III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

dokumen-dokumen yang mirip
III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Analisis Input-Output (I-O)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

III. METODE PENELITIAN

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

IV METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI INPUT OUTPUT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT)

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN SIMULASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUATU PEREKONOMIAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

Yofi et al., Analisis Peran Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi...

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu


BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang 1

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan kota jasa, hal tersebut tentunya sejalan dengan kondisi

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan. pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010 (PENDEKATAN INPUT-OUTPUT)

BAB IV ANALISA WILAYAH (Lanjutan-1)

permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4.49 triliun.

Economics Development Analysis Journal

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga,

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

Katalog BPS :

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

Analisis Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Model Input Output)

Transkripsi:

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. Model Input-Output adalah suatu analisis tentang perekonomian suatu wilayah yang bertujuan untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di suatu wilayah secara keseluruhan. Dengan demikian apabila terjadi perubahan tingkat produksi terhadap sektor tertentu, maka dampaknya terhadap sektor lain dapat terlihat. Selain itu analisis ini juga terkait dengan tingkat kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut melalui input primer (nilai tambah). Artinya, akibat perubahan tingkat produksi sektor-sektor tersebut, maka dapat dilihat seberapa besar kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut (Daryanto dan Yundy, 2010a). Model Input-Output untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Wassily Leontif pada tahun 1930 yang didasarkan pada pendekatan bahwa hubungan interdependensi antara suatu sektor dengan sektor lainnya dalam perekonomian dapat dinyatakan dalam persamaan linear. Menurut (Luthan, 1975) analisis Input- Output digunakan untuk melihat keadaan perekonomian berdasarkan besar kecilnya nilai ketergantungan suatu sektor terhadap sektor lain. Selain itu menurut (Glasson, 1977) model Input-Output dapat digunakan untuk meramalkan pengaruh pengganda output, pendapatan, dan tenaga kerja pada sektor ekonomi di suatu wilayah. Menurut Leontief, analisis Input-Output merupakan suatu metode yang sistematis mengukur hubungan timbal balik antara berbagai sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks, dimana ekonomi yang dimaksud dapat diterapkan pada sistem ekonomi suatu bangsa atau daerah (Daryanto dan Yundy, 2010).

33 Leontief memfokuskan perhatian terhadap hubungan antar sektor dalam satu wilayah. Konsep dasar dari Input-Output Leontief adalah : 1. Struktur perekonomian disusun dari berbagai sektor yang sama satu sama lain berinteraksi melalui transaksi jual beli. 2. Output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal, dan ekspor. 3. Input suatu sektor dibeli dari sektor lainnya dan rumah tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, surplus usaha dan impor. 4. Hubungan Input-Output bersifat linear. 5. Waktu analisis biasanya dilakukan dalam kurun waktu satu tahun dan total input sama dengan total output. 6. Suatu sektor hanya menghasilkan suatu Input-Output yang dihasilkan dari satu input. Model Input-Output dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain : (1) untuk analisis sektoral yang melukiskan hubungan pemerintah dan penawaran pada tingkat keseimbangan, (2) sebagai alat evaluasi pengaruh ekonomi pada investasi masyarakat terhadap perekonomian nasional dan regional, (3) sebagai alat peramalan dan perencanaan melalui mekanisme tertentu, (4) untuk analisis dampak sektor ekonomi, tenaga kerja dan pendapatan (Saragih, 2003). Penggunaaan Tabel Input-Output sebagai alat perencanaan maupun evaluasi terhadap pembangunan masih terbatas pada penggunaan Tabel Input- Output yang bersifat statis. Sebagaimana yang diketahui bahwa analisis dalam model statis menggunakan koefisien teknis, yang merupakan ukuran arus barang yang dibutuhkan untuk produksi yang sedang berjalan dalam suatu periode

