BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kehidupan seseorang dalam perjalanannya akan selalu mengalami perubahan. Perubahan ini dapat dikarenakan perkembangan dan pertumbuhan normal sebagai pribadi, maupun perubahan yang terjadi diluar dirinya. Dalam menghadapi perubahan inilah setiap orang akan mengalami keadaan yang tidak seimbang yang sedikit banyak akan mengganggu ritme kehidupannya. Keadaan seperti ini bukan tidak mungkin akan menimbulkan krisis yang dapat dipahami sebagai sebuah titik balik, waktu yang penting dan menentukan, walaupun tidak setiap titik balik dalam kehidupan seseorang adalah sebuah krisis. 1 Berbicara mengenai krisis kita dapat membedakan krisis menjadi dua macam yaitu Developmental Crisis dan Accidental Crisis. Developmental Crisis (Krisis Perkembangan) merupakan krisis yang dialami oleh seseorang berkenaan dengan suatu tuntutan hidup yang lazim dialami dalam perkembangan kehidupannya. Sedangkan Accidental Crisis (Krisis Darurat) merupakan krisis yang berkenaan dengan saat-saat yang gawat, yang pada dasarnya tidak terduga, tiba-tiba, atau dapat pula berkenaan dengan sebuah kehilangan yang luar biasa dan tidak diharapkan. 2 Sebagai contoh kehilangan pekerjaan karena PHK, kehilangan anggota keluarga karena kematian, sakit, kecelakaan, perceraian. Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti akan selalu diperhadapkan dengan perasaan duka. Dari kehilangan hal-hal besar sampai hal-hal kecil seseorang pasti akan mengalami tahap-tahap kedukaan. Walaupun memang kadarnya pasti berbeda, pada kedukaan akibat kehilangan hal-hal kecil dan tidak terlalu penting kedukaannya akan ringan. Sedangkan pada kedukaan akan kehilangan hal-hal besar dan penting seperti kematian salah satu anggota keluarga tentu saja kedukaan yang dirasakan akan semakin besar. Kehilangan anggota keluarga akibat kematian tentu akan menimbulkan kedukaan yang dalam bagi anggota keluarga yang ditinggalkan. Terlebih lagi jika yang meninggal adalah kepala keluarga yang selama ini menopang kehidupan keluarga. Kedukaan dapat diartikan sebagai sikap 1 Pdt. Andreas B. Subagyo, Ph. D. Tampil Laksana Kencana. (Bandung: Yayasan Kalam Hidup. 2002). Hlm 12 2 Andreas Subagyo, Tampil Laksana Kencana, hlm 15-16

2 atau reaksi kehilangan terhadap kematian dari orang yang kita cintai. 3 Kedukaan bisa mencakup apa yang kita rasakan, pikirkan, kehendaki dan kerjakan. Dapat dikatakan bahwa kedukaan dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan kita. Dalam menyikapi hal ini keluarga harus dapat menyesuaikan diri dengan kehilangan yang mereka alami dengan melakukan pergeseran peran, saling memberi kasih sayang dan terlibat dalam persekutuan. 4 Persekutuan baik yang dilakukan oleh masyarakat sekitar maupun oleh warga gereja dapat dilihat sebagai bentuk caring community. 5 Peran masyarakat dan gereja sebagai caring community sangat penting untuk membantu keluarga melepaskan kedukaan mereka. Dengan menceritakan pengalaman kedukaan tersebut dapat menolong mereka untuk membebaskan diri dari kedukaan. Berbicara dengan bebas mengenai kenangan bersama almarhum juga dapat membantu mereka untuk dapat hidup lepas dari keterikatan dengan almarhum. 6 W. L Carrington dalam bukunya Psychology, Religion and Human Need juga mengungkapkan bahwa penting bagi orang-orang di sekitar keluarga yang sedang berduka untuk memiliki kepekaan dalam memberikan penghiburan dan simpati. Keadaan sosial masyarakat dan peran ibadah pada awal seseorang mengalami kedukaan dapat mendorong perasaan, bahkan bertujuan untuk mengobati kesedihan yang mendalam. Berkumpul bersama teman dengan banyaknya ungkapan simpati melalui kontak pribadi dapat membantu seseorang melewati masa-masa kedukaannya. Orang yang berduka seharusnya didukung untuk mencurahkan perasaannya, mengingat dan berbicara tentang pengalaman yang menyenangkan dengan almarhum. 7 Berbicara mengenai dukungan orang-orang disekitar keluarga yang sedang berduka, tentu saja tidak luput dari peran pendeta. Dalam bukunya yang berjudul Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, Clinebell mengatakan bahwa pendeta adalah tenaga profesional yang penting untuk menolong orang yang mengalami krisis akibat kematian. Pendeta dipandang dapat menjadi pembimbing dan sahabat yang efektif bagi orang yang mengalami kehilangan. 8 Tentu saja dengan mengingat bahwa pendampingan pastoral pada keluarga yang sedang berduka bukan hanya mempertimbangkan permasalahan yang ada pada keluarga saja tetapi juga memperhatikan 3 J. L. Ch. Abineno. Pelayanan Pastoral Kepada Orang yang Berduka. (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1991). hlm 1 4 Rodney Hunter. Dictionary of Pastoral Care and Counseling.( Nashville: Abingdon Press. 1990). hlm Totok Wiryasaputra. Mengapa Berduka. Kreatif Mengelola Perasaan Duka. (Yogyakarta: Kanisius. 2003). Hlm 29 6 Ruth Ridell. Family Studies. (Melbourne: Longman Cheshire. 1987). Hlm W.L Carrington. Psychology, Religion and Human Need. (London: The Epworth Press. 1957). hlm Howard Clinebell. Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral. (Yogyakarta: Kanisius. 2002). Hlm 284

