat Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016 telah selesai disusun. Dengan berakhirnya Tahun Anggaran 2016, maka disusunlah Laporan Tahunan Direktorat Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016. Laporan Tahunan ini merupakan laporan pelaksanaan program dan kegiatan selama tahun 2016 yang berisikan kegiatan intensifikasi melalui penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai, ekstensifikasi Perluasan Areal Tanam (PAT)- melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PIP) kedelai, teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) kedelai, SKR kacang tanah, intensifikasi ubikayu, ekstensifikasi/ PAT ubikayu, CF-SKR ubijalar, pengembangan ubijalar wilayah timur, pertemuan/koordinasi, gerakan pencanangan tanam/panen aneka kacang dan umbi, Upsus wilayah binaan Direktorat Akabi, laporan Eselon II Direktorat Akabi, ketatausahaan, keuangan, permasalahan dan upaya tindak lanjut. Kami menyadari dalam penulisan laporan ini masih kurang sempurna, maka saran dan masukan yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan. Semoga Laporan Tahunan ini bermanfaat dan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya dan pengembangan aneka kacang dan umbi di masa yang akan datang. Jakarta, Januari 2017 Direktur Ir. Rita Mezu, M.M NIP 196201291985032002 i

ii

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan dan Sasaran... 2 C. Program dan Kegiatan Utama... 2 II. KINERJA PRODUKSI ANEKA KACANG DAN UMBI TAHUN 2016... 3 A. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016... 3 B. Realisasi Capaian Kinerja Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016... 3 III. PELAKSANAAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TAHUN 2016... 6 A. Pelaksanaan Kegiatan Intensifikasi Melalui Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai Tahun 2016... 6 B. Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Perluasan Areal Tanam (PAT) Melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT) Kedelai Tahun 2016... 7 C. Pelaksanaan Kegiatan Teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) Kedelai Tahun 2016... 9 D. Pelaksanaan Kegiatan CF-SKR Kacang Tanah Tahun 2016... 10 E. Pelaksanaan Kegiatan Intensifikasi Ubikayu Tahun 2016... 10 F. Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi/ PAT Ubikayu Tahun 2016... 11 G. Pelaksanaan Kegiatan CF-SKR Ubijalar Tahun 2016... 12 H. Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Ubijalar Wilayah Timur Tahun 2016... 12 I. Pelaksanaan Pendampingan Peningkatan Produksi Kedelai Kerjasama dengan Perguruan Tinggi Tahun 2016... 13 J. Pelaksanaan Koordinasi Kemitraan, Pemantapan dan Evaluasi Pengembangan Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016... 14 K. Pelaksanaan Gerakan Tanam/Panen Kedelai Bersama TNI-AD di Provinsi Tahun 2016... 14 L. Pelaksanaan Workshop Penerapan Teknologi Budidaya Kedelai Tahun 2016... 15 M. Pelaksanaan Pengadaan Sarana Penyimpanan Benih Kedelai Tahun 2016... 15 N. Pelaksanaan Pendampingan, Pengawalan, Pembinaan dan Monev Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016... 15 IV. PELAKSANAAN KEGIATAN LAINNYA... 17 A. Realisasi Tanam Komoditas Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016 Per Bulan. 17 B. Pertemuan/Koordinasi Tahun 2016... 19 1. Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan GP-PTT Kedelai 2015 dan Pemantapan Pelaksanaan Kegiatan Kedelai Tahun 2016 di Bandung... 19 2. Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan Aneka Kacang dan Umbi Melalui CF- SKR Tahun 2016 di Provinsi Jawa Barat... 22 i iii v vii ix iii

3. Sosialisasi Sms Gateway Monev Kedelai (Training of Trainer) Tahun 2016... 25 4. Penyusunan Protokol/ Ketentuan GAP Ubikayu di Hotel Bumi Wiyata Depok... 28 5. Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Roadmap Padi, Jaung dan Kedelai Tahun 2045 di Bogor... 29 6. Workshop Evaluasi Kegiatan Pendampingan BJA Kedelai di Bogor... 31 C. Gerakan Pencanangan Tanam/Panen Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016. 34 1. Pencanangan Gerakan Tanam Kedelai di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur... 34 2. Gerakan Tanam Kedelai di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat... 36 3. Pencanangan Gerakan Panen Kedelai di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat... 38 4. Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Jawa Timur... 41 5. Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat... 42 6. Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah... 43 7. Panen Raya Kedelai Program Budidaya Jenuh Air (BJA) di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi... 44 8. Sarasehan Penanaman Perdana Tanaman Kedelai di Kawasan Hutan Melalui Anggaran APBN-P Tahun 2016 di Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur... 45 9. Panen CF-SKR Kacang Tanah di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah... 47 10. Pencanangan Gerakan Panen Kedelai di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung... 48 D. Laporan Upsus Wilayah Binaan Direktorat Aneka Kacang dan Umbi... 50 E. Laporan Kegiatan Eselon II Direktorat Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016.. 51 V. PEMBINAAN SUMBERDAYA MANUSIA... 55 A. Kepegawaian... 55 B. Persuratan...... 58 C. Rumah Tangga dan Perlengkapan... 58 VI. REALISASI APBN... 60 A. Realisasi Keuangan/DIPA TA.2016 Satker Pusat... 60 B. Realisasi Keuangan/DIPA TA.2016 Satker Daerah... 60 VII. PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT... 61 A. Permasalahan... 61 B. Upaya Tindak Lanjut... 61 VIII. PENUTUP... 63 A. Kesimpulan... 63 B. Saran... 64 LAMPIRAN iv

Tabel 1. Tabel 2. DAFTAR TABEL Halaman Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016... 3 Capaian Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Aneka Kacang dan Umbi ARAM II Tahun 2016 dibandingkan Sasaran 2016 dan ATAP 2015... 5 Tabel 3. Sasaran dan Realisasi Kegiatan Intensifikasi Kedelai Tahun 2016... 7 Tabel 4. Capaian Produktivitas Kegiatan Intensifikasi Kedelai Tahun 2016 7 Tabel 5. Sasaran dan Realisasi Kegiatan Ekstensifikasi PAT-PIP Kedelai Tahun 2016. 8 Tabel 6. Capaian Produktivitas Kegiatan Ekstensifikasi PAT-PIP Kedelai Tahun 2016... 8 Tabel 7. Sasaran dan Realisasi Kegiatan Teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) Kedelai Tahun 2016 9 Tabel 8. Capaian Produktivitas Kegiatan Teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) Kedelai Tahun 2016... 10 Tabel 9. Sasaran dan Realisasi Kegiatan CF-SKR Kacang Tanah Tahun 2016... 10 Tabel 10. Sasaran dan Realisasi Kegiatan Intensifikasi Ubikayu Tahun 2016 11 Tabel 11. Sasaran dan Realisasi Kegiatan Ekstensifikasi/ PAT Ubikayu Tahun 2016 12 Tabel 12. Sasaran dan Realisasi Kegiatan CF-SKR Ubijalar Tahun 2016.. 12 Tabel 13. Sasaran dan Realisasi Kegiatan Pengembangan Ubijalar Wilayah Timur Tahun 2016... 13 Tabel 14. Pelaksanaan Pendampingan Peningkatan Produksi Kedelai Kerjasama dengan Perguruan Tinggi Tahun 2016... 13 Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Pelaksanaan Koordinasi Kemitraan, Pemantapan dan Evaluasi Pengembangan Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016... 14 Pelaksanaan Gerakan Tanam/Panen Kedelai Bersama TNI-AD di Provinsi Tahun 2016... 14 Pelaksanaan Workshop Penerapan Teknologi Budidaya Kedelai Tahun 2016... 15 Pelaksanaan Pengadaan Sarana Penyimpanan Benih Kedelai Tahun 2016... 15 v

Tabel 19. Tabel 20. Tabel 21. Pelaksanaan Pendampingan, Pengawalan, Pembinaan dan Monev Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016... 16 Realisasi Luas Tanam Kedelai Tahun 2016 Dibanding Tahun 2015... 17 Realisasi Luas Tanam Kacang Tanah Tahun 2016 Dibanding Tahun 2015... 17 Tabel 22. Realisasi Luas Tanam Kacang Hijau Tahun 2016 Dibanding Tahun 2015 18 Tabel 23. Realisasi Luas Tanam Ubikayu Tahun 2016 Dibanding Tahun 2015. 18 Tabel 24. Realisasi Luas Tanam Ubijalar Tahun 2016 Dibanding Tahun 2015. 19 Tabel 25. Alokasi Kegiatan Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya Tahun 2016 di Wilayah Binaan Direktorat Aneka Kacang dan Umbi... 50 Tabel 26. Realisasi Luas Tanam dan Panen Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2016 di Wilayah Binaan Direktorat Aneka Kacang dan Umbi... 51 Tabel 27. Penyebaran Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Direktorat Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016... 55 Tabel 28. Kenaikan Pangkat Periode April dan Oktober 2016 Direktorat Aneka Kacang dan Umbi... 56 Tabel 29. Kenaikan Gaji Berkala Periode Januari s/d Desember 2016 Direktorat Aneka Kacang dan Umbi... 56 Tabel 30. Cuti Periode Januari s/d Desember Tahun 2016 Direktorat Aneka Kacang dan Umbi... 57 vi

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Pembukaan Sosialisasi SMS Gateway Monev Kedelai Tahun 2016 oleh Direktur Aneka Kacang dan Umbi... 26 Gambar 2. Peserta Sosialisasi SMS Gateway Monev Kedelai dan Training of Trainer... 26 Gambar 3. Diskusi Penyusunan Protokol/ Ketentuan GAP Ubikayu.. 29 Gambar 4. Peserta Konsinyasi Penyusunan Protokol/ Ketentuan GAP Ubikayu.. 29 Gambar 5. Menteri Pertanian Panen Kedelai Kegiatan Budidaya Jenuh Air Kerjasama Kementan dan IPB di Provinsi Jambi, Kab. Tanjung Jabung Timur, Kec. Berbak dengan Produktivitas Mencapai 3,3 ton/ha.. 33 Gambar 6. Dirjen Tanaman Pangan Panen Kedelai Kegiatan Budidaya Jenuh Air kerjasama Kementan dan IPB di Provinsi Sumatera Selatan, Kab Musi Banyuasin, Kecamatan Lalan dengan produktivitas di lokasi ubinan mencapai 2,6 Ton/ha... Gambar 7. Pencanangan Gerakan Tanam Kedelai di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur... Gambar 8. Diskusi Pada Acara Pencanangan Gerakan Tanam Kedelai di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur... 36 Gambar 9. Gerakan Tanam Kedelai di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat... 37 Gambar 10. Pencanangan Gerakan Panen Kedelai di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat... 40 Gambar 11. Diskusi pada Acara Pencanangan Gerakan Panen Kedelai di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat... 40 Gambar 12. Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Jawa Timur... 41 Gambar 13. Diskusi pada Acara Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Jawa Timur... 41 Gambar 14. Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat... 42 Gambar 15. Diskusi pada Acara Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat... 42 Gambar 16. Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah... 43 Gambar 17. Diskusi pada Acara Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah... 43 34 36 vii

Gambar 18. Panen Raya Kedelai Program Budidaya Jenuh Air (BJA) di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi 44 Gambar 19. Arahan Bapak Menteri Pertanian Diskusi pada Acara Panen Raya Kedelai Program Budidaya Jenuh Air (BJA) di Kabupaten 45 Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi... Gambar 20. Penanaman Perdana Tanaman Kedelai di Kawasan Hutan di Kabupaten Bojonegoro... 46 Gambar 21. Temu Wicara/ Diskusi pada Sarasehan Penanaman Perdana Tanaman Kedelai di Kawasan Hutan di Kabupaten Bojonegoro. 47 Gambar 22. Panen CF-SKR kacang tanah di Desa Lebak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah... 47 Gambar 23. Pencanangan Gerakan Panen Kedelai di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung 49 Gambar 24. Diskusi pada Acara Pencanangan Gerakan Panen Kedelai di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung. 49 viii

RINGKASAN EKSEKUTIF Direktorat Aneka Kacang dan Umbi mempunyai tujuan meningkatkan produksi komoditi kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubikayu dan ubijalar; memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani; mengupayakan pengembangan sistem dan usaha agribisnis aneka kacang dan umbi yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi serta mendukung diversifikasi pangan. Untuk mencapai tujuan tersebut pada tahun 2016 ditetapkan sasaran produksi kedelai 1,10 juta ton biji kering, kacang tanah 675 ribu ton biji kering, kacang hijau 267 ribu ton biji kering, ubikayu 24,05 juta ton umbi basah dan ubijalar 2,44 juta ton umbi basah. Pencapaian produksi aneka kacang dan umbi tahun 2016 (Aram II) bila dibandingkan dengan sasaran tahun 2016 untuk kedelai mencapai 885.575 ton (80,51%), kacang tanah 560.940 ton (83,10%), kacang hijau 279.132 ton (104,54%), ubikayu 20.637.495 ton (85,80%) dan ubijalar 2.083.654 ton (85,26%). Sedangkan produksi 2016 (Aram II) dibandingkan dengan Atap 2014 mengalami peningkatan untuk komoditi kacang hijau 2,83% sedangkan untuk komoditi kedelai, kacang tanah, ubikayu dan ubijalar mengalami penurunan yaitu masingmasing sebesar untuk kedelai 8,06%, kacang tanah 7,35%, ubikayu 5,34% dan ubijalar 9,31%. Realisasi kegiatan aneka kacang dan umbi tahun 2016 antara lain: kegiatan intensifikasi kedelai realisasi tanam mencapai 194.202 ha (92,81%) dari sasaran 209.245 ha, luas panen 112.478 ha, produktivitas 15,06 ku/ha dan produksi 169.394 ton; kegiatan ekstensifikasi PAT-PIP kedelai realisasi tanam mencapai 152.799 ha (87,13%) dari sasaran 175.373 ha, luas panen 84.764 ha, produktivitas 13,86 ku/ha dan produksi 117.452 ton; kegiatan teknologi BJA kedelai realisasi tanam mencapai 8.398 ha (100%) dari sasaran 8.398 ha, luas panen 6.338 ha, produktivitas 18,19 ku/ha dan produksi 11.531 ton; kegiatan CF- SKR kacang tanah realisasi tanam mencapai 550 ha (100%) dari sasaran 550 ha, luas panen 450 ha, produktivitas 8,21 ku/ha dan produksi 369 ton; kegiatan intensifikasi ubikayu realisasi tanam mencapai 5.262 ha (88,33%) dari sasaran 5.957 ha; kegiatan ekstensifikasi/pat ubikayu realisasi tanam mencapai 10.079 ha (87,90%) dari sasaran 11.466 ha; kegiatan CF-SKR ubijalar realisasi tanam mencapai 500 ha (100%) dari sasaran 500 ha, luas panen 130 ha, produktivitas 263,48 ku/ha dan produksi 3.425 ton; kegiatan pengembangan ubijalar wilayah timur realisasi tanam mencapai 2.200 ha (89,80%) dari sasaran 2.450 ha, luas panen 322 ha, produktivitas 184,41 ku/ha dan produksi 5.938 ton; pelaksanaan pendampingan peningkatan produksi kedelai kerjasama dengan perguruan tinggi terealisasi 12 kali (85,71%) dari sasaran 14 kali; pelaksanaan koordinasi kemitraan, pemantapan dan evaluasi pengembangan aneka kacang dan umbi terealisasi 8 kali (61,54%) dari sasaran 13 kali; pelaksanaan gerakan tanam/panen kedelai bersama TNI-AD di provinsi terealisasi 28 kali (93,33%) dari sasaran 30 kali; pelaksanaan workshop penerapan teknologi budidaya kedelai terealisasi 14 kali (73,68%) dari sasaran 19 kali; pelaksanaan pengadaan sarana penyimpanan benih kedelai terealisasi 11 kali (84,62%) dari sasaran 13 ha. ix

