INDUSTRI PERKEBUNAN TEBU DI RESIDENSI MADIUN PADA MASA AKHIR KOLONIAL (1900-1942) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah Kepada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Disusun Oleh: ELA APRILIA PUTRININGTIAS C0512024 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 i
INDUSTRI PERKEBUNAN TEBU DI RESIDENSI MADIUN PADA MASA AKHIR KOLONIAL (1900-1942) Disusun Oleh ELA APRILIA PUTRININGTIAS C.0512024 Telah Disetujui Oleh Dosen Pembimbing Pembimbing Prof. Dr. Warto, M. Hum. NIP. 196109251986031001 Mengetahui, Kepala Program Studi Ilmu Sejarah Tiwuk Kusuma Hastuti S.S., M.Hum. NIP. 197306132000032002 ii
INDUSTRI PERKEBUNAN TEBU DI RESIDENSI MADIUN PADA MASA AKHIR KOLONIAL (1900-1942) Disusun Oleh ELA APRILIA PUTRININGTIAS C0512024 Telah Disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Pada tanggal... Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua penguji Sekretaris penguji Penguji I Penguji II Dr. Susanto, M.Hum. NIP. 195911291988031001 Drs. Supariadi, M.Hum. NIP. 196207141989031002 Prof. Dr. Warto, M. Hum. NIP. 196109251986031001 Dra. Sawitri Pri Prabawati, M. Pd. NIP. 195806011986012001 Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Prof. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed., Ph. D. NIP. 196003281986011001 iii
PERNYATAAN Nama : Ela Aprilia Putriningtias NIM : C.0512024 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Industri Perkebunan Tebu di Residensi Madiun Pada Masa Akhir Kolonial (1900-1942) adalah betulbetul karya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut. Surakarta, November 2016 Yang membuat pernyataan Ela Aprilia Putriningtias iv
MOTTO Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil: kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. ( Evelyn Underhill) v
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Kedua orang tua, Bapak Sumani dan Ibu Sartun 2. Adik Ifan Hana Dwi vi
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Industri Perkebunan Tebu di Residensi Madiun Pada Masa Akhir Kolonial (1900-1942. Penyusunan skripsi ini melalui proses yang panjang dan di dalamnya banyak menghadapi hambatan namun berkat dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tak langsung, akhirnya skripsi ini mampu terselesaikan. Dengan segala kerendahan, keikhlasan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan menyelesaikan studi dengan baik. 2. Tiwuk Kusuma H. S.S, M.Hum selaku Kepala Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Pembimbing Akademik. 3. Prof. Dr. Warto, M. Hum sebagai Pembimbing I dalam penulisan skripsi yang selalu sabar memberikan bimbingan dalam menulis dan memahami sejarah. 4. Dra. Sawitri Pri P, M. Hum sebagai Pembimbing II dalam menulis skripsi. 5. Segenap dosen pengajar di Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis. 6. Kedua Orang Tua penulis Bapak Sumani dan Ibu Sartun serta Adik Ifan dan seluruh keluarga yang telah mendukung secara moral dan material hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 7. Terimakasih kepada seluruh pihak Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Jawa Timur, yang telah membantu penulis mencari data untuk melengkapi penelitian ini. vii