34 tertentu. Kenyataannya kegiatan produksi suatu sektor juga dipengaruhi oleh beberapa input barang, khususnya barang modal yang digunakan sebagai penunjang terlaksananya proses produksi pada tahun yang bersangkutan. Dengan kata lain, dalam melaksanakan kegiatan produksinya suatu sektor mempunyai stok barang atau modal yang juga sangat dibutuhkan untuk menunjang keperluan produksinya. Dalam model Input-Output statis, barang modal merupakan variabel eksogen yang tidak berpengaruh terhadap jalannya proses produksi (Saragih, 2003). Penyusunan Tabel Input-Output yang bersifat statis (static model) diperlukan 3 asumsi atau prinsip dasar yang dikemukakan oleh (O Connor dan Henry, 1975) yaitu : 1. Keseragaman (Homogenitas) yaitu prinsip dimana suatu komoditi yang dihasilkan suatu sektor hanya satu (tunggal) dengan struktur tunggal pula dan tidak ada komoditi substitusi yang dihasilkan oleh sektor lainnya. 2. Kesebandingan (Proportionality) yaitu suatu prinsip dimana hubungan input dengan output dalam suatu proses produksi adalah berupa garis lurus dengan perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang proporsional (fungsi linear), artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan sektor tersebut. 3. Penjumlahan (Additivitas) yaitu suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan sektor merupakan penjumlahan efek pada masing-masing kegiatan. Sebagai suatu sistem data kuantitatif, persoalan pokok yang dihadapi dalam menyusun Input-Output adalah bagaimana mencatat dan menyajikan berbagai kegiatan

35 ekonomi yang tentunya sangat beraneka ragam baik sifatnya, cara berproduksi, serta cara melakukan transaksi kedalam suatu Tabel yang lengkap dan komprehensif. Tabel Input-Output mempunyai keterbatasan yaitu: pertama; koefisien input yang konstan selama periode analisis dan proyeksi sehingga teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam produksi juga dianggap konstan, kedua; biaya yang sangat tinggi untuk menyusun Tabel Input-Output dengan metode survei; dan ketiga semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor maka akan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang tidak terungkap dalam analisis (Daryanto dan Yundy, 2010b). Tabel Input-Output merupakan metode kuantitatif yang mampu memberikan gambaran tentang hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antar sektor ekonomi dalam perekonomian suatu wilayah secara menyeluruh pada satu tahun tertentu yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor (Djakapermana, 2010). Dalam model Input-Output pengaruh interaksi ekonomi dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis yaitu: (1) pengaruh langsung, (2) pengaruh tidak langsung, dan (3) pengaruh total. Pengaruh langsung atau direct effect merupakan pengaruh yang secara langsung dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan. Sementara pengaruh tidak langsung atau indirect effect menunjukkan pengaruh tidak langsung yang dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya tidak digunakan sebagai input dari sektor yang bersangkutan. Terakhir pengaruh total atau total

36 effect adalah pengaruh keseluruhan sektor dalam perekonomian (Daryanto dan Yundy, 2010b). Menurut (Daryanto dan Yundy, 2010a) pemakaian model Input-Output mendatangkan keuntungan bagi perencanaan pembangunan daerah yaitu, pertama; dapat memberikan deskripsi yang detail mengenai perekonomian nasional atau perekonomian regional dengan menguantifikasikan ketergantungan antar sektor dan sumber ekspor dan impor, kedua; perangkat permintaan akhir dapat ditentukan besaran output dari setiap sektor dan kebutuhannya akan faktor produksi dan sumber daya, ketiga; dampak perubahan permintaan terhadap perekonomian baik yang disebabkan oleh swasta ataupun pemerintah dan ditelusuri dan diramalkan secara terperinci, dan keempat; perubahan-perubahan teknologi dan harga relatif dapat diintegrasikan ke dalam model melalui perubahan koefisien teknik. Kegunaan Tabel Input-Output adalah untuk meneliti tingkat saling keterkaitan diantara berbagai sektor dalam suatu ekonomi. Selain itu Tabel Input- Outpun juga dapat melihat gambaran mengenai kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap ekonomi secara keseluruhan atau potensi pertumbuhan suatu sektor ekonomi tertentu. Tabel analisis Input-Output antara lain terdiri dari tabel koefisien input yang disebut matrik koefisien input, tabel atau matriks pengganda, tabel indeks daya menarik dan indeks daya mendorong serta berbagai tabel pendukung dan tabel analisis lainnya tergantung kepada luasnya bidang yang hendak dibahas. Format Tabel Input-Output bisa kita lihat pada Tabel 5.