Realisasi tanam komoditi aneka kacang dan umbi tahun 2016 untuk komoditi kedelai mencapai 536.176 ha (72,98%), kacang tanah 420.941 ha (82,66%), kacang hijau 219.505 ha (94,59%), ubikayu 831.692 ha (79,04%) dan ubijalar 119.699 ha (81,09%) dari sasaran tahun 2016. Belum tercapainya sasaran areal tanam tersebut dikarenakan terlambatnya waktu tanam/adanya kemunduran tanam dan persaingan dengan komoditas pertanian lainnya/beralih ke komoditi lain. Upaya yang telah dilakukan antara lain a) mengoptimalkan pembinaan dan bimbingan, b) meningkatkan koordinasi, sosialisasi dan sinkronisasi dengan instansi terkait di tingkat pusat maupun daerah, c) merencanakan kegiatan yang baik dari segi teknis maupun keuangan. Dalam era otonomi daerah dimana keberhasilan pembangunan Aneka Kacang dan Umbi ditentukan oleh daerah, maka tantangan dimasa depan tentunya akan semakin besar. Untuk itu sebagai langkah antisipasi menghadapi permasalahan/tantangan yang mungkin timbul pada tahun mendatang, Direktorat Aneka Kacang dan Umbi akan melakukan perencanaan kegiatan yang lebih baik, melakukan pembinaan dan bimbingan teknis pelatihan bagi petani dan petugas lapang secara intensif serta mengoptimalkan pemanfaatan hasil monitoring dan evaluasi yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya. x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas aneka kacang dan umbi berperan sebagai motor penggerak penting dalam pencapaian Empat Target Utama Kementerian Pertanian sekaligus mendukung pencapaian kemandirian pangan. Oleh karena itu revitalisasi komoditas aneka kacang dan umbi memiliki arti penting dan strategis bagi pembangunan ekonomi masyarakat pertanian. Dalam pengembangan komoditas aneka kacang dan umbi, tantangan yang dihadapi antara lain: 1) teknologi inovatif (pra panen dan pasca panen) belum optimal, 2) konversi lahan pertanian ke non pertanian; 3) persaingan antar komoditas; 4) penyediaan dan penyebaran benih/bibit berkualitas belum optimal; 5) harga impor komoditas lebih rendah; dan 6) belum lancarnya sinergi antar sektor dan antara pusat dan daerah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peranan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota sangat diharapkan dalam upaya pembinaan peningkatan produksi aneka kacang dan umbi dengan memanfaatkan potensi dan peluang yang ada di daerah masing-masing. Pada saat yang bersamaan diperlukan pula peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam rangka pemberdayaan petani/ pelaku agribisnis aneka kacang dan umbi guna mewujudkan produk yang berdaya saing dan berkelanjutan, melalui pemberdayaan dan pembentukan kelompok tani, gabungan kelompok tani bahkan asosiasi yang menangani dan berperan dalam agribisnis aneka kacang dan umbi. Dengan terpenuhinya kebutuhan aneka kacang dan umbi, hal ini memberikan peluang bagi pengembangan aneka kacang dan umbi dalam diversifikasi pangan dan adanya peluang pasar internasional. Produksi aneka kacang dan umbi dalam negeri, terutama kedelai baru memenuhi sepertiga dari total kebutuhan kedelai nasional sehingga untuk memenuhi kekurangan kebutuhan tersebut harus dipenuhi dari impor. Hal ini akan mempengaruhi sistem ketahanan pangan nasional. Upaya meningkatkan produksi aneka kacang dan umbi terutama kedelai dilaksanakan melalui peningkatan produktivitas per hektar dan perluasan areal tanam. Selain itu untuk menarik minat petani menanam kedelai dilaksanakan Program Stabilisasi Harga Kedelai yang diberlakukan sejak bulan Juli 2013. Program ini merupakan upaya untuk mengatasi fluktuasi harga kedelai di tingkat petani dan pengrajin, namun sampai saat ini pelaksanaannya belum optimal. Upaya tindak lanjut yang sudah dilakukan antara lain : a) melakukan pemantauan untuk memetakan lokasi/daerah yang sedang panen, volume produksi kedelai, dan harga tingkat petani untuk mengantisipasi jatuhnya harga ditingkat petani; b) Perum Bulog segera diberikan mandat oleh Pemerintah untuk melaksanakan tugasnya sesuai Perpres No. 48 Tahun 2016 dalam rangka ketahanan pangan; c) mendorong Bulog untuk segera melaksanakan program SHK dengan membeli kedelai petani di daerah yang sedang panen sesuai HBP, dan menjual kedelai kepada pengrajin sesuai HJP; c) Bulog/importir lain 1

mengimpor kedelai setelah mendapatkan persetujuan Kemendag untuk stabilisasi harga di tingkat pengrajin; d) memberlakuan tariff bea masuk impor kedelai sebesar 10-15% (sesuai kajian Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian); e) Pengaturan regulasi tata niaga importasi kedelai dan salah satu klausul dalam peraturan mewajibkan importer menyerap kedelai lokal. Sehubungan dengan hal tersebut di atas dengan berakhirnya tahun anggaran 2016, maka perlu kiranya disusun laporan realisasi pelaksanaan kegiatan sebagai bahan evaluasi tahun sekarang dan yang akan datang. B. Tujuan dan Sasaran Tujuan : Mengevaluasi realisasi pelaksanaan program dan kegiatan aneka kacang dan umbi tahun 2016. Sasaran : Terevaluasinya pelaksanaan program dan kegiatan aneka kacang dan umbi tahun 2016. C. Program dan Kegiatan Utama Program dan Kegiatan utama Direktorat Aneka Kacang dan Umbi TA. 2016 yaitu pengelolaan produksi tanaman aneka kacang dan umbi. Kegiatan utama aneka kacang dan umbi tahun 2016 meliputi: 1. Intensifikasi melalui penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai seluas 209.245 ha dari sasaran awal seluas 306.000 ha. 2. Ekstensifikasi Perluasan Areal Tanam (PAT) melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PIP) kedelai seluas 175.373 ha dari sasaran awal seluas 384.000 ha. 3. Teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) kedelai seluas 8.398 ha dari sasaran awal seluas 10.000 ha. 4. CF-SKR kacang tanah seluas 550 ha. 5. Intensifikasi ubikayu seluas 5.957 ha dari sasaran awal seluas 10.000 ha. 6. Ekstensifikasi/ PAT ubikayu seluas 11.466 ha dari sasaran awal seluas 15.000 ha. 7. CF-SKR ubijalar seluas 500 ha. 8. Pengembangan ubijalar wilayah timur seluas 2.450 ha dari sasaran awal seluas 2.700 ha. 2

II. KINERJA PRODUKSI ANEKA KACANG DAN UMBI TAHUN 2016 A. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016 Sasaran kedelai tahun 2016 untuk luas tanam 734.700 ha, luas panen 697.950 ha, produktivitas 15,76 ku/ha dan produksi 1.100.000 ton. Sasaran kacang tanah tahun 2016 untuk luas tanam 509.250 ha, luas panen 485.000 ha, produktivitas 13,92 ku/ha dan produksi 675.000 ton. Sasaran kacang hijau tahun 2016 untuk luas tanam 232.050 ha, luas panen 221.000 ha, produktivitas 12,08 ku/ha dan produksi 267.000 ton. Sasaran ubikayu tahun 2016 untuk luas tanam 1.052.275 ha, luas panen 1.002.167 ha, produktivitas 240,00 ku/ha dan produksi 24.052.000 ton. Sasaran ubijalar tahun 2016 untuk luas tanam 147.610 ha, luas panen 140.581 ha, produktivitas 173,85 ku/ha dan produksi 2.444.000 ton. Secara rinci sasaran luas tanam, luas panen, produktivitas dan produksi kedelai dapat dilihat pada Tabel 1 dan Lampiran 1-5. Tabel 1. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016 Komoditi Luas Tanam Luas Panen Produktivitas Produksi (Ha) (Ha) (Ku/Ha) (Ton) A. SEMULA 1. Kedelai 1.000.000 953.200 15,74 1.500.000 2. Kacang Tanah 552.250 525.950 14,37 755.750 3. Kacang Hijau 261.100 248.650 11,90 295.900 4. Ubikayu 1.182.904 1.126.575 240,30 27.071.600 5. Ubijalar 184.936 176.129 153,30 2.700.000 B. REVISI 1. Kedelai 734.700 697.950 15,76 1.100.000 2. Kacang Tanah 509.250 485.000 13,92 675.000 3. Kacang Hijau 232.050 221.000 12,08 267.000 4. Ubikayu 1.052.275 1.002.167 240,00 24.052.000 5. Ubijalar 147.610 140.581 173,85 2.444.000 B. Realisasi Capaian Kinerja Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016 Realisasi capaian kinerja kedelai Angka Ramalan (ARAM) II 2016 dibandingkan dengan Angka Tetap (ATAP) 2015 mengalami penurunan untuk luas panen sebesar 26.116 ha (4,25%) dari 614.094 ha menjadi 587.978 ha, produktivitas 0,62 ku/ha (3,97%) dari 15,68 ku/ha menjadi 15,06 ku/ha dan produksi sebesar 77.608 ton (8,06%) dari 963.183 ton menjadi 885.575 ton. Sedangkan ARAM II 2016 dibandingkan dengan sasaran luas panen, produktivitas dan produksi masih kurang, dengan besaran capaian masingmasing 84,24%, 95,56% dan 80,51%. 3

Realisasi capaian kinerja kacang tanah ARAM II 2016 dibandingkan dengan ATAP 2015 mengalami penurunan untuk luas panen sebesar 30.382 ha (6,69%) dari 454.349 ha menjadi 423.967 ha, produktivitas sebesar 0,09 ku/ha (0,71%) dari 13,33 ku/ha menjadi 13,23 ku/ha dan produksi sebesar 44.509 ton (7,35%) dari 605.449 ton menjadi 560.940 ton. Sedangkan ARAM II 2016 dibandingkan dengan sasaran luas panen, produktivitas dan produksi masih kurang, dengan besaran capaian masing-masing 87,42%; 95,07% dan 83,10%. Realisasi capaian kinerja kacang hijau ARAM II 2016 dibandingkan dengan ATAP 2015 mengalami penurunan luas panen sebesar 1.058 ha (0,46%) dari 229.475 ha menjadi 228.417 ha, untuk produktivitas dan produksi mengalami peningkatan yaitu produktivitas sebesar 0,39 ku/ha (3,30%) dari 11,83 ku/ha menjadi 12,22 ku/ha dan produksi sebesar 7.669 ton (2,83%) dari 271.463 ton menjadi 279.132 ton. Sedangkan ARAM II 2016 dibandingkan dengan sasaran luas panen, produktivitas dan produksi sudah melebihi sasaran, dengan besaran capaian masing-masing 103,36% dan 101,15% dan 104,54%. Realisasi capaian kinerja ubikayu ARAM II 2016 dibandingkan dengan ATAP 2015 mengalami penurunan untuk luas panen sebesar 97.048 ha (10,22%) dari 949.916 ha menjadi 852.868 ha dan produksi sebesar 1.163.920 ton (5,34%) dari 21.801.415 ton menjadi 20.637.495 ton, untuk produktivitas mengalami peningkatan 12,47 ku/ha (5,43%) dari 229,51 ku/ha menjadi 241,98 ku/ha dan. Sedangkan ARAM II 2016 dibandingkan dengan sasaran luas panen dan produksi masih kurang dari sasaran, dengan besaran capaian masing-masing 85,10% dan 85,80%, sedangkan untuk produktivitas sudah melebihi sasaran hingga mencapai 100,82%. Realisasi capaian kinerja ubijalar ARAM II 2016 dibandingkan dengan ATAP 2015 mengalami penurunan untuk luas panen sebesar 20.151 ha (14,08%) dari 143.125 ha menjadi 122.974 ha dan produksi sebesar 213.980 ton (9,31%) dari 2.297.634 ton menjadi 2.083.654 ton, untuk produktivitas mengalami peningkatan 8,91 ku/ha (5,55%) dari 160,53 ku/ha menjadi 169,44 ku/ha. Sedangkan ARAM II 2016 dibandingkan dengan sasaran luas panen, produktivitas dan produksi masih kurang dari sasaran, dengan besaran capaian masing-masing 87,48%, 97,46% dan 85,26%. Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 2. 4

Tabel 2. Capaian Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Aneka Kacang dan Umbi ARAM II Tahun 2016 dibandingkan Sasaran 2016 dan ATAP 2015 No Uraian ATAP 2015 Sasaran ARAM II 2016 2016 Peningkatan (5) : (3) Pencapaian (5) : (4) (1) (2) (3) (4) (5) Absolut % Absolut % 1. Kedelai a. Luas Panen (Ha) 614.094 697.950 587.978 (26.116) (4,25) (109.972) 84,24 b. Produktivitas (Ku/Ha) 15,68 15,76 15,06 (0,62) (3,97) (0,70) 95,56 c. Produksi (Ton BK) 963.183 1.100.000 885.575 (77.608) (8,06) (214.425) 80,51 2. Kacang Tanah a. Luas Panen (Ha) 454.349 485.000 423.967 (30.382) (6,69) (61.033) 87,42 b. Produktivitas (Ku/Ha) 13,33 13,92 13,23 (0,09) (0,71) (0,69) 95,07 c. Produksi (Ton BK) 605.449 675.000 560.940 (44.509) (7,35) (114.060) 83,10 3. Kacang Hijau a. Luas Panen (Ha) 229.475 221.000 228.417 (1.058) (0,46) 7.417 103,36 b. Produktivitas (Ku/Ha) 11,83 12,08 12,22 0,39 3,30 0,14 101,15 c. Produksi (Ton BK) 271.463 267.000 279.132 7.669 2,83 12.132 104,54 4. Ubikayu a. Luas Panen (Ha) 949.916 1.002.167 852.868 (97.048) (10,22) (149.299) 85,10 b. Produktivitas (Ku/Ha) 229,51 240,00 241,98 12,47 5,43 1,98 100,82 c. Produksi (Ton UB) 21.801.415 24.052.000 20.637.495 (1.163.920) (5,34) (3.414.505) 85,80 5. Ubijalar a. Luas Panen (Ha) 143.125 140.581 122.974 (20.151) (14,08) (17.607) 87,48 b. Produktivitas (Ku/Ha) 160,53 173,85 169,44 8,91 5,55 (4,41) 97,46 c. Produksi (Ton UB) 2.297.634 2.444.000 2.083.654 (213.980) (9,31) (360.346) 85,26 Keterangan : BK = Biji Kering UB = Umbi Basah 5

III. PELAKSANAAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TAHUN 2016 Fokus kegiatan peningkatan produktivitas tanaman pangan tahun 2016, khususnya komoditas aneka kacang dan umbi tahun 2016, dilaksanakan melalui : kegiatan intensifikasi melalui penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai; ekstensifikasi Perluasan Areal Tanam (PAT) melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PIP) kedelai; Teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) kedelai; CF-SKR kacang tanah, intensifikasi ubikayu; ekstensifikasi/ PAT ubikayu; CF-SKR ubijalar; pengembangan ubijalar wilayah timur; pendampingan peningkatan produksi kedelai kerjasama dengan perguruan tinggi; koordinasi kemitraan, pemantapan dan evaluasi pengembangan aneka kacang dan umbi; gerakan tanam/panen kedelai bersama TNI-AD di provinsi; workshop penerapan teknologi budidaya kedelai; pengadaan sarana penyimpanan benih kedelai dan pendampingan, pengawalan, pembinaan dan monev aneka kacang dan umbi. Realisasi pelaksanaan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: A. Pelaksanaan Kegiatan Intensifikasi Melalui Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai Tahun 2016 Kegiatan intensifikasi kedelai 2016 semula dialokasikan seluas 306.000 ha di 30 provinsi, 238 kabupaten/kota direvisi menjadi seluas 209.245 ha di 29 provinsi, 183 kabupaten/kota. Luas satu unit intensifikasi kedelai minimal sebesar 10 ha dan untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan tersebut pemerintah memberikan bantuan berupa sarana produksi meliputi benih kedelai dan rhizobium. Jenis dan dosis bantuan sarana produksi disesuaikan dengan rekomendasi setempat (spesifik lokasi). Untuk areal pasang surut di luar Pulau Jawa, diberikan juga sarana produksi berupa bahan organik atau kapur pertanian. Realisasi tanam pelaksanaan kegiatan intensifikasi kedelai sampai bulan Desember 2016 mencapai 194.202 ha (92,81%) dari sasaran 209.245 ha, luas panen 112.478 ha, produktivitas 15,06 ku/ha dan produksi 169.394 ton. Adapun sisa kegiatan yang belum dilaksanakan sampai akhir Desember 2016 seluas 9.316 ha dan direncanakan tanam pada bulan Januari sampai Maret 2017, sedangkan yang tidak dapat dicairkan dan kembali ke kas negara seluas 5.901 ha. Realisasi anggaran kegiatan intensifikasi kedelai sampai bulan Desember 2016 sebesar Rp. 199.302.853.000,- (95,49%) dari sasaran sebesar Rp. 208.710.516.000,-. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3 dan Lampiran 6. 6

Tabel 3. Sasaran dan Realisasi Kegiatan Intensifikasi Kedelai Tahun 2016 Sasaran No Uraian Realisasi Semula Revisi Capaian (%) 1 Luas Tanam (Ha) 306.000 209.245 194.202 92,81 2 Luas Panen (Ha) 293.913 198.778 112.478 56,58 3 Produktivitas (Ku/Ha) 17,00 17,00 15,06 88,59 4 Produksi (Ton) 499.652 337.923 169.394 50,13 5 Bansos (Rp.000) 309.102.000 208.710.516 199.302.853 95,49 Capaian produktivitas kegiatan intensifikasi kedelai tahun 2016 mencapai 96,05% (terhadap sebelum kegiatan) lebih rendah 11,41% dari sasaran dan mengalami penurunan sebesar 3,95% bila dibandingkan dengan produktivitas pada tahun sebelumnya. Untuk capaian produktivitas di luar kegiatan intensifikasi lebih rendah bila dibanding sasaran (95,56%) seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Capaian Produktivitas Kegiatan Intensifikasi Kedelai Tahun 2016 Produktivitas Intensifikasi (Ku/Ha) Capaian (%) Produktivitas Nasional (Ku/Ha) Capaian (%) Uraian Sebelum*) Sesudah Sesudah Sesudah**) Sasaran Sebelum*) Sesudah Thd Thd Thd Sasaran Sesudah**) dibanding Sasaran Sasaran Sebelum*) Sasaran (1) (2) (3) (4) (5) = (3) : (2) (6) = (4) : (2) (7) = (4) : (3) (8) (9) (10) = (9) : (8) 29 Provinsi, 183 Kabupaten 17,00 15,68 15,06 92,24 88,59 96,05 15,76 15,06 95,56 Keterangan : *) = Angka Tetap BPS 2015 **) = Angka Ramalan II BPS 2016 Belum tercapainya produktivitas kedelai kegiatan intensifikasi disebabkan antara lain: 1. Faktor iklim basah (La-Nina) yang kurang kondusif untuk pertanaman kedelai. 2. Dibeberapa lokasi terjadi puso akibat terkena banjir dan serangan OPT. 3. Harga kedelai ditingkat petani relatif rendah, sehingga petani kurang tertarik untuk menanam kedelai. 4. Terjadi persaingan antar komoditi terutama dengan jagung. B. Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Perluasaan Areal Tanam (PAT) Melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PIP) Kedelai Tahun 2016 Kegiatan ekstensifikasi PAT-PIP kedelai tahun 2016 semula dialokasikan seluas 384.000 ha di 28 provinsi, 216 kabupaten/kota direvisi menjadi seluas 175.373 ha di 28 provinsi,162 kabupaten/kota. Luas satu unit ekstensifikasi PAT-PIP kedelai minimal sebesar 5 ha dan untuk memfasilitasi pelaksanaan 7

kegiatan tersebut pemerintah memberikan bantuan berupa sarana produksi meliputi benih kedelai bersertifikat, rhizobium dan bahan organik atau kapur pertanian sesuai spesifik lokasi. Realisasi tanam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi PAT-PIP kedelai sampai bulan Desember 2016 mencapai 152.799 ha (87,13%) dari sasaran 175.373 ha, luas panen 84.764 ha, produktivitas 13,86 ku/ha dan produksi 117.452 ton. Adapun sisa kegiatan yang belum dilaksanakan sampai akhir Desember 2016 seluas 18.205 ha dan direncanakan tanam pada bulan Januari sampai Maret 2017, sedangkan yang tidak dapat dicairkan dan kembali ke kas negara seluas 4.346 ha. Realisasi anggaran kegiatan ekstensifikasi PAT-PIP kedelai sampai bulan Desember 2016 sebesar Rp. 242.107.885.000,- (90,88%) dari sasaran sebesar Rp. 266.397.833.000,-. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5 dan Lampiran 7. Tabel 5. Sasaran dan Realisasi Kegiatan Ekstensifikasi PAT-PIP Kedelai Tahun 2016 No Uraian Semula Sasaran Revisi Realisasi Capaian (%) 1 Luas Tanam (Ha) 384.000 175.373 152.799 87,13 2 Luas Panen (Ha) 364.800 166.601 84.764 50,88 3 Produktivitas (Ku/Ha) 15,00 15,00 13,86 92,38 4 Produksi (Ton) 547.200 249.902 117.452 47,00 5 Bansos (Rp.000) 597.447.500 266.397.833 242.107.885 90,88 Capaian produktivitas kegiatan ekstensifikasi PAT-PIP kedelai tahun 2016 mencapai 88,39% (terhadap sebelum kegiatan) lebih rendah 7,60% dari sasaran dan mengalami penurunan sebesar 11,61% bila dibandingkan dengan produktivitas pada tahun sebelumnya. Untuk capaian produktivitas di luar kegiatan ekstensifikasi lebih rendah bila dibanding sasaran (95,56%) seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Capaian Produktivitas Kegiatan Ekstensifikasi PAT-PIP Kedelai Tahun 2016 Produktivitas Ekstensifikai PAT-PIP Produktivitas Nasional Capaian (%) (Ku/Ha) (Ku/Ha) Capaian (%) Uraian Sebelum*) Sesudah Sesudah Sesudah**) Sasaran Sebelum*) Sesudah Thd Thd Thd Sasaran Sesudah**) dibanding Sasaran Sasaran Sebelum*) Sasaran (1) (2) (3) (4) (5) = (3) : (2) (6) = (4) : (2) (7) = (4) : (3) (8) (9) (10) = (9) : (8) 28 Provinsi, 162 Kabupaten 15,00 15,68 13,86 104,53 92,40 88,39 15,76 15,06 95,56 Keterangan : *) = Angka Tetap BPS 2015 **) = Angka Ramalan II BPS 2016 8

Belum tercapainya produktivitas kedelai kegiatan ekstensifikasi PAT-PIP disebabkan antara lain: 1. Faktor iklim basah (La-Nina) yang kurang kondusif untuk pertanaman kedelai. 2. Dibeberapa lokasi terjadi puso akibat terkena banjir dan serangan OPT. 3. Harga kedelai ditingkat petani relatif rendah, sehingga petani kurang tertarik untuk menanam kedelai. 4. Terjadi persaingan antar komoditi terutama dengan jagung C. Pelaksanaan Kegiatan Teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) Kedelai Tahun 2016 Kegiatan teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) kedelai tahun 2016 semula dialokasikan seluas 10.000 ha di 6 provinsi, 10 kabupaten/kota direvisi menjadi seluas 8.398 ha di 6 provinsi, 9 kabupaten/kota. Luas satu unit teknologi BJA kedelai minimal sebesar 10 ha dan untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan tersebut pemerintah memberikan bantuan berupa sarana produksi meliputi benih kedelai, pupuk anorganik bersubsidi meliputi NPK, SP-36, Urea, KCL, rhizobium, pestisida organik/anorganik, herbisida dan kapur pertanian.pengadaan/pembelian pupuk anorganik harus pupuk bersubsidi yang disediakan oleh pemerintah. Realisasi tanam pelaksanaan kegiatan teknologi BJA kedelai sampai bulan Desember 2016 mencapai 8.398 ha (100%) dari sasaran 8.398 ha, luas panen 6.338 ha, produktivitas 18,19 ku/ha dan produksi 11.531 ton. Realisasi anggaran kegiatan teknologi BJA kedelai sampai bulan Desember 2016 sebesar Rp. 37.185.442.000,- (99,00%) dari sasaran sebesar Rp. 37.560.055.000,-. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7 dan Lampiran 8. Tabel 7. Sasaran dan Realisasi Kegiatan Teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) Kedelai Tahun 2016 No Uraian Semula Sasaran Revisi Realisasi Capaian (%) 1 Luas Tanam (Ha) 10.000 8.398 8.398 100,00 2 Luas Panen (Ha) 9.500 7.978 6.338 79,44 3 Produktivitas (Ku/Ha) 21,51 21,51 18,19 84,58 4 Produksi (Ton) 20.421 17.161 11.531 67,19 5 Bansos (Rp.000) 44.725.000 37.560.055 37.185.442 99,00 Capaian produktivitas kegiatan teknologi BJA kedelai tahun 2016 sudah mencapai 116,01% (terhadap sebelum kegiatan) dan lebih rendah 15,44% dari sasaran, namun bila dibandingkan dengan produktivitas pada tahun sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 16,01%. Untuk capaian produktivitas di luar kegiatan intensifikasi lebih rendah bila dibanding sasaran (95,56%) seperti pada Tabel 8. 9

Tabel 8. Capaian Produktivitas Kegiatan Teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) Kedelai Tahun 2016 Produktivitas Teknologi BJA (Ku/Ha) Capaian (%) Produktivitas Nasional (Ku/Ha) Capaian (%) Uraian Sebelum*) Sesudah Sesudah Sesudah**) Sasaran Sebelum*) Sesudah Thd Thd Thd Sasaran Sesudah**) dibanding Sasaran Sasaran Sebelum*) Sasaran (1) (2) (3) (4) (5) = (3) : (2) (6) = (4) : (2) (7) = (4) : (3) (8) (9) (10) = (9) : (8) 6 Provinsi, 9 Kabupaten 21,51 15,68 18,19 72,90 84,56 116,01 15,76 15,06 95,56 Keterangan : *) = Angka Tetap BPS 2015 **) = Angka Ramalan II BPS 2016 D. Pelaksanaan Kegiatan CF-SKR Kacang Tanah Tahun 2016 Pelaksanaan kegiatan CF-SKR kacang tanah tahun 2016 dialokasikan seluas 550 ha di 3 provinsi, 8 kabupaten. Luas satu unit CF-SKR kacang tanah minimal seluas 10 ha dan untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan tersebut pemerintah memberikan bantuan berupa sarana produksi meliputi benih, pupuk urea, pupuk NPK, pupuk SP-36, pupuk organik, pupuk hayati dan pestisida. Komponen sarana produksi dialokasikan menurut kebutuhan di masing-masing daerah sesuai rekomendasi teknis setempat (spesifik lokasi). Realisasi tanam pelaksanaan kegiatan CF-SKR kacang tanah sampai bulan Desember 2016 mencapai 550 ha (100%) dari sasaran 550 ha, luas panen 450 ha, produktivitas 8,21 ku/ha dan produksi 369 ton. Realisasi anggaran kegiatan CF-SKR kacang tanah sampai bulan Desember 2016 sebesar Rp. 1.611.750.000,- (98,85%) dari sasaran sebesar Rp. 1.630.475.000,-. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9 dan Lampiran 9. Tabel 9. Sasaran dan Realisasi Kegiatan CF-SKR Kacang Tanah Tahun 2016 No Uraian Sasaran Capaian Realisasi Semula Revisi (%) 1 Luas Tanam (Ha) 550 550 550 100,00 2 Luas Panen (Ha) 523 523 450 86,04 3 Produktivitas (Ku/Ha) 15,00 15,00 8,21 54,73 4 Produksi (Ton) 784 784 369 47,12 5 Bansos (Rp. 000) 1.630.475 1.630.475 1.611.750 98,85 E. Pelaksanaan Kegiatan Intensifikasi Ubikayu Tahun 2016 Pelaksanaan kegiatan intensifikasi ubikayu tahun 2016 semula dialokasikan seluas 10.000 ha di 8 provinsi, 27 kabupaten/kota direvisi menjadi seluas 5.957 ha di 8 provinsi, 16 kabupaten/kota. Luas satu unit areal percontohan intensifikasi ubikayu seluas 10-25 ha dan untuk memfasilitasi pelaksanaan 10

kegiatan tersebut pemerintah memberikan bantuan berupa sarana produksi berupa bahan organik. Sedangkan kebutuhan bibit/steknya dipenuhi melalui swadaya petani dengan menggunakan bibit unggul dan/atau lokal yang telah berkembang luas pada lokasi tersebut (spesifik lokasi). Realisasi tanam pelaksanaan kegiatan intensifikasi ubikayu sampai bulan Desember 2016 mencapai 5.262 ha (88,33%) dari sasaran 5.957 ha, belum ada realisasi panen karena pertanaman ubikayu lebih banyak di bulan November dan Desember 2016. Realisasi anggaran kegiatan intensifikasi ubikayu sampai bulan Desember 2016 sebesar Rp. 17.335.636.000,- (89,92%) dari sasaran sebesar Rp. 19.279.675.000,-. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 10 dan Lampiran 10. Tabel 10. Sasaran dan Realisasi Kegiatan Intensifikasi Ubikayu Tahun 2016 No Uraian Sasaran Capaian Realisasi Semula Revisi (%) 1 Luas Tanam (Ha) 10.000 5.957 5.262 88,33 2 Luas Panen (Ha) 9.500 5.659 - - 3 Produktivitas (Ku/Ha) 245,50 245,51 - - 4 Produksi (Ton) 233.230 138.938 - - 5 Bansos (Rp. 000) 32.725.000 19.279.675 17.335.636 89,92 F. Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi/PAT Ubikayu Tahun 2016 Pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi/pat ubikayu tahun 2016 semula dialokasikan seluas 15.000 ha di 7 provinsi, 40 kabupaten/kota direvisi menjadi seluas 11.466 ha di 7 provinsi, 32 kabupaten/kota. Luas satu unit areal percontohan ekstensifikasi/pat ubikayu seluas 10-25 ha dan untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan tersebut pemerintah memberikan bantuan berupa sarana produksi meliputi bibit/stek varietas unggul bersertifikat dan bahan organik. Bibit/stek bersertifikat disediakan 20% dari rekomendasi teknologi (8.000-10.000 stek/ha), sedangkan sisanya dapat menggunakan bibit unggul non sertifikat dan/atau lokal (spesifik lokasi) yang disediakan oleh swadaya masyarakat/petani. Realisasi tanam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi/pat ubikayu sampai bulan Desember 2016 mencapai 10.079 ha (87,90%) dari sasaran 11.466 ha, belum ada realisasi panen karena pertanaman ubikayu lebih banyak di bulan November dan Desember 2016. Realisasi anggaran kegiatan ekstensifikasi/pat ubikayu sampai bulan Desember 2016 sebesar Rp. 49.908.260.000,- (94,93%) dari sasaran sebesar Rp. 52.572.250.000,-. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 11 dan Lampiran 11. 11

Tabel 11. Sasaran dan Realisasi Kegiatan Ekstensifikasi/PAT Ubikayu Tahun 2016 No Uraian Sasaran Capaian Realisasi Semula Revisi (%) 1 Luas Tanam (Ha) 15.000 11.466 10.079 87,90 2 Luas Panen (Ha) 14.250 10.893-3 Produktivitas (Ku/Ha) 243,50 243,50-4 Produksi (Ton) 346.990 265.237-5 Bansos (Rp. 000) 73.800.000 52.572.250 49.908.260 94,93 G. Pelaksanaan Kegiatan CF-SKR Ubijalar Tahun 2016 Pelaksanaan kegiatan CF-SKR ubijalar tahun 2016 dialokasikan seluas 500 ha di 4 provinsi, 9 kabupaten. Luas satu unit CF-SKR ubijalar minimal seluas 10 ha dan untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan tersebut pemerintah memberikan bantuan berupa sarana produksi meliputi pupuk NPK, pupuk SP- 36, pupuk urea, pupuk organik dan herbisida. Komponen sarana produksi dialokasikan menurut kebutuhan di masing-masing daerah sesuai rekomendasi teknis setempat (spesifik lokasi). Realisasi tanam pelaksanaan kegiatan CF-SKR ubijalar sampai bulan Desember 2016 mencapai 500 ha (100%) dari sasaran 500 ha, luas panen 130 ha, produktivitas 263,48 ku/ha dan produksi 3.425 ton. Realisasi anggaran kegiatan CF-SKR ubijalar sampai bulan Desember 2016 sebesar Rp. 1.485.577.000,- (99,54%) dari sasaran sebesar Rp. 1.492.500.000,-. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 12 dan Lampiran 12. Tabel 12. Sasaran dan Realisasi Kegiatan CF-SKR Ubijalar Tahun 2016 No Uraian Sasaran Capaian Realisasi Semula Revisi (%) 1 Luas Tanam (Ha) 500 500 500 100,00 2 Luas Panen (Ha) 475 475 130 27,37 3 Produktivitas (Ku/Ha) 169,00 225,00 263,48 117,10 4 Produksi (Ton) 8.028 10.668 3.425 32,11 5 Bansos (Rp. 000) 1.492.500 1.492.500 1.485.577 99,54 H. Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Ubijalar Wilayah Timur Tahun 2016 Pelaksanaan kegiatan pengembangan ubijalar wilayah timur tahun 2016 semula dialokasikan seluas 2.700 ha di 4 provinsi, 26 kabupaten direvisi menjadi seluas 2.450 ha di 4 propinsi, 24 kabupaten. Luas satu unit bantuan pengembangan ubijalar wilayah timur minimal seluas 10 ha dan dan untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan tersebut pemerintah memberikan bantuan 12

berupa sarana produksi meliputi pupuk NPK, pupuk SP-36, pupuk urea, pupuk organik dan herbisida. Komponen sarana produksi dialokasikan menurut kebutuhan di masing-masing daerah sesuai rekomendasi teknis setempat (spesifik lokasi). Realisasi tanam pelaksanaan kegiatan pengembangan ubijalar wilayah timur sampai bulan Desember 2016 mencapai 2.200 ha (89,80%) dari sasaran 2.450 ha, luas panen 322 ha, produktivitas 184,41 ku/ha dan produksi 5.938 ton. Realisasi anggaran kegiatan pengembangan ubijalar wilayah timur sampai bulan Desember 2016 sebesar Rp. 7.328.459.000,- (84,89%) dari sasaran sebesar Rp 8.632.517.000,-. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 13 dan Lampiran 13. Tabel 13. Sasaran dan Realisasi Kegiatan Pengembangan Ubijalar Wilayah Timur Tahun 2016 No Uraian Sasaran Capaian Realisasi Semula Revisi (%) 1 Luas Tanam (Ha) 2.700 2.450 2.200 89,80 2 Luas Panen (Ha) 2.565 2.328 322 13,83 3 Produktivitas (Ku/Ha) 165,00 145,00 184,41 127,18 4 Produksi (Ton) 42.323 33.749 5.938 17,59 5 Bansos (Rp. 000) 9.555.300 8.632.517 7.328.459 84,89 I. Pelaksanaan Pendampingan Peningkatan Produksi Kedelai Kerjasama dengan Perguruan Tinggi Tahun 2016 Pelaksanaan pendampingan peningkatan produksi kedelai kerjasama dengan perguruan tinggi tahun 2016 semula dialokasikan di 30 provinsi dengan anggaran sebesar Rp. 3.550.000.000,- direvisi menjadi 14 provinsi dengan anggaran sebesar Rp. 1.042.858.000,-. Sampai dengan bulan Desember 2016 pelaksanaan kegiatan tersebut terealisasi 12 kali (85,71%) dari sasaran 14 kali, dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 932.175.000,- (89,39%) dari sasaran Rp. 1.042.858.000,-. Secara rinci disajikan pada Tabel 14 dan Lampiran 14. Tabel 14. Pelaksanaan Pendampingan Peningkatan Produksi Kedelai Kerjasama dengan Perguruan Tinggi Tahun 2016 Sasaran Realisasi Semula Revisi Kali Anggaran (Rp.000) Kali Anggaran (Rp.000) Kali % Anggaran (Rp.000) % 30 3.550.000 14 1.042.858 12 85,71 932.175 89,39 13

J. Pelaksanaan Koordinasi Kemitraan, Pemantapan dan Evaluasi Pengembangan Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016 Pelaksanaan koordinasi kemitraan, pemantapan dan evaluasi pengembangan aneka kacang dan umbi tahun 2016 semula dialokasikan di 30 provinsi dengan anggaran sebesar Rp. 2.450.000.000,- direvisi menjadi 13 provinsi dengan anggaran sebesar Rp. 854.640.000,-. Sampai dengan bulan Desember 2016 pelaksanaan kegiatan tersebut terealisasi 8 kali (61,54%) dari sasaran 13 kali, dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 691.265.000,- (80,88%) dari sasaran Rp. 854.640.000,-. Secara rinci disajikan pada Tabel 15 dan Lampiran 15. Tabel 15. Pelaksanaan Koordinasi Kemitraan, Pemantapan dan Evaluasi Pengembangan Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016 Sasaran Realisasi Semula Revisi Kali Anggaran (Rp.000) Kali Anggaran (Rp.000) Kali % Anggaran (Rp.000) % 30 2.450.000 13 854.640 8 61,54 691.265 80,88 K. Pelaksanaan Gerakan Tanam/Panen Kedelai Bersama TNI-AD di Provinsi Tahun 2016 Pelaksanaan gerakan tanam/panen kedelai bersama TNI-AD di provinsi tahun 2016 semula dialokasikan di 62 provinsi dengan anggaran sebesar Rp. 4.200.000.000,- direvisi menjadi 30 provinsi dengan anggaran sebesar Rp. 1.422.495.000,-. Sampai dengan bulan Desember 2015 pelaksanaan kegiatan tersebut terealisasi 28 kali (93,33%) dari sasaran 30 kali, dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 1.318.124.000,- (92,66%) dari sasaran Rp. 1.422.495.000,-. Secara rinci disajikan pada Tabel 16 dan Lampiran 16. Tabel 16. Pelaksanaan Gerakan Tanam/Panen Kedelai Bersama TNI-AD di Provinsi Tahun 2016 Sasaran Realisasi Semula Revisi Kali Anggaran (Rp.000) Kali Anggaran (Rp.000) Kali % Anggaran (Rp.000) % 62 4.200.000 30 1.422.495 28 93,33 1.318.124 92,66 14

L. Pelaksanaan Workshop Penerapan Teknologi Budidaya Kedelai Tahun 2016 Pelaksanaan workshop penerapan teknologi budidaya kedelai tahun 2016 semula dialokasikan di 30 provinsi dengan anggaran sebesar Rp. 2.925.000.000,- direvisi menjadi 19 provinsi dengan anggaran sebesar Rp. 1.344.186.000,-. Sampai dengan bulan Desember 2015 pelaksanaan kegiatan tersebut terealisasi 14 kali (73,68%) dari sasaran 19 kali, dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 1.185.782.000,- (88,22%) dari sasaran Rp. 1.344.186.000,-. Secara rinci disajikan pada Tabel 17 dan Lampiran 17. Tabel 17. Pelaksanaan Workshop Penerapan Teknologi Budidaya Kedelai Tahun 2016 Sasaran Realisasi Semula Revisi Kali Anggaran (Rp.000) Kali Anggaran (Rp.000) Kali % Anggaran (Rp.000) % 30 2.925.000 19 1.344.186 14 73,68 1.185.782 88,22 M. Pelaksanaan Pengadaan Sarana Penyimpanan Benih Kedelai Tahun 2016 Pelaksanaan pengadaan sarana penyimpanan benih kedelai tahun 2016 semula dialokasikan di 30 provinsi dengan anggaran sebesar Rp. 2.575.000.000,- direvisi menjadi 13 provinsi dengan anggaran sebesar Rp. 1.283.540.000,-. Sampai dengan bulan Desember 2015 pelaksanaan kegiatan tersebut baru terealisasi 11 kali (84,62%) dari sasaran 13 kali, dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 1.136.196.000,- (88,52%) dari sasaran Rp. 1.283.540.000,-. Secara rinci disajikan pada Tabel 18 dan Lampiran 18. Tabel 18. Pelaksanaan Pengadaan Sarana Penyimpanan Benih Kedelai Tahun 2016 Sasaran Realisasi Semula Revisi Kali Anggaran (Rp.000) Kali Anggaran (Rp.000) Kali % Anggaran (Rp.000) % 30 2.575.000 13 1.283.540 11 84,62 1.136.196 88,52 N. Pelaksanaan Pendampingan, Pengawalan, Pembinaan dan Monev Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016 Pelaksanaan pendampingan, tahun 2016 terdiri dari kerjasama dengan TNI- AD dialokasikan di 30 provinsi, 283 kabupaten/kota dengan anggaran sebesar Rp. 6.753.557.000,- direvisi menjadi 23 provinsi, 117 kabupaten/kota dengan 15

anggaran sebesar Rp. 5.698.055.000,- dan kerjasama dengan Aparat Dinas yang dialokasikan di 30 provinsi, 311 kabupaten/kota dengan anggaran sebesar Rp. 31.155.252.000,- direvisi menjadi 28 provinsi, 253 kabupaten/kota dengan anggaran sebesar Rp. 14.641.107.000,-. Sampai dengan bulan Desember 2015 pelaksanaan kegiatan tersebut terealisasi masing-masing sebagai berikut: - Kerjasama dengan TNI-AD terealisasi 27 kali (19,29%) dari sasaran 140 kali, dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 877.601.000,- (15,40%) dari sasaran Rp. 5.698.055.000,-. - Kerjasama dengan Aparat Dinas terealisasi 39 kali (13,88%) dari sasaran 281 kali, dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 4.179.102.000,- (28,54%) dari sasaran Rp. 14.641.107.000,-. Masih rendahnya realisasi tersebut dikarenakan terjadi penghematan anggaran dan laporan daerah belum masuk. Secara rinci disajikan pada Tabel 19 dan Lampiran 19. Tabel 19. Pelaksanaan Pendampingan, Pengawalan, Pembinaan dan Monev Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016 Sasaran Realisasi Kerjasama TNI-AD Kerjasama Aparat Dinas Kerjasama TNI-AD Kerjasama Aparat Dinas Semula Revisi Semula Revisi Kali Anggaran (Rp.000) Kali Anggaran (Rp.000) Kali Anggaran (Rp.000) Kali Anggaran (Rp.000) Kali % Anggaran (Rp.000) % Kali % Anggaran (Rp.000) % 313 6.753.557 140 5.698.055 341 31.155.252 281 14.641.107 27 19,29 877.601 15,40 39 13,88 4.179.102 28,54 16

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN LAINNYA A. Realisasi Tanam Komoditas Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016 per Bulan Realisasi tanam kedelai sampai dengan bulan Desember tahun 2016 seluas 536.176 ha apabila dibandingkan dengan tahun 2015 lebih rendah 154.413 ha (22,36%). Realisasi tanam kedelai dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Realisasi Luas Tanam Kedelai Tahun 2016 Dibanding Tahun 2015 Realisasi Tanam (Ha) Perbandingan 2016 thd. No. Bulan 2015 2015 2016 (Ha) (%) 1 Januari 16.442 32.975 16.533 100,55 2 Februari 40.422 24.563 (15.859) (39,23) 3 Maret 78.774 59.192 (19.582) (24,86) 4 April 71.873 58.291 (13.582) (18,90) 5 Mei 55.070 40.306 (14.764) (26,81) 6 Juni 56.245 45.970 (10.275) (18,27) 7 Juli 97.428 78.502 (18.926) (19,43) 8 Agustus 76.490 78.308 1.818 2,38 9 September 26.371 35.047 8.676 32,90 10 Oktober 12.656 32.846 20.190 159,53 11 November 58.971 24.707 (34.264) (58,10) 12 Desember 99.847 25.469 (74.378) (74,49) Total 690.589 536.176 (154.413) (22,36) Realisasi tanam kacang tanah sampai dengan bulan Desember tahun 2016 seluas 420.941 ha apabila dibandingkan dengan tahun 2015 lebih rendah 9.902 ha (2,30%). Realisasi tanam kacang tanah dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Realisasi Luas Tanam Kacang Tanah Tahun 2016 Dibanding Tahun 2015 No. Bulan Realisasi Tanam (Ha) Perbandingan 2016 thd. 2015 2015 2016 (Ha) (%) 1 Januari 19.978 23.690 3.712 18,58 2 Februari 48.966 20.654 (28.313) (57,82) 3 Maret 108.844 105.096 (3.748) (3,44) 4 April 27.407 38.114 10.707 39,06 5 Mei 19.581 19.637 56 0,28 6 Juni 20.247 22.718 2.471 12,20 7 Juli 23.560 23.856 296 1,26 8 Agustus 18.663 33.641 14.978 80,26 9 September 7.694 14.039 6.345 82,46 10 Oktober 3.556 49.654 46.098 1.296,33 11 November 59.336 40.220 (19.116) (32,22) 12 Desember 73.011 29.624 (43.387) (59,43) Total 430.843 420.941 (9.902) (2,30) 17

Realisasi tanam kacang hijau sampai dengan bulan Desember tahun 2016 seluas 219.505 ha apabila dibandingkan dengan tahun 2015 lebih rendah 14.435 ha (6,17%). Realisasi tanam kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Realisasi Luas Tanam Kacang Hijau Tahun 2016 Dibanding Tahun 2015 No. Bulan Realisasi Tanam (Ha) Perbandingan 2016 thd. 2015 2015 2016 (Ha) (%) 1 Januari 7.313 7.796 483 6,60 2 Februari 24.407 10.645 (13.763) (56,39) 3 Maret 21.616 21.149 (467) (2,16) 4 April 15.247 14.326 (921) (6,04) 5 Mei 13.158 20.727 7.569 57,52 6 Juni 60.829 35.039 (25.790) (42,40) 7 Juli 28.438 53.031 24.593 86,48 8 Agustus 21.581 34.204 12.623 58,49 9 September 15.872 13.478 (2.394) (15,08) 10 Oktober 3.629 4.274 645 17,77 11 November 7.931 2.002 (5.929) (74,76) 12 Desember 13.919 2.834 (11.085) (79,64) Total 233.940 219.505 (14.435) (6,17) Realisasi tanam ubikayu sampai dengan bulan Desember tahun 2016 seluas 831.692 ha apabila dibandingkan dengan tahun 2015 lebih tinggi 8.786 ha (1,07%). Realisasi tanam ubikayu dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Realisasi Luas Tanam Ubikayu Tahun 2016 Dibanding Tahun 2015 Perbandingan 2016 thd. Realisasi Tanam (Ha) No. Bulan 2015 2015 2016 (Ha) (%) 1 Januari 83.662 106.976 23.314 27,87 2 Februari 57.314 53.333 (3.981) (6,95) 3 Maret 52.866 45.338 (7.528) (14,24) 4 April 50.755 41.200 (9.555) (18,83) 5 Mei 37.684 40.153 2.469 6,55 6 Juni 31.469 36.972 5.503 17,49 7 Juli 15.046 32.046 17.000 112,98 8 Agustus 13.294 29.954 16.660 125,32 9 September 12.643 36.048 23.405 185,12 10 Oktober 11.290 150.455 139.165 1.232,64 11 November 186.594 138.590 (48.004) (25,73) 12 Desember 270.289 120.627 (149.662) (55,37) Total 822.906 831.692 8.786 1,07 Realisasi tanam ubijalar sampai dengan bulan Desember tahun 2016 seluas 119.699 ha apabila dibandingkan dengan tahun 2015 lebih rendah 18.199 ha (13,20%). Realisasi tanam ubijalar dapat dilihat pada Tabel 24. 18

Tabel 24. Realisasi Luas Tanam Ubijalar Tahun 2016 Dibanding Tahun 2015 Perbandingan 2016 thd. Realisasi Tanam (Ha) No. Bulan 2015 2015 2016 (Ha) (%) 1 Januari 25.079 12.130 (12.949) (51,63) 2 Februari 8.552 6.783 (1.769) (20,68) 3 Maret 9.697 9.087 (610) (6,29) 4 April 10.217 8.213 (2.004) (19,61) 5 Mei 13.431 10.009 (3.422) (25,48) 6 Juni 11.085 9.116 (1.969) (17,76) 7 Juli 8.481 8.743 262 3,09 8 Agustus 10.156 9.916 (240) (2,36) 9 September 8.803 10.320 1.517 17,23 10 Oktober 8.232 12.227 3.995 48,53 11 November 10.342 11.045 703 6,79 12 Desember 13.823 12.109 (1.714) (12,40) Total 137.898 119.699 (18.199) (13,20) B. Pertemuan/Koordinasi Tahun 2016 1. Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan GP-PTT dan PAT-PIP Kedelai 2015 dan Pemantapan Pelaksanaan Kegiatan Kedelai Tahun 2016 di Bandung Pertemuan evaluasi pelaksanaan GP-PTT dan PAT-PIP kedelai 2015 serta pemantapan pelaksanaan kegiatan kedelai tahun 2016 telah dilaksanakan pada tanggal 17-19 Februari 2016 di Hotel Aquila Bandung. Tujuan dari pertemuan ini adalah mengevaluasi pelaksanaan/realisasi kegiatan GP- PTT dan PAT-PIP kedelai tahun 2015 dan memantapkan pelaksanaan kegiatan aneka kacang dan umbi tahun 2016. Pertemuan ini dibuka oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan dihadiri narasumber dari Kementerian Koordinasi Bidang Ekonomi, Kementerian Perdagangan, Bulog, Perguruan Tinggi, Asosiasi Importir Kedelai, Eselon II lingkup Ditjen Tanaman Pangan, Balitkabi Malang, peserta dari Dinas Pertanian Propinsi/Kabupaten/Kota pelaksana kegiatan pengembangan kedelai serta undangan lainnya. Berdasarkan arahan Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan paparan narasumber serta hasil diskusi, dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Dalam mendukung NAWACITA, Kabinet Kerja 2015-2019, salah satunya untuk mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan, sehingga komoditas strategis tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai ditargetkan mencapai swasembada berkelanjutan untuk padi dan jagung, serta mengurangi importasi kedelai dan/atau dapat mencapai swasembada pada tahun 2017. b. Untuk mencapai swasembada padi, jagung dan kedelai telah ditetapkan kebijakan antara lain: (a) merevisi Peraturan Presiden tentang pengadaan benih, pupuk dan alsintan dari semula tender menjadi 19

Penunjukan Langsung dan e-katalog; (b) mereviu Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah/beras dan harga pembelian kedelai, (c) meningkatkan sinkronisasi antar Kementerian/Lembaga dan stakeholder (d) melakukan pengawalan dan pendampingan oleh petugas pertanian bersama Perguruan Tinggi/Mahasiswa dan TNI-AD/Babinsa. c. Awal pelaksanaan kegiatan Ditjen Tanaman Pangan mengalami penundaan, hal ini sebagai akibat terjadinya: (1) revisi anggaran, baik berupa refocusing intern Ditjen Tanaman Pangan; (2) perubahan anggaran antar program; (3) terjadinya perubahan nomenklatur Direktorat Pasca Panen dan (4) perubahan akun belanja 1765 menjadi 5884 dalam RKAKL 2016. d. Dalam rangka mempercepat pelaksanaan kegiatan dan/atau penyerapan anggaran diharapkan setiap satuan kerja dapat segera mempersiapkan kelengkapan administrasi dan dokumen lainnya sambil menunggu terbitnya Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) yang hingga saat ini masih dalam proses Revisi oleh Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan. e. Berdasarkan angka ramalan II tahun 2015, produksi kedelai mencapai 973,12 ribu ton atau meningkat sebesar 18,14 ribu ton (1,90%) bila dibandingkan angka tetap 2014. Namun bila dibandingkan dengan sasaran 2015 sebesar 1,2 juta ton maka capaian tersebut masih kurang 226,88 ribu ton (81,09%). f. Titik-titik kritis pelaksanaan kegiatan peningkatan produksi dan produktivitas kedelai antara lain: (a) ketersediaan benih bersertifikat; (b) ketersediaan pupuk; (c) rentan terhadap serangan OPT dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) yang menyebabkan puso dan/atau provitas rendah; (d) mayoritas pelaksanaan kegiatan APBN tidak ditindaklanjuti oleh swadaya masyarakat pada pertanaman selanjutnya; (e) kebijakan tata niaga kedelai (harga dan bea masuk). g. Dengan telah diberlakukannya PMK 168/PMK.05/2015 fasilitasi Pemerintah pada Kementerian Negara/ Lembaga tidak lagi memenuhi kriteria Bantuan Sosial (Bansos) dan diarahkan pada Bantuan Pemerintah. Pelaksanaan aneka kacang dan umbi tahun 2016 dengan berdasarkan PMK tersebut dikategorikan dalam bentuk sarana dan prasarana yang mekanismenya melalui transfer barang dan/atau transfer uang. h. Guna memastikan dana bantuan pemerintah yang sudah disalurkan ke rekening kelompoktani (transfer uang) untuk segera direalisasikan fisiknya dan apabila tidak mungkin dapat direalisasikan, agar segera mengembalikan ke Kas Negara. Bukti Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) dan bukti penerimaan negara agar diemail ke kedelai.akabi@gmail.com dan atau Direktorat Aneka Kacang danumbi c.q Subdit Kedelai, Jalan Raya Ragunan Nomor 15 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520. 20

i. Salah satu upaya meningkatkan produksi kedelai pada tahun 2016, adalah pengembangan kedelai di lahan pasang surut melalui Teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA). Potensi lahan pasang surut di Indonesia mencapai + 2 juta ha yang tersebar di beberapa provinsi seperti: Jambi, Sumatera Selatan, Lampung dan Kalimantan. Kendala pengembangan budidaya tanaman pangan (kedelai) di lahan pasang surut adalah tingginya kadar pirit (FeS 2 ) yang menyebabkan PH tanah rendah, namun hal ini dapat diatasi dengan pengaturan tinggi air (BJA), pengolahan tanah (olah tanah ringan) dan pemberian kapur. j. Untuk mengalokasikan kegiatan peningkatan produksi kedelai di tingkat kabupaten telah dilakukan identifikasi dan analisis potensi lahan yang ada, disamping analisis data luas areal tanam sebelumnya. Namun yang lebih penting harus ada komunikasi intensif antara Kabupaten, Provinsi dan Pusat sehingga tidak terjadi kesalahfahaman luasnya alokasi kegiatan program pengembangan kedelai. k. Kebijakan Harga Pembelian Petani (HBP) sebesar Rp 7.700,-/kg, belum efektif, di mana rata-rata harga kedelai di tingkat produsen masih di bawah harga tersebut. Hal ini, dikarenakan belum efektifnya peran Bulog dalam menyerap hasil panen kedelai petani akibat belum adanya peraturan turunan dari Perpres No. 32/2013. Untuk mendukung penguatan peran Perum Bulog, saat ini Menko Perekonomian telah menyampaikan rancangan Perpres Penugasan Perum Bulog ke Sekretaris Kabinet melalui surat Nomor. S-15/M.EKON/01/2016. Perpres tersebut akan menjadi peraturan tunggal untuk penugasan BULOG terhadap semua komoditas pangan. Selain itu Kementerian Keuangan telah menyetujui adanya tarif impor kedelai sebesar 5% serta bukti serap untuk komoditas strategis (kedelai lokal) sehingga terjadi harga konsumsi yang kompetitif antara kedelai lokal dengan kedelai impor. l. Dukungan perbenihan dalam upaya peningkatan produksi kedelai pada tahun 2016 adalah kegiatan perbanyakan benih sumber di 25 Balai Benih Induk/Utama yang tersebar di 31 provinsi, serta kegiatan pengawalan penyediaan benih kedelai bersertifikat di 13 provinsi sentra kedelai. Disamping itu juga dilakukan penguatan modal kepada 2 BUMN (PT SHS dan Pertani) untuk menyediakan benih kedelai bersubsidi seluas 50.000 hektar atau setara dengan 2.500 ton benih. m. CP/CL merupakan persyaratan mutlak yang harus dipenuhi oleh provinsi/kabupaten/kota dalam mengusulkan cadangan benih nasional untuk mengatasi dampak akibat bencana alam (banjir), selain itu juga CPCL ini sangat diperlukan oleh BPS. n. Dalam rangka perbaikan kualitas data BPS maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (a) ketepatan waktu distribusi data dari tingkat lapangan hingga tingkat provinsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (b) membuat data CPCL kegiatan berdasarkan format BPS (by name by address) sehingga lokasi kegiatan masuk dalam listing data BPS; (c) mengatasi kendala pelaksanaan survey ubinan seperti: 21

pergantian KCD, alat ubinan yang baik, informasi waktu panen, update konversi polong kering panen menjadi biji kering. o. Sebagai acuan dalam melaksanakan pengelolaan kegiatan bantuan pemerintah mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maka perlu disusun petunjuk pelaksanaan dan/atau petunjuk teknis yang mengacu pada pedoman umum yang telah diterbitkan oleh Kementerian Pertanian yang disusun berdasarkan pada peraturan menteri keuangan Nomor PMK 168/PMK.05/2015 dan Permentan Nomor 62 tahun 2015. p. Salah satu upaya dalam menggairahkan petani dalam berbudidaya kedelai perlu dilakukan kerjasama yang saling menguntungkan (MoU) antara Asosiasi Kedelai Indonesia dengan kelompoktani peserta program kedelai 2016. 2. Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan Aneka Kacang dan Umbi melalui CF-SKR Tahun 2016 di Provinsi Jawa Barat Dalam rangka menyamakan persepsi antara pusat dan daerah dalam melaksanakan kegiatan peningkatan produksi kacang tanah dan ubijalar bantuan Pemerintah Jepang (JICA) melalui CF-SKR Tahun 2016, Direktorat Aneka Kacang dan Umbi telah melaksanakan Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan Aneka Kacang dan Umbi Melalui CF-SKR Tahun 2016 pada tanggal 6-8 April 2016 di Hotel Santika - Bandung, Jawa Barat. Pertemuan dibuka secara resmi oleh Bapak Direktur Jenderal Tanaman Pangan (Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc.) dan dihadiri oleh Kepala Dinas/ Sekretaris Dinas/ Kepala Bidang/ Kepala Seksi Akabi Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten yang melaksanakan kegiatan CF-SKR Tahun 2016, Biro Kerjasama Luar Negeri - Sekjen Kementan, Balitkabi Malang, Inspektur II Kementerian Pertanian, Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan - BPKP, Kabagcan Ditjen Tanaman Pangan, Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan serta lingkup Direktorat Aneka Kacang dan Umbi. Berdasarkan arahan Dirjen Tanaman Pangan dan hasil diskusi yang berkembang, dari pertemuan tersebut diperoleh pokok-pokok rumusan sebagai berikut : a. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai peran dalam hal peningkatan produksi tanaman pangan yang meliputi 7 komoditi unggulan antara lain padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubikayu dan ubijalar. Dimana sesuai dengan program Nawa Cita Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mendapat tugas dalam hal swasembada berkelanjutan untuk padi dan jagung serta swasembada kedelai. b. Pada Tahun 2016 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebesar Rp. 7,7 Trilyun sampai kondisi periode 6 April 2016 realisasi penyerapan anggaran masih rendah baru mencapai 0,65%, hal tersebut menjadi 22

perhatian khusus untuk satker di daerah agar melakukan penyerapan anggaran. Berdasarkan laporan dari 221 satker Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang ada di lapangan masih 74 satker yang belum pernah mengambil uang persediaan (UP), diharapkan untuk segera mengambil UP dan penyerapan kegiatan lainnya. Berdasarkan PMK 168/PMK.05/2015 bahwa pelaksanaan yang semula berupa bantuan sosial (bansos) berubah menjadi bantuan pemerintah yang penyalurannya dapat berupa barang atau berupa uang melalui mekanisme yang sudah ditetapkan. Bantuan Pemerintah dalam bentuk bantuan sarana/prasarana kelompok akun dalam bentuk belanja barang untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda (526111) dan (52622) sedangkan DIPA bantuan pemerintah untuk kegiatan CF-SKR pada akun 526311/belanja barang lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda yang merupakan bantuan pemerintah dalam bentuk bantuan lainnya yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran. c. Anggaran yang dialokasikan kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tersebut diprioritaskan untuk komoditi padi, jagung dan kedelai serta sebagian kecil untuk ubikayu dan pengembangan ubijalar di wilayah timur. Oleh karena itu dengan adanya bantuan dana hibah Jepang melalui CF-SKR yang memfasilitasi peningkatan produksi kacang tanah dan ubijalar, sangat membantu dalam mendukung peningkatan produksi tahun 2016, walaupun kontribusi produksi yang dihasilkan tidak begitu besar. Namun diharapkan kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai stimulant pelaksanaan kegiatan kedepannya. d. Kegiatan yang difasilitasi oleh program CF-SKR pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan berlangsung sejak 2008 hingga 2016. Dimana pelaksanaan kegiatan pada tahun 2016 dialokasikan dana sebesar Rp. 4,5 miliar yang digunakan sebagai upaya peningkatan produksi kacang tanah dan ubijalar yang sasarannya kacang tanah seluas 550 ha (3 Provinsi pada 8 Kabupaten/Kota) dan ubijalar seluas 500 ha (4 Provinsi pada 9 Kabupaten/Kota). Fasilitasi yang diberikan untuk kacang tanah berupa benih dan pupuk, sedangkan ubijalar berupa pupuk dan herbisida. Fasilitasi tersebut disesuaikan denga spesifik lokasi. Fasilitasi yang diberikan per hektar untuk kacang tanah sebesar Rp. 2.964.500,- dan ubijalar Rp. 2.985.000,-. Petani/kelompok tani pelaksanaan kegiatan di lapangan agar dapat mendokumentasikan dalam bentuk foto sebagai kelengkapan laporan (plang/papan nama yang menunjukan bahwa proyek tersebut didanai dari CF-SKR). e. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan ini perlu dilakukan pengawalan dan pengawasan baik internal maupun eksternal. Pengawalan dan pengawasan tersebut berfungsi sebagai konsultasi serta memberikan 23

saran/masukan yang bermanfaat dalam pencapaian sasaran pelaksanaan kegiatan. f. Inovasi teknologi budidaya merupakan salah satu penentu bagi upaya peningkatan produksi. Berdasarkan hasil analisa Balitkabi tentang iklim regional di Indonesia mengindikasikan bahwa komoditas kacang tanah dan ubijalar sangat cocok dibudidayakan sebagai faktor eliminasi pengaruh perubahan iklim bila dibandingkan dengan komoditi padi, jagung dan kedelai. Namun dalam rangka meningkatkan produksi perlu adanya dukungan antara lain a) kualitas benih; b) penyiapan benih; c) pemilihan lokasi; d) penyiapan lahan, tanam; e) pemupukan; f) penyiangan; g) pengairan; h) pengamatan dan i) panen serta penangan pasca panen yang meliputi 1) perempesan; 2) penjemuran/pengeringan; 3) sortasi, pengemasan, penyimpanan dan distribusi. g. Kacang tanah merupakan tanaman unggulan setelah kedelai sebagai bahan pangan dan industri. Kacang tanah biasa ditanam di sawah pada musim kemarau dengan pengairan terbatas atau di tegalan/sawah tadah hujan pada pertengahan hingga akhir musim hujan. h. Ubijalar merupakan komoditas pangan potensial di lahan sawah khususnya bila ditanam setelah padi (jika air cukup untuk budidaya padi) serta merupakan komoditas pangan yang paling menjanjikan pada musim kemarau. Dilahan kering (tegal) dalam naungan 30% maupun tanpa naungan, ubijalar merupakan sumber pangan yang menjanjikan karena merupakan sumber pendapatan petani diluar usahatani utamanya. i. Kebijakan pengolahan hasil tanaman pangan dalam mendukung agroindustri menuju kemandirian petani meliputi a) peningkatan nilai tambah melalui agroindustri pedesaan (UPH/unit pengolahan hasil); b) peningkatan inovasi dan diseminasi teknologi pengolahan (sosialisasi dan penerapan teknologi); c) peningkatan efisiensi usaha pengolahan hasil pertanian melalui optimalisasi dan modernisasi sarana pengolahan (bantuan sarana); d) peningkatan kemampuan dan keterampilan SDM pengolahan serta penguatan lembaga usaha pengolahan hasil ditingkat petani (pelatihan, bimtek); e) peningkatan upaya pengelolaan lingkungan menuju zero waste (tanpa limbah). j. Kesepakatan dari pelaksana kegiatan tersebut bahwa jadwal tanam disesuaikan dengan kondisi spesifik agroekosistem setempat, sehingga sebaran waktunya mulai dari bulan April hingga Oktober. k. Laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan aneka kacang dan umbi melalui bantuan CF-SKR wajib dilaporkan setiap triwulan. 24

3. Sosialisasi Sms Gateway Monev Kedelai (Training of Trainer) Tahun 2016 Dalam rangka mendukung upaya monitoring evaluasi (monev) secara realtime program peningkatan produksi kedelai melalui pola bantuan pemerintah TA 2016. Direktorat Aneka Kacang dan Umbi menyelenggarakan Sosialisasi SMS Gateway Monev Kedelai Tahun 2016 pada tanggal 12-14 April 2016 di Hotel Novotel DIY. Pertemuan dibuka secara resmi oleh Direktur Aneka Kacang dan Umbi Bapak. Dr. Ir. Maman Suherman, MM. Pertemuan dihadiri oleh Nara Sumber, petugas teknis Dinas Pertanian (Propinsi dan Kabupaten) pelaksana Program Kegiatan Kedelai Tahun 2016 yang menangani Data dan Informasi. Adapun materi yang sampaikan dalam pertemuan antara lain : 1) Training Aplikasi Sms gateway Monev Kedelai, 2) Public speaking Training, 3) Diskusi dan Praktek Training Aplikasi Sms gateway Monev Kedelai Berdasarkan arahan Bapak Direktur Aneka Kacang Dan Umbi, diskusi serta materi dari para narasumber, diperoleh pokok-pokok rumusan sebagai berikut : a. Tujuan diadakan workshop sebagai sarana belajar dan latihan bagi petugas teknis Dinas Pertanian (Propinsi dan Kabupaten) yang menangani Data dan Informasi dan diharapkan peserta mampu melakukan pelatihan lanjutan kepada petugas lapangan dan kelompok tani penerima Bantuan Pemerintah. b. Workshop sebagai upaya menguatkan kemampuan peserta dalam pelaksanaan sosialisasi di lapangan, yang nantinya mampu mendukung monitoring evaluasi (monev) secara real-time program peningkatan produksi kedelai melalui pola bantuan pemerintah TA 2016. c. Metode pelaksanaan workshop dilakukan dengan dua cara yaitu pemahaman secara teori dan praktek langsung d. Praktek langsung dengan melakukan pengiriman sms ke server SMS Gateway oleh peserta dengan format dan prinsip-prinsip yang sesuai dengan tata cara yang sudah disampaikan oleh nara sumber, seluruh peserta mampu melakukan sms dengan benar. Peserta secara acak sudah mampu mempraktekkan sosialisasi dengan baik dan efektif sesuai petunjuk nara sumber sebelumnya. e. Penerapan aplikasi sms gateway diharapkan dapat membantu terlaksanannya program pemerintah yang diterapkan dengan bantuan aplikasi yang terkini dan akurat, komitmen yang kuat yang didukung oleh semua pihak termasuk pemangku kepentingan baik hulu, onfarm maupun hilir serta terciptanya koordinasi yang sinkron dan sinergis disetiap tingkat pemerintahan mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan sampai ketingkat Desa merupakan salah dasar penunjang 25

dalam keberhasilan penerapan aplikasi ini. Sehubungan dengan hal tersebut pelaksanaan workshop Sosialisasi SMS Gateway Monev Kedelai Tahun 2016 sangat penting untuk meningkatkan kemampuan petugas dan petani serta memperoleh permasalahan yang dihadapi di tingkat lapangan, sehingga peningkatan produksi kedelai dapat dicapai. Gambar 1. Pembukaan Sosialisasi SMS Gateway Monev Kedelai Tahun 2016 oleh Direktur Aneka Kacang dan Umbi Gambar 2. Peserta Sosialisasi SMS Gateway Monev Kedelai dan Training of Trainer 4. Pengembangan Budidaya Organisasi dan Karakter Pegawai di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat Dalam rangka Pengembangan Budaya Organisasi dan Karakter Pegawai di Kamojang Green Hotel & Resort Garut Jawa Barat, Direktorat Aneka tanggal 10-12 Mei 2016. Kegiatan tersebut dibuka secara resmi oleh Kasubdit Aneka Kacang Lain dan dihadiri oleh Kepala Dinas, Kepala Bidang/ Kepala Seksi Dinas Pertanian Kabupaten, Lurah Kamojang karyawan dan karyawati Direktorat Aneka Kacang dan Umbi. Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan tersebut, bahwa setiap orang dalam organisasi mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam mencapai 26

tingkat kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. Selain itu perlu pula diperhatikan bahwa dalam upaya pengembangan SDM ini, kinerja individual dan kelompok adalah subyek untuk peningkatan yang berkelanjutan dan bahwa orang-orang dalam organisasi dikembangkan dalam cara yang sesuai untuk memaksimalkan potensi serta promosi mereka. Secara rinci SDM dapat diuraikan sebagai berikut : a. Meningkatkan Produktivitas Kerja Pengembangan SDM produktivitas kerja karyawan akan meningkat, kualitas dan kuantitas produk semakin baik, kaarena tchnikal skill, human skill dan managerial skill karyawan yang semakin membaik. b. Mencapai efisiensi Pengembangan SDM bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tenaga, waktu, biaya produksi relative kecil sehingga daya saing perusahaan semakin besar. c. Meminimalisir Kerusakan Pengembangan SDM bertujuan untuk mengurangi kerusakan barang, produksi dan mesin-mesin karena karyawan semakin ahli dan terampil dalam melaksanakan pekerjaan. d. Mengurangi Kecelakaan Pengembangan bertujuan untuk mengurangi tingkat kecelakaan karyawan, sehingga jumlah biaya pengobataan yang dikeluarkan perusahaan berkurang. e. Meningkatkan Pelayanan Pengembangan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari SDM kepada karyawan, karena pemberian pelayanan yang baik merupakan daya penarik yang sangat penting. f. Memelihara Moral Pegawai Dengan pengembangan moral SDM akan lebih baik karena keahlian dan ketrampilan sesuai dengan pekerjaan sehingga mereka antusias untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. g. Meningkatkan Peluang Karier Dengan pengembangan, kesempatan untuk meningkatkan karier karyawan semakin besar, karena keahlian, ketrampilan dan prestasi kerjanya lebih baik. h. Meningkatkan Kepemimpinan Dengan pengembangan kepemimpinan seorang karyawan akan lebih baik lebih luwes, motivasinya lebih terarah sehingga pembinaan kerjasama semakin harmonis. i. Mengurangi dan menghilangkan kinerja yang buruk Dalam hal ini kegiatan pengembangan akan meningkatkan kinerja pegawai saat ini, yang dirasakan kurang dapat bekerja secara efektif dan ditunjukkan untuk dapat mencapai efektitivitas kerja sebagaimana yang diharapkan oleh pimpinan. 27

5. Penyusunan Protokol/ Ketentuan GAP Ubikayu di Hotel Bumi Wiyata Depok Konsinyasi penyusunan protokol/ ketentuan GAP ubikayu di Hotel Bumi Wiyata Depok Tanggal 27 28 Juli 2016 dihadiri oleh Prof. Dr. Ir. Yudi Widodo, MS (Balitkabi), Drs. Suharyo Husein, BSc, MBA dan Dr. Ir. Thamrin D Chaniago, MSc (Masyarakat Singkong Indonesia), Ir. I Nyoman Suprayatna, MSc dan Dr. Wahyu Purbowarsito Setyo Waskito, MSc (Badan Standarisasi Nasional), Ir. Bambang Kuncoro (Direktorat P2HTP). Pada acara tersebut dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : a. Semakin terbukanya pasar bebas antar negara, maka sejalan dengan perkembangan pasar dunia yang semakin mengglobal, di mana batas antar negara tidak lagi jelas sehingga produk yang dihasilkan suatu negara bebas dipasarkan ke negara lain dengan persyaratan tertentu. Keadaan tersebut akan menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat dari negara-negara produsen, termasuk di dalamnya produsen ubikayu. Untuk menyikapi tuntutan persyaratan tertentu dan dalam rangka menghasilkan produk ubikayu yang bermutu baik dan aman dikonsumsi, maka Kementerian Pertanian bersama Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) dipandang perlu untuk menyusun ketentuan tata cara (pedoman) berproduksi ubikayu yang baik dan benar yang oleh Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO PBB) dinamakan Good Agricultural Practices (GAP) yang relevan dengan kondisi Indonesia. GAP mencakup penerapan teknologi yang ramah lingkungan, penjagaan kesehatan dan peningkatan kesejahteraan pekerja, pencegahan penularan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan menetapkan prinsip traceability (suatu produk dapat ditelusuri asal-usulnya, dari pasar sampai kebun). Melalui penerapan GAP ini diharapkan di masa mendatang akan dihasilkan produk ubikayu yang bermutu baik dan aman dikonsumsi. b. Tujuan diterbitkannya Pedoman Budidaya Ubikayu yang Baik dan Benar/GAP ini adalah untuk menjadi pedoman dalam melaksanakan budidaya ubikayu secara benar dan tepat, sehingga diperoleh produktivitas tinggi, mutu produk yang baik, keuntungan maksimal, ramah lingkungan dan memperhatikan aspek keamanan, kesehatan dan kesejahteraan petani, serta usaha produksi yang berkelanjutan (sustainable). c. Untuk mendapatkan saran/masukan dari berbagai pihak terkait (IPB, Unibraw, Uned, Aspindo dan praktisi lainnya) diperlukan adanya seminar lanjutan. 28

Gambar 3. Diskusi Penyusunan Protokol/ Ketentuan GAP Ubikayu Gambar 4. Peserta Konsinyasi Penyusunan Protokol/ Ketentuan GAP Ubikayu 6. Focus Group Discussion (FGD) "Penyusunan Roadmap Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2045" di Bogor Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Roadmap Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2045", pada tanggal 28-29 September 2016 di Hotel Lor in Sentul, Bogor. Acara FGD dibuka oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan dipimpin oleh Bapak Dr. Ir. Sam Herodian, MS serta dihadiri peserta antara lain Ir. Baran Wirawan, M.Sc; Staf Ahli Menteri Bidang Investasi Pertanian; Staf Ahli Bidang Inovasi Teknologi Pertanian; Staf Ahli Menteri Bidang Infrastruktur Pertanian, Institut Pertanian Bogor; Balitkabi Malang; Universitas Gadjah Mada; Universitas Jenderal Soedirman; Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan; Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan; Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan; Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan; Pusat Data dan Informasi Kementan; Pusat Penyuluhan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP); Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan; Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP), Sekjen Kementan; Balai Besar Penelitian 29

dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP), Badan Litbang Kementan; Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA); Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (PERPADI); Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT); Perhimpunan Insan Penunggasan Rakyat (Pinsar Indonesia); PT. Food Station Tjipinang Jaya; Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Kementrian Perindustrian; Direktorat Bahan Pokok dan Barang Strategis Kemendag; Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Ekon; PT. Sang Hyang Seri dan PT. Pertani. Adapun hasil FGD yang dapat disampaikan sebagai berikut : a. Roadmap padi, jagung dan kedelai tahun 2015-2045 disusun secara terpadu. Tahun 2045 pengembangan roadmap berdasarkan unsur karbohidrat, kalori, protein dari diversifikasi berbasis tepung. b. Dalam penyusunan roadmap diperlukan koordinasi dengan lembaga/instansi terkait lainnya agar dihasilkan data dan informasi yang lebih akurat dari aspek hulu dan hilir, terutama rancangan penyediaan benih unggul bermutu, dari benih sumber diperbanyak sampai menjadi benih sebar. Karena sampai saat ini penggunaan benih unggul padi baru sekitar 50% dan kedelai sekitar 30%. Ketersediaan benih masih menjadi kendala dalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas padi, jagung dan kedelai. c. Peningkatan daya saing dapat dilakukan melalui mekanisasi untuk efisiensi. Bantuan pemerintah harus dapat diukur meningkatkan produktivitas, jika daerah sudah memiliki produktivitas tinggi maka tidak perlu mendapatkan bantuan lagi, sehingga bantuan diutamakan untuk daerah dengan produktivitas yang masih rendah. d. Penggunaan lahan dan alat mesin pertanian agar menjadi satu kesatuan (padi, jagung dan kedelai), karena penggunaan lahan tidak ekonomis jika ditanami satu kali dan alsin yang digunakan tidak ekonomis jika hanya untuk satu komoditi. e. Dalam proses padi menjadi gabah lalu menjadi beras, proses teknologi harus diperhatikan sehingga dapat meningkatkan indeks pertanaman. f. Dalam peningkatan produksi padi dalam roadmap perlu penambahan rancangan pengembangan padi hibrida yang mempunyai produktivitas tinggi sehingga sumbangan untuk produksi padi dapat terlihat besarnya antara hibrida dan non hibrida. Selain itu rancangan kebutuhan karbohidrat dapat dipenuhi dari non beras sehingga perlu dituangkan data pemenuhan kebutuhan karbohidrat antara beras dan non beras berapa besar prosentasenya, sehingga beban untuk meningkatkan produksi beras tidak terlalu berat. g. Regulasi sistem perbenihan perlu diperbaiki (Permentan No. 08/Permentan/SR.120/3/2015 perubahan atas Permentan No. 02/Permentan/SR.120/1/2014 tentang produksi, sertifikasi dan peredaran benih bina) karena teknologi penyimpanan benih kedelai sekarang tidak hanya sampai 3 bulan tetapi bisa sampai satu tahun. 30

h. Pengembangan kedelai diprioritaskan pada wilayah timur (PIR/Pengembangan Wilayah Timur) karena di wilayah Barat biaya produksi lebih besar(terdapat pembenah tanah). i. Langkah-langkah menuju swasembada kedelai antara lain : a) ketersediaan lahan (lahan pasang surut potensi kedelai seluas 2 juta hektar; b) mendongkrak produktivitas dengan teknologi; c) ketersediaan benih yang berkelanjutan (penyediaan benih bersertifikat dan tidak bersertifikat); d) kebijakan impor tidak merugikan petani (pasar hanya satu harga Rp.7.000,-); e) harga yang menguntungkan petani dan f) revitalisasi kelembagaan Bulog. j. Ketersediaan lahan menjadi kendala dalam negeri untuk penanaman kedelai. Petani belum tentu mau menanam kedelai meskipun lahan tersedia, dikarenakan saat ini kedelai tidak mampu bersaing dengan jagung yang jauh lebuh menguntungkan. Kedelai dalam negeri tidak punya daya saing dengan kedelai dari Negara USA, Brazil dan Argentina. Sehingga diharapkan Negara Indonesia tetap impor kedelai GMO tetapi memproduksi kedelai non GMO dengan sasaran pasar Jepang dan China. k. Proyeksi produktivitas rata-rata nasional kedelai sampai dengan 4 ton/ha dapat dicapai dengan disertai pendampingan dan pengawalan di tingkat lapangan. l. Data ketersediaan lahan untuk pengembangan padi, jagung dan kedelai dengan tambahan lahan untuk padi seluas 2 juta hektar, jagung 3 juta hektar dan kedelai 2 juta hektar dalam bentuk peta dan tabel dari tingkat Nasional, provinsi, kabupaten dan kecamatan sedang dikerjakan di Hotel Lor In, Sentul dan akan diserahkan ke Menteri Pertanian tanggal 3 Oktober 2016. 7. Workshop Evaluasi Kegiatan Pendampingan BJA Kedelai di Bogor Workshop Evaluasi Kegiatan Pendampingan BJA Kedelai yang diselenggarakan di IPB International Convention Centre pada tanggal 18 Oktober 2016. Adapun hal-hal yang dapat di laporkan sebagai berikut : a. Workshop dibuka oleh Kepala LPPM IPB dan dihadiri oleh Kasubdit Kedelai mewakili Direktur AKABI, dengan peserta rapat antara lain: Tenaga Ahli dan Pendamping BJA Kedelai dari IPB, Provinsi dan Kabupaten Pelaksana Kegiatan. b. Sesi pertama paparan dari provinsi Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung dengan moderator Dr. Ir M. Yanuar J. Purwanto, MS. capaian rata-rata produktivitas pada saat panen kedelai di Provinsi Jambi sebesar 2,1-2,6 ton/ha, Provinsi Sumatera Selatan di Kabupaten Banyuasin 1,4-1,8 Ton/ha, Kabupaten Musi Banyuasin 2,1-2,6 Ton/ha dan Ogan Komering Ilir 2,2 Ton/ha, Provinsi Lampung di Kabupaten Mesuji sebesar 0,8-0,9 Ton/ha 31

c. Kendala yang dihadapi di Provinsi Sumatera Selatan Banjir, serangan tikus, ulat grayak dan harga jual rendah di tingkat petani. di Kabupaten Banyuasin dan OKI Harga Rp 4.500-6.000 /kg, Kabupaten Musi Banyuasin yang pada saat panen dihadiri oleh Bapak Dirjen TP, Bupati Musi Banyuasin dan Kadivre Bulog harga sebesar 3.000-5.500/ kg. Selaku Dewan Pengawas Perum Bulog Bapak Dirjen TP memerintahkan agar Bulog dapat membeli kedelai petani dengan harga yang menguntungkan kedua belah pihak. d. Provinsi Lampung Kabupaten Mesuji dari target 1.000 ha hanya sanggup melaksanakan seluas 213 ha. Rendahnya Produktivitas disebabkan oleh lahan yang tergenang, terlambat tanam dengan daya tumbuh benih hanya 60%. Kelompoktani masih kurang semangat karena harga yang rendah pada saat panen. Provinsi Sumatera Selatan untuk produktivitas yang masih rendah disebabkan oleh Keterlambatan Pupuk, Benih serta tata air karena pintu air yang rusak untuk saluran sekunder dan tersier sedangkan di Provinsi Jambi relatif berhasil dan dipanen langsung oleh Bapak Menteri Pertanian dengan harga 6.500/kg sampai gudang BULOG dan 6.150/kg di lokasi dan semua hasil sudah dibeli oleh PT BLST holding company of IPB. e. Pada sesi 2 paparan dari Provinsi Kalsel, Kalteng dan Kaltara. Produktivitas yang dicapai di Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalsel bervariasi dari 0,7-3,5 ton/ha namun secara rata-rata 1,7 Ton/ha dari luasan tanam 500 ha. Provinsi Kalimantan Utara mencapai 1,3-3,4 Ton/ha dari luas panen 614 ha sebanyak 205 ha dipanen muda. Provinsi Kalteng capaian Produktivitas sebesar 1,8-2,0 ton/ha dari luasan panen 1.694 ha. sebagian terkena banjir dan terancam puso. karena curah hujan yang tinggi dan sudah masuk tanam padi maka petani ingin mengganti tanaman padi untuk tanaman kedelai yang terkena banjir dan puso. f. Kendala yang dihadapi di Provinsi Kalteng antara lain penentuan CPCL yang belum pas, sistem pengadaan saprodi dan benih terlalu lama sehingga waktu penyerahan ke Kelompok tidak tepat waktu tanam dan benih lama disimpan sehingga daya tumbuhnya berkurang. Provinsi Kalsel lokasi BJA jauh dari saluran sekunder dan adanya pendangkalan saluran. Provinsi Kaltara daya tumbuh benih yang rendah, irigasi belum sesuai kriteria BJA sebagian lahan masih tergenang pada saat pasang tinggi. g. Rumusan masalah dari hasil workshop evaluasi kegiatan BJA kedelai: 1) Agar mempercepat realisasi anggaran dan pelaksanaan Swakelola mengingat waktu pelaksanaan kegiatan pendampingan dan identifikasi lahan tinggal 1,5 bulan lagi. 2) Dukungan kebijakan dan anggaran khususnya untuk infrastruktur irigasi sekunder dan pasar untuk produk pertanian ada di Kementan. Untuk perbenihan diusulkan perbaikan regulasi (Revisi UU Perbenihan). 32

