ANALISIS MODEL SAINT-VENANT PADA ALIRAN AIR KANAL BERBASIS DESKTOP APPLICATION

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS MODEL SAINT-VENANT PADA ALIRAN AIR KANAL BERBASIS DESKTOP APPLICATION"

Transkripsi

1 ANALISIS MODEL SAINT-VENANT PADA ALIRAN AIR KANAL BERBASIS DESKTOP APPLICATION Catherine, Viska Noviantri, dan Alexander Agung S. G. Matematika dan Teknik Informatika School of Computer Science Univeritas Bina Nusantara Kebon Jeruk Raya no.27, Indonesia ABSTRACT The research is conducted to model the unsteady water flow of an open channel in mathematical form in order to analyze it numerically. The water flow is modelled by the Saint-Venant equation and then solved through the Lax difusive scheme and characteristic method of specified interval. By developing an application of its numerical implementation, we get the outputs of water property such as discharge, flow velocity, and water depth. Based on these outputs, the water unsteady water flow property can be analyzed. The research can be applied as suggestion in building the flood control and prevention system in order to get the better result. Keyword : unsteady flow, open channel, Saint-Venant equation, Lax difusive scheme, characteristic method of specified interval ABSTRAK Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memodelkan aliran air tak tunak pada kanal terbuka dalam bentuk persamaan matematika sehingga dapat dianalisa secara numerik. Aliran air dimodelkan dalam bentuk persamaan Saint-Venant dan diselesaikan secara numerik dengan skema difusif Lax dan metode karakteristik interval tertentu. Dengan membuat program komputer berdasarkan metode numerik tersebut, diperoleh keluaran berupa properti air seperti debit, kecepatan aliran, dan kedalaman air. Berdasarkan keluaran tersebut, properti aliran air tak tunak dapat dianalisa. Penelitian dapat diaplikasikan sebagai acuan bagi sistem pengontrol dan penanggulangan banjir. Diharapkan bahwa dengan pengaruh dari hasil penelitian, sistem pengontrol dan penanggulangan banjir dapat memberikan hasil yang lebih maksimal. Kata kunci : aliran tak tunak, kanal terbuka, persamaan Saint-Venant, skema difusif Lax, metode karakteristik interval tertentu LATAR BELAKANG Banjir dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai peristiwa terbenamnya daratan yang biasanya kering karena volume air yang meningkat (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015). Dengan kata lain, suatu wilayah dapat dianggap mengalami banjir jika air dalam jumlah yang signifikan berada di tempat yang tidak diinginkan atau tidak seharusnya. Bencana banjir membawa berbagai dampak negatif bagi manusia dan lingkungannya. Banjir dapat menyebabkan hilangnya harta benda, kesehatan, bahkan jiwa. Selain itu, banjir juga dapat melumpuhkan jalur transportasi, menyebabkan pemadaman listrik, mencemari lingkungan, menyebabkan erosi dan tanah longsor, serta lain sebagainya (PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, 2014). BBC Indonesia melaporkan bahwa para pengusaha telah menderita kerugian hingga triliunan rupiah akibat banjir

2 besar di Jakarta dan sekitarnya dalam empat hari saja, terhitung sejak hari Kamis, 17 Januari 2013 (Safitri, 2013). Rahmat Fajar Lubis, Penulis Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI menyebutkan bahwa salah satu faktor utama penyebab ibu kota Jakarta dilanda banjir adalah kapasitas sungai dan saluran di Jakarta tidak mampu menampung air (Lubis, 2014). Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa sungai dan saluran air, atau yang selanjutnya disebut sebagai kanal, adalah suatu faktor yang harus diperhatikan dalam mengatasi masalah banjir. Kanal yang dibuat harus mampu menampung debit air yang mengalir di dalamnya, serta mengalirkan air tersebut ke tempat yang diinginkan, namun tetap dengan penggunaan area yang efisien. Kanal yang terlalu besar dan menyebar akan mengganggu tata kota, karena area tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan lainnya. Sebaliknya, kanal yang terlalu kecil dan tidak didesain dengan tepat akan menyebabkan air mudah meluap. Karena pertimbangan inilah, maka diperlukan perhitungan matematis yang tepat untuk menghasilkan sistem kanal yang maksimal. METODE PENELITIAN Penelitian terdiri atas tiga tahap, yaitu : 1. Tahap pemodelan, yang terdiri atas studi literatur, identifikasi masalah, formulasi, pemodelan matematika, dan solusi matematika. Tahap ini dimulai dengan pengkajian terhadap berbagai sumber seputar topik pemodelan aliran air kanal, termasuk mempelajari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, serta mempelajari alasan pentingnya pemodelan aliran air kanal. Masalah yang akan diselesaikan melalui penelitian ditentukan, lalu diformulasikan bentuk matematika dan solusinya. 2. Tahap simulasi, merupakan tahap pengembangan program. Pada tahap ini, dikembangkan program yang mengaplikasikan metode solusi matematika yang telah disusun sebelumnya. Program aplikasi akan melalui tahap validasi. Jika program belum valid, maka identifikasi masalah dalam tahap pemodelan akan dilakukan kembali. Program yang telah valid kemudian digunakan untuk eksperimen, dengan tujuan menganalisis pengaruh koefisien Manning, kemiringan dasar kanal, serta lebar kanal terhadap properti aliran air. 3. Tahap validasi, adalah tahap dimana hasil program simulasi diuji kebenarannya. Validasi dilakukan dengan membandingkan data hasil dari program aplikasi dengan data dari jurnal acuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Persamaan Dasar Penelitian dilakukan atas aliran air tak tunak dan tak seragam pada kanal terbuka.properti air pada penampang kanal seperti kedalaman aliran, kecepatan aliran air, atau debit air, dapat dianalisa melalui dua persamaan dasar yang merupakan turunan dari persamaan transpor Reynold, yaitu persamaan kontinuitas dan persamaan momentum. Kedua persamaan tersebut disebut sebagai persamaan Saint-Venant, atau yang lebih sering dikenal sebagai persamaan air dangkal atau shallow water equation. Persamaan ini pertama kali dicetuskan oleh Adhémar Jean Claude Barré de Saint- Venant, seorang matematikawan dari Prancis, pada tahun 1800-an. Dalam persamaan Saint-Venant, digunakan asumsi bahwa : - Tekanan hidrostatis, dimana tidak terdapat belokan tajam pada aliran - Kemiringan dasar pada kanal kecil - Properti aliran air pada sebuah penampang kanal seragam, dengan kata lain, properti air pada titik tertentu sama semua dengan titik lain yang berjarak sama dari hulu. - Kanal berbentuk prismatik, dimana kemiringan dasar dan bentuk penampang sungai tidak berubah di sepanjang kanal - Head loss pada aliran tak tunak disimulasikan dengan hukum resistansi, yaitu persamaan Manning. Selain itu, dalam penelitian ini digunakan asumsi di mana penampang kanal berbentuk persegi panjang dan tidak ada aliran masuk dan aliran keluar lateral yang mempengaruhi sistem. Ilustrasi kanal tersebut terdapat pada Gambar 1.