37 Tabel 5. Tabel Input-Output Input s Output Sektor produksi Permintaan akhir Jumlah output 1 2... N 1 Z II Z 12. Z 1n F 1 X 1 2 Z 21 Z 22. Z 2n F 2 X 2 Sektor Prosuksi 3 Z 31 Z 32. Z 3n F 3 X 3........ N Z n1 Z n2. Z nn F n X n Input Primer V 1 V 2. V n Total Input X 1 X 2. X n Sumber: Daryanto dan Yundy (2010a) Berdasarkan Tabel Input-Output dalam Tabel 5, sektor produksi terdapat didalam kuadran I yaitu berisi kelompok produsen yang memanfaatkan berbagai sumberdaya dan menghasilkan barang dan jasa secara makro yang disebut dengan sistem produksi. Sektor yang terdapat didalam sistem produksi disebut sebagai sektor endogen, sedangkan sektor yang terdapat diluar sistem produksi pada kuadaran II, III dan IV dinamakan sektor eksogen. Selain digunakan untuk sistem produksi dalam permintaan antara, output juga digunakan diluar sistem produksi yaitu dalam bentuk permintaan akhir. Input antara dalam Tabel 5 diatas menjelaskan bahwa terjadi arus perpindahan barang antar sektor, yaitu dari sektor i ke sektor j. Selain perpindahan antar sektor, perpindahan antar sektor dalam sektor inti seperti, sektor i dengan sektor i kemungkinan bisa terjadi (perpindahan intrasektor). Notasi Zij merupakan perpindahan barang dari sektor i ke sektor j, sedangkan nilai total output sektor i diberi notasi X. Susunan angka-angka dalam bentuk matrisk memperlihatkan suatu hubungan saling berkaitan diantara beberapa sektor. Sektor 1, outputnya

38 berjumlah Z 1 yang dialokasikan secara baris yaitu Z 11, Z 12, Z 13 berturut-turut kepada sektor 1,2,3 sebagai permintaan antara sebanyak F 1 untuk memenuhi permintaan akhir. Alokasi output dapat dialokasikan dalam bentuk persamaan berikut: Z 11 + Z 12 + Z 13 + F 1 = X 1 Z 21 + Z 22 + Z 23 + F 2 = X 2 Z 31 + Z 32 + Z 33 + F 3 = X 3 Secara umum persamaan diatas dapat dirumuskan menjadi : n j= 1 = Zij + Fi = Xi i = 1,2,3...,n (5) dimana: Z ij F i Xi = Banyaknya output sektor listrik (i) digunakan sebagai input sektor pertambangan (j) = Permintaan akhir terhadap sektor listrik (i) = Total output sektor listrik (i) Sedangkan isian vertikal terutama di sektor produksi menunjukkan struktur input suatu sektor. Susunan input untuk 3x3 sektor produksi dapat dinotasikan dalam bentuk persamaan sebagai berikut: Z 11 + Z 12 + Z 13 + V 1 = X 1 Z 21 + X 22 + Z 23 + V 2 = X 2 Z 31 + Z 32 + Z 33 + V 3 = X 3 Persamaan umum yang menyatakan hubungan antar kolom dinotasikan sebagai berikut: dimana: n j= 1 = Zij + Vj = Xj.. (6) j = 1,2,3,n

39 Z ij = Banyaknya output sektor listrik (i ) digunakan sebagai input sektor pertambangan (j) V j = Input Primer = Total input sektor pertambangan (j) X j Dalam analisis Input-Output sistem persamaan-persamaan tersebut diatas mempunyai peranan penting sebagai dasar analisis ekonomi. Apabila persamaan (2) disubstitusikan ke persamaan (1) maka persamaan tersebut menjadi persamaan berikut: a 11 X 1 + a 12 X 2 + a 13 X 3 + F 1 = X 1 a 21 X 1 + a 22 X 2 + a 23 X 3 + F 2 = X 2 a 31 X 1 + a 32 X 2 + a 33 X 3 + F 3 = X 3 Dalam bentuk persamaan matriks menjadi: a a a a a a a a a X X X + F F F = X X X A X + F = X Dengan menyederhanakan matematis, persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut: AX + F = X F = X- AX F = (I- A) X (7) I merupakan matrix identiti, dari persamaan (3) tersebut maka dapat diperoleh persamaan: X = (I-A) -1 F (8) dimana (I-A) -1 merupakan matriks kebalikan dari (I-A), dan dikenal dengan Leontif Inverse Matriks. Berdasarkan matriks tersebut maka dapat diketahui

