BAB III : PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN Jumlah Kematian Angka Kesakitan... 13

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN Pakuhaji. Rajeg. Sepatan Timur Kutabumi. Binong. Jl. Jl. Emas. Bojong Nangka Panongan.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN Pakuhaji. Rajeg. Sepatan Timur Kutabumi. Binong. Jl. Jl. Emas. Bojong Nangka Panongan.

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Juknis Operasional SPM

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

BAB II PERENCANAAN KINERJA

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

penduduk 1 : dari target 1:2.637, Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA mencapai 92,11 % dari target 82,00 %, Cakupan penemuan dan

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG 2010

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

Transkripsi:

.Profil Dinas Kesehatan DAFTAR ISI SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I : PENDAHULUAN... 1 BAB II : GAMBARAN UMUM... 3 2.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Tangerang... 3 2.2. Kependudukan... 3 2.3. Strata Penduduk... 6 2.4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)... 7 2.5. Angka Harapan Hidup... 7 BAB III : PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN... 9 3.1. Jumlah Kematian... 9 3.2. Angka Kesakitan... 13 BAB IV : UPAYA KESEHATAN... 35 4.1. Pelayanan Kesehatan Dasar... 35 4.2. Status Gizi... 42 4.3. Perilaku Masyarakat... 47 4.4. Kesehatan Lingkungan... 52 4.5. Pelayanan Kesehatan... 58 4.6. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)... 61 4.7. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut... 63 iii

.Profil Dinas Kesehatan 4.8. Pelayanan Kesehatan Remaja... 66 4.9. Pelayanan Pengobatan... 68 4.10. Pelayanan di Rumah Sakit... 77 4.11. Pelayanan Kesehatan Pada Masyarakat Miskin... 80 BAB V : SUMBER DAYA KESEHATAN... 85 5.1. Ketenagaan... 85 5.2. Sarana Kesehatan Dasar... 86 5.3. Peran Serta Swasta Dalam Upaya Kesehatan... 87 5.4. Pembiayaan Kesehatan... 88 BAB VI : PENUTUP... 91 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 92 iv

.Profil Dinas Kesehatan DAFTAR TABEL Tbl II.1 : Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Tangerang Tahun... 4 Tbl II.2 : Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten... 5 Tangerang Tahun Tbl II.3 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok... 6 Umur Tahun Tbl II.4 : Umur Harapan Hidup di Kab. Tangerang Th. 2010 2011... 8 Tbl III.1 : Penyebab Kematian Ibu Tahun... 12 Tbl III.2 : Data Kasus DBD Th.2011-... 14 Tbl III.3 : Cakupan Pengobatan Massal Filariasis Tahun 2011-... 16 Tbl III.4 : Persentase Cakupan Kasus Diare Semua Umur... 18 Tbl III.5 : Persentase Cakupan Kasus Diare Pada Balita... 19 Tahun 2011- Tbl III.6 : Persentase Target dan Cakupan Penemuan Kasus Pneumonia... 22 Tbl III.7 : Distribusi Kasus TB-MDR Tahun... 25 Tbl III.8 : Penemuan Kasus Baru Kusta 2011 -... 25 Tbl III.9 : Sebaran Posbindu per-kecamatan Tahun... 30 Tbl III.10 : Puskesmas Sentinel PPOK Balaraja dan Curug Tahun... 31 Tbl III.11 : Pola Kasus PD3I Tahun 2011-... 33 Tbl III.12 : Kejadian Luar Biasa Tahun 2011-... 34 Tbl IV.1 : Gambaran Status Gizi Balita Tahun 2011-... 44 Tbl IV.2 : Capaian Indikator PHBS Tahun... 48 Tbl IV.3 : Pembinaan (UKBM) Th.... 51 Tbl IV.4 : Persentase Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar... 55 Yang Memenuhi syarat Tbl IV.5 : Hasil Pencapaian Sasaran Program Penyehatan Lingkungan... 56 Tbl IV.6 : Data Hasil Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan... 57 v

.Profil Dinas Kesehatan Tbl IV.7 : Data Hasil Pengawasan Makanan Memenuhi Syarat... 58 Tbl IV.8 : Cakupan Imunisasi Rutin Menurut Jenis Antigen... 59 Tbl IV.9 : Universal Child Immunization (UCI) Desa Tahun 2011-... 59 Tbl IV.10 : Cakupan Bulan Imunisasi Anak Sekolah Tahun 2011-... 60 Tbl IV.11 : Sekolah yang mendapatkan pelayanan Penjaringan Kesehatan... 61 Tahun Tbl IV.12 : Jumlah Siswa yang diperiksa Pada Kegiatan... 62 Penjaringan Kesehatan Tahun Tbl IV.13 : Jumlah Posbindu di Wilayah Kabupaten Tangerang Th.... 64 Tbl IV.14 : Jumlah Kunjungan Remaja Tahun... 66 Tbl IV.15 : Jumlah Kunjungan Pasien ke Pelayanan Pengobatan... 73 Berdasarkan Poli Umum dan Poli Gigi di Puskesmas Tbl IV.16 : BOR 7 Puskesmas DTP di Kabupaten Tangerang Tahun... 75 Tbl.IV.17 : Data Tenaga Kerja Di Kabupaten Tangerang Th. 2011-... 76 Tbl.IV.18 : Pelayanan Kesehatan Kerja Th.2011-... 76 Tbl IV.19 : BOR, LOS dan TOI Rumah Sakit Th.2011-... 78 Tbl IV.20 : NDR dan GDR Rumah Sakit Th.2011-... 79 Tbl IV.21 : Capaian Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan... 80 Peserta Jamkesmas Di Pelayanan Dasar Tahun 2011- Tbl 1V.22 : Kelompok Umur peserta jamkesmas yang memanfaatkan... 81 pelayanan kesehatan dasar di pelayanan dasar tahun 2011- Tbl IV.23 : ANC Dan PNC Pelayanan Persalinan Di Pelayanan Dasar... 81 Tbl IV.24 : Pelayanan Persalinan Tahun... 82 Tbl IV.25 : Realisasi Bantuan Biaya Pengobatan Bagi Masyarakat... 83 Kurang Mampu (Jamkesda) Tahun Tbl V.1 : Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Pemerintah & Swasta... 85 Tahun Tbl V.2 : Sarana Kesehatan di Kabupaten Tangerang Th.... 86 vi

.Profil Dinas Kesehatan DAFTAR GRAFIK Grafik II.1 : Perkembangan IPM Kabupaten Tangerang Tahun 2010 2011... 7 Grafik III.1 : Jumlah Kematian Bayi Tahun 2010-... 10 Grafik III.2 : Penyebab Kematian Bayi Tahun... 10 Grafik III.3 : Jumlah Kematian Ibu Tahun 2010-... 11 Grafik III.4 : Penyebab Kematian Ibu Tahun... 12 Grafik III.5 : 10 Besar Penyakit Tahun... 13 Grafik III.6 : Insidens Rate dan Case Fatality Rate kasus DBD di Kabupaten Tangerang Tahun 2011 -... 14 Grafik III.7 : Distribusi Kasus Filariasis Tahun 2011-... 15 Grafik III.8 : Angka Pencapaian Pengobatan Filariasis 2011-... 16 Grafik III.9 : Angka Keberhasilan Pengobatan Filariasis Tahun 2011-... 17 Grafik III.10 : Pemantauan Kasus Diare Bulanan... 20 Grafik III.11: Penemuan Kasus (CDR) TB Paru Th.2011-... 23 Grafik III.12: Konversi Kasus TB Paru BTA Positif... 24 Grafik III.13: Cure Rate dan Succes Rate TB Paru BTA Positif... 24 Grafik III.14: Case detection Rate kasus Kusta di Kabupaten Tangerang Tahun 2010-... 26 Grafik III.15 : Prevalensi Rate Kasus Kusta Th.2010-... 27 Grafik III.16 : Trend penemuan Kasus HIV AIDS di Kabupaten Tangerang Tahun 2011-... 27 Grafik III.17 : Kasus HIV - AIDS per-kecamatan Tahun... 29 Grafik III.18: Kasus Deteksi Dini Faktor Risiko PJPD... 31 Grafik III.19: Penyakit Tidak Menular Utama Kabupaten Tangerang Th.... 31 Grafik IV.1 : Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil (K1)... 36 Grafik IV.2 : Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil (K4)... 36 Grafik IV.3 : Cakupan Penanganan Komplikasi Th.2010-... 37 Grafik IV.4 : Pertolongan Persalinan oleh... 38 vii

.Profil Dinas Kesehatan Tenaga Kesehatan Tahun 2010- Grafik IV.5 : Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Th.2010-... 39 Grafik IV.6 : Cakupan Kunjungan Neonatus KN1 dan KN Lengkap... 39 Grafik IV.7 : Cakupan Penanganan Neonatus Komplikasi Th.2010-... 41 Grafik IV.8 : Cakupan Kunjungan Bayi Th.2010-... 41 Grafik IV.9 : Cakupan Peserta KB aktif Th.2010-... 42 Grafik IV.10: Cakupan Vitamin A Th.... 46 Grafik IV.11: Jumlah Desa Siaga Aktif Th.... 50 Grafik IV.12: Cakupan Sekolah Yang Mendapatkan Pelayanan... 62 Penjaringan Kesehatan Tahun 2011- Grafik IV.12: Jumlah Lansia Dirujuk ke Puskesmas dan Rumah Sakit Tahun 2010-2011... 56 Grafik IV.13: Jumlah Siswa yang Diperiksa Pada Kegiatan... 62 Penjaringan Kesehatan Tahun 2011- Grafik IV.14: Jumlah Lansia Tahun 2011 -... 63 Grafik IV.15: Jumlah Lansia Diperiksa di Posbindu Th... 65 Grafik IV.16: Jumlah Lansia Dirujuk ke Puskesmas dan Rumah Sakit... 66 Tahun 2011 - Grafik IV.17: Cakupan Pelayanan Remaja Tahun 2011 -... 67 Grafik IV.18: Jumlah Kunjungan Kasus di Klinik Remaja... 67 Grafik IV.19: Penggunaan Antibiotik pada Penyakit Diare non Spesifik... 69 Grafik IV.20: Penggunaan Antibiotik pada ISPA non Pneumonia... 69 Grafik IV.21: Penggunaan Antibiotik untuk semua kasus penyakit... 70 di Puskesmas Grafik IV.22: Jenis Antibiotik Yang Digunakan di Puskesmas Tahun... 71 Grafik IV.23: Persentase Kunjungan Pasien Baru ke Pelayanan Pengobatan... 74 di Puskesmas Kabupaten Tangerang Tahun 2011 Grafik IV.24: Hasil Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi di 42 Puskesmas... 74 Grafik IV.25: BOR 7 Puskesmas DTP di Kabupaten Tangerang Tahun... 75 Grafik IV.26: 10 Penyakit Terbanyak Pada Usia Angkatan Kerja Th.... 77 Grafik IV.27: Hasil pencapaian pelayanan kesehatan peserta Jamkesmas... 80 Tahun 2011 viii

