1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perasaan khawatir pada umumnya dikenal sebagai perasaan takut atau cemas. Tetapi perasaan khawatir akan lebih tepat apabila dimaknai sebagai perasaan cemas daripada perasaan takut karena perasaan khawatir merupakan kecemasan yang berlebihan dalam diri penguatir 1 saat menghadapi suatu keadaan yang abstrak (objek yang dikhawatirkan tidak jelas) 2. Perasaan khawatir pada dasarnya merupakan salah satu topik yang dibahas dalam ilmu Psikologi, namun topik khawatir ini juga muncul dalam ilmu Teologia yang dapat terlihat dari munculnya permasalahan khawatir dalam Alkitab baik di Kitab Perjanjian Lama (Ulangan 28:66; Mazmur 55:23; Amsal 12:25) maupun dalam Kitab Perjanjian Baru (Matius 6:25,34; 10:19; 13:22; Markus 4:19; 13:11; Lukas 8:14; 10:14; 12:11,12; I Korintus 7:32; Galatia 4:11; Filipi 4:6; I Petrus 5:7). Ilmu Teologia maupun ilmu Psikologi merupakan dua bidang ilmu yang memiliki fokus permasalahan yang berbeda. Ilmu Teologia memfokuskan diri pada dua sisi permasalahan yaitu sisi vertikal (hubungan manusia dengan manusia) dan sisi horizontal (hubungan manusia dengan Tuhan). Sedangkan ilmu Psikologi lebih memfokuskan diri pada satu sisi permasalahan yaitu hubungan individu dengan dirinya sendiri 3. Walaupun kedua bidang ilmu ini memiliki fokus permasalahan yang berbeda, bukan berarti keduanya tidak dapat bekerja sama dengan baik karena pada dasarnya kedua bidang ilmu ini sama-sama memperhatikan kebutuhan manusia secara holistik. Kerjasama antara ilmu Teologi dan ilmu Psikologi diwujudkan dengan munculnya gerakan pendampingan 4 dan konseling 1 Istilah bagi orang-orang yang menghadapi perasaan khawatir [James R. Beck & David T. Moore., Bimbingan Praktis Mengatasi Kekuatiran, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cetakan kedua, 2001, p. vii] 2 Prof. Drs. Dakir, Dasar-Dasar Psikologi,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993, p. 96,97 3 D.A. Carson & John D. Woodbridge, God and Culture. Allah dan Kebudayaan, Surabaya: Momentum, 2002, p. 159 4 Pendampingan Pastoral (pastoral care) adalah pelayanan rutin yang dilaksanakan pendeta di dalam semangat pastoral. Pendampingan Pastoral dibedakan dari konseling pastoral karena belum melibatkan suatu hubungan konseling yang khusus dan intens untuk menangani masalah. (Ibid. 3, p. 279)
2 pastoral 5 di Seminari-seminari maupun di Sekolah-sekolah Teologia, bahkan belakangan ini sudah menjalar ke dalam kehidupan gereja. Namun perlu diperhatikan bahwa proses pendampingan dan konseling pastoral memiliki perbedaan yang sangat mendasar dengan proses konseling pada umumnya. Dalam konseling pastoral yang berperan sebagai konselor adalah pendeta atau seorang pendamping yang memiliki latar belakang pendidikan teologia, dan yang menjadi landasan dasar dalam melakukan konseling pastoral adalah Firman Tuhan yang terdapat dalam Alkitab. Tugas seorang pendeta dalam proses konseling pastoral adalah sebagai seorang konselor kristen dan keadaan ini tidak menutup kemungkinan bagi seorang pendeta untuk jatuh pada permasalahan kehilangan orientasi pelayanan. Alkitab yang seharusnya dipergunakan sebagai landasan dasar dalam proses konseling pastoral disalah-gunakan menjadi alat untuk mendukung otoritas seorang pendeta yang merosot 6 dan sebagai sumber otoritas untuk membenarkan atau menyalahkan suatu keadaan 7. Pada dasarnya penyimpangan ini dapat dihindari apabila dalam menjalani proses konseling pastoral, seorang pendeta harus benar-benar menyadari dan menerapkan dua hal pokok yaitu pertama, proses konseling pastoral harus dilakukan secara dua arah yang diwujudkan melalui terciptanya percakapan yang dialogis antara pendeta dengan jemaat dan jemaat dengan pendeta. Kedua, pertemuan yang dialogis dapat terwujud ketika pendeta memandang jemaatnya sebagai dokumen yang hidup 8 yaitu sebagai seorang manusia yang merupakan mahluk historis yang memiliki sejarah hidup dan pengalaman masa lalu yang dimulai sejak ia lahir ke dunia ini dengan keunikannya masing-masing. Setiap sejarah hidup dan pengalaman tiap jemaat yang beraneka-ragam itu hanya dapat dipahami apabila seorang pendeta bersedia untuk membaca dan menginterpretasikan setiap kisah hidup