40 jumlah kebutuhan input baik langsung maupun tidak langsung untuk setiap satu unit output. (I-A) X = F... (9) Dimana I adalah matriks identitas berukuran n x n, A adalah matriks koefisien Input-Output dan F adalah total permintaan akhir (final demand) sedangkan X dan F vektor kolom yang berbentuk : X = X X X sedangkan F = F F F Apabila terdapat perubahan dalam permintaan akhir maka akan ada pula perubahan pola pendapatan daerah. Kondisi diatas dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: X = (I-A) -1 F. (10) Total permintaan akhir (Final Demand) tersebut adalah variabel eksogen, salah satu komponennya adalah pengeluaran pemerintah yang jumlahnya diatur oleh pemerintah itu sendiri. Sementara itu komponen dari permintaan akhir, terdiri dari : konsumsi rumah tangga, investasi, ataupun ekspor adalah variabel yang besarnya dapat dipengaruhi oleh pemerintah dengan berbagai kebijakan. Apabila pemerintah mempunyai target untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tertentu,maka pemerintah dapat memilih kebijakan apa yang akan digunakan untuk mendorong permintaan akhir. Dalam konteks ini permintaan akhir dapat dijadikan alat pengambil kebijakan pemerintah. Dalam penyusunan Tabel Input-Output diperlukan tersedianya data yang rinci dari seluruh kegiatan ekonomi. Data tersebut dapat diperoleh melalui survei khusus, tentunya memerlukan biaya yang mahal, waktu yang lama dan tenaga

41 kerja yang besar. Oleh karena itu dikembangkan suatu metode non survei untuk penyusunan Tabel Input-Output yang diturunkan dari Tabel Input-Output sebelumnya. Salah satu metode yang digunakan dalam penurunan Tabel Input- Output adalah dengan menggunakan metode RAS. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Stone dan Brown, yaitu merupakan metode yang menggunakan model matematika untuk menggunakan matriks diagonal r dan s dengan menggunakan data output, penjualan antar sektor dan nilai total sektoral pada periode yang dijadikan dasar penurunan (Hotman, 2006). Sesudah r dan s ditentukan maka matriks A t= ras.. (11) Faktor r dalam diagonal matriks tersebut merupakan faktor substitusi, yaitu merupakan faktor yang mengakibatkan perubahan proporsi penggunaan input melalui efek substitusi. Sedangkan faktor s dalam matriks tersebut menunjukkan perubahan proporsi penggunaan input antara dan primer dalam produksi suatu sektor. 3.2. Permintaan dan Penawaran Dalam Pembangunan Ekonomi Pada periode tertentu jumlah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa disuatu daerah dan negara akan mencapai jumlah tertentu. Jumlah permintaan tersebut akan digunakan oleh sektor produksi dalam rangka kegiatan produksinya yang disebut sebagai permintaan antara. Permintaan itu digunakan untuk konsumsi akhir domestik dan selebihnya digunakan untuk ekspor (baik luar negeri maupun Provinsi lain). Dan apabila dilihat dari sisi penawaran barang dan jasa yang ditawarkan, berasal dari produksi domestik daerah tersebut atau yang berasal dari luar daerah bahkan dari luar negeri (BPS, 2008).

42 Berdasarkan permintaan dan penawaran pada setiap sektor dapat diketahui sektor mana yang merupakan produsen utama untuk suatu produk tertentu. Misalkan berdasarkan nilai outputnya, produsen utama adalah sektor pertanian selanjutnya dapat ditelusuri sektor mana yang mengalami surplus yang tinggi ataupun yang paling rendah yang dinilai berdasarkan selisih antara jumlah permintaan dan penawaran 3.2.1. Output Output pengertiannya dalam Tabel Input-Output adalah output domestik yaitu nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di wilayah dalam negeri tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Dalam hal ini pelaku produksi dapat berupa perusahaan dan perorangan dari dalam negeri atau perusahaan asing (BPS, 2008a). Bagi unit usaha yang produksinya berupa barang maka output merupakan hasil perkalian kuantitas produksi yang bersangkutan dengan harga produsen perunit barang. Sedangkan bagi unit usaha yang bergerak di bidang jasa, maka output merupakan nilai persamaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain. Output dinilai atas dasar harga produsen (harga pabrik), yaitu harga yang diterima oleh produsen. Penggunaan harga enceran atau harga pasar tidak tepat digunakan dalam melihat perkembangan nilai output dalam Tabel Input-Ouput, dikarenakan dalam harga pasar didalamnya sudah termasuk margin distribusi yang seharusnya menjadi output dari sektor perdagangan dan pengangkutan. Sementara itu, output untuk kegiatan jasa merupakan nilai dari jasa yang diberikan pihak lain. Dalam kerangka model Input-Output, output biasanya dinotasikan dengan X (X i atau X j ).

43 3.2.2. Struktur Nilai Tambah Input primer atau lebih dikenal dengan nilai tambah merupakan balas jasa yang diciptakan kepada faktor-faktor produksi yang berperan dalam proses produksi. Balas jasa tersebut misalnya berupa upah dan gaji karyawan, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak lansung. Upah dan gaji merupakan balas jasa yang diberikan kepada buruh dan karyawan baik dalam bentuk uang maupun barang, termasuk dalam upah dan gaji adalah semua tunjangan dan bonus yang diberikan perusahaan kepada pekerja. Semua pendapatan pekerja tersebut masih dalam bentuk bruto sebelum dipotong pajak penghasilan (BPS, 2008a). Surplus usaha mencakup sewa properti (tanah, hak cipta/ patent), bunga netto (bunga yang diterima dikurangi bunga yang dibayar) dan keuntungan perusahaan. Keuntungan perusahaan dalam bentuk bruto adalah keuntungan sebelum dibagikan kepada pemilik saham berupa dividen dan sebelum dipotong pajak perseroan. Penyusutan merupakan nilai penyisihan keuntungan perusahaan untuk akumulasi pengganti barang modal yang habis dipakai. Sedangkan Pajak Tak Langsung merupakan pajak yang dikenakan pemerintah untuk setiap transaksi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan seperti pajak pertambahan nilai (PPN). Dalam model Input-Output, nilai tambah biasanya dinotasikan V j, dan untuk setiap komponennya digunakan notasi h. Artinya V hj merupakan nilai tambah yang diciptakan di sektor j untuk komponen h. 3.2.3. Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi 3.2.3.1. Keterkaitan ke Depan Keterkaitan ke depan (forward linkage) antar sektor ekonomi akan digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu perekonomian. Keterkaitan biasanya

44 dirumuskan menjadi keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage) dan keterkaitan tidak langsung ke depan (indirect forward linkage). Keterkaitan ke depan menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan ouput yang dihasilkan (Daryanto dan Yundy, 2010a). 3.2.3.2. Keterkaitan ke Belakang Keterkaitan ke belakang (backward linkage) antar sektor ekonomi dipergunakan untuk perumusan strategi pembangunan ekonomi lain, dengan melihat keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage) dan keterkaitan tidak langsung ke belakang (indirect backward linkage). Keterkaitan ke belakang menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan menghasilkan output suatu sektor (Daryanto dan Yundy, 2010a). 3.2.4. Dampak Penyebaran 3.2.4.1. Daya Penyebaran Daya penyebaran (power of dispersion) mencerminkan permintaan suatu sektor terhadap sektor-sektor produksi lain. Jumlah daya penyebaran menunjukkan dampak dari satu unit permintaan akhir suatu sektor terhadap pertumbuhan ekonomi masing-masing sektor secara keseluruhan (Daryanto dan Yundy, 2010a). Daya penyebaran (power of dispersion) merupakan istilah lain dari efek pengganda output (output multiplier). Untuk keperluan perbandingan antar sektor, efek pengganda output ini dinormalkan dengan cara membagi rata-rata dampak suatu sektor dengan rata-rata dari seluruh sektor. Jumlah daya penyebaran