.Profil Dinas Kesehatan DAFTAR GAMBAR Gbr.IV.1 : Peta Kecamatan Rawan Gizi... 45 ix

Profil Dinas Kesehatan BAB I : PENDAHULUAN Pembangunan Kesehatan tahun di Kabupaten Tangerang lebih diprioritaskan untuk mengatasi permasalahan spesifik daerah baik dari aspek Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) maupun Usaha kesehatan Peronganan (UKP).Di tahun upaya kesehatan telah mengalami banyak peningkatan, baik pelayanan publik maupun pelayanan rujukan. Keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat memerlukan dukungan instansi instansi pemerintah lainnya seperti Dinas Pendidikan, BKBPP, Dinas PU Bina Marga, Bappeda, BLHD, Dinas Cipta Karya dan lainnya. Kerjasama dengan instansi terkait melalui program Kabupten Tangerang Sehat (KTS), sebagai upaya untuk pencapaian Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Tangerang, yaitu "Kemandirian Masyarakat Untuk Hidup Sehat ; dimana tatanan yang dipilih yaitu (1) Pemukiman, sarana dan prasarana sehat dan (2) Kehidupan Masyarakat Sehat Mandiri. Pembangunan Kesehatan tahun dijalankan dengan strategi dan perencanaan yang berpihak kepada masyarakat.dukungan yang cukup signifikan untuk peningkatan pelayanan kesehatan di Kabupaten Tangerang adalah peningkatan jumlah anggaran untuk sektor kesehatan melalui APBD Kabupaten Tangerang, Dana Jamkesmas yang diberikan Pemerintah Pusat yang pada Tahun lebih besar dibandingkan dengan Tahun 2011 serta dana dari Pemerintah Provinsi Banten. Upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dilakukan juga melalui peningkatan sarana prasarana,sdm Kesehatan serta sertifikasi ISO 9001-02008 terhadap Puskesmas yang dilakukan secara bertahap. Sampai dengan tahun terdapat 7 puskesmas yang telah memiliki sertifikat ISO 9001-2008 yaitu Puskesmas Kelapa Dua, Puskesmas Mauk, Puskesmas Sepatan, Puskesmas Kronjo, Puskesmas Jl Emas, Puskesmas Balaraja dan Puskesmas Curug, sehingga masyarakat mendapatkan mutu pelayanan kesehatan yang lebih baik. Kesadaran masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan sehat masih perlu ditingkatkan, mengingat penyebab penyakit yang disebabkan lingkungan dan pola hidup yang tidak sehat masih sangat dominan. Pada tahun Kabupaten Tangerang telah mengadakan survey EHRA (Environmental Health Risk Assesment) dan telah 1 Profil

Profil Dinas Kesehatan menyusun Buku Putih Sanitasi serta Strategi Sanitasi Kabupaten Tangerang yang menjadi acuan program penyehatan lingkungan secara terintergrasi. Dalam upaya untuk mengurangi resiko pengaruh rokok pada tahun Dinas Kesehatan melakukan upaya penanggulangannya dengan telah diterbitkan Peraturan Bupati Tangerang No. 16 tahun Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Peraturan ini telah disosialisasikan pada tanggal 23 Mei bersamaan dengan Ikrar bersama Kawasan Tanpa Rokok antara Institusi Pendidikan dan Instusi Kesehatan yang dipimpin langsung oleh Bupati Tangerang didampingi Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas Pendidikan, Direktur RSU Tangerang, Direktur RSU Balaraja dan Ketua Forum Kabupaten Tangerang Sehat. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut adalah dikeluarkannya edaran agar setiap SKPD menyediakan ruangan khusus untuk merokok dan dibentuknya Klinik Berhenti merokok di 3 Puskesmas yakni Balaraja, Curug dan Kutabumi. Dalam proses Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang, masih mengacu kepada tabel Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Tabel Standar Pelayanan Minimal, dengan sumber data diperoleh dari Dinas Kesehatan, Badan Pusat Statistik, Bappeda, RSUD dan RS Swasta di seluruh Kabupaten Tangerang. Strategi didalam penyusunan data profil dilakukan dengan metode cek silang data, analisa, korelasi antar tabel dan program, dari seluruh Puskesmas dan semua penanggung jawab program di lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, kemudian dilakukan pemutakhiran data,sehingga keakuratan informasi yang disajikan dapat memberikan gambaran riil dari kondisi yang ada. 2 Profil

Profil Dinas Kesehatan BAB II : GAMBARAN UMUM 2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN TANGERANG Kabupaten Tangerang merupakan salah satu wilayah di Propinsi Banten terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat 106o 20-106 o 43 Bujur Timur dan 6o20-6o20 lintang selatan dengan luas wilayah 959.60 km2 dengan batas-batas wilayah : - Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, - Sebelah Timur berbatasan dengan DKI Jakarta,Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan, - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak, - Sebelah Barat dengan Kabupaten Serang. Kabupaten Tangerang secara geografis memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-8% menurun ke Utara. Ketinggian wilayah berkisar antara 0-50 m di atas permukaan laut. Daerah Utara Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai dan sebagian besar daerah urban, daerah timur adalah daerah rural dan pemukiman sedangkan daerah barat merupakan daerah industri dan pengembangan perkotaan. Secara administratif pada tahun Kabupaten Tangerang memiliki 29 wilayah Kecamatan yang terdiri dari 274 wilayah Desa dan Kelurahan. 2.2. KEPENDUDUKAN Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang pada tahun adalah 2.941.150 jiwa yang terdiri dari 1.509.767 jiwa laki-laki dan 1.431.383 jiwa perempuan, terjadi kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2010. Kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang rata-rata 3.065 jiwa/km2. (sumber : BPS Kabupaten Tangerang), dengan penyebaran penduduk tidak merata, kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi berturut-turut adalah Pasar Kemis, Kelapa Dua dan Curug. Hal ini disebabkan wilayah kedua kecamatan tersebut merupakan daerah kawasan industri, sedangkan Kelapa Dua merupakan pusat perdagangan dan Real estate terbesar di wilayah Kabupaten Tangerang. 3 Profil

Profil Dinas Kesehatan No Kecamatan Tabel II.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun Luas wilayah (KM2) Jumlah Desa Jumlah Kelurahan Desa + Kelurahan Jumlah Penduduk 1 Balaraja 33,6 8 1 9 115.675 2 Jayanti 23,9 8 0 8 65.885 3 Tigaraksa 48,7 12 2 14 123.737 4 Jambe 26,0 10 0 10 41.701 5 Cisoka 27,0 10 0 10 81.825 6 Kresek 26,0 9 0 9 63.023 7 Kronjo 44,2 10 0 10 57.229 8 Mauk 51,4 11 1 12 80.522 9 Kemiri 32,7 7 0 7 42.134 10 Sukadiri 24,1 8 0 8 55.101 11 Rajeg 53,7 12 1 13 138.295 12 Pasar Kemis 25,9 4 5 9 247.357 13 Teluknaga 40,6 13 0 13 143.541 14 Kosambi 29,8 10 0 10 135.946 15 Pakuhaji 51,9 8 6 14 107.405 16 Sepatan 17,3 7 1 8 95.832 17 Curug 27,4 7 0 7 172.059 18 Cikupa 42,7 14 0 14 233.141 19 Panongan 34,9 7 1 8 100.014 20 Legok 35,1 10 1 11 101.870 21 Pagedangan 45,7 10 1 11 98.780 22 Cisauk 27,8 6 0 6 66.497 23 Sukamulya 26,9 8 0 8 61.250 24 Kelapa Dua 24,4 1 5 6 184.742 25 Sindang Jaya 37,2 7 0 7 79.927 26 Sepatan Timur 18,3 8 0 8 84.744 27 Solear 29,0 7 0 7 76.671 28 Gunung Kaler 29,6 9 0 9 49.496 29 Mekar Baru 23,8 8 0 8 36.751 Kabupaten Tangerang 959,61 249 25 274 2.941.150 Sumber : - Kantor Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 4 Profil

Profil Dinas Kesehatan Tabel II.2 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun No. Kecamatan Kepadatan Penduduk 1 Balaraja 3.447 2 Jayanti 2.758 3 Tigaraksa 2.539 4 Jambe 1.603 5 Cisoka 3.033 6 Kresek 2.427 7 Kronjo 1.294 8 Mauk 1.566 9 Kemiri 1.289 10 Sukadiri 2.283 11 Rajeg 2.575 12 Pasar Kemis 9.543 13 Teluknaga 3.537 14 Kosambi 4.568 15 Pakuhaji 2.071 16 Sepatan 5.533 17 Curug 6.277 18 Cikupa 5.463 19 Panongan 2.863 20 Legok 2.900 21 Pagedangan 2.162 22 Cisauk 2.395 23 Sukamulya 2.274 24 Kelapa Dua 7.578 25 Sindang Jaya 2.151 26 Sepatan Timur 4.638 27 Solear 2.643 28 Gunung Kaler 1.670 29 Mekar Baru 1.543 Kabupaten Tangerang 3.065 Sumber : - Kantor Statistik Kabupaten Tangerang Tahun Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kecamatan Pasar Kemis memiliki kepadatan penduduk paling tinggi di Kabupaten Tangerang pada tahun di susul Kecamatan Kelapa Dua dan Curug. 2.3. STRATA PENDUDUK Data dari BPS Kabupaten Tangerang menunjukan struktur penduduk di Kabupaten Tangerang termasuk struktur penduduk usia produktif dengan 68,03 % 5 Profil

Profil Dinas Kesehatan penduduk adalah kelompok umur 15-64 tahun, jumlah penduduk berumur 0-14 tahun sebanyak 29,56 % dan berumur >65 tahun adalah sebanyak 2,41 %. Tabel II.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur Tahun Kelompok Jumlah Penduduk No Umur Laki- Laki2+ (Tahun) Perempuan Laki Perempuan 1 2 3 4 5 1 0-4 151.759 142.371 294.130 2 5-9 149.974 140.601 290.575 3 10-14 146.268 138.445 284.714 4 15-19 148.579 145.670 294.249 5 20-24 152.219 149.505 301.724 6 25-29 157.317 154.435 311.751 7 30-34 143.287 145.419 288.706 8 35-39 132.534 123.817 256.351 9 40-44 107.715 91.766 199.480 10 45-49 75.986 63.782 139.768 11 50-54 54.875 46.089 100.964 12 55-59 34.741 27.947 62.689 13 60-64 22.148 22.913 45.061 14 65-69 14.631 15.412 30.044 15 70-74 9.587 12.066 21.653 16 75+ 8.146 11.144 19.290 JUMLAH 1.509.767 1.431.383 2.941.150 Sumber : - Kantor Statistik Kabupaten TangerangTahun 2.4. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) IPM merupakan ukuran kinerja pembangunan wilayah terhadap pembangunan manusia itu sendiri, dengan upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya, baik aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (daya beli) sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan meningkat. Dalam penyusunan IPM terkait erat dengan tiga komponen yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Indeks Pendidikan (lama sekolah) dan Kemampuan 6 Profil