3 Gambar 1 Ilustrasi Kanal Persamaan Saint-Venant yang digunakan adalah sebagai berikut ini. Persamaan kontinuitas Persamaan momentum (1) = jarak titik yang dipantau dari hulu (2) = waktu = kedalaman air = kecepatan aliran air = kedalaman hidraulik = percepatan gravitasi = kemiringan dasar kanal = kemiringan gesekan kanal dengan syarat batas berupa nilai debit air pada hulu kanal dan syarat awal berupa debit dan kedalaman air waktu waktu awal. Persamaan tersebut dapat diubah ke dalam bentuk matriks. Bentuk matriks dari persamaan Saint-Venant adalah (3) (4) (5) = kedalaman sentroid aliran (6) di mana berlaku = luas penampang kanal yang terisi air (7)

4 = lebar permukaan kanal (8) Untuk kemiringan gesekan kanal, berlaku persamaan Manning = koefisien Manning (9) Skema Difusif Lax Persamaan Saint-Venant tidak memiliki solusi analitik, namun dapat diselesaikan dengan beberapa metode, seperti metode karakteristik dan metode beda hingga. Salah satu metode beda hingga yang dapat digunakan adalah skema difusif Lax. Bentuk skema Lax adalah (10) (11) (12) di mana melambangkan jarak dan melambangkan waktu. Dengan mensubstitusikan persamaan (10) untuk suku, (11) untuk suku, dan (12) untuk suku pada persamaan (3), serta dengan mengaplikasikan definisi,, dan pada persamaan (4), (5), dan (6), maka akan diperoleh skema beda hingga (13 ) (14 ) Representasi skema beda hingga (13) dan (14) dalam bentuk grid ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2 Grid Skema Lax

5 Metode Karakteristik Interval Tertentu Pada Gambar 2, tampak bahwa skema Lax dapat digunakan pada semua titik dalam grid, kecuali pada kedua syarat batas, yaitu semua titik di sisi paling kiri dan kanan grid yang mewakili hulu dan hilir kanal. Untuk itu, diperlukan bantuan metode karakteristik interval tertentu dalam menentukan nilai properti pada syarat batas. Metode karakteristik didasarkan pada pengubahan persamaan momentum Saint-Venant menjadi persamaan diferensial biasa, sehingga menghasilkan persamaan jika (15) (16) jika (17) (18) dimana persamaan (16) dan (18) dapat digambarkan sebagai kurva pada bidang. Kurva persamaan (16) disebut sebagai kurva karakteristik positif, dan kurva persamaan (18) disebut sebagai kurva karakteristik negatif,. Dalam grid metode beda hingga, kurva karakteristik tidak bersentuhan dengan titik di sebelahnya pada waktu sebelumnya (Chaudhry, 2008, hal. 361). Untuk itu, dibuat titik bantu R dan S, yang merupakan interpolasi dari titik A dan B. Dengan titik P yang merupakan suatu titik di hulu atau hilir kanal pada titik waktu yang dicari, hubungan kelima titik tersebut ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3 Garis Karateristik dengan Titik Interpolasi Pada gambar, titik A merepresentasikan titik di sebelum titik hilir kanal pada titik waktu yang telah diketahui. Titik B merepresentasikan titik setelah hulu kanal pada titik waktu yang telah diketahui. Nilai properti pada titik interpolasi R dan S dapat diketahui dengan persamaan (19) (20) (21) (22)

6 (23) dimana nilai celerity dapat ditentukan dengan persamaan = celerity dan nilai C adalah (24) (25) ( (26) Dengan diketahuinya nilai properti pada titik interpolasi, maka dapat diketahui nilai kurva karakteristik positif RP dan negatif PS, yaitu (27) = karakteristik positif (28) = karakteristik negatif dan properti kecepatan pada hulu dan hilir dapat direpresentasikan dengan persamaan (29) (30) dimana nilai kedalaman air ( Pada hulu, persamaan ) belum diketahui. diaplikasikan ke dalam syarat batas, di mana sehingga dapat dicari nilai kedalaman air dan kecepatan aliran. Sedangkan pada hilir, nilai menggunakan persamaan Manning (9), sehingga berlaku (31) (32) = radius hidraulik (33) = keliling pada penampang kanal yang terbasahi Dalam hal ini, berlaku bahwa nilai dan adalah sama di sepanjang kurva karakteristik. Angka Courant Untuk tiap titik yang telah diketahui, dilakukan pengujian stabilitas dengan angka Courant, yaitu dengan persamaan

7 34) ( Jika syarat stabilitas tidak terpenuhi, maka harus dilakukan penggantian perubahan waktu ( ) pada simulasi dengan nilai yang lebih kecil. Jika stabilitas telah terpenuhi, maka iterasi dapat terus dilakukan untuk waktu berikutnya sampai mencapai batas waktu yang diinginkan. Pengembangan Program Pengembangan program aplikasi menggunakan proses prototyping, dimana program terusmenerus diperbarui hingga hasil diinginkan tercapai. Pengembangan program dilakukan dalam bahasa Python dan antar muka grafis disusun dengan Qt Designer. Gambar 4 - Gambar 7 menunjukkan program aplikasi yang telah dibuat. Gambar 4 Halaman Data Masukan Gambar 5 Halaman Hasil dalam Bentuk Tabel Gambar 6 Halaman Hasil dalam Bentuk Grafik Dua Dimensi Gambar 7 Halaman Hasil dalam Bentuk Grafik Tiga Dimensi Validasi Validasi dilakukan dengan menggunakan data dari jurnal Implicit and Explicit Numerical Solution of Saint-Venant Equations for Simulating Flood Wave in Natural Rivers (Akbari & Firoozi, 2010), yaitu sungai dengan panjang 29 km dan lebar ( ) 120 m. Kemiringan dasar sungai ( ) adalah , sedangkan untuk digunakan persamaan Manning dengan koefisien Manning ( )

8 Pada syarat awal, digunakan asumsi bahwa aliran air adalah seragam, dimana properti aliran air pada tiap titik sepanjang sungai bernilai sama. Diketahui bahwa debit air pada t = 0 ( ) adalah 100 m 3 /detik dan ketinggian air ( ) 0,86 m. Pada syarat batas, debit pada hulu diketahui sebagai fungsi untuk t t p untuk t p < t t b untuk t > t b = debit air tertinggi pada periode waktu yang diamati (35) = debit air terendah pada periode waktu yang diamati = waktu dari awal pengamatan sampai terjadinya debit air tertinggi = waktu dari awal pengamatan sampai terjadinya debit air terendah dimana 200 m 3 /detik, 5 jam, 100 m 3 /detik, dan 15 jam. Hasil validasi ditampakkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

9 Tabel 1 Properti Air pada Jarak 15 km dari Hulu Sungai sebagai Hasil Validasi Waktu Debit jurnal (jam) (m 2 /detik) Debit simulasi (m 2 /detik) Kedalaman air simulasi (m) Kedalaman air jurnal (m) 0 0,83 0,86 0,83 0,86 1 0,83 0,86 0,83 0,86 2 0,88 0,89 0,88 0,89 3 1,07 0,99 1,08 1,00 4 1,44 1,19 1,46 1,19 5 1,91 1,41 1,92 1,41 6 2,25 1,56 2,26 1,57 7 2,38 1,62 2,38 1,63 8 2,36 1,62 2,36 1,62 9 2,25 1,58 2,25 1, ,07 1,50 2,07 1, ,86 1,41 1,86 1, ,64 1,31 1,64 1, ,42 1,20 1,42 1, ,23 1,10 1,22 1, ,07 1,01 1,07 1, ,97 0,95 0,96 0, ,91 0,91 0,91 0, ,88 0,89 0,87 0, ,86 0,88 0,86 0, ,85 0,88 0,85 0,87

10 Tabel 2 Properti Air pada Hilir Sungai sebagai Hasil Validasi Waktu (jam) Debit simulasi (m 2 /detik) Kedalaman air simulasi (m) Debit jurnal (m 2 /detik) Kedalaman air jurnal (m) 0 0,83 0,86 0,83 0,86 1 0,82 0,85 0,83 0,86 2 0,81 0,85 0,83 0,86 3 0,82 0,85 0,85 0,87 4 0,85 0,85 0,93 0,91 5 0,90 0,85 1,15 1,04 6 1,00 0,88 1,53 1,23 7 1,21 0,97 1,94 1,43 8 1,54 1,16 2,21 1,55 9 1,84 1,34 2,31 1,6 10 2,01 1,44 2,28 1, ,03 1,47 2,16 1, ,95 1,45 1,99 1, ,82 1,40 1,79 1, ,67 1,34 1,59 1, ,52 1,28 1,41 1, ,39 1,21 1,24 1,1 17 1,29 1,16 1,11 1, ,22 1,13 1,01 0, ,17 1,10 0,95 0, ,14 1,08 0,91 0,91

11 Berdasarkan perbandingan antara hasil program dan hasil jurnal, tampak bahwa nilai properti pada hulu sungai kurang mendekati nilai pada jurnal. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan pada perhitungan jurnal, di mana kurva karakteristik tidak menggunakan nilai interpolasi seperti yang telah dijelaskan pada bagian metode karakteristik interval tertentu. Karena itu hasil perhitungan yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disebut sebagai hasil yang lebih sesuai. Eksperimen Dengan menggunakan program yang valid, dilakukan eksperimen yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh perubahan beberapa parameter, yaitu koefisien Manning pada kanal, kemiringan dasar kanal, dan lebar kanal, terhadap nilai properti aliran air. Eksperimen dilakukan dengan mengubah nilai parameter yang akan diteliti lalu membandingkan hasilnya, sedangkan nilai parameter lainnya menggunakan data validasi. Gambar 8 - Gambar 10 menunjukkan perbandingan nilai properti air untuk beberapa nilai koefisien Manning, kemiringan dasar, dan lebar kanal. Gambar 8 Perbandingan Nilai Properti Debit Maksimum, Kecepatan Maksimum, dan Kedalaman Maksimum Air untuk Nilai Koefisien Manning 0,011, 0,023, dan 0,04 Gambar 9 Perbandingan Nilai Properti Debit Maksimum, Kecepatan Maksimum, dan Kedalaman Maksimum Air untuk Nilai Kemiringan Dasar Kanal 0,00061, 0,001, dan 0,0015

12 Gambar 10 Perbandingan Nilai Properti Debit Maksimum, Kecepatan Maksimum, dan Kedalaman Maksimum Air untuk Nilai Lebar Kanal 120 m, 150 m, dan 180 m KESIMPULAN DAN SARAN Program aplikasi untuk memodelkan aliran air tak tunak tak seragam pada kanal terbuka telah dibuat dengan bahasa pemrograman Python dan Qt Designer. Program mengimplementasikan pemecahan persamaan Saint-Venant dengan skema difusif Lax. Melalui metode ini, properti aliran air pada titik dan waktu tertentu dapat diketahui jika properti di kedua titik di sebelahnya pada waktu sebelumnya telah diketahui. Pada titik-titik di hulu dan hilir kanal, digunakan bantuan metode karakteristik interval tertentu dengan titik-titik interpolasi. Aplikasi kedua metode dibatasi oleh syarat kestabilan angka Courant. Untuk pemenuhan syarat tersebut, seringkali dibutuhkan perhitungan dengan langkah waktu yang kecil, sehingga mengakibatkan waktu perhitungan yang lebih lama. Validasi atas program yang dibuat dilakukan berdasarkan data dari jurnal Implicit and Explicit Numerical Solution of Saint-Venant Equations for Simulating Flood Wave in Natural Rivers (Akbari & Firoozi, 2010). Adanya perbedaan nilai hasil pada program dengan nilai hasil pada jurnal terjadi karena adanya kesalahan pada metode karakteristik jurnal. Hasil perhitungan penelitian ini dapat disebut sebagai hasil yang lebih sesuai karena telah mengaplikasikan teori yang berlaku. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa properti aliran air pada titik dan waktu tertentu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti gravitasi, lebar kanal, kemiringan dasar kanal, dan kemiringan gesekan kanal. Berbagai parameter tersebut mempengaruhi nilai properti aliran air sesuai dengan persamaan Saint-Venant. Melalui eksperimen yang dilakukan dengan menggunakan program aplikasi, didapatkan bahwa : - Semakin kecil koefisien Manning, semakin besar debit maksimum, semakin tinggi kecepatan aliran maksimum, dan semakin dalam aliran air maksimum - Semakin curam kanal, semakin besar debit maksimum, semakin tinggi kecepatan aliran maksimum, dan semakin dangkal aliran air maksimum - Semakin lebar kanal, semakin besar debit maksimum pada hilir kanal, semakin rendah kecepatan maksimum aliran air, dan semakin rendah kedalaman air maksimum Informasi di atas dihubungkan dengan pembuatan kanal, reservoir, dan pintu air sebagai suatu sistem pencegahan dan penanggulangan banjir. Dalam pembuatan sungai dengan reservoir, dengan semakin besarnya debit air yang harus ditampung, kapasitas reservoir harus lebih besar pula untuk mencegah meluapnya air. Dengan semakin cepatnya aliran air, maka pintu air yang dibuat harus lebih kuat, sehingga tidak terjadi kerusakan akibat momentum yang dihasilkan oleh aliran air tersebut. Semakin dalam aliran air yang mengalir pada kanal, maka semakin dalam pula kanal tersebut harus dibuat. Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan sebagai acuan bagi sistem pengontrol dan penanggulangan banjir. Saran penulis untuk penelitian-penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut ini. - Dapat digunakan persamaan Saint-Venant dengan aliran masuk dan aliran keluar lateral, sehingga dapat dianalisis pengaruhnya terhadap properti aliran air dan proses pembuatan kanal - Aplikasi persamaan Saint-Venant untuk kanal prismatik dengan lebar dasar dan permukaan yang berbeda - Penggunaan metode implisit atau eksplisit lainnya untuk meningkatkan efisiensi perhitungan

13 REFERENSI [1] Akbari, B., & Firoozi, G. (2010). Implicit and Explicit Numerical Solution of Saint-Venant Equations for Simulating Flood Wave in Natural Rivers. 5th National Congress on Civil Engineering. Mashhad. [2] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2015). Potensi Ancaman Bencana. Dipetik Juni 11, 2015, dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana: [3] Chaudhry, M. H. (2008). Open Channel Flow. New York: Springer. [4] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). Dipetik Juni 11, 2015, dari Kamus Besar Bahasa Indonesia: [5] Lubis, R. F. (2014, Januari 23). Penyebab Banjir di Jakarta : Dari Sampah Hingga Penurunan Tanah. Dipetik Juni 11, 2015, dari Tribun Jakarta: [6] PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia. (2014). Dampak Bencana Banjir Tehadap Lingkungan. Dipetik Juni 11, 2015, dari Manulife: [7] Safitri, D. (2013, Januari 21). Dunia Usaha Klaim Rugi Triliunan Akibat Banjir. Dipetik Juni 11, 2015, dari BBC Indonesia: RIWAYAT PENULIS Catherine lahir di kota Jakarta pada tanggal 24 November Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Informasi dan Matematika pada tahun 2015.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai peristiwa terbenamnya daratan yang biasanya kering karena volume air yang meningkat (Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

SOBEK Hidrodinamik 1D2D (modul 2C)

SOBEK Hidrodinamik 1D2D (modul 2C) SOBEK Hidrodinamik 1D2D (modul 2C) 1 Konten Mengapa pemodelan? Gelombang Aspek aliran 1 dimensi di Sobek Aspek numerik Aspek aliran 2 dimensi di Sobek 2 (mengapa?) pemodelan 3 Mengapa pemodelan? - Tidak

Lebih terperinci

PEMODELAN & PERENCANAAN DRAINASE

PEMODELAN & PERENCANAAN DRAINASE PEMODELAN & PERENCANAAN DRAINASE PEMODELAN & PERENCANAAN DRAINASE PEMODELAN ALIRAN PERMANEN FTSP-UG NURYANTO,ST.,MT. 1.1 BATAS KEDALAMAN ALIRAN DI UJUNG HILIR SALURAN Contoh situasi kedalaman aliran kritis

Lebih terperinci

Kata kunci : Penelusuran banjir, Penyelesaian Numerik, Metode Volume Hingga, QUICK.

Kata kunci : Penelusuran banjir, Penyelesaian Numerik, Metode Volume Hingga, QUICK. Penelusuran banjir (flood routing) merupakan prosedur matematika untuk menentukan dan memprediksi perubahan debit aliran dan kedalaman air akibat banjir pada satu atau beberapa titik pada suatu ruas aliran

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR RUANGAN BERDASARKAN BENTUK ATAP MENGGUNAKAN FINITE DIFFERENCE METHOD BERBASIS PYTHON

ANALISIS DAN SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR RUANGAN BERDASARKAN BENTUK ATAP MENGGUNAKAN FINITE DIFFERENCE METHOD BERBASIS PYTHON ANALISIS DAN SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR RUANGAN BERDASARKAN BENTUK ATAP MENGGUNAKAN FINITE DIFFERENCE METHOD BERBASIS PYTHON Denny Pratama, Viska Noviantri, Alexander Agung S.G. Matematika dan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Umum Berikut ini adalah beberapa teori umum yang digunakan dalam penelitian dan penyusunan program.

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Umum Berikut ini adalah beberapa teori umum yang digunakan dalam penelitian dan penyusunan program. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum Berikut ini adalah beberapa teori umum yang digunakan dalam penelitian dan penyusunan program. 2.1.1 Rekayasa Piranti Lunak Piranti lunak, oleh Roger S. Pressman (2010,

Lebih terperinci

Hasil dan Analisis. Simulasi Banjir Akibat Dam Break

Hasil dan Analisis. Simulasi Banjir Akibat Dam Break Bab IV Hasil dan Analisis IV. Simulasi Banjir Akibat Dam Break IV.. Skenario Model yang dikembangkan dikalibrasikan dengan model yang ada pada jurnal Computation of The Isolated Building Test Case and

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. II. DASAR TEORI Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. II. DASAR TEORI Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Pengaruh Laju Aliran Sungai Utama Dan Anak Sungai Terhadap Profil Sedimentasi Di Pertemuan Dua Sungai Model Sinusoidal Yuyun Indah Trisnawati dan Basuki Widodo Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pada penelitian ini dimodelkan dengan menggunakan Software iric: Nays2DH 1.0 yang dibuat oleh Dr. Yasuyuki Shimizu dan Hiroshi Takebayashi di Hokkaido University,

Lebih terperinci

JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK

JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK Kasus-kasus fisika yang diangkat pada mata kuliah Fisika Komputasi akan dijawab secara numerik. Validasi jawaban

Lebih terperinci

Hidraulika Komputasi

Hidraulika Komputasi Hidraulika Komputasi Pendahuluan-Model Ir. Djoko Luknanto, M.Sc., Ph.D. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 08/03/005 Djoko Luknanto 1 Pemodelan Kondisi Alam Untuk keperluan analisis

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN MEANDER SUNGAI DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGKUTAN SEDIMEN (Percobaan Laboratorium) (Dimuat pada Jurnal JTM, 2006)

PROSES PEMBENTUKAN MEANDER SUNGAI DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGKUTAN SEDIMEN (Percobaan Laboratorium) (Dimuat pada Jurnal JTM, 2006) PROSES PEMBENTUKAN MEANDER SUNGAI DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGKUTAN SEDIMEN (Percobaan Laboratorium) (Dimuat pada Jurnal JTM, 2006) Indratmo Soekarno Staf Dosen Departemen Teknik Sipil ITB Email:Indratmo@lapi.itb.ac.id,

Lebih terperinci

SOLUSI PENYEBARAN PANAS PADA BATANG KONDUKTOR MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICHOLSON

SOLUSI PENYEBARAN PANAS PADA BATANG KONDUKTOR MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICHOLSON SOLUSI PENYEBARAN PANAS PADA BATANG KONDUKTOR MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICHOLSON Viska Noviantri Mathematics & Statistics Department, School of Computer Science, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9,

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS BAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS Pemodelan dilakukan dengan menggunakan kontur eksperimen yang sudah ada, artificial dan studi kasus Aceh. Skenario dan persamaan pengatur yang digunakan adalah: Eksperimental

Lebih terperinci

I Putu Gustave Suryantara Pariartha

I Putu Gustave Suryantara Pariartha I Putu Gustave Suryantara Pariartha Open Channel Saluran terbuka Aliran dengan permukaan bebas Mengalir dibawah gaya gravitasi, dibawah tekanan udara atmosfir. - Mengalir karena adanya slope dasar saluran

Lebih terperinci

Penerapan Metode Beda Hingga pada Model Matematika Aliran Banjir dari Persamaan Saint Venant

Penerapan Metode Beda Hingga pada Model Matematika Aliran Banjir dari Persamaan Saint Venant Penerapan Metode Beda Hingga pada Model Matematika Aliran Banjir dari Persamaan Hasan 1*, Tony Yulianto 2, Rica Amalia 3, Faisol 4 1,2,3) Jurusan Matematika, Fakultas MIPA,Universitas Islam Madura Jl.

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bendung, embung ataupun bendungan merupakan bangunan air yang banyak dibangun sebagai salah satu solusi dalam berbagai masalah yang berhubungan dengan sumber daya

Lebih terperinci

Bab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan

Bab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan Bab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan IV.1 Bagan Alir Metodologi Penelitian Bagan alir metodologi penelitian seperti yang terlihat pada Gambar IV.1. Bagan Alir Metodologi Penelitian menjelaskan tentang

Lebih terperinci

Hidrolika Saluran. Kuliah 6

Hidrolika Saluran. Kuliah 6 Hidrolika Saluran Kuliah 6 Analisa Hidrolika Terapan untuk Perencanaan Drainase Perkotaan dan Sistem Polder Seperti yang perlu diketahui, air mengalir dari hulu ke hilir (kecuali ada gaya yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. STUDI LITERATUR Studi literatur dilakukan dengan mengkaji pustaka atau literature berupa jurnal, tugas akhir ataupun thesis yang berhubungan dengan metode perhitungan kecepatan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana. BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Intensitas Curah Hujan Menurut Joesron (1987: IV-4), Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu. Analisa intensitas

Lebih terperinci

Simulasi Model Gelombang Pasang Surut dengan Metode Beda Hingga

Simulasi Model Gelombang Pasang Surut dengan Metode Beda Hingga J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 2, No. 2, Nov 2005, 93 101 Simulasi Model Gelombang Pasang Surut dengan Metode Beda Hingga Lukman Hanafi, Danang Indrajaya Jurusan Matematika FMIPA ITS Kampus

Lebih terperinci

Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin

Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-27 Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin Devy Amalia dan Umboro Lasminto Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kali Tuntang mempuyai peran yang penting sebagai saluran drainase yang terbentuk secara alamiah dan berfungsi sebagai saluran penampung hujan di empat Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

Solusi Numerik Persamaan Gelombang Dua Dimensi Menggunakan Metode Alternating Direction Implicit

Solusi Numerik Persamaan Gelombang Dua Dimensi Menggunakan Metode Alternating Direction Implicit Vol. 11, No. 2, 105-114, Januari 2015 Solusi Numerik Persamaan Gelombang Dua Dimensi Menggunakan Metode Alternating Direction Implicit Rezki Setiawan Bachrun *,Khaeruddin **,Andi Galsan Mahie *** Abstrak

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ELEMEN HINGGA UNTUK SOLUSI PERSAMAAN STURM-LIOUVILLE

PENERAPAN METODE ELEMEN HINGGA UNTUK SOLUSI PERSAMAAN STURM-LIOUVILLE PENERAPAN METODE ELEMEN HINGGA UNTUK SOLUSI PERSAMAAN STURM-LIOUVILLE Viska Noviantri Mathematics & Statistics Department, School of Computer Science, Binus University Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

DESAIN PENGENDALIAN PINTU AIR DENGAN METODE SLIDING MODE CONTROL (SMC)

DESAIN PENGENDALIAN PINTU AIR DENGAN METODE SLIDING MODE CONTROL (SMC) J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 13, No. 1, Mei 2016, 13-22 DESAIN PENGENDALIAN PINTU AIR DENGAN METODE SLIDING MODE CONTROL (SMC) Moh. Fahmi Muzaki 1, Erna Apriliani 2, Sri Suprapti H 3 1,2,3

Lebih terperinci

Solusi Persamaan Laplace Menggunakan Metode Crank-Nicholson. (The Solution of Laplace Equation Using Crank-Nicholson Method)

Solusi Persamaan Laplace Menggunakan Metode Crank-Nicholson. (The Solution of Laplace Equation Using Crank-Nicholson Method) Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 320 Persamaan Laplace Menggunakan Metode Crank-Nicholson (The Solution of Laplace Equation Using Crank-Nicholson Method) Titis

Lebih terperinci

PENELUSURAN BANJIR MENGGUNAKAN METODE LEVEL POOL ROUTING PADA WADUK KOTA LHOKSEUMAWE

PENELUSURAN BANJIR MENGGUNAKAN METODE LEVEL POOL ROUTING PADA WADUK KOTA LHOKSEUMAWE PENELUSURAN BANJIR MENGGUNAKAN METODE LEVEL POOL ROUTING PADA WADUK KOTA LHOKSEUMAWE Amalia 1), Wesli 2) 1) Alumni Teknik Sipil, 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh email: 1) dekamok@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut. BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang penurunan model persamaan gelombang satu dimensi. Setelah itu akan ditentukan persamaan gelombang satu dimensi dengan menggunakan penyelesaian analitik

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BACK WATER (AIR BALIK) TERHADAP BANJIR SUNGAI RANGKUI KOTA PANGKALPINANG

ANALISIS PENGARUH BACK WATER (AIR BALIK) TERHADAP BANJIR SUNGAI RANGKUI KOTA PANGKALPINANG ANALISIS PENGARUH BACK WATER (AIR BALIK) TERHADAP BANJIR SUNGAI RANGKUI KOTA PANGKALPINANG Tia Anandhita Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung Roby Hambali Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pengujian dilakukan di Laboratorium Keairan dan Lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Didapatkan hasil dari penelitian dengan aliran superkritik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SUNGAI Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan

Lebih terperinci

PENGARUH SALINITAS TERHADAP DISTRIBUSI KECEPATAN PENGENDAPAN PARTIKEL KOLOID

PENGARUH SALINITAS TERHADAP DISTRIBUSI KECEPATAN PENGENDAPAN PARTIKEL KOLOID No. Urut : 106/S2-TL/TPL/1998 PENGARUH SALINITAS TERHADAP DISTRIBUSI KECEPATAN PENGENDAPAN PARTIKEL KOLOID (Studi kasus di Estuari Banjir Kanal Timur, Semarang) TESIS MAGISTER OLEH : ANDI RUMPANG YUSUF

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhdadap

Lebih terperinci

Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek

Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek D125 Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek Faradilla Ayu Rizki Shiami, Umboro Lasminto, dan Wasis Wardoyo Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN POISSON 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN CONJUGATE GRADIENT

PENYELESAIAN PERSAMAAN POISSON 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN CONJUGATE GRADIENT Teknikom : Vol. No. (27) E-ISSN : 2598-2958 PENYELESAIAN PERSAMAAN POISSON 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN CONJUGATE GRADIENT Dewi Erla Mahmudah, Muhammad Zidny Naf an 2 STMIK Widya Utama,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Banjir adalah salah satu bencana alam yang sering terjadi. Kerugian jiwa dan material yang diakibatkan oleh bencana banjir menyebabkan suatu daerah terhambat pertumbuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1 BAB I PENDAHULUAN Pantai merupakan suatu sistem yang sangat dinamis dimana morfologi pantai berubah-ubah dalam skala ruang dan waktu baik secara lateral maupun vertikal yang dapat dilihat dari proses akresi

Lebih terperinci

BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI

BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI 4.1 TINJAUAN UMUM Tahapan simulasi pada pengembangan solusi numerik dari model adveksidispersi dilakukan untuk tujuan mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau Jawa, dilintasi oleh 13 sungai, sekitar 40% wilayah DKI berada di dataran banjir dan sebagian

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Poisson 2D dengan Menggunakan Metode Gauss-Seidel dan Conjugate Gradient

Penyelesaian Persamaan Poisson 2D dengan Menggunakan Metode Gauss-Seidel dan Conjugate Gradient Teknikom : Vol. No. (27) ISSN : 2598-2958 (online) Penyelesaian Persamaan Poisson 2D dengan Menggunakan Metode Gauss-Seidel dan Conjugate Gradient Dewi Erla Mahmudah, Muhammad Zidny Naf an 2 STMIK Widya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literature Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal yang mendukung untuk kebutuhan penelitian. Jurnal yang diambil berkaitan dengan pengaruh adanya gerusan lokal

Lebih terperinci

PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA

PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA oleh : Arianto 3107 205 714 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Sungai Kali Brantas mempunyai luas cacthment area sebesar 14.103 km 2. Potensi air permukaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Peristiwa ini terjadi akibat volume air di suatu badan air seperti sungai atau

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: saluran, aliran, saluran terbuka, saluran tertutup, hidrostatik, hidraulika. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: saluran, aliran, saluran terbuka, saluran tertutup, hidrostatik, hidraulika. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Analisis yang dilakukan pada saluran terbuka lebih sulit dibandingkan analisis yang dilakukan pada aliran dalam saluran tertutup dan pada umumnya analisis pada saluran terbuka menggunakan persamaan-persamaan

Lebih terperinci

Kuliah 07 Persamaan Diferensial Ordinari Problem Kondisi Batas (PDOPKB)

Kuliah 07 Persamaan Diferensial Ordinari Problem Kondisi Batas (PDOPKB) Kuliah 07 Persamaan Diferensial Ordinari Problem Kondisi Batas (PDOPKB) Persamaan diferensial satu variabel bebas (ordinari) orde dua disebut juga sebagai Problem Kondisi Batas. Hal ini disebabkan persamaan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI EKSISTING

BAB II KONDISI EKSISTING BAB II KONDISI EKSISTING II.1. Gambaran Umum Medan Floodway Control Bencana banjir di kota Medan sebagian besar terjadi di sepanjang Deli, sungai ini merupakan saluran utama yang mendukung drainase kota

Lebih terperinci

PENERAPAN KOLAM RETENSI DALAM PENGENDALIAN DEBIT BANJIR AKIBAT PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI

PENERAPAN KOLAM RETENSI DALAM PENGENDALIAN DEBIT BANJIR AKIBAT PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI Seminar Nasional IX - 13Teknik Sipil ITS Surabaya PENERAPAN KOLAM RETENSI DALAM PENGENDALIAN DEBIT BANJIR AKIBAT PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI Albert Wicaksono 1, Doddi Yudianto 2, Bambang Adi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK 98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih

Lebih terperinci

Bab V Analisa dan Diskusi

Bab V Analisa dan Diskusi Bab V Analisa dan Diskusi V.1 Pemilihan data Pemilihan lokasi studi di Sungai Citarum, Jawa Barat, didasarkan pada kelengkapan data debit pengkuran sungai dan data hujan harian. Kalibrasi pemodelan debit

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah 15 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di sepanjang daerah rendaman Sungai Cisangkuy di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. (Sumber : Foto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banjir merupakan salah satu peristiwa alam yang seringkali terjadi. Banjir dapat terjadi karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara kepulauan yang secara astronomis terletak di sekitar garis katulistiwa dan secara geografis terletak di antara dua benua dan dua samudra, Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI LAPISAN DASAR SALURAN TERBUKA TERHADAP KECEPATAN ALIRAN ABSTRAK

PENGARUH VARIASI LAPISAN DASAR SALURAN TERBUKA TERHADAP KECEPATAN ALIRAN ABSTRAK PENGARUH VARIASI LAPISAN DASAR SALURAN TERBUKA TERHADAP KECEPATAN ALIRAN Dea Teodora Ferninda NRP: 1221039 Pembimbing: Robby Yussac Tallar, Ph.D. ABSTRAK Dalam pengelolaan air terdapat tiga aspek utama

Lebih terperinci

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI 2-DIMENSI TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI MESUJI PROVINSI LAMPUNG

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI 2-DIMENSI TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI MESUJI PROVINSI LAMPUNG NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI 2-DIMENSI TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI MESUJI PROVINSI LAMPUNG Disusun oleh : SIGIT NURHADY 04/176561/TK/29421 JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Solusi Numerik Distribusi Tekanan dengan Persamaan Difusi Dua Dimensi pada Reservoir Panas Bumi Fasa Air Menggunakan Skema Crank-Nicholson Numerical Solution for Pressure

Lebih terperinci

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Kondisi aliran dalam saluran terbuka yang rumit berdasarkan kenyataan bahwa kedudukan permukaan

Lebih terperinci

PENURUNAN PERSAMAAN SAINT VENANT SECARA GEOMETRIS

PENURUNAN PERSAMAAN SAINT VENANT SECARA GEOMETRIS βeta p-issn: 2085-5893 e-issn: 2541-0458 Vol. 6 No. 2 (Nopember) 2013, Hal. 172-200 βeta2013 PENURUNAN PERSAMAAN SAINT VENANT SECARA GEOMETRIS Ayu Eka Pratiwi 1, Tri Widjajanti 2, Andi Fajeriani Wyrasti

Lebih terperinci

Persamaan Chezy. Pada aliran turbulen gaya gesek sebanding dengan kuadrat kecepatan. Persamaan Chezy, dengan C dikenal sebagai C Chezy

Persamaan Chezy. Pada aliran turbulen gaya gesek sebanding dengan kuadrat kecepatan. Persamaan Chezy, dengan C dikenal sebagai C Chezy Saluran Terbuka Persamaan Manning Persamaan yang paling umum digunakan untuk menganalisis aliran air dalam saluran terbuka. Persamaan empiris untuk mensimulasikan aliran air dalam saluran dimana air terbuka

Lebih terperinci

SOLUSI NUMERIK PADA PERSAMAAN FORCED KORTEWEG DE VRIES

SOLUSI NUMERIK PADA PERSAMAAN FORCED KORTEWEG DE VRIES SOLUSI NUMERIK PADA PERSAMAAN FORCED KORTEWEG DE VRIES Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Sidang Sarjana Program Studi Matematika Penyusun : Achirul Akbar (10102046) Pembimbing : Dr. Leo H.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Gerusan Gerusan merupakan penurunan dasar sungai karena erosi di bawah permukaan alami ataupun yang di asumsikan. Gerusan adalah proses semakin dalamnya dasar sungai karena interaksi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhadap perbedaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA 5.1. TINJAUAN UMUM Analisis hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit rencana. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab II,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DIMENSI DRAINASE. Dalam merencanakan dimensi saluran samping yang terletak di kiri dan kanan

BAB V ANALISA DIMENSI DRAINASE. Dalam merencanakan dimensi saluran samping yang terletak di kiri dan kanan Bab V Analisa Dimensi Drainase BAB V ANALISA DIMENSI DRAINASE 5.1 Perencanaan dimensi saluran Samping Dalam merencanakan dimensi saluran samping yang terletak di kiri dan kanan jalan maupun gorong-gorong

Lebih terperinci

EVALUASI DESAIN MASTERPLAN SISTEM DRAINASE KOTA TANJUNG SELOR. The Design Evaluation of Tanjung Selor City Drainage System Masterplan SKRIPSI

EVALUASI DESAIN MASTERPLAN SISTEM DRAINASE KOTA TANJUNG SELOR. The Design Evaluation of Tanjung Selor City Drainage System Masterplan SKRIPSI EVALUASI DESAIN MASTERPLAN SISTEM DRAINASE KOTA TANJUNG SELOR The Design Evaluation of Tanjung Selor City Drainage System Masterplan SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Pada

Lebih terperinci

Kata Kunci : Vektor kecepatan, pola aliran, PIV, pemodelan, pilar jembatan 1 Disampaikan pada Seminar Tugas Akhir 3 Dosen Pembimbing I

Kata Kunci : Vektor kecepatan, pola aliran, PIV, pemodelan, pilar jembatan 1 Disampaikan pada Seminar Tugas Akhir 3 Dosen Pembimbing I NASKAH SEMINAR 1 ANALISA VEKTOR KECEPATAN DAN POLA ALIRAN DI SEKITAR PILAR DENGAN METODE PIV (Particle Image Velocimetry) (Studi Kasus Model Pilar Berpenampang Lingkaran dan Persegi) Sitty Rukmini Mokobombang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal serta beberapa tugas akhir tentang gerusan lokal yang digunakan untuk menunjang penelitian, baik pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PERSEMBAHAN... III PERNYATAAN... IV KATA PENGANTAR... V DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PERSEMBAHAN... III PERNYATAAN... IV KATA PENGANTAR... V DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PERSEMBAHAN... III PERNYATAAN... IV KATA PENGANTAR... V DAFTAR ISI... VII DAFTAR GAMBAR... X DAFTAR TABEL... XIV DAFTAR LAMPIRAN... XVI DAFTAR

Lebih terperinci

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut:

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut: Pengukuran Debit Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran debit secara langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan peralatan berupa alat pengukur

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. OLEH : Mochamad Sholikin ( ) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki Widodo, M.Sc.