8. Terimakasih petugas perpustakaan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM, yang telah memberi kesempatan penulis mencari data untuk melengkapi penelitian ini. 9. Terimakasih kepada teman-teman mahasiswa Ilmu Sejarah angkatan 2012 yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk menyelesaikan penulisan ini. Penulis sepenuhnya sadar betul bahwa dalam penelitian ini merupakan proses belajar yang masih jauh dari sempurna. Segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga penelitian ini dapat memberi manfaat. Surakarta, 2016 Penulis viii
DAFTAR ISI 1. HALAMAN JUDUL... i 2. HALAMAN PERSETUJUAN... ii 3. HALAMAN PENGESAHAN... iii 4. HALAMAN PERNYATAAN... iv 5. HALAMAN MOTTO... v 6. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi 7. KATA PENGANTAR... vii 8. DAFTAR ISI... vix 9. DAFTAR TABEL... xii 10. DAFTAR ISTILAH... xiii 11. DAFTAR SINGKATAN... xv 12. DAFTAR GAMBAR... xvi 13. DAFTAR LAMPIRAN... xvii 14. ABSTRAK... xviii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 6 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Manfaat Penelitian... 7 E. Tinjauan Penelitian... 7 F. Metode Penelitian... 11 G. Sistematika Penulisan... 14 BAB II. GAMBARAN UMUM KARESIDENAN MADIUN ABAD XX... 16 A. Tata Pemerintahan Karesidenan Madiun... 17 B. Kondisi Geografis Madiun... 19 C. Kondisi Demografis Madiun... 23 ix
1. Pendidikan... 27 2. Migrasi... 29 D. Perkembangan Pertanian di Karesidenan Madiun... 31 BAB III. INDUSTRI PERKEBUNAN TEBU DI MADIUN SEBELUM KRISIS EKONOMI TAHUN 1929... 42 A. Pabrik-Pabrik Gula di Madiun... 44 B. Perluasan Areal Tanam Industri Perkebunan Tebu di Madiun... 51 1. Cara Industri Perkebunan Tebu di Madiun Memperluas Areal Tanam... 53 2. Perluasan Areal Tanam Perkebunan Tebu Pagottan di Ponorogo... 57 C. Pabrik Gula Redjo Agung, Industri Perkebunan Tebu Tionghoa Terbesar di Jawa... 61 D. Irigasi di Madiun Dalam Perkembangan Industri Perkebunan Tebu... 62 E. Tenaga Kerja Industri Perkebunan Tebu... 66 F. Sarana Transportasi... 72 BAB IV. INDUSTRI PERKEBUNAN TEBU DI MADIUN PADA MASA KRISIS EKONOMI 1929 HINGGA 1942... 79 A. Produksi Gula di Madiun Pada Masa Krisis Ekonomi... 81 B. Kendala Pemasaran Gula Pada Masa Krisis Ekonomi... 84 C. Upaya Menanggulangi Krisis Ekonomi... 86 1. Pengurangan Areal Tanam Tebu... 88 2. Pengurangan Tenaga Kerja Perkebunan... 90 3. Peralihan Ke Sektor Ekonomi Lain... 92 x
BAB V. KESIMPULAN... 96 DAFTAR PUSTAKA... 98 LAMPIRAN... 102 xi
DAFTAR TABEL Halaman 1. Jumlah penduduk Madiun tahun 1905-1920... 24 2. Perbandingan jumlah pendudk laki-laki dan Perempuan di Karesidenan Madiun tahun 1920... 26 3. Luas tanah garapan di Madiun sejak 1918-1929... 34 4. Jumlah produksi gabah di Madiun 1918-1929... 34 5. Luas areal tanam pertanian di Madiun tahun 1918-1929... 36 6. Produksi pertanian di Madiun tahun 1918-1929... 37 7. Produksi gula di Madiun tahun 1916... 58 8. Luas areal tanam pabrik gula Pagottan di Ponorogo... 59 9. Jumlah petani di Madiun tahun 1920-1930... 69 10. Upah rata-rata bagi buruh di Hindia Belanda tahun 1900-1931... 70 11. Jumlah tenaga kerja perkebunan tebu di Madiun tahun 1920-1930... 72 xii
DAFTAR ISTILAH Afdeling/Afdelingen Alluvial Bau Centaur suatu wilayah administratif pada masa kolonial Hindia Belanda setingkat kabupaten jenis tanah liat yang dapat menampung air hujan ukuran luasan tanah (7096 M²) istilah dalam mitologi Yunani yang mengibaratkan manusia setengah kuda (dalam hal ini menggambarkan adanya hubungan ketergantungan antara industri perkebunan dan masyarakat pribumi) Cultuur Banken Bank yang memberikan kredit lunak terhadap perusahaan perkebunan Eigendom Eksploitasi Erpacht Imperialisme hak milik mutlak pengambilan sumber daya alam untuk dipakai dalam berbagai kebutuhan manusia hak sewa atas tanah bangsa yang menjalankan politik menjajah bangsa lain untuk kepentingan industri dan modal Jaman mallaise/meleset masa krisis ekonomi tahun 1929 Kapitalisme Kopschool sistem ekonomi yang modalnya bersumber pada modal pribadi atau perusahaan swasta dengan ciri persaingan dalam pasar bebas sekolah bagi kaum wanita xiii