3 relasi yang ada antar anggota keluarga. 9 Bagaimana pendeta dapat membantu keluarga untuk melepaskan perasaan duka mereka secara baik. Terutama keluarga akan merasakan kehampaan dan kekosongan setelah pemakaman terlebih lagi setelah berpisah dengan para kerabat. 10 Penting sebagai seorang pendeta untuk memahami kebutuhan mereka dan membantu mengatur kebutuhan mereka dengan baik untuk menghilangkan rasa bersalah. Bantuan yang berarti yang dapat diberikan seorang pendeta adalah berbagi rasa sebelum meninggalkan keluarga dan membiarkan mereka mencoba mengatasi kedukaan mereka. 11 Saat seseorang sedang sangat berduka, pendeta tidak perlu memberikan banyak penjelasan. Cukup pengertian dan penerimaan akan perasaan keluarga yang sedang berduka. Jika intensitas emosionalnya telah berkurang maka ini merupakan kesempatan untuk menjelaskan dan memberi penguatan bagi keluarga yang berduka. Karena seseorang yang sedang mengalami kedukaan yang mendalam yang mereka butuhkan adalah kesembuhan yang datang dari Allah. 12 Penting pula bagi pendeta untuk mengingatkan mengenai makna dari kematian. Bahwa kematian adalah sebuah proses bukan sekedar peristiwa biasa. Selain itu kita juga perlu mengingat bahwa kematian merupakan sebuah siklus yang terjadi secara alami. 13 Disini tampak betapa pentingnya peran pendeta dalam membantu seseorang untuk mengalami dan menyelesaikan proses kedukaannya secara utuh. Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB), secara khusus GPIB Marga Mulya Yogyakarta melakukan pendampingan pastoral terhadap keluarga yang sedang berduka akibat kematian dengan melayankan ibadah penghiburan, ibadah pemakaman dan ibadah pengucapan syukur. Ibadah penghiburan dilakukan sesaat setelah terjadi kehilangan dalam hal ini peristiwa kematian. Ibadah penghiburan ini diadakan sambil mempersiapkan pemakaman. Setelah diadakan pemakaman maka diadakanlah ibadah pengucapan syukur beberapa hari setelah pemakaman dilangsungkan tergantung dari kesiapan keluarga yang sedang berduka 14. Selain melalui rangkaian ibadah tersebut, pendampingan pastoral dilakukan melalui perkunjungan. Perkunjungan tidak diatur secara 9 John Carlf Wynn. Pastoral Ministry to Families. (Philadelphia: The Westminter Press.1). hlm Elisabeth Kubler-Ross. On Death and Dying. (Jakarta: Gramedia. 1998). Hlm Elisabeth Kubler-Ross, On Death and Dying, Hlm C. W Brister. Pastoral Care In The Church. (New York: Harper and Row Publisher. 1964). hlm W.L Carrington, Psychology, Religion and Human Need, hlm Kebaktian pemakaman diatur dalam Buku Peraturan Pelaksanaan Majelis Jemaat GPIB Marga Mulya Yogyakarta hlm 4 dan dalam Tata Gereja GPIB hlm 34. Selebihnya dapat dilakukan ibadah lain yang dianggap perlu.