Profil Dinas Kesehatan Daya Beli (PPP). Peningkatan IPM Kabupaten Tangerang dapat dilihat sebagai berikut: 72,5 72 71,5 71 Grafik II.1. Perkembangan IPM Tahun 2010 71,76 72,05 2010 2011 Sumber : Bappeda Kab.Tangerang 72,36 2.5. ANGKA HARAPAN HIDUP Gambaran mengenai tingkat kesehatan masyarakat dapat ditunjukkan oleh Angka Harapan Hidup (AHH). AHH untuk tahun, yaitu sebesar 66,07 dimana terdapat peningkatan dibandingkan AHH pada tahun 2011,yaitu 65.90 dan tahun 2010 yaitu sebesar 65,79 (Sumber : Bappeda Kab.Tangerang). Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di bidang kesehatan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ; dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tahun Tabel II.4 Angka Harapan Hidup Th. 2010 Angka Harapan Hidup 2010 65,79 2011 65,90 66,07 Sumber : Bappeda Kab.Tangerang 7 Profil

Profil Dinas Kesehatan BAB III : PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Tangerang, berikut ini disajikan situasi mortalitas dan morbiditas. 3.1. JUMLAH KEMATIAN Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari UHH (Usia Harapan Hidup), Angka Kematian Ibu (AKI) dan AKB (Angka Kematian Bayi). Selain itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini. 3.1.1. Jumlah Kematian Bayi Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai belum berusia tepat satu tahun, yang terbagi menurut usia kematiannya. Kematian Neonatal yaitu kematian bayi lahir hidup yang kemudian meninggal sebelum 28 hari kehidupannya. Kematian Neonatal dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kematian Neonatal dini merupakan kematian bayi yang terjadi pada 7 hari pertama kehidupannya dan kematian Neonatal lanjut adalah kematian bayi yang terjadi pada masa 8-28 hari kehidupannya.(pedoman AMP Kemenkes 2010). Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah kematian bayi dibawah satu tahun per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan indikator yang sensitif terhadap ketersediaan, pemanfaatan pelayanan kesehatan terutama pelayanan perinatal disamping juga merupakan indikator terbaik untuk menilai pembangunan sosial ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 32/1000 kelahiran hidup (SDKI ). Grafik di bawah ini menunjukkan jumlah kematian bayi tahun 2010 s/d tahun. 8 Profil

Profil Dinas Kesehatan Grafik III.1 Jumlah Kematian Bayi Tahun 2010-300 200 100 0 178 217 74 2010 2011 Pada grafik III.1 terlihat jumlah kematian Bayi meningkat selama tiga tahun disebabkan karena meningkatnya jumlah kasus Neonatal Komplikasi dan makin baiknya pencatatan dan pelaporan oleh petugas. Dari 217 kematian Neonatal pada tahun, penyebabnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 8% 6% 3% Asfiksia 36% Grafik III.2 Penyebab Kematian Neonatal Tahun 47% BBLR Kel. Kongenital Sepsis Lain-lain Penyebab terbanyak kematian Neonatal adalah Asfiksia dan urutan kedua adalah BBLR disebabkan karena meningkatnya komplikasi Hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan Pre Eklampsi Berat (PEB). 3.1.2. Jumlah Kematian Ibu (AKI) Kematian ibu adalah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk hamil ektopik), persalinan, abortus (termasuk abortus mola), dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian insidental. (Pedoman AMP Kemenkes 2010). Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, tingkat pelayanan kesehatan terutama pada ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu pada masa nifas. 9 Profil

Profil Dinas Kesehatan Informasi mengenai tingginya AKI akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman (making pregnancy safer) serta Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) oleh tenaga kesehatan terlatih, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 224 per 100.000 kelahiran hidup (Hasil SDKI Tahun ). Upaya menurunkan angka kematian ibu adalah salah satu prioritas dalam tujuan MDGs 2015 yaitu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu di Kabupaten Tangerang pada tahun adalah sebanyak 37 orang dengan estimasi Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 180/100.000 Kelahiran Hidup, dihitung dari grafik hubungan antara AKI dan persalinan oleh tenaga kesehatan 89,7%. 60 40 20 0 Grafik III.3 Jumlah Kematian Ibu Tahun 2010-33 50 2010 2011 Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, hipertensi dan infeksi, faktor-faktor tersebut juga menjadi penyebab kematian ibu di Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Grafik III.4 Penyebab Kematian Ibu Tahun 37 38% 38% 19% 3% 2% HDK/PEB HPP Ruptur Uteri Inversio 10 Profil

Profil Dinas Kesehatan Tabel III.1 Penyebab Kematian Ibu Tahun No Penyebab Kematian Ibu Pada tahun, penyebab kematian ibu terbanyak adalah karena PEB/ Hipertensi Dalam Kehamilan sebanyak 14 ibu (38 %). Jumlah 1 PEB/Eklampsi/HDK 14 2 Hemorrhagie Post Partum (HPP) 7 3 Ruptur Uteri 1 4 Inversio Uteri 1 5 Emboli air ketuban 3 6 Kelainan Jantung 3 7 TB Paru 1 8 Oedema Paru 1 9 Hepatitis 1 10 Syok Anafilaktik 1 11 Reaksi Transfusi 1 12 Solusio Placenta 1 13 Tidak ada diagnosis pasti 2 3.2. ANGKA KESAKITAN 3.2.1. Sepuluh Besar Penyakit Grafik III.5 10 Besar Penyakit di Puskesmas Tahun 0 50000 100000 150000 200000 Infeksi Saluran Nafas Atas Akut Ytt Batuk Hipertensi Essensial (Primer) Dermatitis Lainnya Myalgia Gastritis Ytt Demam Yang Sebabnya Tak Diketahui Gangguan Gigi Dan Jaringan Penunjang Gastritis Dan Duodenitis yang disertai Sakit Kepala 64.758 54.718 42.648 37.412 32.355 29.744 29.734 28.127 21.850 169.584 11 Profil

Profil Dinas Kesehatan Dari grafik di atas terlihat Infeksi Saluran Nafas Atas Akut berada di posisi teratas dari 10 besar penyakit di Kabupaten Tangerang yaitu sebesar 169.584 kasus, diikuti penyakit batuk, hipertensi Essensial (Primer), Dermatitis, Myalgia, Gastritis, Demam, Gangguan Gigi Dan Jaringan Penunjang, Gastritis Dan Duodentis, serta Sakit Kepala. 3.2.2. Penyakit Menular Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular terdiri dari : 3.2.2.1. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dititik beratkan pada kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) disemua wilayah, dan pemantauan jentik berkala untuk mencapai angka bebas jentik sesuai target ( > 95%), kegiatannya dilakukan dengan melakukan Lomba sekolah dan desa bebas jentik,penemuan penderita DBD melalui survey jentik dengan melakukan PE dan melaksanakan Fogging Fokus sesuai indikasi (Harus memenuhi kriteria dari hasil penyelidikan Epidemologi). Jumlah penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Tangerang dilaporkan sebagai berikut Tabel III.2 Data Kasus Demam Berdarah Dengue Tahun 2011 Tahun Jumlah Penderita Meninggal IR per 100.000 Penddk CFR (%) 2011 202 0 7,1 0 647 6 22 0.93 Grafik III. 6 Insidens Rate dan Case Fatality Rate kasus DBD Tahun 2011-30 22 20 7,1 10 0 0,93 0 2011 IR 7,1 22 CFR 0 0,93 12 Profil

Profil Dinas Kesehatan Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat Incident Rate (IR) kasus DBD naik dari 7.1 per 100.000 penduduk pada tahun 2011 menjadi 22 per 100.000 penduduk pada tahun, begitu pula Case Fatality Rate (CFR) menjadi 0,93%. Upaya yang dilakukan dalam P2DBD diprioritaskan untuk memutus rantai penularan, antara lain : Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Fogging Fokus sesuai indikasi dan Gerakan Desa Bebas Jentik. Adapun indikasi Fogging Fokus adalah, Adanya penderita DBD dilengkapi dengan KDRS (Kewaspadaan Dini Rumah Sakit) ; dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) dengan hasil jentik > 5 % ; ditemukan 1 orang penderita DBD ; ditemukan minimal 3 orang tersangka DBD. 3.2.2.2.Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Filariasis Filiariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Filariasis merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Tangerang yang dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup, Berikut distribusi kasus filariasis sejak tahun 2010- di Kabupaten Tangerang. Grafik III.7 Distribusi Kasus Filariasis Tahun 2011-10 5 0 7 3 3 2010 2011 Dari grafik di atas terlihat terjadi penurunan kasus Filariasis yaitu dari 7 kasus pada tahun 2010 menjadi 3 kasus pada tahun 2011 dan 3 kasus pada tahun, semua kasus ditangani 100%. 13 Profil

Profil Dinas Kesehatan Tabel III.3 Cakupan Pengobatan Massal Filariasis Tahun 2011- No Tahun Penduduk Sasaran Sebagai upaya memutuskan rantai penularan kasus Filariasis, sejak tahun 2009 dilaksanakan pengobatan massal di seluruh wilayah Kabupaten Tangerang. Ada dua indikator dalam menilai cakupan pengobatan massal yaitu : a. Angka Pencapaian Pengobatan Angka pencapaian pengobatan merupakan parameter untuk menilai penanggulangan potensi penularan pada penduduk beresiko dan aspek epidemiologisnya. Dengan demikian semakin tinggi cakupan menggambarkan semakin kecil resiko penularan filariasis di daerah endemis. Jml.Pndd.minum obat di kab x 100 Jml.Seluruh pnddk di kab Grafik III.8 Angka Pencapaian Pengobatan Filariasis Tahun 2011- Minum Obat 1 2011 2.838.621 2.786.501 2.453.780 2 2.941.150 2.567.725 2.335.346 100 0 98 87 86,44 79,4 2011 Target Angka Penc.Pengobatan Dari grafik di atas terlihat adanya penurunan target, hal ini disebabkan adanya penurunan proporsi sasaran yang menentukan besarnya target. Sebelumnya pasien lansia dimasukkan dalam kategori sasaran pengobatan akan tetapi berdasarkan panduan terbaru dari Subdit Filariasis dan Kecacingan Kemenkes RI, mulai tahun kelompok lansia tidak lagi dimasukkan kedalam sasaran. Dengan demikian penurunan Angka Pencapaian Pengobatan yang tampak pada grafik di atas tidak menunjukan meningkatnya resiko penularan. 14 Profil

