Simulasi Model Gelombang Pasang Surut dengan Metode Beda Hingga

dokumen-dokumen yang mirip
Perbandingan Model Black Scholes dan Brennan Schwartz untuk Menentukan Harga American Option

SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *)

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika

KONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

Metode Asimilasi Data sebagai Estimasi Penyelesaian Masalah-masalah Lingkungan

BAB II DASAR TEORI. Aliran hele shaw..., Azwar Effendy, FT UI, 2008

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Penurunan Persamaan Air Dangkal

DASAR SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

3. METODOLOGI PENELITIAN

KONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

Transformasi Gelombang pada Batimetri Ekstrim dengan Model Numerik SWASH Studi Kasus: Teluk Pelabuhan Ratu, Sukabumi

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG. Sri Redjeki Pudjaprasetya

Prof. Dr. Ir. Sari Bahagiarti, M.Sc. Teknik Geologi

Perbandingan Metode Kalman Filter, Extended Kalman Filter, dan Ensemble Kalman Filter pada Model Penyebaran Virus HIV/AIDS

Estimasi Solusi Model Pertumbuhan Logistik dengan Metode Ensemble Kalman Filter

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PRINSIP DASAR HIDROLIKA

DESAIN PENGENDALIAN PINTU AIR DENGAN METODE SLIDING MODE CONTROL (SMC)

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

SEMINAR TUGAS AKHIR. Penerapan Metode Ensemble Kalman Filter untuk Estimasi Kecepatan dan Ketinggian Gelombang Non Linear pada Pantai

Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Bidang Inklinasi

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

Kata kunci : Penelusuran banjir, Penyelesaian Numerik, Metode Volume Hingga, QUICK.

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi

STUDI PERPINDAHAN PANAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOORDINAT SEGITIGA

2. TINJAUAN PUSTAKA. Letak geografis Perairan Teluk Bone berbatasan dengan Provinsi Sulawesi

Hidraulika Komputasi

Solusi Persamaan Laplace Menggunakan Metode Crank-Nicholson. (The Solution of Laplace Equation Using Crank-Nicholson Method)

SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan

Bab III Solusi Dasar Persamaan Lapisan Fluida Viskos Tipis

Analisis Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Model Slip di Bawah Pengaruh Gaya Gravitasi

Persamaan Diferensial

Parameter Yang Mempengaruhi Distribusi Aliran Debris

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Air Dangkal Linier (Linier Shallow Water Equation)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

PENGARUH LAJU ALIRAN SUNGAI UTAMA DAN ANAK SUNGAI TERHADAP PROFIL SEDIMENTASI DI PERTEMUAN DUA SUNGAI MODEL SINUSOIDAL

ALGORITMA ADAPTIVE COVARIANCE RANK UNSCENTED KALMAN FILTER UNTUK ESTIMASI KEADAAN PADA PERSAMAAN AIR DANGKAL

Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

METODE FINITEDIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS

Aplikasi Persamaan Bessel Orde Nol Pada Persamaan Panas Dua dimensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TRANSPOR POLUTAN. April 14. Pollutan Transport

TUGAS AKHIR. OLEH : Mochamad Sholikin ( ) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki Widodo, M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan. truk dengan penambahan pada bagian atap kabin truk berupa

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

Simulasi Numerik Aliran Fluida pada Permukaan Peregangan dengan Kondisi Batas Konveksi di Titik-Stagnasi

I. PENDAHULUAN. II. DASAR TEORI Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

ANALISIS MODEL SAINT-VENANT PADA ALIRAN AIR KANAL BERBASIS DESKTOP APPLICATION

BAB II PERSAMAAN KUADRAT DAN FUNGSI KUADRAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENYELESAIAN PERSAMAAN PANAS BALIK (BACKWARD HEAT EQUATION) Oleh: RICHA AGUSTININGSIH

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA

Persamaan Chezy. Pada aliran turbulen gaya gesek sebanding dengan kuadrat kecepatan. Persamaan Chezy, dengan C dikenal sebagai C Chezy

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta

PEMODELAN ARUS LALU LINTAS ROUNDABOUT

(2) Dimana : = berat jenis ( N/m 3 ) g = percepatan gravitasi (m/dt 2 ) Rapat relatif (s) adalah perbandingan antara rapat massa suatu zat ( ) dan