Oetjeng Ordonansi Pikul Ploeg Polittical broker Regentschap Staatsblad Tweede klasse seorang yang bertugas untuk mengatur irigasi sawah dan perkebunan tebu peraturan pemerintah setara dengan 61,76 Kg pembagian kelompok kerja seorang yang mampu mempengaruhi orang-orang untuk satu hal tertentu demi kepentingan politik dan keuangan istilah untuk menyebut kabupaten lembaran-lembaran negara pada masa Hindia Belanda kelas pribumi, setingkat sekolah dasar kelas dua Vervolg school kelas sambungan, setelah lulus dari Volkschool (sekolah desa) xiv
DAFTAR SINGKATAN AVROS NILM VVCMC NHM POJ NIVAS Algemeene Vereniging van Rubber Planters ter Oostkust van Sumatra National Industrie En Landbouw Maatschappy Verenigde Vorsendsche Cultural Maatschappy Nederlands Hendel Maatschapij Proefstation Oost Java Nederlandsch Indie Veereningde Voor De Afzet Van Suiker xv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Peta geografis Madiun... 22 2. Kali Madiun tahun 1916-1919... 39 3. Pabrik gula Redjo Agoeng tahun 1910... 46 4. Peta lokasi pabrik gula Pagottan... 47 5. Mesin ruang pabrik gula Pagottan... 50 6. Saluran irigasi di telaga Ngebel tahun 1930... 65 7. Peta jalur kereta Madiun-Ponorogo abad XX... 75 xvi
DAFTAR LAMPIRAN 1. Landbouw nomor 43 (Nota Over Den Inveloet Van De Particuliere Suikerriet-Cultuur Op De Teelt Van Inlandsche Voe Dings Gewassen Batavia Landsdrukkerij 1900)... 102 2. Volkstelling 1920 ( sensus penduduk tahun 1905-1920)... 104 3. Verslag nomor 379 ( hasil panen pabrik gula Pagottan tahun 1887-1922)... 107 4. Volkstelling 1930 ( jumlah petani di Jawa Timur sejak tahun 1921-1930)... 111 5. Volkstelling 1930 ( jumlah tenaga kerja perempuan dan laki-laki pada sensus penduduk tahun 1930)... 112 6. Volkstelling 1930 ( jumlah tenaga kerja perkebunan tebu pada tahun 1930)... 113 7. Indisch Courant, 14 Maret 1927... 114 8. De Telegraaf, 28 Desember 1934... 115 9. Indisch Courant, 7 Februari 1934... 117 xvii
ABSTRAK Ela Aprilia Putriningtias. C.0512024. 2016. Industri Perkebunan Tebu di Residensi Madiun Pada Masa Akhir Kolonial (1900-1942). Skripsi: Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Penelitian sejarah industri perkebunan tebu di Madiun pada masa kolonial akhir ini bertujuan untuk mengetahui kondisi industri perkebunan tebu di Madiun sebelum krisis ekonomi tahun 1929 dan untuk mengetahui perkembangan industri perkebunan tebu di Madiun pada masa krisis ekonomi 1929 dan sesudahnya hingga tahun 1942. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang dimulai dengan tahap heuristik, yakni pengumpulan data dari berbagai sumber sejarah sezaman yang berupa arsip dan dokumen. Tahap selanjutnya kritik sumber, yakni untuk mendapatkan data yang valid, interpretasi yaitu tahap menganalisis data sehingga memperoleh fakta dalam suatu peristiwa, dan terakhir penulisan hasil penelitian atau historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan industri perkebunan tebu di Madiun sebelum krisis ekonomi 1929 terus mengalami peningkatan yakni meliputi perluasan areal tanam, peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap, perkembangan sarana transportasi, serta