Profil Dinas Kesehatan b. Angka keberhasilan pengobatan Cakupan angka keberhasilan pengobatan, merupakan parameter untuk menilai efektivitas pengobatan massal, semakin tinggi cakupan menunjukan besarnya jaminan bahwa upaya pengobatan akan memberikan hasil yang optimal. Jml.Pndd.minum obat di kab x 100 Jml.Seluruh pnddk sasaran Grafik III.9 Angka Keberhasilan Pengobatan Filariasis Tahun 2011-120 100 80 60 100 100 88,06 90,95 2011 Dari grafik di atas terlihat angka keberhasilan pengobatan filariasis pada tahun meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2011. Hal ini menunjukan efektivitas pengobatan massal yang semakin baik. 3.2.2.3.Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Diare Program P2 Diare di Kabupaten Tangerang dalam pengelolaannya masih dipadukan dengan program P2 ISPA, akan tetapi secara teknis tetap mengacu pada panduan yang ditetapkan oleh Subdit Diare Kementerian Kesehatan RI. Program Penanggulangan Penyakit Diare berdasarkan protap terkini secara praktis termuat dalam LINTAS Diare atau Lima Langkah Tuntas yang perlu terus dioptimalkan dalam implementasinya, yaitu : 1. Pemberian Oralit Osmolaritas (Kepekatan) rendah. 2. Obat Zinc selama 10 hari. 3. ASI dan makanan sesuai umur 4. Antibiotika selektif 5. Nasehat pada ibu/pengasuh 15 Profil

Profil Dinas Kesehatan a. Diare Semua Umur Berdasarkan data kumulatif yang diperoleh dari 42 puskesmas se-kabupaten Tangerang pada tahun, terdapat kenaikan cakupan sebagaimana ditampilkan pada tabel di bawah ini. Jika diperhatikan kenaikan yang didapat tidak begitu bermakna dan belum memperlihatkan adanya upaya aktif dalam penjaringan kasus secara lebih luas. Di beberapa wilayah telah terjadi penurunan kasus Diare dengan semakin banyaknya penggunaan air yang memenuhi persyaratan kesehatan. Tahun Tabel III.4 Persentase Cakupan Kasus Diare Semua Umur Tahun 2011- Cakupan dihitung dengan membandingkan jumlah penemuan kasus dengan target penemuan kasus diare sesuai kategori umur (Diare Semua Umur/Balita) penderita dikalikan 100%. Peningkatan cakupan penemuan kasus Diare Semua Umur yang kurang bermakna disebabkan karena beberapa kendala antara lain : 1. Belum optimalnya pencatatan dan pelaporan kasus Diare yang terjaring di luar gedung. 2. Belum terkoordinasinya pengelolaan program Diare antara petugas puskesmas dan kader. 3. Belum terlaporkannya kasus-kasus yang ditemukan fasilitas pelayanan kesehatan swasta. Upaya yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah di atas yaitu : 1. Mengoptimalkan pencatatan dan pelaporan kasus Diare Semua Umur dengan memperluas ruang lingkupnya khususnya untuk kegiatan pelayanan di luar gedung (Pustu dan Pusling) melalui peran serta Bidan Desa. Penduduk Target Diare semua umur Penemuan Kasus Cakupan (%) 2011 2.838.621 116.667 40.193 34,5 2.941.150 120.881 42.670 35,3 16 Profil

Profil Dinas Kesehatan 2. Memfasilitasi pertemuan koordinasi antara petugas puskesmas dengan kader sekaligus meningkatkan kompetensi kader dalam upaya rehidrasi oral dini. 3. Memfasilitas pertemuan dengan fasilitas pelayanan kesehatan swasta untuk meninggkatkan cakupan penemuan kasus diare. b. Diare Balita Berdasarkan data kumulatif penemuan kasus Diare Balita yang diperoleh dari 42 puskesmas se-kabupaten Tangerang, tampak adanya peningkatan cakupan seperti ditampilkan berikut ini : Tahun Tabel III.5 Persentasi Cakupan Kasus Diare Pada Balita Tahun 2011- Target Penemuan Meskipun telah tampak adanya peningkatan akan tetapi masih belum bermakna. Kendala yang masih banyak ditemukan diantaranya : 1. Kasus Diare terutama pada balita yang terjaring oleh kader belum dilaporkan secara rutin oleh seluruh puskesmas. 2. Pendataan kasus yang sistematis dengan mengoptimalkan peran serta bidan desa masih belum terlaksana Upaya yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah diatas yaitu : 1. Melaksanakan pelatihan kader untuk pencatatan dan pelaporan kasus serta tatalaksana dehidrasi melalui upaya rehidrasi oral dini. 2. Mengadakan pertemuan koordinasi dengan menyertakan bidan desa untuk mengoptimalkan penjaringan dan pelaporan kasus diare terutama pada balita secara lebih sistematis Untuk pemantauan dinamika kasus diare (semua umur) sepanjang tahun, maka dibuat grafik bulanan dengan menetapkan angka maksimum dan minimum sebagai kewaspadaan terjadinya KLB. Cakupan (%) Balita Diare Balita Kasus 2011 285.687 74.279 21.807 29,4 294.115 76.470 24.200 31,7 17 Profil

Profil Dinas Kesehatan Grafik III.10 Pemantauan Kasus Diare Bulanan Tahun 2011-6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 2011 Min Max Dari grafik di atas terlihat bahwa pada tahun ditemukan peningkatan kasus diare pada bulan Oktober yang melibihi batas maksimum pada bulan yang sama dalam kurun waktu 6 tahun terakhir (kurun waktu penetapan trend maximumminimum minimal 5 tahun, yang ditampilkan di atas terhitung mulai tahun 2006-2011, telah memenuhi syarat). Pada bulan Oktober ditemukan kasus Diare sebanyak 3.854 kasus sedangakan jumlah kasus maksimum tercatat 3.527. Peningkatan kasus ini walaupun melebihi ambang maksimum tersebut tetapi masih dalam batas rasional. Upaya untuk mengatasi hal ini berhasil dilaksanakan sehingga pada bulan berikutnya kasus Diare dapat dikendalikan. Kegiatan yang telah dilaksanakan untuk Program Penanggulangan Diare pada tahun antara lain : 1. Audit mutu pelayanan diare di Puskesmas 2. Validasi Data Diare untuk Puskesmas se-kabupaten Tangerang 3. Pembentukan Kader ISPA-Diare Kegiatan tersebut bertujuan untuk memantau kualitas pelayanan di Puskesmas dan meningkatkan peran serta kader dalam upaya penemuan dan tatalaksana kasus diare di masyarakat. 3.2.2.4.Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pokok pengelolaan program P2 ISPA di Kabupaten Tangerang adalah penjaringan dan penatalaksanaan kasus Pneumonia Balita. Berdasarkan ketentuan WHO, perkiraan kasus pneumonia balita di negara berkembang 18 Profil

Profil Dinas Kesehatan termasuk Indonesia adalah 10% - 20% dari jumlah total balita, dan kebijakan Kemenkes menetapkan angka 10% jumlah balita sebagai angka perkiraan kasus pneumonia balita di Indonesia. Angka ini ditetapkan tidak berdasarkan survey epidemiologis sehingga belum secara spesifik menggambarkan kondisi pneumonia balita di wilayah tertentu. Untuk menilai efektifitas penemuan kasus maka ditetapkan sasaran Pneumonia Balita sebesar 10% dari jumlah total balita, dan sebagai acuan maka ditetapkan angka target yang merupakan sebagian dari sasaran. Target dinaikan secara bertahap sebesar 10% setiap tahunnya. Tahun 2011 ditetapkan target sebesar 70% dari sasaran, dan tahun sebesar 80% dari sasaran. Cakupan diperoleh dari hasil realisasi penemuan kasus dibagi sasaran dikali 100%. Tabel III.6 Persentasi Target dan Cakupan Penemuan Kasus Pneumonia Tahun 2011- Tahun Balita Sasaran (10% balita) 2011 285.687 28.569 294.115 29.412 Target (target tahun berjalan x sasaran (70% x 28.569) 19.998 (80% x 29.412) 23.529 Realisasi Penemuan Kasus Cakupan (%) 3.466 17,33 4.898 20.81 Dari tabel di atas walaupun telah ditemukan adanya peningkatan cakupan, tetapi angka tersebut masih jauh dibawah target. Berdasarkan hasil audit mutu pelayanan ISPA yang telah dilaksanakan, maka ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Penerapan tatalaksana kasus pneumonia balita yang sesuai standar baku belum konsisten dilaksanakan 2. Pencatatan dan pelaporan kasus pneumonia belum melibatkan fasilitas pelayanan kesehatan swasta 3. Tingginya angka perkiraan kasus pneumonia balita yang ditetapkan WHO karena belum adanya data hasil survey insidensi baik secara nasional maupun regional yang dapat dijadikan acuan yang lebih valid. 19 Profil

Profil Dinas Kesehatan Upaya yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah diatas adalah: 1. Memperluas cakupan kegiatan bimbingan teknis bagi pengelola program serta petugas BP anak mengenai prosedur baru tatalaksana kasus ISPA/Pneumonia pada balita 2. Melaksanakan sosialisasi pencatatan dan pelaporan serta tatalaksana kasus pneumonia untuk bidan praktek swasta 3. Mengupayakan dilaksanakannya Care Seeking bagi penderita yang telah positif di diagnosis pneumonia. 3.2.2.5. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tuberculosis Indikator keberhasilan Program P2 TB dinilai dari Angka Penemuan Pasien Baru TB Paru BTA Positif, atau Case Detection Rate (CDR) dan Angka Konversi (Conversion Rate). CDR adalah persentase jumlah pasien baru TB Paru BTA Positif yang ditemukan dan diobati dibanding jumlah pasien baru BTA Positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.case Detection Rate menggambarkan cakupan penemuan pasien baru TB Paru BTA Positif pada wilayah tersebut. Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA Positif diperoleh berdasarkan perhitungan angka insidens pasien TB Paru BTA Positif dikali dengan jumlah penduduk. Angka perkiraan ini bervariasi di setiap wilayah. Target CDR Program Penanggulangan Tuberculosis Nasional adalah 70% atau lebih. Angka Konversi adalah persentase pasien baru TB Paru BTA Positifyang mengalami konversi menjadi BTA Negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif. Angka Konversi dihitung tersendiri untuk tiap klasifikasi dan tipe pasien, BTA Positif baru dengan pengobatan Kategori 1 atau BTA Positif pengobatan ulang dengan Kategori 2. Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat kecenderungan keberhasilan pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar. 20 Profil