4 langsung dalam tata gereja, biasanya dilakukan berdasarkan inisiatif dari pendeta yang bersangkutan. 15 Terdapat kesamaan dalam pola pendampingan pastoral kematian yang dilayankan GPIB Marga Mulya Yogyakarta dengan yang dipaparkan oleh Clinebell mengenai beberapa langkah dalam melakukan pendampingan bagi keluarga yang berduka. Adapun bentuk pendampingan pastoral kedukaan menurut Clinebell adalah sebagai berikut pertama kali dilakukan penghiburan, pemakaman, dan kemudian dilanjutkan dengan perkunjungan 16 C. W Brister dalam bukunya Pastoral Care In The Church juga memaparkan pola yang kurang lebih hampir sama dengan yang dipaparkan Clinebell. Menurut Brister pendampingan kepada keluarga yang berduka dapat dilakukan pada saat pemakaman. Dimana pemakaman Kristen mendasari keluarga yang berduka dengan mempererat persahabatan dari teman, lagu-lagu penghiburan, inspirasi dari Firman Tuhan dan harapan akan kebangkitan. Selain itu sebelum dan sesudah pemakaman, persekutuan gereja dapat menjalankan peran mereka sebagai wujud penghiburan Allah bagi mereka yang terluka oleh kedukaan. 17 Bentuk pendampingan semacam inilah yang selama ini diterapkan di GPIB Marga Mulya Yogyakarta. Dalam perjalanannya apakah bentuk pendampingan pastoral yang selama ini diterapkan telah cukup mampu membantu keluarga yang berduka untuk dapat melewati proses kedukaan mereka secara utuh. Dan apakah pendampingan pastoral kedukaan yang selama ini dilakukan sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga yang sedang berduka. Mengingat peran penting yang dimiliki oleh pendeta sebagai pastor yang berkewajiban untuk membantu keluarga yang sedang berduka untuk kembali bangkit dari kedukaan mereka secara utuh. Kedukaan secara utuh disini bahwa keluarga yang berduka telah sampai pada sebuah keadaan dapat menerima kehilangan, menerima realita kedukaan, dapat memahami bahwa hidup mereka harus terus berlanjut, dan yang lebih penting lagi mereka dapat bangkit dari kedukaan yang mereka rasakan. 2. Pokok Permasalahan Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba untuk merumuskan beberapa pokok permasalahan yang nantinya akan dianalisa. Adapun pokok masalah tersebut adalah sebagai berikut: 15 Hasil wawancara dengan Pdt. Joseph Ginting, Ketua Majelis Jemaat GPIB Marga Mulya Yogyakarta. 16 Howard Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, Hlm C. W Brister, Pastoral Care In The Church, hlm 253

5 Meninjau bentuk pendampingan pastoral terhadap keluarga yang sedang berduka akibat kematian kepala keluarga di GPIB Marga Mulya Yogyakarta. Apakah pola pendampingan pastoral yang diterapkan selama ini sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga dan membantu keluarga untuk menyelesaikan proses kedukaan mereka secara utuh. 3. Batasan Permasalahan Agar dalam pembahasannya dapat mencapai sasaran yang diharapkan, maka perlu adanya batasan-batasan dalam penulisannya. Pokok permasalahan yang dilihat adalah bagaimana pola pendampingan pastoral yang ada saat ini yaitu melalui ibadah penghiburan, pemakaman, dan pengucapan syukur telah dapat membantu keluarga yang sedang berduka mengalami proses kedukaan mereka secara utuh. Melihat apa kekuatan serta kelemahan dari pola tersebut. Dalam pembahasannya, penelitian yang akan dilakukan disasarkan pada dua pihak yaitu pendeta sebagai pihak yang melakukan pendampingan pastoral dan jemaat yang menjadi sasaran dari pendampingan tersebut. Selain itu penulis juga membatasi penelitian hanya pada jemaat yang mengalami peristiwa kematian kepala keluarga (ayah, suami) dalam kurun waktu 1-2 tahun terakhir. Penulis memilih rentang waktu ini dengan asumsi bahwa pada umumnya proses kedukaan berlangsung dalam kurun waktu 2 tahun. 18 Alasan penulis membatasi penelitian pada kematian kepala keluarga karena kehilangan anggota keluarga dalam hal ini kepala keluarga tentu saja akan menimbulkan kedukaan yang besar. Dalam konteks Indonesia seringkali ada pemahaman bahwa kepala keluarga adalah tulang punggung, pelindung, dan pengambil keputusan dalam keluarga. Tidak hanya itu, keluarga juga harus mempersiapkan diri untuk mengisi kekosongan peran yang semula diisi oleh almarhum. Selanjutnya penelitian yang akan dilakukan dibatasi pada keluarga inti saja (istri dan anak alamarhum) dengan pertimbangan bahwa keluarga inti akan merasakan kehilangan yang dalam. Dengan demikian dapat dengan mudah dilihat apakah pola pendampingan yang ada sekarang sudah cukup efektif. 4. Pemilihan Judul Berdasarkan latar belakang, pokok permasalahan, dan batasan masalah yang telah dipaparkan di atas maka penulis memberi judul pada skripsi ini: 18 Wright, H. Norman. Konseling Krisis. (Malang: Gandum Mas. 2005).Hlm 153