TUGAS AKHIR. OLEH : Mochamad Sholikin ( ) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki Widodo, M.Sc. TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK SEDIMENTASI DI PERTEMUAN DUA SUNGAI MENGGUNAKAN METODE MESHLESS LOCAL PETROV- GALERKIN DAN SIMULASI FLUENT OLEH : Mochamad Sholikin (1207 100 056) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki

Lebih terperinci

Perbandingan Hasil Pemodelan Aliran Satu Dimensi Unsteady Flow dan Steady Flow pada Banjir Kota

Perbandingan Hasil Pemodelan Aliran Satu Dimensi Unsteady Flow dan Steady Flow pada Banjir Kota VOLUME 21, NO. 1, JULI 2015 Perbandingan Hasil Pemodelan Aliran Satu Dimensi Unsteady Flow dan Steady Flow pada Banjir Kota Andreas Tigor Oktaga Balai Besar Wilayah Sungai Pemali - Juana Jl. Brigjend Soediarto

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: saluran, aliran, saluran terbuka, permukaan, atmosfir, parameter, variasi, penampang. vii

ABSTRAK. Kata kunci: saluran, aliran, saluran terbuka, permukaan, atmosfir, parameter, variasi, penampang. vii ABSTRAK Pembuangan air atau bisa disebut selokan adalah contoh dari aliran saluran terbuka, dimana permukaan airnya bebas / berhubungan langsung dengan udara luar (atmosfir). Pada aliran saluran terbuka,

Lebih terperinci

PERENCANAAN NORMALISASI KALI TUNTANG DI KABUPATEN DEMAK DAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN NORMALISASI KALI TUNTANG DI KABUPATEN DEMAK DAN KABUPATEN GROBOGAN LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN NORMALISASI KALI TUNTANG DI KABUPATEN DEMAK DAN KABUPATEN GROBOGAN Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Pada Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

STUDI PERBEDAAN KEHILANGAN TEKANAN DI SALURAN TERBUKA DAN SALURAN TERTUTUP PADA CONVEYE SEBAGAI SUPLAI DEBIT PLTMH DI KALISAT JAMPIT PTPN XII JEMBER

STUDI PERBEDAAN KEHILANGAN TEKANAN DI SALURAN TERBUKA DAN SALURAN TERTUTUP PADA CONVEYE SEBAGAI SUPLAI DEBIT PLTMH DI KALISAT JAMPIT PTPN XII JEMBER ii STUDI PERBEDAAN KEHILANGAN TEKANAN DI SALURAN TERBUKA DAN SALURAN TERTUTUP PADA CONVEYE SEBAGAI SUPLAI DEBIT PLTMH DI KALISAT JAMPIT PTPN XII JEMBER SKRIPSI Oleh Dwi Handoko NIM 081910301042 PROGRAM

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Gas alam adalah bahan bakar fosil berbentuk gas, dengan komponen utamanya adalah metana (CH 4 ) yang merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan.

Lebih terperinci

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING) VII-1 BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING) 7.1. Penelusuran Banjir Melalui Saluran Pengelak Penelusuran banjir melalui pengelak bertujuan untuk mendapatkan elevasi bendung pengelak (cofferdam). Pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Batasan

Lebih terperinci

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase Bab III HIDROLIKA Sub Kompetensi Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase 1 Analisis Hidraulika Perencanaan Hidraulika pada drainase perkotaan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah untuk menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai. 3.1.1 Permasalahan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA DAN DIMENSI SALURAN DRAINASE

BAB VI ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA DAN DIMENSI SALURAN DRAINASE BAB VI ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA DAN DIMENSI SALURAN DRAINASE 6. Tinjauan Umum Analisis debit banjir rencana saluran drainase adalah bertujuan untuk mengetahui debit banjir rencana saluran sekunder

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Umum Banjir merupakan salah satu masalah lingkungan yang sering terjadi di lingkungan daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian. Diakibatkan

Lebih terperinci

Nizar Achmad, S.T. M.Eng

Nizar Achmad, S.T. M.Eng Nizar Achmad, S.T. M.Eng Pendahuluan HEC RAS(Hidraulic Engineering Corps, River Analysis System) dikembangkan oleh Insinyur Militer Amerika Serikat (US Army Corps of Engineer) Digunakan internal Militer

Lebih terperinci

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Sungai Cisadane 4.1.1 Letak Geografis Sungai Cisadane yang berada di provinsi Banten secara geografis terletak antara 106 0 5 dan 106 0 9 Bujur Timur serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah atau disebut sebagai underground river, misalnya sungai bawah tanah di

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah atau disebut sebagai underground river, misalnya sungai bawah tanah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan suatu aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Berdasarkan perletakkan sungai,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pengertian Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh penulis, adalah sebagai berikut :. Hujan adalah butiran yang jatuh dari gumpalan

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI Perencanaan Sistem Suplai Air Baku 4.1 PERENCANAAN SALURAN PIPA Perencanaan saluran pipa yang dimaksud adalah perencanaan pipa dari pertemuan Sungai Cibeet dengan Saluran

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 17 BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal dan segala referensi yang mendukung guna kebutuhan penelitian. Sumber yang diambil adalah sumber yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di dunia. Hal ini juga terjadi di Indonesia, dimana banjir sudah menjadi bencana rutin yang terjadi setiap

Lebih terperinci

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK A. Pemodelan Hidrolika Saluran drainase primer di Jalan Sultan Syahrir disimulasikan dengan membuat permodelan untuk analisis hidrolika. Menggunakan software HEC-RAS versi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan dijelaskan mengenai latar belakang yang mendasari penelitian ini yang kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang

Lebih terperinci

SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *)

SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *) SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI Dian Savitri *) Abstrak Gerakan air di daerah pesisir pantai merupakan kombinasi dari gelombang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan daerah tujuan wisata utama yang memiliki berbagai potensi untuk menarik wisatawan. Salah satu daerah di antaranya adalah kawasan Denpasar Barat dan kawasan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Saluran Terbuka Saluran terbuka adalah salah satu aliran yang mana tidak semua dinding saluran bergesekan dengan fluida yang mengalir, oleh karena itu terdapat ruang bebas dimana

Lebih terperinci

Pengendalian Banjir Sungai

Pengendalian Banjir Sungai Pengendalian Banjir Sungai Bahan Kuliah Teknik Sungai Dr. Ir. Istiarto, M.Eng. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM Sungai Saluran drainasi alam tempat penampung dan penyalur alamiah air dari mata

Lebih terperinci

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK Dalam mempelajari perilaku hidraulika aliran, perlu dilakukan permodelan yang mampu menggambarkan kondisi sebuah aliran. Permodelan dapat dilakukan dengan menggunakan HEC-RAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses

I. PENDAHULUAN. Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan (raifall depth) akan dialihragamkan menjadi aliran, baik melalui

Lebih terperinci

dimana: Fr = bilangan Froude U = kecepatan aliran (m/dtk) g = percepatan gravitasi (m/dtk 2 ) h = kedalaman aliran (m) Nilai U diperoleh dengan rumus:

dimana: Fr = bilangan Froude U = kecepatan aliran (m/dtk) g = percepatan gravitasi (m/dtk 2 ) h = kedalaman aliran (m) Nilai U diperoleh dengan rumus: BAB III LANDASAN TEORI A. Perilaku Aliran Tipe aliran dapat dibedakan menggunakan bilangan Froude. Froude membedakan tipe aliran sebagai berikut: 1. Aliran kritis, merupakan aliran yang mengalami gangguan

Lebih terperinci