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

Prosiding Matematika ISSN:

Reflektor Gelombang Berupa Serangkaian Balok

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

HIDROLIKA DAN JENIS ALIRAN DALAM SALURAN

Pemodelan Penjalaran Gelombang Tsunami Melalui Pendekatan Finite Difference Method

DAFTAR NOTASI. A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1)

Solusi Numerik Persamaan Gelombang Dua Dimensi Menggunakan Metode Alternating Direction Implicit

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI

Analisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA

Hidraulika Saluran Terbuka. Pendahuluan Djoko Luknanto Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM

I Putu Gustave Suryantara Pariartha

PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD

Bab III Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Bab 3 MODEL MATEMATIKA INJEKSI SURFACTANT POLYMER 1-D

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYELESAIAN MODEL DISTRIBUSI SUHU BUMI DI SEKITAR SUMUR PANAS BUMI DENGAN METODE KOEFISIEN TAK TENTU. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H.

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYELESAIAN PERSAMAAN POISSON 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN CONJUGATE GRADIENT

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

Penyelesaian Persamaan Poisson 2D dengan Menggunakan Metode Gauss-Seidel dan Conjugate Gradient

METODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT

JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK

SOBEK Hidrodinamik 1D2D (modul 2C)

PENGANTAR OCEANOGRAFI. Disusun Oleh : ARINI QURRATA A YUN H

Model Numerik 1-Dimensi Aliran di Sungai dengan Metode Differensi Hingga Skema Staggered Grid, Study Kasus Kali Kemuning-Sampang Madura ABSTRAK

Prinsip ketetapan energi dan ketetapan t momentum merupakan dasar penurunan persamaan aliran saluran. momentum. Dengan persamaan energi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aplikasi Metode Meshless Local Petrov- Galerkin (MLPG) Pada Permasalahan Sedimentasi Model Sungai Shazy Shabayek BY SOFWAN HADI

Transkripsi:

J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 2, No. 2, Nov 2005, 93 101 Simulasi Model Gelombang Pasang Surut dengan Metode Beda Hingga Lukman Hanafi, Danang Indrajaya Jurusan Matematika FMIPA ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya, 60111 lukman@matematika.its.ac.id Abstrak Beberapa pesisir laut di Indonesia memiliki kondisi pasang surut yang cukup tinggi. Hal ini dapat mempengaruhi pembangunan sektoral dan regional yang dilakukan pemerintah maupun swasta yang berlangsung secara intensif di daerah pesisir. Untuk itu, diperlukan suatu perangkat untuk memperkirakan kondisi pasang surut perairan dalam mendukung perencanaan suatu bangunan laut. Salah satu metode numerik yang digunakan untuk menghitung ketinggian dan kecepatan suatu gelombang pasang surut adalah metode beda hingga. Dalam makalah ini dibahas mengenai pembentukan model matematika gelombang pasang surut dan implementasinya, yaitu perhitungan numerik dengan metode beda hingga dengan simulasi grafiknya. Kata kunci: beda hingga, gelombang pasang surut, simulasi 1. Pendahuluan Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan. Dua lautan besar yakni Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik dan posisinya yang bera- 93

94 Simulasi Model Gelombang Pasang Surut dengan Metode Beda Hingga da di garis katulistiwa menyebabkan kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar. Perubahan pasang surut permukaan air laut dapat mempengaruhi pembangunan sektoral dan regional yang dilakukan pemerintah maupun swasta yang berlangsung secara intensif di daerah pesisir. Mengingat saat ini daerah pantai telah dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi daerah pariwisata, transportasi, eksplorasi lepas pantai, industri, pusat perdagangan dan lain-lain. Perubahan pasang surut permukaan air laut juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Sumber energi pasang surut bersifat bukan saja dapat diperbaharui tetapi juga tidak menghasilkan polusi sebagaimana energi air. Mengingat sumberdaya energi hidrokarbon Indonesia akan terus menyurut dan bahkan habis di suatu saat, perlu sejak dini dilakukan eksplorasi dan pengkajian pemanfaatan energi pasang surut mengingat posisi negara Indonesia yang dikelilingi lautan dengan potensi energi pasang surut cukup besar. Untuk itu, diperlukan suatu perangkat untuk membantu proses pengkajian gelombang pasang surut. Dengan simulasi dari model matematika, dapat diprediksikan suatu karakteristik dari gelombang pasang surut. 2. Konstruksi Model Matematika Gelombang Gambar 1 menunjukkan situasi volume kendali dari aliran tidak tunak (non-steady flow) dengan kedalaman air h dan kecepatan rata-rata adalah fungsi pada posisi x dan waktu t. Lebar aliran b adalah fungsi x. Gambar 1: Volume kendali dari aliran tidak tunak terbuka Debit Q = u dz = b hu A Perubahan massa fluida dalam waktu t berkaitan dengan perubahan ketinggian permukaan fluida adalah: ρb(h + δh δt ) x ρbh x = ρbδh t x (1) δt