6 Tinjauan Terhadap Bentuk Pendampingan Pastoral bagi Keluarga yang Sedang Berduka Akibat Kematian Kepala Keluarga di GPIB Marga Mulya Yogyakarta 5. Tujuan Penulisan Tujuan penulis dalam penulisan ini adalah untuk: a. Mengetahui kekuatan dan kelemahan bentuk pendampingan pastoral terhadap keluarga yang sedang berduka akibat kematian kepala keluarga di GPIB Marga Mulya Yogyakarta. b. Mengetahui apakah bentuk pendampingan pastoral tersebut diatas sudah dapat membantu keluarga yang sedang berduka untuk mengalami proses berduka mereka secara utuh. 6. Metode Penulisan a. Penelitian lapangan dengan tujuan untuk memperoleh data yang konkret yang ada ditengah jemaat khususnya jemaat yang pernah mengalami pendampingan pastoral kedukaan tersebut di atas yang akan sangat mendukung tulisan penulis. Dalam penelitian lapangan, penulis menggunakan metode kuantitatif didukung dengan kualitatif. Ada pun responden dan informan yang dipilih adalah jemaat GPIB Marga Mulya Yogyakarta sebagai sasaran pedampingan pastoral dan pendeta GPIB Marga Mulya Yogyakarta sebagai pelaku pendampingan pastoral. Responden merupakan warga jemaat GPIB Marga Mulya Yogyakarta yang selama kurang lebih dua tahun terakhir (April 2006 Desember 2007) mengalami peristiwa kedukaan akibat kematian kepala keluarga. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2008 Januari Ada pun sasaran penelitiannya adalah keluarga inti almarhum (istri dan anak). Cara pengumpulan data adalah dengan menyebarkan angket bagi jemaat yang juga diperkuat dengan wawancara. Sedangkan pada pendeta dilakukan wawancara. Penelitian ini melibatkan dua orang pendeta jemaat sebagai pelaku pendampingan pastoral dan 14 orang warga jemaat sebagai sasaran pendampingan pastoral. Jumlah responden yang semula direncanakan 22 orang menyusut dikarenakan: - Menolak menjadi responden sebanyak satu orang.

7 - Alamat tidak jelas sehingga sulit dikunjungi sebanyak satu keluarga yang terdiri dari dua jiwa. - Satu orang responden tinggal dengan anak di Jakarta. - Satu anak masih terlalu kecil untuk dijadikan responden (batita). - Alamat terbaru tidak diketahui sebanyak satu orang. - Satu orang sudah menjadi mualaf. - Pada satu keluarga yang terdiri dari tiga responden hanya mengembalikan dua angket. b. Studi literatur yang akan penulis lakukan dengan menggunakan data-data dari berbagai literatur. Dengan tujuan untuk menganalisa data-data yang telah diperoleh dari penelitian lapangan dan wawancara. 7. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Dalam pendahuluan,penyusun menjelaskan: 1. Latar Belakang Permasalahan Pada poin ini penulis menjelaskan latar belakang permasalahan yaitu mengenai krisis kematian, pendampingan pastoral kedukaan yang biasa dilakukan, dan bagaimana gereja berperan dalam pendampingan tersebut. 2. Pokok Permasalahan Pada poin ini penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan yang nantinya akan dianalisa. 3. Batasan Permasalahan Pada poin ini penulis membatasi permasalahan pada bagaimana pendampingan pastoral yang dilayankan melalui rangkaian ibadah penghiburan, pemakaman, pengucapan syukur, dan perkunjungan dapat membantu keluarga yang berduka mengalami proses kedukaan secara utuh serta melihat kelemahan dan kelebihan yang ada. 4. Pemilihan Judul Pemilihan judul skripsi ini didasarkan pada latar belakang, pokok permasalahan, dan batasan permasalahan.