pembangunan sarana irigasi. Adanya kelonggaran dalam penyewaan tanah telah terjadi sejak tahun 1870 terkait adanya UUA ((Undang -Undang Agraria), hingga pada tahun 1918 muncul ketentuan No. 88 mengenai adanya hak industri untuk mengatur upah maupun sewa sendiri. Ketentuan tersebut memberikan kompensasi perpanjangan hak sewa bagi industri gula hingga lima puluh tahun, ini menjadi faktor penting awal pertumbuhan industri perkebunan tebu pada abad ke-20. Memasuki dasawarsa ketiga abad dua puluh produksi gula di Madiun semakin melimpah bahkan mengalami penumpukan produksi. Namun pada tahun 1929 krisis ekonomi menimpa perekonomian Hindia Belanda, perkebunan tebu di Madiun mengalami kemerosotan. Untuk mengatasi kebangkritan industri gula, pemerintah melakukan pembatasan terhadap arus distribusi gula. Industri perkebunan tebu di Residensi Madiun pada masa akhir kolonial (1900-1942) mengalami kenaikan dan kemerosotan. Adapun nilai penting dari perkembangan industri perkebunan tebu adalah menjadi proses peredaran arus uang di kalangan masyarakat yang diperoleh dari upah kerja maupun upah sewa. Kata kunci: krisis ekonomi, masa kolonial akhir, perkebunan, tebu, Madiun. xviii
ABSTRACT Ela Aprilia Putriningtias. C.0512024. 2016. Sugarcane Plantation Industry in Madiun Residency During The End of Colonial Period (1900-1942). Thesis: Studies Program History Faculty of Humanities Sebelas Maret University Surakarta. Research the history of the industry of sugarcane plantationin Madiun at the end of the colonial period had several objectivesto determine the condition of sugarcane plantation industry in Madiun before the economic crisis of 1929 and to know the development of the industry of sugarcane plantation in Madiun during the crisis economic of 1929 until 1942. This research uses history approach that began with a heuristic stage, the collection of data from various sources of contemporary history consist of archives and documents. The next stage of source criticism, which is to obtain valid data, the interpretation is the stage of analyzing the data so as to obtain the facts of an event, and the latter wrote a research report or historiography. Results from this study indicate that the development sugarcane plantation industry in Madiun residency before the economic crisis always increased, which consists of the expansion of planting area, increased number of workers, the developed transportation, and expansed irrigations. Flexibility towards land rent had been occured since 1870 related to UUA (Agrarisch Wet), until in 1918 the emerged industry provisions regard their right to regulate wages and rent to own. There were requirements prolongation of rent-right for sugar industry up to 50 years, this became an important factor for early sugarcane plantation development in 20 th century, production of sugar in Madiun became more abundant even there was a stack of sugar production, but in 1929 economic crisis effected Dutch east Indie s ecomony, sugarcane plantation in Madiun had been in decline. To resolved bankruptcy of sugar industry, the government limited the distribution of sugar. Sugarcane plantation industri in Madiun Residency during the end of colonial period (1900-1942) increased and decreased, indirrectly sugarcane plantation industry became a cash flow process in society, from wages or rent the land acquired. Keywords: economic crisis, the end of the colonial periode, plantation, sugarcane, Madiun xix