45 merupakan salah satu ukuran untuk melihat keterkaitan ke belakang (backward linkage). 3.2.4.2. Derajat Kepekaan Derajat kepekaan (degree of sensitivity) mencerminkan suatu sektor dalam mensuplai sektor-sektor produksi lainnya. Jumlah derajat kepekaan menunjukkan pembentukan output disuatu sektor dipengaruhi oleh permintaan akhir masingmasing sektor perekonomian (Daryanto dan Yundy, 2010a). Derajat kepekaan tidak dapat dipisahkan dari daya penyebaran karena keduanya memiliki hubungan saling keterkaitan. Sama dengan daya penyebaran untuk melihat perbandingan antar sektor, maka derajat kepekaan dapat diketahui dengan cara membagi rata-rata dampak suatu sektor dengan rata-rata dari seluruh Sektor. Jumlah derajat kepekaan merupakan salah satu ukuran untuk melihat keterkaitan ke depan (forward linkage). 3.2.5. Multiplier 3.2.5.1. Multiplier Output Multiplier output merupakan nilai total dari output atau produksi yang dihasilkan oleh perekonomian akibat adanya perubahan satu unit permintaan akhir suatu sektor. Peningkatan permintaan sektor-j tidak hanya meningkatkan output sektor tersebut, akan tetapi mampu meningkatkan output sektor lain dalam perekonomian (Daryanto dan Yundy, 2010a). Dengan demikian angka pengganda output menunjukkan nilai total dari output yang dihasilkan oleh perekonomian untuk memenuhi adanya perubahan satu unit permintaan akhir di suatu sektor. Jika terjadi perubahan permintaan akhir

46 dalam model Input-Output, maka akan terjadi perubahan output yang diproduksi oleh sektor-sektor produksi di perekonomian. 3.2.5.2. Multiplier Pendapatan Multiplier pendapatan disebut juga efek pendapatan (income effect) dari model Input-Output. Nilai multipler pendapatan sering disebut juga pendapatan rumah tangga dimana suatu sektor menunjukkan jumlah pendapatan rumah tangga total yang tercipta akibat adanya satu unit permintaan akhir, maka multipler pendapatan mencoba menterjemahkan peningkatan permintaan akhir tersebut dalam bentuk pendapatan rumah tangga (Daryanto dan Yundy, 2010a). Dengan kata lain efek pendapatan dapat mengukur perubahan pendapatan yang diterima oleh rumah tangga (penyedia tenaga kerja dalam perekonomian) yang diakibatkan oleh perubahan dalam pengeluaran permintaan akhir. Perubahan pendapatan ini dapat dilihat dari mengkonversi setiap elemen dalam suatu kolom khusus dari (I-A) -1 yang mengukur nilai dari efek output langsung dan tidak langsung ke dalam pendapatan rumah tangga melalui koefisien-koefisien input rumah tangga. 3.2.5.3. Multiplier Tenaga Kerja Selain terhadap pendapatan, estimasi juga bisa dilakukan terhadap hubungan nilai output dari suatu sektor dengan tenaga kerja dari sektor tersebut. Multipler tenaga kerja merupakan efek total dari perubahan lapangan pekerjaan di perekonomian akibat adanya satu unit perubahan permintaan akhir di suatu sektor tertentu (Daryanto dan Yundy, 2010a). Multiplier tenaga kerja pada dasarnya sama dengan multiplier pendapatan. Perbedaannya yang utama adalah multiplier tenaga kerja dinyatakan dalam satuan

47 lapangan kerja. Sehingga efek pengganda tenarga kerja bisa dihitung untuk masing-masing sektor dalam perekonomian. 3.3. Perencanaan Penetapan Prioritas Output Sektor Ekonomi Penetapan suatu target prioritas permintaan output adalah suatu besaran angka yang menggambarkan kondisi perekonomian secara umum yang dicapai dalam kurun waktu perencanaan tersebut. Permintaan akhir dalam model Input- Output terdiri dari konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor (BPS, 2008b). Permintaan akhir ini merupakan produk barang dan jasa yang nantinya digunakan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat, selama permintaan ini dipenuhi oleh penyediaan. Untuk menentukan komponen permintaan akhir, maka akan menentukan arah pembangunan suatu perekonomian. Pertumbuhan masingmasing komponen ditunjukkan dengan persentase, dan tingkat persentase untuk masing-masing komponen dilakukan sesuai perencanaan. Pengeluaran konsumsi rumahtangga mencakup semua pembeliaan barang dan jasa oleh rumahtangga, baik makanan maupun yang bukan makanan. Selain itu barang tahan lama (durable goods), seperti perlengkapan rumah tangga, kendaraan bermotor masih termasuk kedalam pengeluaran konsumsi rumah tangga. Sedangkan pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup semua pembelian barang dan jasa oleh pemerintah yang bersifat rutin (current expenditures), termasuk pembayaran gaji para pegawai (belanja pegawai). Sementara itu yang mencakup kedalam pembentukan modal tetap adalah semua pengeluaran untuk pengadaan barang modal baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. Barang modal terdiri dari