8 Bab II 5. Metode Penulisan Pada poin ini penulis menjelaskan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam rangka menyusun penulisan skripsi ini. Ada pun metode yang digunakan adalah penelitian lapangan yang dilakukan dengan menyebarkan angket dan wawancara serta studi literatur. 6. Sistematika Penulisan Skripsi ini ditulis menjadi empat bab sebagai berikut: BAB I Pendahuluan BAB II Pandangan pendeta dan warga jemaat mengenai bentuk pendampingan pastoral bagi keluarga yang sedang berduka. BAB III Teori pendampingan pastoral kedukaan dan analisa pola pendampingan pastoral kedukaan di GPIB Marga Mulya Yogyakarta. BAB IV Tinjauan terhadap bentuk pendampingan pastoral bagi keluarga yang sedang berduka di GPIB Marga Mulya Yogyakarta. Pandangan pendeta dan warga jemaat mengenai bentuk pendampingan pastoral bagi keluarga yang sedang berduka. Dalam bab ini penulis akan mendeskripsikan bentuk pendampingan pastoral bagi keluarga yang sedang berduka akibat kematian yang selama ini diterapkan di GPIB Marga Mulya Yogyakarta. Serta memaparkan hasil penelitian tentang pandangan jemaat dan pendeta tentang bentuk pendampingan pastoral yang diterapkan selama ini. Bab III Teori pendampingan pastoral kedukaan dan analisa pola pendampingan pastoral kedukaan di GPIB Marga Mulya Yogyakarta. Dalam bab ini penulis akan memaparkan beberapa teori mengenai bentuk pendampingan pastoral bagi keluarga yang sedang berduka. Penulis juga akan membandingkan hasil penelitian dengan literatur mengenai pendampingan pastoral bagi keluarga yang sedang berduka. Bab IV Tinjauan terhadap bentuk pendampingan pastoral bagi keluarga yang sedang berduka di GPIB Marga Mulya Yogyakarta. Dalam bab ini penulis memaparkan:

9 1. Analisa mengenai tanggapan pendeta dan warga jemaat mengenai bentuk pendampingan pastoral yang telah ada saat ini. Apakah pendampingan pastoral kedukaan ini telah cukup memenuhi kebutuhan keluarga yang sedang berduka serta membantu mereka untuk mengalami proses kedukaan mereka secara utuh. Melihat efektif atau tidakkah pola pendampingan pastoral kedukaan yang ada sekarang. 2. Analisa mengenai kekuatan serta kelemahan yang ada dalam bentuk pendampingan pastoral kedukaan tersebut. 3. Kesimpulan berkaitan dengan keseluruhan penulisan skripsi ini. 4. Saran berkaitan dengan hasil pembahasan pendampingan pastoral kedukaan di GPIB Marga Mulya Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menjalani proses kehidupan, peristiwa kematian tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Namun, peristiwa kematian sering menjadi tragedi bagi orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan berkembangnya jaman yang ditandai dengan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Maka kehidupan manusia juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia hidup tidak selamanya berada dalam kondisi dimana semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan dan diingininya. Ada saat dimana muncul ketegangan-ketegangan

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kasus hamil sebelum menikah saat ini bukan lagi menjadi hal yang aneh dan tabu dalam masyarakat. Dalam pemikiran banyak orang hasil akhirnya yang sangat menentukan

Lebih terperinci

1. LATAR BELAKANG MASALAH

1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam kehidupannya memiliki banyak kebutuhan, antara lain : kebutuhan untuk diperhatikan, mendapatkan bimbingan, pemeliharaan, asuhan, penghiburan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentunya pernah merasakan dan berada dalam keadaan sakit, baik itu sakit yang sifatnya hanya ringan-ringan saja seperti flu, batuk, pusing

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kehilangan seorang anggota keluarga yang dicintai karena dipisahkan oleh kematian merupakan salah satu pergumulan hidup yang berat, apalagi jika yang meninggal

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Gereja memiliki tugas untuk memelihara kehidupan warga jemaatnya secara utuh melalui berbagai kegiatan yang meliputi dimensi fisik, sosial, psikologis dan spiritual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Dilihat dari sudut pandang psikologi, pernikahan adalah ikatan resmi antara perempuan dan lakilaki sebagai pasangan suami-isteri, yang mempersatukan kedua

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI Permasalahan hidup yang dihadapi oleh warga jemaat Pola Tribuana Kalabahi meliputi beberapa aspek, yaitu aspek fisik, sosial,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal 1 Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan Kesetaraan laki-laki dan perempuan sudah seringkali dibicarakan dan diperjuangkan. Meski demikian, tetap saja kita tidak bisa mengabaikan kodrat seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Rasa sakit ternyata tidak hanya dipahami sebagai alarm bagi tubuh kita. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa teologi (frater) pada beberapa rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan salah satu fase dari kehidupan manusia. Memasuki jenjang pernikahan atau menikah adalah idaman hampir setiap orang. Dikatakan hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan di kota saat ini mulai dipenuhi dengan aktivitas yang semakin padat dan fasilitas yang memadai. Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri oleh gereja-gereja

Lebih terperinci

1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja?