jemaat selayaknya menginterpretasikan buku-buku sejarah dengan cara menghormati, memahami, 5 Konseling pastoral adalah ungkapan pendampingan yang bersifat memperbaiki (reparative), yang berusaha membawa kesembuhan bagi orang (baik anggota dari suatu gereja maupun anggota dari persekutuan pendampingan lain) yang sedang menderita gangguan fungsi dan kehancuran pribadi. [Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, Yogyakarta: Kanisius, cetakan kelima, 2006, p. 59,60 6 Ibid. 5, p. 162 7 Donald Capps, Penggunaan Alkitab dalam Konseling Pastoral, Yogyakarta: Kanisius, 1999, p. 11-20 8 Charles V. Gerkin, Konseling Pastoral Dalam Transisi, Yogyakarta: Kanisius, 1992, p. 56-57
3 menghargai, dan memberi tanggapan yang sesuai dengan pengalaman mental dan rohani jemaat 9. 2. Perumusan Masalah Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh masyarakat masa kini telah menimbulkan kekhawatiran di dalam diri setiap orang baik yang terlibat langsung maupun yang tidak. Tetapi apabila kita meninjau surat Filipi 4:6, Paulus justru menyuarakan agar jemaat di Filipi tidak merasa khawatir. Keadaan yang bertentang ini menimbulkan 2 pertanyaan : Pertama, Paulus dalam surat Filipi 4:6 ini tidak menjelaskan kekhawatiran akan apa sehingga menimbulkan banyak tafsiran yang berbeda-beda dari beberapa teolog, diantaranya Dibelius yang mengatakan bahwa kekhawatiran dalam perikop ini mengarah pada permasalahan ekonomi (materi) seperti yang terdapat dalam Injil Matius 6:25 34 dan Lukas 12:22 10. Dr. J.L.Ch. Abineno memandang kata khawatir dalam perikop ini mengarah pada permasalahan eskatologi 11. Sedangkan Drs. A. S. Hadiwiyata 12 memandang khawatir dalam perikop ini mengarah pada permasalahan psikologis. Pertanyaannya adalah kekhawatiran yang yang terdapat dalam Filipi 4:6 ini sebenarnya mengarah pada permasalahan apa. Apakah mengarah pada masalah ekonomi, eskatologi, atau psikologi? Kedua, bagaimana pola pastoral yang diterapkan Paulus dalam surat Filipi yang kemudian dapat dikaitkan dengan kehidupan masyarakat masa kini. 3. Lingkup Permasalahan Berdasarkan perumusan masalah di atas, hendaknya disadari bahwa pada dasarnya manusia tidak dapat menghindarkan diri dari perasaan khawatir yang dapat muncul sewaktu-waktu di dalam dirinya, karena dalam kehidupannya sehari-hari manusia akan 9 Ibid. 8, pp. 46-48 10 Ralph P. Martin M.A., Ph.D., Tyndale New Testament Commentaries, Philippians, British: Library Cataloguing, 1987, p. 171 11 Dr. J.L.CH. Abineno, Tafsiran Surat Filipi, Djakarta : Quick, 1967, p. 114 12 Drs. A.S. Hadiwiyata, Tafsiran Perjanjian Baru Volume 8: Surat-surat Paulus III, Yogyakarta: Kanisius, 1988, p. 39,40
4 berhadapan dengan suatu keadaan yang tidak terduga yang dapat memunculkan perasaan khawatir. Oleh sebab itu, jika manusia tidak dapat menghindarkan dirinya dari perasaan khawatir, maka jalan keluarnya adalah menemukan cara untuk mengatasi perasaan khawatir tersebut, yang tentunya tidak cukup hanya dengan menggunakan ayat-ayat tertentu dari dalam Alkitab, tetapi perlu didukung dengan pola pastoral yang tepat. Melalui Skripsi ini penulis akan berusaha untuk menemukan arah dari perasaan khawatir yang terdapat dalam Filipi 4:6 dan pola pastoral yang diterapkan oleh Paulus dalam surat Filipi yang kelak akan disesuaikan dengan kondisi masyarakat masa kini. Oleh karena itu, penulis akan membatasi penulisan Skripsi ini pada permasalahan khawatir yang terdapat dalam Filipi 4:6 yang akan ditinjau dari studi studi ex-egesis, analisis teologis, dan 2 dimensi kehidupan manusia 13, yaitu dimensi psikologis dan dimensi sosiologis. Berdasarkan perumusan masalah dan lingkup permasalahan di atas, maka Skripsi ini akan diberi judul: POLA PASTORAL DALAM MENANGANI MASALAH KHAWATIR DALAM SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI FILIPI 4. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan Skripsi ini adalah untuk melihat dan menemukan pola pastoral yang diterapkan oleh Paulus dalam menghadapi masalah khawatir yang muncul di tengah-tengah kehidupan jemaat di Filipi, sehingga penulis dapat menemukan dan menawarkan pola pastoral yang tepat bagi masalah khawatir yang muncul dalam kehidupan jemaat masa kini. 13 Aart Martin Van Beek, Konseling Pastoral Sebuah Buku Pegangan bagi Para Penolong di Indonesia, Semarang: Satya Wacana, 1987, p. 141-153