Lukman Hanafi, Danang Indrajaya 95 Perubahan massa fluida dalam waktu t yang berkaitan dengan nilai keluar masuknya fluida adalah: ρq t ρ(q + δq δx ) t = ρδq t x (2) δx Dengan menyamakan ekspresi Persamaan 1 dan 2 diperoleh persamaan kontinuitas: b δh δt + δq δx = 0 (3) Persamaan dasar kedalaman rata-rata (depth-average) yang melukiskan fenomena gelombang panjang adalah persamaan aliran permukaan bebas (free surface flow) untuk aliran homogen satu dimensi Gambar 2: Diagram skematik aliran permukaan bebas Persamaan gerak pada sumbu-x berdasarkan Gambar 2 diatas, dimana gayagaya eksternal diabaikan dan ρ adalah konstan [3] adalah : δq δt + δ δx ) (α Q2 + ga δz s A δx + Q ρ τ b gi b = 0 (4) Dengan merepresentasikan tekanan alas (bottom-shear stress) sebagai maka persamaan geraknya menjadi: δq δt + δ ) (α Q2 + ga δz s δx A δx + g C 2 A 2 R Q Q gi b = 0 (5) dimana: Q = Au, A = bh, R = A O dan z s = h + z b b = Lebar aliran (konstan pada waktu). h = Rata-rata kedalaman air laut Q = Debit A = Daerah aliran R = Radius hidraulik

96 Simulasi Model Gelombang Pasang Surut dengan Metode Beda Hingga O = Garis keliling dari dasar aliran C = Koefisien Chezy u = Rata-rata kecepatan aliran. z b = Ketinggian alas rata-rata diatas bidang horizontal. z s = h + z b = Ketinggian permukaan laut diatas bidang horizontal. α = koefisien ( 1). i b = Kemiringan alas. x = Koordinat horizontal. g = Percepatan gravitasi. Dengan subtitusi Q = bhu, persamaan kontinuitas (3) menjadi δh δt + δ (uh) = 0 (6) δx Pada kasus pada saluran yang luas (b >> h) dengan lintang penampang segiempat dan luas yang konstan, diasumsikan R = h. Ketinggian alas rata-rata (z b ) diatas bidang horizontal sama dengan nol dengan nilai α = 1.,z b = 0, dimana A = bh, Q = bhu, z s = z b + h maka persamaan gerak menjadi : δu δt + uδu δx + g δh δx + g C 2 h u u gi b = 0 (7) 3. Persamaan Kontinuitas dan Gerak Gelombang Pasang Surut Dasar persamaan kontinuitas dan persamaan gerak gelombang pasang surut adalah persamaan gelombang harmonik progresif [3]. Gelombang harmonik progresif adalah sebuah gelombang berkala yang dilukiskan oleh fungsi sinus dan cosinus. Amplitudo gelombangnya adalah relatif kecil pada perairan dalam sehingga kecepatannya juga kecil. Percepatan konvektif (uδu/δx) pada Persamaan 7 dapat diabaikan dan dengan mengasumsikan konstanta friksi, c f = g u C 2 h, (dimana i b = 0), maka Persamaan (7) menjadi: δu δt + g δh δx + c f u = 0 (8) Substitusi Persamaan (6) dengan h = D + ζ, dengan (ζ << h), dimana D adalah konstan, maka diperoleh persamaan kontinuitas δζ δt + D δu δx = 0 (9)