1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja? LAMPIRAN INSTRUMENT PERTANYAAN KEPADA PENDETA JEMAAT 1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 2. Apa itu TIM DOA? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap budaya dari suatu kelompok masyarakat, pada dasarnya memiliki cara untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap budaya dari suatu kelompok masyarakat, pada dasarnya memiliki cara untuk BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Setiap budaya dari suatu kelompok masyarakat, pada dasarnya memiliki cara untuk menghadapi siklus kehidupan, salah satunya kematian. Didalamnya terdapat nilai-nilai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi. BAB I P E N D A H U L U A N 1. LATAR BELAKANG Konseling pastoral adalah salah satu bentuk pertolongan dalam pendampingan pastoral yang hingga kini mengalami perkembangan. Munculnya golongan kapitalis baru

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang di dunia lahir dan tumbuh dalam keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga asuh. Peran keluarga memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam era globalisasi yang sarat dengan teknologi dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam era globalisasi yang sarat dengan teknologi dan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era globalisasi yang sarat dengan teknologi dan perkembangan informasi sekarang ini, disadari atau tidak, gereja di tengah-tengah dunia sedang diperhadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada dasarnya setiap orang memiliki suatu gambaran tentang keluarga dan keluarga harmonis. Keluarga merupakan sistem sosial dari hubungan utama, yang memungkinkan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm. Bab I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah Selama ini di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dilakukan Perjamuan Kudus sebanyak empat kali dalam satu tahun. Pelayanan sebanyak empat kali ini dihubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat, seperti perubahan pola pikir, perubahan gaya hidup, perubahan sosial, perubahan teknologi, dan sebagainya, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padjajaran, 1974, hlm. 8 4 S.d.a

BAB I PENDAHULUAN. Padjajaran, 1974, hlm. 8 4 S.d.a BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Kanker sebetulnya bukanlah nama penyakit atau rasa sakit. Kanker merupakan sebuah nama untuk sekelompok besar bermacam-macam perasaan tidak sehat dengan

Lebih terperinci

UKDW. Bab I. Pendahuluan

UKDW. Bab I. Pendahuluan Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan Tak dapat dipungkiri bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, maka dari itu kehidupan seorang manusia yang dimulai dari kelahiran dan diakhiri dengan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 LATAR BELAKANG MASALAH Peristiwa kematian pada umumnya menimbulkan luka bagi kehidupan. Sebuah peristiwa kematian orang yang dikasihi biasanya diikuti oleh rasa kehilangan dan dukacita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH A.1. Latar belakang masalah Gereja merupakan sebuah kehidupan bersama yang di dalamnya terdiri dari orang-orang percaya yang tumbuh dan berkembang dari konteks yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar belakang permasalahan

BAB I. A. Latar belakang permasalahan BAB I A. Latar belakang permasalahan Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap manusia mendambakan dirinya selalu sehat agar bisa melakukan segala aktivitasnya tanpa adanya

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa ada begitu banyak tuntutan, tanggungjawab dan kewajiban yang tidak bisa diabaikan oleh seorang pendeta jemaat. Dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut : BAB V PENUTUP Pada bagian V ini, penulis akan memaparkan tentang kesimpulan dan saran. 5. 1. Kesimpulan Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal penting yang menjadi pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

BAB II GEREJA DAN PASTORAL

BAB II GEREJA DAN PASTORAL BAB II GEREJA DAN PASTORAL 2.1. Pengertian Gereja Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada ditengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan penderitaan, dan kebanyakan datang terlalu cepat". 1

BAB I PENDAHULUAN. dan penderitaan, dan kebanyakan datang terlalu cepat. 1 BAB I PENDAHULUAN Pengantar Woody Allen menyatakan, hidup penuh dengan kesengsaraan,kesepian dan penderitaan, dan kebanyakan datang terlalu cepat". 1 Pernyataan ini sebenarnya juga merupakan pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. LASILING, pada tanggal 20 dan 21 September 2005.