3) BJA adalah program pemerintah yang harus didukung dari hulu sampai hilir. 4) Subsidi harga kepada petani kedelai. 5) Mendorong PEMDA terutama untuk pasar kedelai seperti CSR dengan perusahaan Swasta. 6) Kegiatan pajale berjalan bersama dengan menetapkan pola tanam. 7) Kawasan Agribisnis Kedelai hulu-hilir yang berkelanjutan. hilirisasi diutamakan mengingat pasar Jepang dan Jerman anti kedelai GMO seperti dengan olahan kedelai dalam bentuk tepung. 8) Program BJA tahun 2016 berjalan dengan produktivitas lebih baik dari sebelumnya, namun ada beberapa kendala antara lain: faktor alam, infrastruktur irigasi yang kurang baik, ketersediaan benih dan saprodi lainnya terlambat, kesesuaian lahan serta pasar dengan harga yang kurang menguntungkan bagi petani. 9) Menyarankan agar membangun konsorsium kedelai untuk menyuarakan petani serta percepatan peningkatan produksi kedelai dalam negeri. h. Pada tahun 2017 masih dialokasikan kegiatan BJA kedelai oleh Direktorat AKABI, Ditjen TP, Kementan, karena untuk menjaga semangat petani yang sudah mulai tumbuh dengan adanya kegiatan pendampingan dilapang dan peningkatan produktivitas juga pemanfaatan potensi lahan pasang surut yang cukup luas. Gambar 5. Menteri Pertanian Panen Kedelai Kegiatan Budidaya Jenuh Air kerjasama Kementan dan IPB di Provinsi Jambi, Kab. Tanjung Jabung Timur, Kec. Berbak dengan produktivitas mencapai 3,3 ton/ha 33

Gambar 6. Dirjen Tanaman Pangan Panen Kedelai Kegiatan Budidaya Jenuh Air kerjasama Kementan dan IPB di Provinsi Sumatera Selatan, Kab Musi Banyuasin, Kecamatan Lalan dengan produktivitas di lokasi ubinan mencapai 2,6 Ton/ha C. Gerakan Pencanangan Tanam/Panen Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016 1. Pencanangan Gerakan Tanam Kedelai di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur Pencanangan gerakan tanam kedelai dilaksanakan pada tanggal 8 April 2016, bertempat di Desa Bangunrejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur Pencanangan gerakan tanam kedelai dihadiri antara lain Direktur Jenderal Tanaman Pangan mewakili Bapak Menteri Pertanian, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Komandan Korem 081/Dhirotsaha Jaya mewakili Pangdam V/Brawijaya, Wakil Bupati Ponorogo, Tim Serapan Gabah Markas Besar TNI AD, Kepala Dinas Pertanian Prov. Jawa Timur diwakili Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan, Satuan Kerja Perangkat Daerah Kab. Ponorogo, Balitkabi, Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Perum Bulog Sub Divre Ponorogo, Tripika Kec. Sukorejo, petugas teknis pertanian dan para petani se Kabupaten Ponorogo. Sebelum dilaksanakan pencanangan tanam kedelai, dilakukan panen raya padi di Desa Bangunrejo seluas 50 ha. Produksi padi pada Tahun 2015 di Kab. Ponorogo mencapai 470.010 ton GKG dengan produktivitas rata-rata 64,33 ku/ha di atas produktivitas rata-rata Nasional sebesar 53,39 ku/ha. Mendukung target penyerapan Gabah oleh Perum Bulog, pada acara panen dilakukan secara simbolis pembelian Gabah Kering Panen (GKP) petani oleh Perum Bulog Sub Divre Ponorogo dengan harga Rp 3.700,-/kg. Wakil Kepala Bulog Divre Jawa Timur berkomitmen untuk menyerap seluruh gabah maupun beras petani untuk memenuhi target yang telah ditetapkan Pemerintah sebesar 1,05 juta ton. 34

Dalam mengoptimalkan musim tanam 2016, dilakukan percepatan tanam kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi komoditi Padi, Jagung dan Kedelai. Kab. Ponorogo pada tahun 2016 memperoleh alokasi kegiatan meliputi Intensifikasi padi inbrida seluas 3.500 ha, pengembangan desa pertanian padi organik 20 ha, ekstensifikasi jagung 11.935 ha, intensifikasi kedelai 10.000 ha dan ekstensifikasi kedelai 10.000 ha. Di samping itu, untuk mengurangi susut hasil dialokasikan alat mesin pasca panen padi meliputi Combine Harvester kecil 20 unit, Combine Harvester sedang 15 unit dan Power Thresher 5 unit, alsintan pasca panen jagung antara lain Corn Combine Harvester 1 unit dan Corn Sheller 48 unit dan Power Thresher multiguna sebanyak 165 unit untuk pasca panen kedelai. Wakil Bupati Ponorogo menyampaikan, upaya peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain : a) Kuantitas penggunaan bibit unggul masih rendah disebabkan terbatasnya kemampuan produksi penangkar benih di Kab. Ponorogo, b) Belum terpenuhinya alokasi pupuk bersubsidi sesuai dengan RDKK, c) Terbatasnya SDM pada sektor pertanian yang berimbas pada mundurnya rencana tanam komoditi tanaman pangan dan d) Belum memadainya daerah aliran sungai yang potensial pada sektor pertanian. Oleh karena itu, berbagai upaya akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut melalui a) Peningkatan jumlah dan kapasitas produksi penangkar benih melalui skema kegiatan pengembangan kelompok tani mandiri benih, b) Penerapan Amanat Perda No 7 Tahun 2015 diharapkan dapat mengurangi permasalahan distribusi pupuk dan memfasilitasi penyediaan alat pembuat pupuk organik (APPO), c) Fasilitasi alsintan pra dan pasca panen, dan d) Pembangunan infrastruktur irigasi pertanian baik irigasi primer hingga tersier. Wakil Komisi IV DPR RI, menyampaikan Negara harus menguasai pangan strategis sebesar 10% dari kebutuhan pangan nasional, oleh karena itu Bulog harus mampu menyerap gabah dan beras petani untuk memenuhi stok dalam negeri untuk meminimalkan adanya impor beras. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, menyampaikan Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi padi dengan pemberian bantuan program dan kegiatan peningkatan produksi komoditas tanaman pangan, pemberian alat mesin pertanian, asuransi pertanian dan dukungan dari TNI AD hingga penghargaan pengangkatan CPNS bagi THL yang mampu mencapai target serap gabah sebesar 5 ribu ton. Komandan Korem 081/DSJ, berkomitmen TNI AD akan mendukung program Pemerintah menuju Ketahanan Pangan. Sinergitas yang dibangun bersama antara TNI AD, Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah dan para petani telah mampu menambah luas tanam komoditas tanaman pangan serta meminimalisir berbagai permasalahan yang terjadi di lapangan. 35

Gambar 7. Pencanangan Gerakan Tanam Kedelai di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur Gambar 8. Diskusi Pada Acara Pencanangan Gerakan Tanam Kedelai di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur 2. Gerakan Tanam Kedelai di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat Gerakan tanam kedelai pada lahan LMDH Jati Manunggal, Kecamatan Trisi Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, tanggal 27 Juni 2016. Gerakan tanam kedelai tersebut dilakukan di hamparan seluas kurang lebih 100 ha. Acara dihadiri oleh Direktur Aneka Kacang dan Umbi yang diwakili oleh Dr. Devi Setiabakti, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat yang diwakili oleh Ir. Herawati, Kapolres Indramayu, Komandan Kodim Indramayu, Anggota DPRD Kabupaten Indramayu, Kepala Divre Perhutani Indramayu, Stake holder dan para kelompok tani yang berjumlah kurang lebih 300 orang. Pada acara tersebut dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : a. Direktur Aneka Kacang dan Umbi menyampaikan dalam waktu dekat akan ditetapkan Perpres mendukung kemandirian pangan salah 36

satunya menetapkan harga pembelian kedelai oleh pemerintah dan usulan dari Kementerian Pertanian sebesar Rp. 8.500,-/kg ditingkat petani sesuai standar SNI. b. Kabupaten Indramayu sebagai motor penggerak adanya program pajalekong (padi, jagung, kedelai dan singkong) di Provinsi Jawa Barat untuk mendukung divesifikasi pangan mendukung program ketahanan pangan nasional dan merupakan model percontohan pertanaman kedelai dengan memanfaatkan lahan perhutani akan menambah pendapatan petani pada setiap 3 bulan sekali dengan cara menanam di sela tanaman induk yang hasilnya baru dapat dinikmati beberapa tahun kemudian. c. Dalam sambutannya Kapolres Indramayu mewanti wanti kepada kelompok tani yang menanam kedelai di lahan perhutani agar dikelola dengan bijak dengan tetap memelihara tanaman intinya dan dengan penuh kesadaran akan mengembalikan lahan yang digarapnya kepada pemiliknya yang syah yaitu Perum Perhutani dan tidak ada pamrih untuk meiliki sepenuhnya secara pribadi yang nantinya akan berhadapan dengan hukum. d. Kepala Divre Perhutani pada kesempatan tersebut mengucapkan terimakasih kepada seluruh kelompok tani yang sudah mau mengelola lahan perhutani dengan baik dan bijak serta mau menjaga dan mengelola tanaman intinya (kayu putih) dan menegaskan kembali bahwa petani yang telah menggarap lahan milik perhutani tidak akan dipungut biaya sedikitpun oleh Perhutani. e. Petani sangat gembira dan antusian menanam kedelai selain lahan yang digarap tidak dipungut biaya, saprodi diberi gratis oleh pemerintah pusat dan harga jual juga akan dijamin oleh pemerintah. Untuk jaminan harga para petani benar-benar sangat berharap segera terealisasi agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan serta dapat mengembalikan kembali semangat petani untuk menanam kedelai yan beberapa tahun terakhir mulai ditinggalkan karena kurang menguntungkan. Gambar 9. Gerakan Tanam Kedelai di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat 37

3. Pencanangan Gerakan Panen Kedelai di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat Pencanangan gerakan panen kedelai dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2016, bertempat di Desa Sindangraja, Kecamatan Jamanis, Kabupaten Tasikmalaya - Jawa Barat. Pencanangan gerakan panen kedelai ini dihadiri antara lain Asisten Daerah II Bidang Perekonomian dan Pembangunan mewakili Bupati Tasikmalaya, Kasubdit Kedelai mewakili Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Dr. Tuty Mariani, MM perwakilan dari Kementerian Sekretariat Negara RI, Sekretaris Dinas mewakili Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Tasikmalaya, Asisten Teritorial Kasdam III/Siliwangi, Komandan Kodim 0612/Tasikmalaya, perwakilan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota se- Kab. Jawa Barat, para Camat se wilayah Ciawi, para Danramil dan Babinsa se Kab. Tasikmalaya, para penyuluh dan petugas teknis pertanian, KTNA dan para petani se Kabupaten Tasikmalaya. Pada acara tersebut dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : a. Pencanangan gerakan panen kedelai dihadiri antara lain Asisten Daerah II Bidang Perekonomian dan Pembangunan mewakili Bupati Tasikmalaya, Kasubdit Kedelai mewakili Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Dr. Tuty Mariani, MM perwakilan dari Kementerian Sekretariat Negara RI, Sekretaris Dinas mewakili Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Tasikmalaya, perwakilan dari Asisten Teritorial Kasdam III/Siliwangi, Komandan Kodim 0612/Tasikmalaya, perwakilan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota se-kab. Jawa Barat, para Camat se wilayah Ciawi, para Danramil dan Babinsa se Kab. Tasikmalaya, para penyuluh dan petugas teknis pertanian, KTNA dan para petani se Kabupaten Tasikmalaya. b. Kegiatan pencanangan gerakan panen kedelai dilaksanakan pada areal kelompok tani Lengkong, Desa Sindangraja, Kec. Jamanis, Kabupaten Tasikmalaya kegiatan Intensifikasi kedelai seluas 20 ha menggunakan varietas anjasmoro dengan produktivitas hasil ubinan rata-rata sebesar 28,52 ku/ha. Rencananya hasil panen kedelai tersebut, akan ditampung/beli oleh Kopti dengan harga Rp 7.000,-/kg. c. Kegiatan peningkatan produksi kedelai di Kab. Tasikmalaya pada tahun 2016 seluas 5.000 ha terdiri dari kegiatan Intensifikasi seluas 1.500 ha dan Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman seluas 3.500 ha. Penanaman tersebar di 242 kelompok tani, 145 Desa dan 28 Kecamatan, pelaksana terbesar terdapat di Kec. Cipatujah seluas 935 ha dan Kec. Pancatengah 830 ha. d. Bupati Tasikmalaya melalui sambutan yang disampaikan Asisten Daerah II menyampaikan, pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian di Kab. Tasikmalaya, mengingat fungsi dan perannya dalam penyediaan pangan bagi penduduk, pakan dan energi 38

serta tempat bergantungnya mata pencahariaan di pedesaan. Di samping itu, sektor pertanian mempunyai sumbangan yang sangat signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), peningkatan devisa dan peningkatan pendapatan petani. Bupati Tasikmalaya mengajak kepada semua pihak untuk mendukung dan berperan aktif dalam program peningkatan produksi dan produktivitas PAJALE sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. e. Sekretaris Dinas Pertanian Tanaman Pangan menyampaikan, pencapaian produksi komoditi padi, jagung dan kedelai pada tahun 2015 cukup tinggi dengan kontribusi produksi terhadap produksi nasional sebagai berikut komoditi padi sebesar 15,08%, jagung 4,89% dan kedelai 10,27%. Kepala Dinas Pertanian menghimbau untuk tidak terlena dan terus berbangga diri karena perjuangan mensukseskan swasembada padi, jagung dan kedelai masih belum tercapai sehingga perlu meningkatkan sinergi yang sangat kuat bagi seluruh pemangku kepentingan di Jawa Barat. f. Perwakilan dari Asisten Teritorial Kasdam III/Siliwangi menyampaikan, TNI AD berkomitmen terus mendukung program Pemerintah menuju Ketahanan Pangan. Sinergitas yang dibangun bersama antara TNI AD, Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah dan para petani telah mampu menambah luas tanam komoditas tanaman pangan serta meminimalisir berbagai permasalahan yang terjadi di lapangan. g. Perwakilan dari Kementerian Sekretariat Negara RI menyampaikan, kebutuhan kedelai di Indonesia masih sangat besar sehingga membuka peluang bagi petani kedelai lokal untuk terus mengupayakan peningkatan produksi kedelai untuk memenuhi tingginya permintaan kedelai sebagai bahan baku industri tahu tempe. Namun tentunya, untuk membendung laju impor kedelai setiap tahunnya perlu adanya pengaturan regulasi dan tata niaga kedelai impor serta kebijakan penetapan harga dasar kedelai di tingkat petani. h. Direktur Aneka Kacang dan Umbi melalui sambutan yang disampaikan Kasubdit Kedelai menyampaikan, dalam mendukung peningkatan produksi kedelai pada tahun 2016, Kementerian Pertanian terus berupaya untuk menyediakan jaminan pasar bagi kedelai serta mengusulkan pengaturan tata niaga kedelai. Melalui Peraturan Presiden RI No. 48 Tahun 2016 tentang Penugasan Perum Bulog dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional diharapkan segera ditetapkan peraturan pelaksanaannya sehingga peran Perum Bulog sesuai Perpres tersebut dapat segera dilaksanakan. i. Dalam mengoptimalkan musim tanam 2016 dan penanganan pasca panen guna mengurangi susut hasil diberikan bantuan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) berupa power thresher multiguna, cultivator, hand spriyer dan terpal antara lain pada kelompok tani Lengkong, Kaltavenis, Rahayu, Mekar Jaya, Sumber Makmur, Palinengan, Mekar Wangi II, Temu Karya I dan Temu Karya III. 39