5 5. Metode Penelitian Dalam menyusun Skripsi ini penulis akan menekankan metode penulisan pada penelitian literatur dengan menggunakan bahan-bahan perpustakaan, baik berupa buku-buku referensi, tulisan-tulisan ilmiah, serta artikel-artikel yang berkaitan dengan judul Skrispi ini melalui beberapa langkah penulisan, antara lain: 1. Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis Filipi 4:6 adalah studi exegesis (penafsiran yang menggali ke luar) berupa terjemahan, tafsiran, analisa kritik teks yang akan disertai dengan penafsiran beberapa ayat pelengkap lainnya. 2. Sebagai usaha untuk melihat manfaat dari teks Filipi 4:6 dalam proses konseling pastoral, maka penulis akan memanfaatkan teori kritis (teori psikoanalisis) 14... kebutuhan atas kecurigaan dan kebutuhan akan teori kritis (seperti teori psikoanalisis), untuk menunjukkan tempat dan menyembuhkan rintangan-rintangan yang sistematis dalam kehidupan kita yang bersifat pribadi, budaya dan sosial, telah menjadi aspek yang sangat perlu dari pra-pengertian penafsiran modern mana saja. Penulis memilih untuk memanfaatkan teori kritis (teori psikoanalisis) karena teori psikoanalisis yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud ini merupakan pendekatan yang dapat dimanfaatkan untuk memahami perilaku seseorang, terutama yang sulit diamati secara kasat mata (dalam bahasa Inggrisnya unconsciouness ) atau ketidaksadaran 15. If one concept were single only the most significant factor in making psychoanalysis control in both literature and criticisem, it would probably be the uncounscious. The unconcious is perhaps his most significant contribution not only to psychoanalysis and literary theory, but to twentiethcentury thought in general (Sue Vice, 1996: 2,3) Manusia memiliki ekspresi diri yang muncul pada saat-saat tertentu yang dapat diekspresikan melalui mimpi dan fantasi dalam bentuk yang terselubung yang seringkali tidak disadari telah mewakili dongeng-dogeng, nafsu-nafsu, mimpi-mimpi, dan gagasan-gagasan yang ditekan dan selanjutnya akan mengendalikan pikiran dan 14 Robert M. Grant & David Tracy, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cetakan kedua, 2000, p. 181,182 15 Anggadewi Moesono, Psikoanalisis dan Sastra, Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003, p. vii
6 tindakan-tindakan sadar seseorang berupa ciptaan-ciptaan dalam bentuk yang diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, ada banyak perilaku dan pikiran manusia yang hanya bisa dimengerti melalui analisis terhadap sejarah masa lalu seseorang untuk mencari dan menemukan peristiwa-peristiwa yang ditekan di bawah sadarnya 16. Dalam usaha untuk memahami kondisi unconsciouness ini, maka teori kritis (psikoanalisis) akan bermanfaat dalam proses konseling pastoral karena konseling pastoral akan dilihat sebagai proses interpretasi dan reinterpretasi pengalaman manusia yang diarahkan pada pola interpretasi kristen dalam dialog dan pola interpretasi psikologi kontemporer 17. 6. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, alasan pemilihan judul, batasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan BAB II PENAFSIRAN ATAS PERMASALAHAN KHAWATIR DALAM FILIPI 4:6 SEBAGAI FENOMENA PSIKOLOGIS DAN TEOLOGIS Berisikan analisis terhadap teks Filipi 4:6 dan teks pendukung lainnya yang ditinjau dari sisi psikologis dan teologis guna menemukan permasalahan khawatir yang dimaksudkan oleh Paulus dalam suratnya untuk jemaat di Filipi BAB III SIKAP MANUSIA DALAM MENGHADAPI KEKHAWATIRANNYA DAN PENERAPAN POLA PASTORAL PAULUS DALAM PROSES KONSELING PASTORAL MASA KINI 16 Ibid. 15, pp. vii,viii 17 Ibid. 8, p. 21
7 Memaparkan tentang keadaan masyarakat masa kini berdasarkan permasalahan khawatir yang dialami jemaat di Filipi dan perbandingan antara metode psikoanalisis dengan pola pastoral Paulus dalam surat Filipi serta manfaatnya bagi proses konseling pastoral masa kini. BAB IV PENUTUP Merupakan kesimpulan dari seluruh bab dan saran-saran yang terkait pada masalah khawatir dan manfaat metode psikoanalisis serta pola pastoral Paulus dalam proses konseling pastoral masa kini.