Bab I Pendahuluan. LASILING, pada tanggal 20 dan 21 September 2005. Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menjalani kehidupan di dunia ini manusia seringkali harus berhadapan dengan berbagai macam permasalahan. Permasalahan yang ada bisa menjadi beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. American Psychological Association (APA) mengartikan keluarga sebagai:

BAB I PENDAHULUAN. American Psychological Association (APA) mengartikan keluarga sebagai: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Psychological Association (APA) mengartikan keluarga sebagai: Suatu unit kekerabatan yang terdiri dari sekelompok individu yang disatukan oleh darah atau perkawinan,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

Keterampilan Penting bagi Konselor

Keterampilan Penting bagi Konselor e-konsel edisi 370 (10-3-2015) Keterampilan Penting bagi Konselor e-konsel Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen e-konsel -- Keterampilan Penting bagi Konselor Edisi 370/Maret 2015 Salam

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Buku ensiklopedia suku bangsa, yang oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap manusia pasti menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Namun dalam kenyataan kehidupan ini, manusia tidak bisa terhindar dari pergumulan hidup. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung. BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja 1 dipahami terdiri dari orang-orang yang memiliki kepercayaan yang sama, yakni kepada Yesus Kristus dan melakukan pertemuan ibadah secara

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1. Permasalahan

Bab I Pendahuluan 1. Permasalahan 1 Bab I Pendahuluan 1. Permasalahan Tidak ada yang kekal dalam kehidupan ini selain perubahan. Artinya, manusia setiap hari diperhadapkan pada serangkaian perubahan baik itu perubahan di dalam maupun di

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia tentunya memiliki keunikan di dalam kepribadian dan karakternya masingmasing. Di dalam kepelbagaian kepribadian yang unik dan berbeda, disitulah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang yang merencanakan untuk berkeluarga biasanya telah memiliki impian-impian akan gambaran masa depan perkawinannya kelak bersama pasangannya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus BAB V KESIMPULAN 5.1. Refleksi Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus hadir dalam tiga kesempatan yang berbeda: (1) Yesus membangkitkan anak Yairus (Matius 9:18-26, Markus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kehidupan manusia tidak pernah statis, ia senantiasa berada dalam sebuah proses yang tidak pernah berhenti. Dari pembuahan hingga berakhir dengan kematian,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang berpendapat bahwa siklus hidup manusia adalah lahir, menjadi dewasa, menikah, mendapatkan keturunan, tua dan mati. Oleh karena itu pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rasul Paulus merupakan salah seorang rasul yang berperan sangat penting dalam kelahiran dan pertumbuhan jemaat Kristen mula-mula, terutama bagi kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN DI GKJW SE-KABUPATEN JEMBER (Suatu Analisa dengan Menggunakan Teori Pertukaran Sosial) Tesis Diajukan kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Universitas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Peran pendeta secara umum dapat dilihat dalam fungsi konseling pastoral, yakni menyembuhkan, menopang, membimbing, memperbaiki hubungan, dan mengasuh. Dari hasil penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. 1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News,

BAB 1 Pendahuluan.  1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News, 1 BAB 1 Pendahuluan 1. 1. Latar Belakang Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 berkekuatan 5,9 Skala Richter pada kedalaman 17,1 km dengan lokasi pusat gempa terletak di dekat pantai pada koordinat

Lebih terperinci

Pdt. Dr. Retnowati, M. Si Pdt. Totok S. Wiryasaputra, Th.M

Pdt. Dr. Retnowati, M. Si Pdt. Totok S. Wiryasaputra, Th.M RAMBU SOLO SEBAGAI TINDAKAN PASTORAL TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains (M.Si) OLEH: Yekhonya F.T. Timbang 75 2011 033 Pembimbing:

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) terdapat sedikitnya tujuh faktor yang mempengaruhi perpindahan orang-orang Suku Karo dari Tanah Karo menuju wilayah-wilayah yang

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan Pada Bab II telah dijelaskan bahwa cara pandang Jemaat Gereja terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja tidak bisa lepas dari proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat seperti modernisasi dan sekularisasi. Perubahan akan menimbulkan permasalahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perasaan khawatir pada umumnya dikenal sebagai perasaan takut atau cemas. Tetapi perasaan khawatir akan lebih tepat apabila dimaknai sebagai perasaan cemas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah BAB V PENUTUP 4.1. Kesimpulan Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah pengkhianatan terhadap komitmen yang telah diikrarkan dan berdampak serius terhadap individu dan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

Pendampingan Pastoral Holistik di Megachurch (Sebuah Studi Tentang Pendampingan Pastoral Gereja Jemaat Kristen Indonesia Injil Kerajaan di Semarang)