48 bangunan/kontruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan, serta barang modal lainnya. Sedangkan perubahan stok pembentukan modal (tidak tetap) diperoleh dari selisih antara stok akhir dan stok awal dalam periode penghitungan. Stok merupakan hasil produksi yang belum sempat dijual oleh pedagang sebagai barang dagangan dengan menggunakan harga produsen, sedangkan oleh konsumen stok dianggap sebagai barang inventory yang belum sempat digunakan. Adapun ekspor dan impor dalam permintaan akhir merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk disuatu daerah dengan penduduk di daerah lain, baik penduduk di Provinsi lain maupun luar negeri. 3.4. Kerangka Pemikiran Konseptual Suatu daerah akan berkembang apabila memiliki sumberdaya ekonomi (economic resources) yang mampu menunjang pertumbuhan perekonomian daerah. Sumber daya tersebut adalah tenaga kerja (labour) dan sumber daya modal (capital). Kedua sumber daya tersebut dalam ilmu ekonomi disebut sebagai faktor-faktor produksi (factor of production). Oleh karena itu keberhasilan suatu daerah akan dilihat dari sumber daya dan potensi yang dimiliki daerah tersebut sehingga daerah tersebut bisa menyumbangkan PDRB yang banyak dalam rangka pertumbuhan ekonomi daerah. Gambar 1 menunjukkan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan ekonomi kebijakan pemerintah di Provinsi Aceh sangat diperlukan terutama untuk meningkatkan laju pertumbuhan sektor ekonomi. Pembangunan perekonomian di Aceh ditentukan oleh perkembangan semua sektor ekonomi terutama sektor yang menjadi andalan, dimana sektor tersebut mampu menciptakan output, nilai tambah, ekspor meskipun ada sebagian kecil

49 yang di impor. Pada umumnya sektor ekonomi di Aceh memiliki hubungan keterkaitan antara satu sektor dengan sektor yang lain dimana output yang dihasilkan sektor tersebut dijadikan input oleh sektor lain. Dalam pembangunan, sektor ekonomi memiliki peranan yang cukup besar, ini dapat dilihat dari kontribusi yang diberikan oleh masing-masing sektor terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto. Semakin besar sumbangan sektor ekonomi dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto maka pembangunan ekonomi di daerah Aceh akan semakin baik. Selain itu sektor ekonomi memiliki hubungan keterkaitan dengan pengeluaran konsumsi pemerintah. Semakin besar pengeluaran pemerintah yang dialokasikan terhadap pembangunan sektor ekonomi maka akan semakin baik pertumbuhan sektor ekonomi, karena mampu menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas sehingga pendapatan masyarakat akan semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya pendapatan masyarakat maka konsumsi rumahtangga juga akan semakin meningkat, yang pada akhirnya kesejahteraan kehidupan masyarakat di Provinsi Aceh akan terwujud. Kebijakan Pemerintah Perekonomian Aceh Nilai Tambah Sektor Ekonomi Konsumsi Pemerintah Output PDRB Kesempatan Kerja Ekspor Impor Pertumbuhan Ekonomi Aceh Tingkat Pendapatan Kesejahteraan Masyarakat Konsumsi Masyarakat Gambar 1: Kerangka pemikiran konseptual

50 3.5. Hipotesis Berdasarkan dari semua bahasan yang dikemukakan maka hipotesis dari penelitian ini adalah : 1. Sektor pertanian dan pertambangan di Provinsi Aceh mampu memberikan kontribusi dalam pembangunan ekonomi. 2. Seluruh sektor ekonomi memiliki hubungan saling keterkaitan, baik keterkaitan ke depan (forward linkage) maupun keterkaitan ke belakang (backward linkage). 3. Perubahan permintaan akhir akan berpengaruh terhadap penciptaan output, pendapatan dan tenaga kerja diseluruh sektor ekonomi. 4. Perubahan pengeluaran konsumsi pemerintah, rumah tangga dan ekspor akan berpengaruh terhadap pembangunan sektor ekonomi.