Lukman Hanafi, Danang Indrajaya 97 Gambar 3: Gelombang Pasang Surut Laut Substitusi Persamaan (8) dengan h = D + ζ, dengan (ζ << h), diperoleh persamaan gerak δu δt + g δζ δx + c f u = 0 (10) dimana : ζ(x, t) = Ketinggian air diatas referensi acuan. u(x, t) = Kecepatan rata-rata diatas penampang yang melintang. D = Kedalaman laut (m). c f = Konstanta friksi = 0, 0002s 1. Kondisi awal dan syarat batas dari persamaan gelombang pasang surut diberikan sebagai berikut: ζ(x = 0, t) = ζ b (t), ζ(x, t = 0), u(x, t = 0) = 0, u(x = L, t) = 0 (11) Dalam melakukan simulasi Persamaan (10) didiskritkan dengan menggunakan beda maju terhadap waktu dan beda pusat terhadap posisi sehingga diperoleh ζ i,k+1 ζ i,k t + D u i+1,k u i 1,k 2 x = 0 (12) Persamaan (12) diatas dapat ditulis dalam bentuk: ζ i,k+1 = ζ i,k D t 2 x u i+1,k + D t 2 x u i 1,k (13) dengan i = k = 1, 2,, n. Syarat batas dan syarat awal pada Persamaan (11) adalah :ζ(x = 0, t) = ζ b (t), ζ(x, t = 0) = 0, u(x, t = 0) = 0, u(x = L, t) = 0, sehingga ζ 0,k = ζ b, ζ i,0 = 0, u i,0 = 0, u n,k = 0. Dengan demikian untuk i = 1 ζ 1,k+1 = ζ 1,k D t 2 x u 2,k + D t 2 x u 0,k.

98 Simulasi Model Gelombang Pasang Surut dengan Metode Beda Hingga Karena δu δx = 0 pada saat x = 0, maka u 0,k = u 1,k. Sehingga pada saat i = n 1 menjadi: ζ n 1,k+1 = ζ n 1,k + D t 2 x u n 2,k Persamaan (10) yang memuat konsep gerak linier dengan koefisien friksi, harus dijabarkan dalam bentuk diskrit sesuai dengan titik-titik tinjauan pada grid. Bentuk diskritisasi persamaan gerak 10 diatas, yaitu: u i,k+1 u i,k t + g ζ i+1,k ζ i 1,k 2 x + c f u i,k = 0 (14) Persamaan (14) diatas dapat ditulis dalam bentuk: u i,k+1 = (1 tc f )u i,k g t 2 x ζ i+1,k + g t 2 x ζ i 1,k (15) dimana i = k = 0, 1, 2,, n. Seperti pada persamaan kontinuitas, pada persamaan gerak juga terdapat beberapa syarat batas dan kondisi awal, yaitu pada Persamaan (11), dimana ζ(x = 0, t) = ζ b (t), ζ(x, t = 0) = 0, u(x, t = 0) = 0, u(x = L, t) = 0, sehingga ζ(0, k) = ζ b, ζ(i, 0) = 0, u n,k = 0. Karena δζ δx = 0 pada saat x = n, maka ζ n,k = ζ n 1,k. Sehingga pada saat persamaannya menjadi: u n 1,k+1 = (1 tc f )u n 1,k g t 2 x ζ n 1,k + g t 2 x ζ n 2,k Dari pendiskritan diatas, kemudian dibentuk menjadi suatu matrik untuk menyelesaikan suatu sistem persamaan x k+1 = Ax k +B dengan memisalkan a = 1 tc f, b = g t 2 x, c = D t 2 x. Dalam meyelesaikan sistem persamaan x k+1 = Ax k +B diatas, supaya penyelesaian ini dapat stabil maka diberikan batasan sebagai berikut: 1. 1 tc f 1 2. g t 2 x 1 3. D t 2 x 1 4. Simulasi Model Gelombang Pasang Surut Pada permasalahan mengenai gelombang pasang surut air laut telah diperoleh model dengan menggunakan asumsi-asumsi untuk mempermudah penghitungan dan telah dibuat bentuk pendiskritannya pada Persamaan (12) untuk persamaan

Lukman Hanafi, Danang Indrajaya 99 kontinuitas dan Persamaan (14) untuk persamaan gerak. Pada model ini kedalaman yang diperhitungkan adalah 10 meter karena dibawah itu dianggap alirannya terlalu deras. Pada beberapa eksperimen mengenai gelombang pasang surut air laut, nilai-nilai parameter diasumsikan sebagai berikut: Kedalaman laut (D = 10m), konstanta friksi (c f = 0.0002), jumlah grid (N = 40 grid, jarak terjauh (L = 60m) dan perubahan jarak ( x = L/(N + 1) = 60/41m. Agar penyelesaian dari permasalahan diatas dapat stabil, maka diberi batasan sebagai berikut: 1. 1 tc f 1 Sehingga nilai dari t dapat diperoleh sebagai berikut: tc f 0 dimana c f = 0.0002, maka t 0. 2. g t 2 x 1 Setelah dimasukkan nilai g = 10 m/dt 2 dan x = L/(N + 1) = 60/41m = 10 t 1, 46m, diperoleh: 1, maka t 0, 292 detik. 2(1, 46) 3. D t 2 x 1 Setelah dimasukkan nilai D = 10m dan x = L/(N+1) = 60/41m = 1, 46m, diperoleh: t 0, 292 detik. Maka perubahan waktu untuk tiap iterasi adalah 0 t 0, 292 detik. Gambar 4: Plot nilai ketinggian dan kecepatan gelombang dengan dengan perubahan waktu 0,02 detik Gambar 4 diatas menunjukkan nilai ketinggian dan kecepatan gelombang pasang surut air laut berdasarkan pembentukan matrik dengan pendekatan numerik beda hingga. Dengan ketinggian awal sebesar 0, 5 meter, terlihat ketinggian

100 Simulasi Model Gelombang Pasang Surut dengan Metode Beda Hingga gelombang naik turun di sekitar nilai ketinggian awalnya. Ketinggian gelombang mencapai 1, 283 meter dengan kecepatan 0, 206 m/s setelah berjalan selama 200 satuan waktu (4 detik) dengan penjalaran gelombang ke arah sumbu x dari pusat gelombang sejauh 20 satuan (29,2 meter). Gambar 5: Plot nilai ketinggian dan kecepatan gelombang dengan dengan perubahan waktu 0,02 detik Pada Gambar 5 diatas terlihat nilai ketinggian dan kecepatan gelombang dengan ketinggian awal 1m. Ketinggian gelombang terlihat naik turun di sekitar ketinggian 1 meter. Ketinggian gelombang mencapai 2,565 meter dengan kecepatan 0,415 m/det setelah berjalan selama 200 satuan waktu (4 detik) dengan penjalaran gelombang ke arah sumbu x dari pusat gelombang sejauh 20 satuan (29,2 meter). 5. Kesimpulan Berdasarkan analisa dan pembahasan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Untuk memprediksi ketinggian dan kecepatan gelombang pasang surut air laut, dapat menggunakan pendekatan numerik dengan metode beda hingga, yaitu menggunakan beda maju terhadap perubahan waktu dan beda pusat terhadap perubahan jarak. 2. Semakin tinggi nilai perubahan waktu (waktu tempuh gelombang), maka semakin tinggi pula ketinggian dan kecepatan gelombang pasang surut air laut tersebut.

Lukman Hanafi, Danang Indrajaya 101 3. Ketinggian gelombang bergerak naik turun sepanjang nilai ketinggian awalnya. Pustaka [1] Irmawanti,Wahyu, (2003), Estimasi Filter Kovariansi Akar Kuadrat Dengan Rang Tereduksi Pada Penyebaran Limbah Cair di Laut, Tugas Akhir, Jurusan Matematika FMIPA-ITS, Surabaya. [2] Smith, G.D., (1985), Numerical Solution of Partial Differential Equation: Finite Difference Methods, Oxford University Press, New York. [3] Van Rijn, Leo C., (1994), Principles of Fluid Flow and Surface Waves in Rivers, Estuaries, Seas and Oceans, Aqua Publications, Amsterdam. [4] Verlaan, Martinus, (1998), Efficient Kalman Filtering Algirithms for Hydrodynamic Models, Technische Universeteit Delft, Delft.