Pendampingan Pastoral Holistik di Megachurch (Sebuah Studi Tentang Pendampingan Pastoral Gereja Jemaat Kristen Indonesia Injil Kerajaan di Semarang) Pendampingan Pastoral Holistik di Megachurch (Sebuah Studi Tentang Pendampingan Pastoral Gereja Jemaat Kristen Indonesia Injil Kerajaan di Semarang) Tesis Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana seseorang akan kehilangan orang yang meninggal dengan penyebab dan peristiwa yang berbeda-beda

Lebih terperinci

UKDW. Bab 1 Pendahuluan. 1. Latar Belakang

UKDW. Bab 1 Pendahuluan. 1. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut Erik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Menurut Erik Erikson, lingkungan di mana anak hidup sangat penting untuk memberikan pertumbuhan, penyesuaian, sumber kesadaran diri dan identitas. Dari pendekatan teori

Lebih terperinci

BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN PASTORAL KEDUKAAN. sampai kehilangan yang sangat menyesakkan.

BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN PASTORAL KEDUKAAN. sampai kehilangan yang sangat menyesakkan. BAB IV RELEVANSI KITAB AYUB DENGAN PENDAMPINGAN PASTORAL KEDUKAAN Pengertian kedukaan. Setiap manusia pernah mengalami kehilangan. Kehilangan dapat terjadi mulai dari yang dianggap remeh dan sederhana,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Remaja adalah sebuah masa kehidupan manusia yang berkisar antara usia 10-20 tahun 1, merupakan masa transisi atau peralihan dalam kehidupan seseorang. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA USAHA PENGEMBANGAN JAMUR DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) BOGOR. 4.1 Analisa Usaha Pengembangan Jamur di GBKP Bogor

BAB IV ANALISA USAHA PENGEMBANGAN JAMUR DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) BOGOR. 4.1 Analisa Usaha Pengembangan Jamur di GBKP Bogor BAB IV ANALISA USAHA PENGEMBANGAN JAMUR DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) BOGOR 4.1 Analisa Usaha Pengembangan Jamur di GBKP Bogor Bila dilihat dari hasil penelitian yang penulis telah lakukan, usaha

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. Orang-orang Tionghoa asli sudah datang ke pulau Jawa jauh sebelum kedatangan orang Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orang tua berperan sebagai figur pemberi kasih sayang dan melakukan asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan berperan

Lebih terperinci

TESIS. Diajukan Kepada Magister Sosiologi Agama Fakultas Teologi UKSW untuk Memperoleh Gelar Magister Sains. Nirmala Ch. W. Sinaga

TESIS. Diajukan Kepada Magister Sosiologi Agama Fakultas Teologi UKSW untuk Memperoleh Gelar Magister Sains. Nirmala Ch. W. Sinaga MAMBERE NAMALUM UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA SEBAGAI PENDAMPINGAN DAN KONSELING PASTORAL BERBASIS BUDAYA TESIS Diajukan Kepada Magister Sosiologi Agama Fakultas Teologi UKSW untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang paling sulit untuk dipelajari dan dimengerti dari segala makhluk di bumi. Meskipun memiliki bentuk dan organ tubuh yang sama namun sifat

Lebih terperinci

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan BAB I 1. 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta dipandang sebagai tugas panggilan dari Allah, karenanya pendeta biasanya akan dihormati di dalam gereja dan menjadi panutan bagi jemaat yang lainnya. Pandangan

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, warga jemaat GKJ (Gereja-Gereja Kristen Jawa) sesuai dengan tradisi

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, warga jemaat GKJ (Gereja-Gereja Kristen Jawa) sesuai dengan tradisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, warga jemaat GKJ (Gereja-Gereja Kristen Jawa) sesuai dengan tradisi dogmatis yang dianutnya, memahami bahwa penderitaan merupakan akibat keterputusan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan memberi sesuai dengan kemampuannya. Gereja adalah tempat setiap orang dalam menemukan belas kasih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) para pelayanan kebaktian anak dan remaja dikenal dengan sebutan pamong. Istilah pamong ini tidak ada dalam buku Tata Pranata GKJW

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN DAN KONSELING PASTORAL

PENDAMPINGAN DAN KONSELING PASTORAL PENDAMPINGAN DAN KONSELING PASTORAL PDT. HENDRI WIJAYATSIH, MA Dosen pada Fakultas Theologia Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta Abstraksi: Paul Tillich has properly pointed out the nature of caring

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci