BAB VI ANALISIS DATA PELAKSANAAN EKSEKUSI HARTA BERSAMA DALAM PERKARA PERDATA NO 0444/Pdt.G/2012/PA.Tnk Islam tidak mengatur tentang harta bersama dan harta bawaan kedalam ikatan perkawinan, yang ada hanya menerangkan tentang adanya hak milik pria dan hak milik wanita serta maskawin yang berlangsung. Sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur an Surat An-Nisa ayat 32: Artinya : Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Berdasarkan ayat di atas bahwa setiap laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan semua wanita dari apa yang mereka usahakan pula. Ayat tersebut menjelaskan adanya persamaan antara kaum pria dan wanita. Kaum wanita di syariatkan untuk mendapat mata pencaharian sebagaimana kamu pria. Keduanya dibimbing kepada karunia dan kebaikan yang berupa harta dengan jalan beramal dan tidak merasa iri hati.
60 Harta perkawinan dalam hukum Islam disebut syirkah, yaitu cara penyatuan atau penggabungan harta kekayaan seseorang dengan harta orang lain. Al-Qur an dan hadist tidak membicarakan harta bersama secara tegas. Akan tetapi dalam kitab-kitab fikih ada pembahasan yang dapat diartikan sebagai pembahasan harta bersama, yaitu yang disebut syarikah atau syirkah (perkongsian). Menurut para ulama ada beberapa macam perkongsian yaitu a. Menurut mazhab Hanafi Syarikah,dibagi dua bagian yaitu syarikah milik dan syarikah uqud. Syarikah milik adalah perkongsian antara dua orang atau lebih terhadap sesuatu tanpa adanya akad atau perjanjian. Syarikah uqud adalah perkongsian modal tenaga dan perkongsian modal tetapi sama-sama mendapat kepercayaan orang. b. Menurut mazhab Maliki Syarikah dibagi menjadi enam bagian yaitu syarikah mufawadhah (pe rkongsian tak terbatas) syarikah inan (perkongsian terbatas), syarikah amal (perkongsian tenaga), syarikah dziman (perkongsian kepercayaan), syarikah jabar (perkongsian karena turut hadir) dan syarikah mudharbah (perkongsian berdua laba). c. Menurut mazhab Syafi i Membagi syarikah menjadi empat bagian, yaitu syarikah inaan (perkongsian terbatas) syarikah abdan (perkongsian tenaga) syarikah mufawadhah (perkongsian tak terbatas) dan syarikah wujuuh (perkongsian kepercayaan). Berdasarkan penjelasan di atas bahwa harta bersama yang didapat dari hasil pencaharian suami dan istri termasuk pada syirkah abdan dan mufawwadah. Dikatakan syarikah abdan karna kenyataan kenyataan pada umumnya suami istri dalam masyarakat Indonesia sama-sama bekerja dan membanting tulang berusaha untuk mendapatkan nafkah hidup keluarga sehari-hari dan sekedar harta simpanan untuk masa tua mereka dan peninggalan untuk anak-anak mereka sesudah mereka meninggal dunia. Dan dikatakan sebagai syarikah mufawwadah karena perkongsian suami istri tidak terbatas. Apa yang mereka
hasilkan dalam masa perkawinan mereka termasuk harta bersama, kecuali mereka termasuk harta hibah. Selanjutnya Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang sebagai lembaga resmi pemerintah memiliki legalitas dan untuk menyelesaikan berbagai perkara yang berkenaan dengan dinamika hukum Islam. Tugas dan wewenang Pengadilan Agama sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama Pasal 49 ayat (1) yang berbunyi: Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan prkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam. Setelah Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang memutuskan terhadap suatu perkara, dimana perkara yang diputuskan diharuskan melakukan eksekusi terhadap sesuatu, maka kepada salah satu pihak untuk dapat membayar sejumlah uang, atau menghukum pihak yang kalah untuk membayar sejumlah uang, atau juga pelaksanaan putusan hakim yang memerintahkan untuk melakukan pengosongan benda tetap, sedangkan yang kalah tidak mau melaksanakan putusan itu secara sukarela sehingga memerlukan upaya paksa dari pengadilan untuk melaksanakannya. Keputusan yang telah ditetapkan oleh Pengadilan Agama kelas 1A Tanjung Karang memiliki kekuatan hukum tetap. Keputusan tersebut mengikat semua pihak yang berperkara serta pihak-pihak yang mengambil manfaat atau mendapat hak dari mereka. Keputusan yang telah berkekuatan hukum tetap dapat dipaksa melalui Pengadilan jika pihak yang kalah tidak mau melaksanakan secara sukarela. Berbagai perkara yang masuk di Pengadilan Agama Tanjung Karang diproses sesuai mekanisme yang berlaku. Proses penyelesaian perkara-perkara tersebut memiliki posisi yang sangat strategis untuk mendamaikan terhadap dua pihak yang dalam hal ini terhadap penyelesaian tentang sita marital atas harta bersama yang sesuai dengan hasil observasi kasus tersebut banyak dilakukan oleh sang istri terhadap suami. Sebagai sebuah lembaga yang memiliki kewenangan tersebut, Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang 61
62 melaksanakan eksekusi harta bersama apabila dalam waktu yang telah ditentukan oleh Pengadilan, pihak tergugat selaku pihak yang ditegur tetap membangkang atau tidak melaksanakan bunyi putusan hakim sebagaimana tersebut dalam amar putusan yang maksudnya agar dilaksanakan penyitaan barang-barang bergerak milik tergugat dan jika sekitarnya tidak mencukupi untuk memenuhi isi putusan tersebut diperbolehkan dilakukan penyitaan terhadap barang-barang tidak bergerak milik tergugat tersebut (Pasal 208 R.Bg/197 HIR). Penyitaan eksekusi ini dijalankan oleh panitera Pengadilan Agama kelas 1A Tanjung karang yang apabila berhalangan digantikan dengan seorang yang cakap dan dapat diprcaya untuk melaksanakan tugas tersebut. Berdasarkan pasal 208 R.Bg/197 HIR ayat (1) HIR maka perintah untuk melaksanakan ekekusi ini semata-mata oleh ketua Pengadilan Agama dilakukan adalah karena tergugat tidak melaksanakan putusan yang mengharuskan tergugat untuk membayar sejumlah uang / sesuatu benda kepada penggugat. Putusan yang dijatuhkan oleh hakim akan memposisikan para pihak pada dua sisi yaitu pihak yang kalah dan pihak yang menang, penggugat dan tergugat masing-masing memungkinkan berada pada salah satu dari kedua hal tersebut. Lazimnya penggugat jika berada pada pihak yang menang sudah pasti menginginkan apa yang menjadi haknya secara hukum dapat dikuasainya, sementara pihak yang dikalahkan dalam hal ini tentunya si tergugat apabila dengan suka rela menyerahkan hakhak si penggugat maka persoalan menjadi selesai. Jika sebaliknya yakni tergugat tidak menyerahkan dan terus menguasai apa yang menjadi hak penggugat maka disinilah perlunya pelaksanaan eksekusi, pelaksanaan mana dilakukan melalui prosedur dan tahap-tahap sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Putusan hakim mengenai pelaksanaan eksekusi terhadap pembagian harta bersama adalah apabila tergugat tidak mau melaksanakan putusan tersebut padahal putusannya telah memiliki kekuatan hukum tetap, oleh karenanya hakim selaku pihak yang berwenang melaksanakan eksekusi.
Pembagian harta bersama dalam perkara perdata No 0444/Pdt.G/2012/PA.Tnk adalah harta bersama akibat perceraian yang diperoleh baik dari suami atau istri masingmasing berhak mendapat ½ dari harta tersebut, karena selama perkawinan terdapat adanya harta bersama maka hakim disini memberikan putusan mengenai besarnya bagian masing-masing. Pengadilan menetapkan pembagian harta bersama tersebut ½ untuk penggugat dan ½ bagian untuk tergugat. Pembagian harta bersama tersebut dipandang telah memenuhi unsure keadilan, karena baik suami maupun istri sama-sama bekerja mencari nafkah. Dalam prosedur pelaksanaan eksekusi terhadap Pembagian harta bersama No. 0444/Pdt.G/2012/PA.Tnk telah menggunakan prosedur hukum yang berlaku, di mana dalam pelaksanaannya tidak ada pihak-pihak yang di dzalimi oleh pelaksanaan eksekusi tersebut. Oleh karenanya pelaksanaan eksekusi harta bersama No 0444/Pdt.G/2012/PA.Tnk, yang dilakukan Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku. 63