Profil Dinas Kesehatan Grafik III.11 Penemuan Kasus (CDR) TB Paru Th.2011-72 70 68 66 64 62 70 70 66,8 65,6 2011 Cakupan Target Dari grafik di atas terlihat CDR tahun turun menjadi 65,6% dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 66,8%, lebih rendah dari target program sebesar 70%. Rendahnya cakupan ini disebabkan karena beberapa hal antara lain kurangnya koordinasi antara pemegang program 100 90 80 70 87,9 91,2 80 80 2011 TB dengan pemegang program lain dalam penjaringan suspek, belum optimalnya pelaksanaan jejaring internal dan eksternal, adanya tugas rangkap pemegang program TB. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas penanganan kasus antara lain : bimbingan teknis kepada petugas pelaksana program TB puskesmas, optimalisasi jejaring internal dan eksternal serta melaksanakan validasi data untuk mendapatkan data yang valid. Grafik III.12 Konversi Kasus TB Paru BTA Positif Tahun 2011- Cakupan Target Dari grafik diatas terlihat bahwa angka konversi kasus TB paru BTA positif diatas target 80%. 21 Profil

Profil Dinas Kesehatan Grafik III. 13 Cure Rate dan Succes Rate TB Paru BTA Positif Tahun 2011-100 80 90,6 93,6 85,6 85,9 2011 Cure Rate Success Rate Dari grafik di atas terlihat angka kesembuhan (cure rate) dan keberhasilan pengobatan (success rate) telah mencapai target. Target angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan adalah 85%. Tabel III.7 Distribusi Kasus TB-MDR Tahun No Puskesmas Suspek Komfirmasi Tahun Ket 1 Cisauk 1 1 2011 2 Cikupa 1 0 2011 Meninggal 3 Kelapa Dua 1 1 Pengobatan 4 Pagedangan 1 1 Pengobatan 5 Sukamulya 1 Dari tabel di atas dapat dilihat adanya kasus TB dengan Multi Drug Resistent (TB-MDR), adalah kasus TB yang resisten terhadap minimal 2 jenis obat anti tuberculosis OAT, yaitu : Isoniazid dan Rifampisin. Upaya yang dilakukan adalah merujuk pasien suspek TB-MDR ke RS Persahabatan Jakarta sebagai pusat rujukan dan pengawasan menelan obat ditunjuklah Puskesmas Kelapa Dua sebagai klinik satelit MDR. 3.2.2.6. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kusta Tabel III.8 Tabel Penemuan Kasus Baru Kusta 2011 - Tahun Kasus RFT % Kasus RTF Jumlah % % RFT PB Rate MB Rate Kasus 2010 26 20 66,7 159 92 40 185 147 79,45 2011 34 24 92,3 186 73 56,6 220 166 75,45 44 26 76,5 201 124 78 245 44 17,95 RFT Rate Tahun : di dapat dari : 22 Profil

Profil Dinas Kesehatan - RFT Rate PB = Kasus baru yang tercatat dari januari s.d. Desember 2011 (PB 2011 = 34 orang). Pasien yang sudah RFT s.d. Tahun ada 26 orang. Jadi didapat RFT Rate PB = 26/34 x 100 = 76.5 % - RFT Rate MB = Kasus baru yang tercatat dari januari s.d. Desember 2010 (MB 2010 = 159 orang) dan pasien tersebut RFT s.d. Tahun Jadi didapat RFT Rate MB = 124/159 x 100 = 78 %. Ket : -Untuk RFT Rate PB = Pasien 1 tahun sebelumnya -Untuk RFT Rate MB = Pasien 2 tahun sebelumnya Dari tabel di atas terlihat adanya peningkatan dalam penemuan kasus Kusta pada tahun yaitu sebanyak 245 kasus dibandingkan dengan tahun 2011 sebanyak 220 kasus. 9 8 7 7,07 6 TH 2010 TH 2011 TH Dari grafik di atas dapat dilihat adanya sedikit peningkatan CDR untuk kasus kusta. Grafik III.14 Case detection Rate kasus Kusta Tahun 2010- Upaya yang telah dilakukan dalam program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kusta, antara lain : Penjaringan kasus melalui Pasif Case Finding (dilakukan di puskesmas), Rapid Village Survei (RVS) (dilakukan di desa dengan beban Kusta tinggi), School Survei (dengan sasaran siswa/siswi Sekolah Dasar), Pemeriksaan kontak serumah, pelacakan terhadap kasus mangkir, dan On The Job Training (OJT) untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas. 7,74 8,33 23 Profil

Profil Dinas Kesehatan 2 1 Grafik III.15 Prevalensi Rate kasus Kusta Tahun 2010-0,9 0,97 1,45 0 Th 2010 Th 2011 Th Dari grafik di atas dapat dilihat adanya peningkatan Prevalensi Rate dari tahun 2011 dengan angka 0,97 per 10.000 penduduk menjadi 1,45 per 10.000 penduduk pada tahun. Ini menandakan tingginya angka kesakitan yang seharusnya < 1 / 10.000 penduduk. 3.2.2.7. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit HIV / AIDS Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIV/AIDS, disamping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan, juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Walaupun jumlah penderita HIV/AIDS secara kumulatif relatif kecil (Case Rate 1,60 per 100.000 penduduk), namun dalam perjalanan penyakit dari HIV (+) menjadi AIDS tidak diketahui dengan pasti periodesasinya karena adanya windows periods, sehingga kelompok ini berpotensi dalam penularan penyakit AIDS. Grafik III.16 Trend penemuan Kasus HIV - AIDS Tahun 2011-100 50 0 35 66 35 35 34 32 2010 2011 HIV AIDS Dari grafik diatas dapat di lihat angka penemuan kasus HIV dan AIDS, pada tahun 2010 sebanyak 70 kasus meningkat menjadi 101 kasus pada tahun 2011 dan di tahun turun menjadi 66 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa angka penemuan kasus HIV dan AIDS membutuhkan upaya yang lebih intensif guna menemukan kasus yang tersembunyi.secara kumulatif kasus yang di temukan 24 Profil

Profil Dinas Kesehatan adalah sebesar 706 (Tahun 1998-) atau 46,6 % dari estimasi kasus (1.516 kasus), sehingga masih sekitar 53,4 % yang harus di temukan Kegiatan penemuan kasus di lakukan bukan saja di layanan komprehensif, juga dilakukan dalam kegiatan Mobil VCT.Kegiatan untuk menekan laju epidemi HIV dan AIDS yang secara terus menerus dilakukan diantaranya : 1. Preventif : a. Pencegahan Melalui Transmisi Seks (PMTS) salah satu kegiatannya adalah pendistribusian kondom ke spot-spot lokasi prostitusi dan Pengobatan Persumtiv Berkala (PPB) untuk menemukan sekaligus mengobati penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) b. Pengurangan Dampak Buruk (Harm Reduction) melalui Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) dan layanan Alat Suntik Steril (LASS), sehingga kasus HIV dapat di tekan dan mencegah kejadian HIV agar tidak menjadi AIDS, 2. Promotif : Melalui penyebarluasan informasi dengan penyuluhan ke semua lapisan masyarakat terutama kelompok risti (Wanita Penjaja Sex, Pengguna Napza Suntik, High Risk Man, Waria, Laki Sex dengan Laki). 3. Kuratif : Menjamin ketersediaan obat dan memastikan semua ODHA yang telah memenuhi syarat mendapat obat ARV (Anti Retro Virar). 4. Rehabilitatif : Melaksanakan kegiatan rehabilitasi terhadap pengguna napza suntik dengan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Kegiatan Pengobatan Persumtif Berkala (PPB) pada komunitas berisiko di samping penyuluhan dan pendistrubusian kondom, secara signifikan berhasil menurunkan kasus HIV Grafik III.17 Kasus HIV AIDS per-kecamatan Tahun Kutabumi Rajeg Bojong Nangka Tigaraksa Cikupa Kelapa Dua Curug Kosambi 1 1 2 2 2 3 4 5 8 0 5 10 15 20 25 2530 Profil 27

Profil Dinas Kesehatan Dari grafik diatas dapat dilihat jumlah kasus HIV dan AIDS per Kecamatan, kasus paling tinggi ( 27 kasus HIV dan AIDS ) terdapat di Kecamatan Kosambi, urutan selanjutnya adalah Kecamatan Teluk Naga dan Kecamatan Curug. Jumlah keseluruhan kasus pada th. adalah 66 kasus terdiri dari kasus HIV 34 kasus dan 32 kasus AIDS. 3.2.3. Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular untuk tahun Dinkes Kabupaten Tangerang menitikberatkan pada Program Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD) serta Program Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Selanjutnya PPTM akan dilaksanakan secara terpadu dengan mengoptimalkan Posbindu dengan Paradigma Baru berkoordinasi dengan Bidang Kesehatan Keluarga dan Bidang Promosi dan Pengembangan Kesehatan. Pada tahun telah dibentuk enam puskesmas percontohan ditambah satu Posbindu bekerjasama dengan POKJATAP Lansia dan Bidang Kesehatan Keluarga melaksanakan kegiatan Deteksi Dini Aktif Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di posbindu yang terpilih, dengan kader-kader yang telah terlatih, sebagaimana tercantum pada tabel berikut ini : Tabel III.9 Posbindu Dengan Deteksi Dini Faktor Resiko PJPD Per Kecamatan Tahun NO KECAMATAN PUSKESMAS DESA POSBINDU 1 Balaraja Balaraja Saga Posbindu Bunga Aster 2 Curug Curug Kadu Posbindu Al Ikhlas 3 Kelapa Dua Kelapa Dua Kelapa Dua Posbindu Prima 4 Pasar Kemis Kutabumi Kutabaru Posbindu Cahaya 7 5 Pagedangan Pagedangan Medang Posbindu Plus Cempaka 6 Teluk Naga Tegal Agus Pangkalan Posbindu Anyelir 3 7 Bekerjasama dengan POKJATAP Lansia Kabupaten Tangerang Posbindu Sehati 26 Profil

Profil Dinas Kesehatan Kegiatan Deteksi Dini Faktor Risiko PJPD ini telah menjaring beberapa faktor risiko pada responden masyarakat umum sebagaimana ditampilkan pada grafik berikut ini : Grafik III.18 Kasus Deteksi Dini Faktor Risiko PJPD Tahun 300 250 200 150 100 50 0 116 73 120 272 35 49 5 17 9 25 Laki-laki Perempuan DM : Diabetes Melitus TGT : Toleransi Glukosa Terganggu (Prediabetik) Sedangkan untuk Program Penanggulangan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), telah dibentuk dua Puskesmas Sentinel PPOK serta delapan puskesmas jejaringnya disertai pengembangan klinik berhenti merokok (KBM) dengan berkoordinasi bidang PPK Dinkes Kab.Tangerang untuk mengoptimalkan penjaringan kasus PPOK di puskesmas, yaitu : Tabel III.10 Puskesmas Sentinel PPOK Balaraja dan Curug Tahun Puskesmas Sentinel PPOK Balaraja, dengan jejaringnya : 1. Puskesmas Kresek 2. Puskesmas Mekar Baru 3. Puskesmas Pasir Jaya 4. Puskesmas Kedaung barat Puskesmas Sentinel PPOK Curug, dengan jejaringnya : 1. Puskesmas Kosambi 2. Puskesmas Kutabumi 3. Puskesmas Panongan 4. Puskesmas Suradita Data kasus baru dan lama enam PTM Utama secara kumulatif dari 42 puskesmas se Kabupaten Tangerang ditampilkan pada grafik berikut. 27 Profil

Profil Dinas Kesehatan Grafik III.19 Penyakit Tidak Menular Utama Kabupaten Tangerang Tahun 60000 40000 20000 0 43451 19644 464 249 8081 207 109 384 7123 3221 126 4616 HT STROKE Pasien Baru PPOK Ket : HT : Hipertensi PJK : Penyakit Jantung Koroner DM : Diabetes Mellitus PPOK : Penyakit Paru Obsktruktif Kronik Dari grafik di atas terlihat kasus Penyakit Tidak Menular yang perlu mendapat perhatian serius adalah Hipertensi. Tercatat kasus baru hipertensi sebanyak 19.644 kasus, atau sekitar 0,7% penduduk Kabupaten Tangerang terdiagnosis hipertensi melalui pemeriksaan di puskesmas. Angka ini cukup besar mengingat yang terdeteksi adalah kasus baru dan belum termasuk yang terdiagnosis di luar puskesmas. Untuk itu perlu dikembangkan beberapa upaya untuk mengendalikan hipertensi beserta beberapa penyakit lainnya seperti DM yang merupakan faktor risiko untuk penyakit yang lebih berat seperti Penyakit Jantung Koroner, Stroke, dan Penyakit Ginjal Kronik. Kendala yang masih ditemukan dalam Program Penanggulangan Penyakit Tidak Menular pada tahun, antara lain : 1. Kegiatan Deteksi Dini FR-PJPD belum secara reguler dilaksanakan karena kontribusi kader yang terbentur terbatasnya dana operasional posbindu 2. Posbindu masih dipandang secara konvensional sebagai organisasi yang dibentuk secara struktural di desa/kelurahan bukan sebagai suatu media kegiatan. Selain itu sasaran kegiatan masih terbatas pada kelompok usia pralansia dan lansia Upaya yang akan dikembangkan untuk mengatasi masalah di atas antara lain : 1. Meningkatkan motivasi kader melalui upaya pembinaan reguler serta memfasilitasi berlangsungnya kegiatan penjaringan kasus di posbindu. 2. Memperluas ruang lingkup kegiatan posbindu dengan mulai mengadakan koordinasi dengan Program Kesehatan Remaja. 28 Profil

Profil Dinas Kesehatan 3. Berkoordinasi dengan Subdit Penyakit Kronik dan Degeneratif Kemenkes dalam pengadaan alat dan BHP untuk menjamin optimalnya fungsi alat penunjang diagnosis Spirometri. 3.2.4. Kasus-kasus (PD3I) Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi serta dan Kejadian Luar Biasa (KLB) Kasus PD3I sangat ditentukan dengan cakupan imunisasi, karena upaya pencegahannya, yaitu dengan cara pemberian imunisasi. Dalam program imunisasi ada 5 jenis imunisasi dasar yang harus diberikan guna mencegah kasus PD3i, antara lain : vaksin DPT-HB untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus dan Hepatitis B, vaksin BCG untuk mencegah penyakit TBC. Polio untuk mencegah polio dan vaksin campak untuk mencegah penyakit campak. Tabel III.11 Pola Kasus PD3I Tahun 2011 - Tetanus Tahun Campak Difteri Pertusis Polio HB Neonatorum 2011 4 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tahun sudah tidak ditemukan kasus PD3I lagi, hal ini dikarenakan cakupan UCI desa yang makin meningkat, sehingga kantong-kantong resiko PD3i sudah berkurang dan adanya program DOFU (Drop Out Follow Up) yang dilaksanakan pada tahun, untuk meminimalisir kantongkantong resiko PD3I. Kegiatan surveillance Epidemiologi dan penanggulangan wabah adalah kegiatan yang mencakup SKD (Sistem Kewaspadaan Dini) terjadinya KLB, penyelidikan KLB sampai penanggulangan KLB.Pada tahun cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemologi <24 jam sudah mencapai target SPM yaitu sebesar 100% \ 29 Profil

Profil Dinas Kesehatan Tabel. III.12 Kejadian Luar Biasa Tahun 2011 NO JENIS KLB TAHUN 2011 TAHUN JML. KEC KASUS JML. KEC KASUS 1. Chikungunya 9 471 5 209 2. Leptospirosis 6 6 1 1 3. Keracunan Makanan 4 1020 4 316 4. Difteri 2 2 0 0 5. Tetanus Neonatorum 4 4 0 0 6. Hepatitis A 2 21 0 0 7. HFMD 5 51 7 22 8. Tomcat 0 0 5 21 9. Malaria 0 0 4 4 10. DBD 0 0 3 25 11. H1N1 0 0 2 2 Ket : HFMD (Hand foot and mouth deseases) Pada tahun ini masih ditemukan Kejadian Luar Biasa (KLB) baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular, dari tabel di atas masih adanya kasus chikungunya, leptospirosis, HFMD, keracunan makanan, DBD dan adanya New Emerge Diseses, seperti tomcat, malaria H1N1. 30 Profil

Profil Dinas Kesehatan BAB IV : UPAYA KESEHATAN Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, maka dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan pada tahun 2011. 4.1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Semakin baik kualitas pelayanan, maka diharapkan dapat mengatasi sebagian besar permasalahan kesehatan di masyarakat. 4.1.1. Standar Pelayanan Minimal Pelayanan Kesehatan Ibu Upaya peningkatan pelayanan kesehatan ibu sangat berperan bagi kesehatan ibu hamil yang mencakup kesehatan bayi sejak dalam kandungan hingga saat persalinan dan tumbuh kembang anak 4.1.1.1. Pemeriksaan Ibu Hamil Indikator pelayanan ibu hamil antara lain adalah K1, adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan K4 adalah cakupan ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator K4 ini, dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menempati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, disamping menggambarkan baiknya manajemen program KIA. 31 Profil

Profil Dinas Kesehatan Grafik IV.1 Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil (K1) Tahun 2010-105 100 95 90 85 80 75 103 100 100 100 95,9 97 2010 2011 Target Cakupan Dari gambar diatas diperoleh cakupan K1 pada tahun adalah 103 % hasil ini menunjukkan sudah tercapai target K1. Grafik IV.2 Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil (K4) Tahun 2010-100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 86 88 90 82,2 84,26 82,7 2010 2011 Target Cakupan Dari gambar diatas diperoleh cakupan K4 pada tahun adalah 82,2 % hasil ini menunjukkan belum tercapanyai target K4 (90 %) Dari kehamilan yang dilaporkan pada tahun, didapatkan cakupan K4 masih 82.2%, hal ini kemungkinan disebabkan adanya ibu hamil yang tidak mematuhi jadwal kunjungan antenatal yang disarankan atau terlambat untuk mengakses ANC sebanyak empat kali dan dapat juga karena faktor penyebab lain diantaranya ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan pertama kali pada umur kehamilan > 12 minggu, sehingga K4 tidak mencapai target Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan cakupan K1 dan K4 antara lain pendataan ibu hamil, kunjungan rumah bagi ibu hamil yang tidak mematuhi jadwal ANC, optimalisasi KPKIA/ Kelas ibu hamil, Penyuluhan P4K dan peningkatan kualitas pelayanan ANC. 32 Profil

Profil Dinas Kesehatan 4.1.1.2. Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Pada grafik di bawah ini menunjukkan bahwa pada tahun 2010-, cakupan penanganan komplikasi kebidanan di Kabupaten Tangerang belum mencapai target SPM yang telah ditentukan yaitu 80 % (Depkes 2009). Bisa dilihat untuk cakupan tahun 2010 adalah sebesar 12,3 %, tahun 2011 cakupannya adalah sebesar 32%, dan pada tahun menjadi 59%, hal tersebut menunjukkan telah dilakukannya upaya peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dari tahun 2010 dan tahun, dari indikator ini dapat diketahui efektifitas,pelaporan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang sudah cukup signifikan. Adapun cakupan Kunjungan penanganan komplikasi kebidanan di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang pada tahun 2010- di gambarkan pada grafik dibawah ini: Grafik IV.3 Trend Cakupan Penanganan Komplikasi Tahun 2010-100 0 59 12,3 32 2010 2011 Sumber data: Hasil Cakupan PWS KIA Seksi KIA Tahun 2010-4.1.1.3. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan Meningkatnya pertolongan ibu bersalin dengan bantuan tenaga kesehatan yang kompeten merupakan salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan AKB Grafik IV.4 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Tahun 2010-100 50 90 90 90 89,52 85,17 89,7 2010 2011 Target Capaian 33 Profil

Profil Dinas Kesehatan Upaya yang dilakukan yang dilakukan antara lain : Kemitraan Bidan dan Dukun, kegiatan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas PONED, peningkatan kapasitas manajemen tenaga kesehatan terutama tenaga bidan dalam Asuhan Persalinan Normal, Pelatihan PONED; selain itu Bidan desa proaktif dalam pelayanan kesehatan di desanya masingmasing, serta sudah berjalannya kegiatan KPKIA (Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak) di 104 desa di wilayah Kabupaten Tangerang. 4.1.1.4. Pelayanan Nifas Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal 3 kali dengan ketentuan waktu : 1. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan, 2. Kunjungan nifas ke-2 dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8 14 hari), 3. Kunjungan nifas ke-3 dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36-42 hari). Cakupan pelayanan ibu nifas dari Tahun 2010 sampai dapat dilihat pada grafik di bawah : 90 80 70 60 Grafik IV.5 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Tahun 2010-81,49 79,5 81,5 2010 2011 Upaya untuk meningkatkan cakupan pelayanan ibu nifas harus dimulai dengan peningkatan pelayanan ante natal care K1 sampai dengan K4 dan tenaga kesehatan berperan aktif dalam memantau tafsiran persalinan. 34 Profil

Profil Dinas Kesehatan 4.1.1.5. Cakupan Peserta KB Aktif Cakupan Peserta KB Aktif trendnya meningkat dari Tahun 2010 sampai Tahun dan sudah mencapai target SPM 70% meskipun metode kontrasepsi jangka panjang masih kurang. Grafik IV.9 Cakupan Peserta KB Aktif Tahun 2010-100 50 54,51 69 75,7 0 2010 2011 4.1.2. Standar Pelayanan Minimal Pelayanan Kesehatan Anak 4.1.2.1. Pelayanan Neonatal Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga untuk bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Cakupan Pelayanan kesehatan neonatus Kabupaten Tangerang pada Th.2011 untuk KN1 54.501 (93,7%), dan untuk KN Lengkap ialah 52.776 (90,7%). Tahun untuk KN1 52,724 (98,9%), untuk KN Lengkapnya 50.088 (93,9%). Grafik IV.6 Cakupan Kunjungan Neonatus KN1 dan KN Lengkap Tahun 2011-100 93,7 98,9 90,7 93,9 2011 50 KN1 KN Lengkap 35 Profil