Gambar 10. Pencanangan Gerakan Panen Kedelai di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat Gambar 11. Diskusi pada Acara Pencanangan Gerakan Panen Kedelai di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat 4. Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Jawa Timur Panen CF-SKR Ubijalar, dilaksanakan di Desa Krosok, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur seluas 10 ha pada tanggal 21 September 2016. Dihadiri oleh Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, Kepala Dinas dan Staf Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung, BKPP, Camat, Kades, Penyuluh dan Kelompoktani. Dilakukan ubinan secara swadaya oleh Dinas Pertanian dengan hasil 72,19 ku/ha. Bila dibandingkan dengan menanam padi dengan produksi 6 ton GKP menunjukkan adanya hasil yang signifikan. Hasil Diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Kelompoktani Dewi Shinta di Desa Krosok telah melakukan kerjasama dengan pedagang pengumpul, dengan harga jual Rp 1.000/kg. 40

b. Agar penjualan/ pemasaran dapat berjalan dengan berkesinambungan, maka petani dapat berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan pedagang pengepul. c. Dinas Pertanian dan SKPD dari DInas Perindustrian, Dinas Perdagangan dan DInas Koperasi) dapat memberikan perhatian kepada kelompok tani dalam bentuk pembinaan dan pelatihan. d. Dinas Pertanian akan melakukan pendampingan dan pembinaan yang salah satunya akan dilakukannya studi lapangan ke daerah pengembangan industri ubijalar yang berhasil. e. Tahun 2017 direncanakan bantuan anggaran untuk perluasan budidaya ubijalar yang berasal dari dana APBD I. Gambar 12. Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Jawa Timur Gambar 13. Diskusi pada Acara Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Jawa Timur 5. Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat Panen CF-SKR ubijalar, dilaksanakan di Kelompoktani Ganda Mukti Gandasoli, Desa Gandasoli, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat seluas 15 ha tanggal 23 September 2016. 41

Dihadiri oleh Kepala Seksi Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Kepala Dinas dan Staf Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, Pejabat Daerah beserta jajarannya (Camat dan Kades, Penyuluh dan Kelompoktani. Hasil ubinan CF SKR Ubijalar sebesar 65,31 ton/ha atau naik sebesar 64.31% dari Data Atap ubijalar Kabupaten Kuningan tahun 2015 sebesar 26 ton/ha, dari hasil ini membuktikan bahwa dengan bantuan CF-SKR ubijalar terjadi peningkatan yang cukup signifikan terhadap provitas ubijalar di Kabupaten Kuningan. Gambar 14. Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat Gambar 15. Diskusi pada Acara Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat 6. Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah Panen CF-SKR Ubijalar di Kelompok Tani Subur, Desa Sidomulyo, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati pada bulan September 2016. Dihadiri oleh Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian Kabupaten Pati, Pejabat Daerah beserta jajarannya (Camat dan Kades, Penyuluh dan Kelompoktani. 42

Gambar 16. Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah Gambar 17. Diskusi pada Acara Panen CF-SKR Ubijalar di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah 7. Panen Raya Kedelai Program Budidaya Jenuh Air (BJA) di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi Panen raya kedelai program Budidaya Jenuh Air (BJA) dilaksanakan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, pada tanggal 6 September 2016. Acara panen raya kedelai dihadiri oleh Menteri Pertanian, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Aster Mabes TNI, Kasdam II Sriwijaya, Gubernur Jambi, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Komandan Korem 042/Garuda Putih Jambi beserta Jajarannya, Bupati Tanjung Jabung Timur, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jambi, Kepala Dinas Pertanian Tanjung Jabung Timur, Forum Pimpinan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Para Stakeholder, Para Pejabat Eselon II lingkup Kementerian Pertanian, Para Petani, Kelompoktani/Gapoktan dan Penyuluh serta Petugas Teknis Pertanian. Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian, hal-hal yang dapat dilaporkan sebagai berikut : a. Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) Pemerintah Provinsi Jambi dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) tentang peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan sumber daya alam 43

serta koordinasi pangan di Provinsi Jambi, yang disaksikan oleh Menteri Pertanian. b. Panen raya kedelai dilaksanakan di Kelompoktani Sidodadi, Kelurahan Simpang, Kecamatan Berbak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur oleh Bapak Menteri Pertanian seluas 50 ha kedelai hitam dan 350 ha kedelai kuning, dengan produktivitas 2,1-2,6 ton/ha. Hasil panen tersebut terutama kedelai hitam, dibeli oleh Bogor Life Science and Teknology (BLST) seharga Rp.12.000,-/kg untuk benih dan Rp.7.500,-/kg untuk konsumsi selain itu Bapak Menteri menugaskan Bulog untuk membeli kedelai kuning dengan harga minimal Rp.7.000,-/kg. c. Bapak Menteri Pertanian meminta agar pada tahun 2017, pengembangan kedelai melalui Program Pemerintah Pusat seluas 300.000-400.000 ha dan IPB melakukan pengembangan kedelai dengan teknologi BJA tingkat nasional seluas 100.000 ha dan pengembangan padi varietas 3S IPB seluas ± 300.000 ha. d. Khusus Provinsi Jambi diminta pada tahun 2017 untuk melakukan pengembangan kedelai melalui BJA seluas 20.000 ha dan jagung seluas 50.000 ha. e. Bapak Menteri Pertanian memberikan bantuan alsin antara lain pompa sebanyak 20 unit, hand traktor sebanyak 20 unit dan power threser sebanyak 10 unit kepada kelompok tani di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. f. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan diminta untuk mengkoordinasikan pengembangan kedelai di lahan hutan, khususnya di Provinsi Jambi. Gambar 18. Panen Raya Kedelai Program Budidaya Jenuh Air (BJA) di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi 44

Gambar 19. Arahan Bapak Menteri Pertanian Diskusi pada Acara Panen Raya Kedelai Program Budidaya Jenuh Air (BJA) di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi 8. Sarasehan Penanaman Perdana Tanaman Kedelai di Kawasan Hutan Melalui Anggaran APBN-P Tahun 2016 di Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur Sarasehan penanaman perdana tanaman kedelai di kawasan hutan melalui anggaran APBN-P tahun 2016 di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, pada tanggal 15 Oktober 2016. Acara tanam perdana kedelai dihadiri oleh Bupati Bojonegoro; Plt. Direktur Aneka Kacang dan Umbi; Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur; Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur; Perum Bulog Divre V Jawa Timur; Korem 082 Mojokerto; Balitkabi Malang; Kodim 0813 Bojonegoro; Polres Bojonegoro; Kejaksaan Bojonegoro; Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro, Sampang, Bangkalan, Tuban, Lamongan, Mojokerto, Nganjuk, Madiun, Trenggalek, Ponorogo, Tulungagung, Blitar; Perum Perhutani KPH Bojonegoro; Kecamatan Ngasem; Koramil Ngasem; Polsek Ngasem; Bapeluh Bojonegoro; Perangkat Desa Sendangharjo; LMDH dan Pokja se KPH Bojonegoro. Adapun hal-hal yang dapat dilaporkan sebagai berikut : a. Sarasehan penanaman perdana tanaman kedelai di kawasan hutan melalui anggaran APBN-P tahun 2016 di Petak 56.C, RPH Soko, BKPH Tengger, Perhutani KPH Bojonegoro, Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro seluas 7.900 ha dengan menggunakan varietas kedelai Grobogan. b. Dalam acara tersebut dilakukan juga penandatanganan MoU antara PT. Sinergi Tata Internasional dengan Divisi Regional Jawa Timur dengan perwakilan LMDH tentang ketersediaan kedelai dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan nasional. c. Melalui program pengelolaan produksi kedelai tahun 2016, Provinsi Jawa Timur mendapat alokasi kegiatan intensifikasi seluas 62.640 ha dan ekstensifikasi PAT-PIP seluas 91.505 ha, sedangkan di Kabupaten 45

Bojonegoro mendapat alokasi kegiatan intensifikasi seluas 1.000 ha dan ekstensifikasi PAT-PIP seluas 2.000 ha. d. Kebutuhan kedelai nasional berkisar 450.000 ton/bulan, sedangkan kebutuhan kedelai di Provinsi Jawa Timur untuk tahu dan tempe berkisar 34.000 ton/bulan yaitu urutan ke-3 terbesar nasional. Kebutuhan tersebut sekitar 90% dipenuhi oleh kedelai impor. Masih tingginya impor kedelai tersebut dikarenakan kontinuitas kedelai lokal belum stabil, harga kedelai lokal lebih murah dibandingkan kedelai impor dan varietas belum sepenuhnya diterima pengrajin tahu/tempe. e. Pengrajin tahu/tempe di Provinsi Jawa Timur merespon baik ketika diberi kedelai dengan ukuran yang besar, seperti varietas grobogan (lokal) atau grade 1 (import). Kedelai tersebut bila diproses menjadi tempe, 1 kg kedelai akan menghasilkan 1,6 1,7 kg kedelai rendaman 1. Varietas import premium mampu mencapai 2,1 kg rendaman 1. Kadar air yang ideal 11-13%. Rata-rata kedelai lokal memiliki masalah di penanganan pasca panen, sehingga kualitas khususnya kadar airnya masih tinggi atau diatas 13%. Kedelai dengan kadar air dibawah 13% akan mampu disimpan dalam waktu 3 bulan, sedangkan kadar air diatas 13%, kedelai tidak mampu bertahan lama di gudang/cepat rusak. Gambar 20. Penanaman Perdana Tanaman Kedelai di Kawasan Hutan di Kabupaten Bojonegoro 46

Gambar 21. Temu Wicara/ Diskusi pada Sarasehan Penanaman Perdana Tanaman Kedelai di Kawasan Hutan di Kabupaten Bojonegoro 9. Panen CF-SKR Kacang Tanah di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah Panen CF-SKR kacang tanah di Desa Lebak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2016 dan dihadiri oleh Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian Kabupaten Jepara, Pejabat Daerah beserta jajarannya (Camat dan Kades, Penyuluh dan Kelompoktani). Luasan kegiatan CF-SKR di Kabupaten Jepara 50 ha, dengan produktivitas sebelum 31,14 ku/ha dan produktivitas sesudah kegiatan sebesar 33,66 ku/ha (rata-rata meningkat 2,5 ku/ha), dengan produksi sebesar 173,12 ton. Varietas yang ditanam adalah varietas Kancil. Pemasaran: dipasarkan ke PT. Garuda Food dan Dua Kelinci di Kabupaten Pati, olahan kacang tanah open yang merupakan khas Jepara dan dijual dalam bentuk benih untuk dikembangkan di Jepara dan di luar Jepara. Gambar 22. Panen CF-SKR kacang tanah di Desa Lebak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah 47

10. Pencanangan Gerakan Panen Kedelai di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung a. Pencanangan gerakan panen kedelai di Desa Kresnomulyo, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung pada tanggal 20 Desember 2016. b. Pencanangan gerakan panen kegiatan intensifikasi kedelai dihadiri antara lain Kasi Kabi dan Perbenihan mewakili Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, Kasubdit Kedelai mewakili Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Sekretaris Dinas mewakili Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Pringsewu, Komandan Kodim 0424/Tanggamus, Kapospol Kabupaten Pringsewu, Camat Ambarawa Kabupaten Pringsewu, Danramil dan Babinsa Kabupaten Pringsewu, para penyuluh dan petugas teknis pertanian, KTNA dan para petani Kabupaten Pringsewu. c. Kegiatan pencanangan gerakan panen kedelai dilaksanakan pada areal kelompok tani Bina Karya, Desa Kresnomulyo, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu kegiatan Intensifikasi kedelai seluas 75 ha menggunakan varietas Anjasmoro dengan produktivitas sebesar 2 ton/ha. Hasil panen kedelai tersebut digunakan untuk benih dan konsumsi dengan harga jual Rp 4.000 Rp 5.000,- d. Melalui program pengelolaan produksi kedelai tahun 2016 tersebut, Provinsi Lampung mendapat alokasi kegiatan meliputi kegiatan Intensifikasi semula seluas 9.000 ha direvisi menjadi 3.417 ha dan Ekstensifikasi PAT-PIP semula seluas 3.500 ha direvisi menjadi 927 ha, sedangkan di Kabupaten Pringsewu mendapat alokasi kegiatan Ekstensifikasi PAT-PIP semula seluas 500 ha direvisi menjadi 275 ha. Penanaman tersebar di 4 Kecamatan, yaitu Kecamatan Ambarawa 95 ha; Kecamatan Sukoharjo 50 Ha; Kecamatan Banyumas 50 ha; Kecamatan Gadingrejo 30 ha dan Kecamatan Pardasuka 50 ha. Untuk Desa Kresnomulyo mendapatkan alokasi seluas 75 ha. e. Semangat para petani di Kecamatan Ambarawa untuk menanam kedelai tetap tinggi meskipun terkendala lahan dan harga karena bersaing dengan komoditas jagung dan hortikultura (cabai). Dari alokasi kegiatan kedelai tahun 2016 seluas 275 ha di Kabupaten Pringsewu sudah realisasi tanam 158 Ha, 64 Ha puso/gagal panen (Kec. Banyumas dan Sukoharjo) dan 117 ha carry over di tahun 2017. Para petani kedelai di Kabupaten Pringsewu masih kesulitan dalam hal pemasaran kedelai karena produksi kedelai tinggi tetapi tidak ada yang membeli hasil panen kedelai. Selain itu, para petani belum antusias menggunakan lahan kering, karena sebagian besar pertanaman kedelai dilakukan di lahan sawah. Mayoritas petani di Kecamatan Ambarawa menanam kedelai varietas Anjasmoro (berbiji besar) karena akan digunakan untuk pembuatan tempe. Dinas Kabupaten berharap apabila Bulog ingin membeli kedelai petani agar tidak banyak persyaratan yang dibebankan 48

kepada petani. Selain itu, program kedelai di tahun 2017 di Kecamatan Ambarawa tetap harus dilanjutkan. f. Pertanaman kedelai di Provinsi Lampung tidak boleh bergantung pada satu musim saja (bulan April-Mei). Dinas Pertanian Provinsi Lampung berharap di tahun 2017 capaian produksi kedelai tidak turun dan mulai tahun 2018 diprioritaskan untuk swasembada kedelai. g. Dalam mendukung peningkatan produksi kedelai pada tahun 2016, Kementerian Pertanian terus berupaya untuk menyediakan jaminan pasar bagi kedelai serta mengusulkan pengaturan tata niaga kedelai. Melalui Peraturan Presiden RI No. 48 Tahun 2016 tentang Penugasan Perum Bulog dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional diharapkan segera ditetapkan peraturan pelaksanaannya sehingga peran Perum Bulog sesuai Perpres tersebut dapat segera dilaksanakan. h. Petani di Kecamatan Ambarawa tetap semangat menanam kedelai meskipun harga kedelai rendah. Gambar 23. Pencanangan Gerakan Panen Kedelai di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung Gambar 24. Diskusi pada Acara Pencanangan Gerakan Panen Kedelai di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung 49