Profil Dinas Kesehatan Ada peningkatan hasil cakupan dari tahun 2011 ke tahun. Hal ini disebabkan karena ada beberapa kegiatan yang berjalan dengan baik antara lain: Bidan di desa proaktif dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di desanya masing-masing. 4.1.2.2. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus Cakupan penanganan komplikasi neonatus adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan komplikasi neonatus maka diperlukan fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pelayanan obstetric dan neonatal emergency secara berjenjang mulai dari bidan puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam. Penanganan Neonatus Komplikasi dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2011 trendnya meningkat karena meningkatnya kinerja petugas program kesehatan anak dan pemahaman terhadap definisi operasional dari penanganan neonatus komplikasi menjadi lebih baik meskipun belum mencapai target SPM 80%. 100 Grafik IV.7 Cakupan Penanganan Neonatus Komplikasi Tahun 2010-50 0 6,76 8,9 2010 2011 58,6 4.1.2.3. Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan kunjungan bayi dari tahun 2010 ke Tahun trendnya meningkat dan sudah mencapai target SPM 90% karena kunjungan posyandu dan pencatatan di kartu bayi lebih baik. 36 Profil

Profil Dinas Kesehatan Grafik IV.8 Cakupan Kunjungan Bayi Tahun 2010-100 90 80 70 87,59 93,2 92,4 2010 2011 4.1.2.4. Cakupan Pelayanan Anak Balita Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar meliput : pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam buku KIA/KMS, Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun, pemberian vitamin A dosis tinggi (200.000 iu) sebanyak 2 kali dalam setahun, kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita dan pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Cakupan SDIDTK pada tahun 2011 adalah 11.848 (40,1%) dan pada tahun 68.517 (58,5%). 4.2. STATUS GIZI 4.2.1 Pengertian Status Gizi Adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses biologis. 4.2.2. Jenis-jenis Status Gizi Adapun jenis-jenis status gizi : Gizi buruk adalah kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu lama, 37 Profil

Profil Dinas Kesehatan Gizi kurang adalah kurang gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu cukup lama, Gizi baik adalah keadaan gizi seseorang berdasarkan ukuran berat badan menurut umur sesuai dengan acuan baku atau normal yang terjadi karena adanya keseimbangan jumlah makanan yang dimakan dengan yang dibutuhkan oleh tubuh, Gizi lebih adalah keadaan gizi seseorang yang pemenuhan kebutuhannya melampaui batas-batas lebih dari cukup (kelebihan dalam waktu cukup lama). (Sumber : Sunita Almatsier, 2006) 4.2.3.Penentuan Status Gizi Dalam menentukan status gizi dapat menggunakan tiga indikator yaitu : BB/U untuk menggambarkan status gizi saat ini dengan memperhitungkan berat badan menurut umur, TB/U untuk menggambarkan status gizi masa lalu dengan memperhitungkan tinggi badan atau panjang badan menurut umur, BB/TB untuk menggambarkan status gizi masa lalu dan masa sekarang dengan memperhitungkan berat badan menurut tinggi badan atau panjang badan (Sumber : Almatsier Sunita, 2006). 4.2.4. Rawan Gizi Rawan gizi adalah kondisi suatu wilayah atau daerah atau kecamatan yang menunjukkan prevalensi kasus kurang gizi/malnutrisi 15 % (Depkes, 2004). 4.2.5. Kekurangan Energi Protein (KEP) Adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) dalam jangka waktu yang lama. Penyuluhan individual, konseling pengetahuan tentang pola makan, pola asuh keluarga dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), baik PMT pemulihan maupun PMT penyuluhan serta pemberdayaan masyarakat melalui Pos Gizi adalah beberapa intervensi efektif yang dilakukan untuk penanggulangan kasus malnutrisi (KEP). 38 Profil

Profil Dinas Kesehatan Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan keluarga sadar gizi dan meningkatkan keberhasilan pemulihan status gizi pada balita gizi buruk. 4.2.6. Kegiatan Surveilans Gizi Kegiatan surveilans gizi buruk yang secara aktif dilakukan oleh petugas gizi Puskesmas, bisa lebih dini menemukan kasus balita gizi buruk atau gizi kurang sehingga dapat segera ditanggulangi. Kecenderungan gizi kurang dan gizi buruk dapat dilihat pada Grafik IV. 1. Tabel IV. 1 Gambaran Status Gizi Pada Balita Di Kabupaten Tangerang Tahun 2011- JUMLAH BALITA Tahun Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih n % n % n % n % 2011 1.859 0,81 13.606 5,94 211.118 92,16 2.493 1,09 1.568 0,67 11.989 5,10 219.753 93,40 1.966 0,84 Sumber : Bulan Penimbangan Balita tahun 2011- Prevalensi gizi kurang di tahun mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011,dari 5,94 % menjadi 5,10 %,begitu juga dengan prevalensi gizi buruk dari 0,81 % tahun 2011 juga menjadi 0,67 % (tahun 2011). Hasil ini merupakan bukti keseriusan Pemerintah dalam melakukan penanggulangan masalah gizi yang berkesinambungan, serta peran serta aktif masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat yang juga turut memicu perbaikan gizi bayi dan balita di wilayah Kabupaten Tangerang. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI Anak usia 6-24 bln gakin di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang telah mencapai target SPM yaitu 100%, demikian juga untuk cakupan penderitan gizi buruk mendapat perawatan sudah mencapai target SPM yaitu 100% Faktor lain penyebab gizi buruk diantaranya adalah Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif Tahun hanya mencapai 45%, walaupun hasil ini telah mengalami perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya (42%), hasil ini masih jauh dibawah target dari Kemenkes RI (80%). Rendahnya cakupan ASI eksklusif disebabkan oleh faktor pengetahuan ibu yang masih belum memahami pentingnya ASI Eksklusif untuk bayinya, faktor lainnya adalah gencarnya promosi susu formula di masyarakat. 39 Profil

Profil Dinas Kesehatan Hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita pada Bulan Agustus,menunjukkan sudah tidak terdapat lagi Kecamatan rawan gizi di wilayah Kabupaten Tangerang bila dibandingkan dengan tahun 2011 dimana terdapat 2 Kecamatan rawan gizi. Kecamatan rawan gizi adalah Kecamatan dengan jumlah balita malnutrisi (balita dengan status gizi kurang dan buruk) 15% dari jumlah balita ditimbang pada wilayah tersebut. Gambar IV. 1 Peta Situasi Rawan Gizi Di Kabupaten Tangerang Tahun Pada kasus-kasus kronis gizi buruk yang memerlukan rawatan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas) maka pasien dirawatinapkan bahkan bila diperlukan rawatan lanjutan,dapat dirujuk ke Rumah Sakit yang mempunyai MoU dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, dengan biaya rujukan dari Jamkesmas dan Jamkesda. Langkah-langkah yang telah ditempuh cukup efektif dalam menurunkan angka gizi buruk di lapangan. Pada tahun 2010 Dinkes Kabupaten Tangerang telah membentuk pusat perawatan gizi buruk atau TFC (Therapeutic Feeding Center) di Puskesmas Balaraja dan Puskesmas Sepatan. Selain itu pada tahun telah terbentuk TFC di Puskesmas Mauk sebagai binaan dari seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Banten : sarana ini 40 Profil

Profil Dinas Kesehatan diharapkan dapat meningkatkan penanganan dan perawatan kasus gizi buruk sesuai dengan standar Tatalaksana Gizi Buruk. Upaya lainnya antara lain PMT Pemulihan Balita, PMT Penyuluhan (PMT Lokal), Pos Gizi dan Klinik Gizi serta pemberian Vitamin A pada bayi dan balita dan pemberian PMT pada ibu hamil. Vitamin A pada bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan diberikan setiap bulan Februari dan Agustus pada balita yang berkunjung ke Posyandu. Apabila balita tersebut tidak datang pada saat pelaksanaan Pemberian Vitamin A di Posyandu, maka petugas kesehatan wajib melakukan sweeping Vitamin A di wilayah masingmasing. Hasil cakupan Vitamin A tahunan dapat dilihat pada Grafik IV. 6. Grafik IV.10 Cakupan Vitamin A Tahun 100,00% 90,00% 80,00% 98,97% 89% Vitamin A Tahun Realisasi Target Pada Tahun Cakupan Vitamin A tahunan,telah mencapai target. Dengan hasil ini diharapkan masalah gizi kekurangan Vitamin A (KVA) bisa dihindari. Upaya lain yang dilakukan secara dini adalah pemberian PMT pada ibu hamil. PMT ibu hamil didistribusikan di 28 Kecamatan kepada 385 ibu hamil. Adapun jenis PMT berupa susu ibu hamil sebanyak 15 kotak dan juga biskuit sebanyak 45 roll yang diberikan selama 3 bulan berturut-turut dengan harapan bayi yang lahir tidak mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sehingga kasus kejadian gizi buruk dapat ditekan. 4.3. PERILAKU MASYARAKAT Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain oleh lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap derajat kesehatan masyarakat, yang termasuk dalam faktor lingkungan antara lain keadaan pemukiman/perumahan, tempat kerja, sekolah, tempat umum, air dan udara, 41 Profil

Profil Dinas Kesehatan sedangkan perilaku antara lain seperti pola makan, kebersihan perorangan, gaya hidup dan perilaku terhadap upaya kesehatan. Perilaku sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Untuk melihat capaian / prosentase PHBS di Kabupaten Tangerang, setiap tahunnya dilakukan kajian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) yang dapat dilihat hasilnya pada kegiatan kegiatan berikut ini : 4.3.1. Pengkajian PHBS Dalam rangka meningkatkan Rumah Tangga Ber-PHBS di Kabupaten Tangerang, Dinas Kesehatan melalui Bidang PPK melaksanakan pendataan dan penilaian rumah tangga sehat, yaitu rumah tangga yang melaksanakan 10 (sepuluh) indikator PHBS bagi rumah tangga yang memiliki bayi atau balita dan rumah tangga yang melaksanakan 7 (tujuh) indikator PHBS bagi rumah tangga yang tidak memiliki bayi atau balita. Sasaran dari kegiatan ini adalah 57.798 rumah tangga di 274 desa di Kabupaten Tangerang dengan melibatkan 82 orang petugas pengkajian dan 42 orang petugas pengolahan data. Hasil pengkajian PHBS pada Bulan Oktober hingga November sebagai berikut : Tabel IV. 2 Capaian Indikator PHBS Di Kabupaten Tangerang Tahun NO INDIKATOR Hasil (%) 1 Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan 71.03 2 Bayi diberi ASI Ekslusif 58.58 3 Menimbang Bayi dan Balita setiap bulan 76.39 4 Ketersediaan air bersih 82.11 5 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir 84.72 6 Jamban sehat 70.37 7 Memberantas Jentik 73.14 8 Makan Buah dan Sayur 80.56 9 Melakukan Akatifitas Fisik setiap Hari 82.23 10 Tidak Merokok Dalam rumah 45.47 11 Jumlah Rumah Tangga Sehat 38.25 42 Profil

Profil Dinas Kesehatan Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah rumah tangga sehat di Kabupaten Tangerang pada tahun mencapai 38.25% bila dibandingkan tahun 2011 ( pencapaian 55%), terjadi penurunan, hal ini disebabkan karena : o Cara perhitungan yang berbeda, tahun 2011 masih menggunakan cara perhitungan lama yakni definisi rumah tangga sehat yaitu rumah tangga yang memenuhi 8 10 (80%-100%) indikator PHBS sedangkan menurut perhitungan baru dikatakan bahwa rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 10 (100%) indikator PHBS di rumah tangga, jadi apabila salah satu indikator tidak sehat maka rumah tangga tersebut termasuk dalam kategori tidak sehat. o Masih tingginya masyarakat yang melakukan aktifitas merokok di dalam rumah ketika sedang bersama anggota keluarga lainnya yang tidak merokok, hal ini dapat mengurangi penilaian sehat pada suatu rumah tangga walaupun sembilan indikator lainnya telah masuk kategori sehat. Dalam rangka meningkatkan PHBS di masyarakat, telah dilakukan upaya-upaya kemitraan dengan berbagai pihak, antara lain dengan : 1) 20 Perguruan Tinggi Kesehatan yang telah membina 29 Desa binaan di Kabupaten Tangerang. 2) SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu) melakukan pembinaan di wilayah Binaan Tanjung Pasir. 3) Perusahaan swasta seperti PT. Sinar sayap Emas, PT.Miyako, PT ADIS, PT.KMK. PT. Angkasa Pura, Bank BJB dll. 4) Forum Kabupaten Tangerang Sehat 5) Saka Bakti Husada 6) Forum Kader Walaupun sudah dilakukan upaya-upaya kemitraan dengan berbagai pihak namun untuk merubah perilaku masyarakat tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Sebagai contohnya adalah penerapan Perbup tentang Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan perkantoran, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, belum mendapat dukungan dari lintas Sektoral karena masih ada perkantoran yang belum menyediakan tempat khusus untuk merokok. Adanya pergantian petugas promkes di puskesmas menyebabkan kemampuan teknis petugas masih rendah, hal ini disebabkan karena di Kabupaten Tangerang tidak 43 Profil

Profil Dinas Kesehatan ada jabatan Fungsional petugas Promkes sesuai dengan SK Menpan No, 58/KEP/M.PAN/8/2000, SKB Menkes-Kesos dan Ka.BKN No.1811/SKB/MenKes- Kesos/XII/2000 dan No.164 A Tahun 2000, dan SK Menkes-Kesos No 66/Menkes- Kesos/I/2001. 4.3.2. Pembentukan dan Pengembangan Desa Siaga Aktif Dalam rangka mencapai target SPM, yaitu 80% desa menjadi Desa Siaga Aktif pada tahun 2015, sejak tahun 2007 hingga sekarang Pemerintah Kabupaten Tangerang melalui Dinas Kesehatan secara terus menerus telah melakukan upaya pembentukan Desa Siaga di seluruh desa yang ada dan mengembangkannya menjadi Desa Siaga Aktif. Hingga tahun telah terbentuk 158 Desa Siaga dan 126 desa diantaranya telah menjadi Desa Siaga Aktif, atau 79,7% dari Desa Siaga yang terbentuk telah menjadi Desa Siaga Aktif Grafik IV.11 Jumlah Desa Siaga Aktif Tahun Pembentukkan Desa Siaga Aktif tahun dilaksanakan di 16 desa, yaitu; o o o o Desa Ranca Gong dan Bojong Kamal Kecamatan Legok Desa Kedaung Barat, Jatimulya, Gempol Sari dan Pondok Kelor Kecamatan Sepatan Timur Desa Parahu, Buniayu, Kaliasin, Benda, Merak, dan Kubang Kecamatan Sukamulya Desa Pasir dan Pagedangan Ilir Kecamatan Kronjo. (Desa Siaga Lama dibentuk kepengurusan baru) Adapun pengembangan desa siaga aktif dilaksanakan di 16 desa yaitu : o o 200 100 0 Desa Siaga 10 0 93 Desa Siaga Aktif 113 0 2007 158 133 146 110 126 2007 2008 0 0 2009 2010 2011 20102011 2009 2008 Desa Pasir dan Pagedangan Ilir Kecamatan Kronjo Desa Ranca Gong dan Bojong Kamal Kecamatan Legok 44 Profil

Profil Dinas Kesehatan o Desa Kedaung Barat, Jatimulya, Gempol Sari dan Pondok Kelor Kecamatan Sepatan Timur o Desa Parahu, Buniayu, Kaliasin, Benda, Merak, Kubang, Sukamulya dan Bunar Kecamatan Sukamulya. Selain itu dilakukan pula upaya - upaya pengembangan desa siaga antara lain : a. Workshop percepatan pembentukan Desa Siaga Aktif b. Paket stimulan untuk pengembangan Desa Siaga Aktif di Desa Kebon Cau dan Desa Babakan Asem Kecamatan Teluknaga, Desa Saga Kecamatan Balaraja, dan, Desa Renged dan Desa Talok Kecamatan Kresek c. Survey pemetaan desa siaga aktif d. Pelatihan kader pembentukkan dan pengembangan desa siaga aktif e. Pengembangan P4K f. Menyediakan sarana dan prasarana / tampilan desa siaga g. Pertemuan kader dan toma dalam rangka pengembangan desa siaga aktif h. Refreshing kader posyandu i. Operasional komite desa siaga j. Monev puskesmas ke desa k. Pembinaan Forum Komunikasi Tangerang Sehat Kecamatan Solear l. Pembinaan pokja desa KTS Kecamatan Cisauk m. Meningkatkan kesehatan masyarakat di Kecamatan Pagedangan n. Peningkatan pelatihan kader dasawisma di Kecamatan Jayanti 4.3.3. Pembinaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) UKBM merupakan wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Hasil pelaksanaan UKBM tahun dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Jumlah Desa Tabel IV. 3 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Tahun Desa Siaga Poskesdes Posyandu Poskestren Kader Posyandu Kader Desa Siaga Kader Poskes tren 274 158 42 2173 23 9640 3337 337 45 Profil

Profil Dinas Kesehatan Dalam rangka pembinaan UKBM, telah dilakukan upaya upaya, antara lain : a. Operasionalisasi Komite Desa Siaga b. Pengadaan sarana dan prasarana / tampilan Desa Siaga c. Revitalisasi posyandu d. Refreshing Kader Posyandu e. Pengadaan SIP Posyandu 4.4. KESEHATAN LINGKUNGAN Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu persentase keluarga yang memiliki akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar, Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) yang sehat. Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh berbagai instansi terkait, swasta, NGO dll seperti pembangunan sarana sanitasi dasar, pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan pengendalian kualitas lingkungan. Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan meliputi pembuatan sarana air bersih, jamban sehat, perumahan sehat yang biasanya ditangani secara lintas sektor. Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang meliputi stimulan sarana sanitasi dasar, pemantauan kualitas air minum dan air bersih, pemantauan sanitasi rumah sakit, pembinaan dan pemantauan sanitasi tempat tempat umum, tempat pengolahan makanan, tempat pengelolaan pestisida dan sebagainya. Didalam memantau pelaksanaan program kesehatan lingkungan dapat dilihat beberapa indikator kesehatan lingkungan sebagai berikut : 4.4.1. Penggunaan dan Akses Air Bersih Hasil inspeksi sanitasi oleh petugas Puskesmas Tahun tentang penggunaan air bersih pada setiap keluarga, dari 165.708 KK yang diperiksa, sebagian besar keluarga (97,5%) memiliki akses air bersih dengan perincian yaitu sumur gali 36.9 %, sumur pompa tangan 33,58 %, ledeng 7.76 %, PAH 0,06 %, lainnya 19,2 % dan tidak ada yang menggunakan air kemasan sebagai sumber air bersih. Tetapi dari hasil 46 Profil

Profil Dinas Kesehatan inspeksi sanitasi penggunaan air untuk air minum didapat 8,19% yang menggunakan air kemasan. Inspeksi sanitasi air bersih adalah memeriksa sumber air yang digunakan untuk keperluan mandi dan cuci. Dari data diatas terlihat bahwa sumber air yang digunakan sudah memenuhi syarat, yang masih perlu ditingkatkan adalah pemantauan kualitas air dari sumber tersebut. Upaya yang sudah dilakukan adalah pemberian stimulan untuk membuat percontohan sarana air bersih, menyediakan desinfektan air di daerah rawan diare dan daerah yang sulit mendapatkan air bersih. 4.4.2. Rumah Sehat Disebut sebagai Rumah sehat adalah apabila rumah telah memenuhi kriteria sebagai berikut, rumah memiliki sarana sanitasi dasar meliputi jamban/wc, sarana air bersih, tempat sampah dan sarana pembuangan air limbah, cukup ventilasi dan pencahayaan, bebas dari serangga dan binatang penular penyakit serta ada pemanfaatan pekarangan sebagai ruang terbuka hijau. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk meningkatkan kualitas rumah menjadi rumah sehat, diantaranya melalui penyuluhan, pembuatan percontohan rumah sehat bekerjasama dengan SKPD terkait. Dari Inspeksi Sanitasi (IS) rumah pada tahun diwilayah 43 Puskesmas di Kabupaten Tangerang, didapatkan hasil: rumah yang diperiksa sebanyak 143.217 rumah, dari data tersebut, rumah yang sudah memenuhi syarat kesehatan adalah sebanyak 89.811 rumah (62,7 %). Dari pencapaian tersebut,maka masih perlu ditingkatkan upaya penyuluhan terhadap masyarakat tentang rumah sehat sehingga perkembangan vektor penyakit di lingkungan rumah dapat diperkecil 4.4.3. Keluarga Dengan Kepemilikan Sanitasi Dasar Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi kepemilikan jamban keluarga, tempat sampah dan pengelolaan air limbah keluarga. Keseluruhan hal tersebut sangat diperlukan didalam peningkatan kesehatan lingkungan. Dari hasil inspeksi sanitasi keluarga pada tahun terhadap 176.051 keluarga didapatkan, keluarga yang memiliki sarana sanitasi dasar, dengan rincian sebagai berikut : yang sudah memiliki jamban sebanyak 141.340 KK (80,28%), dari jumlah 47 Profil

Profil Dinas Kesehatan tersebut yang sudah masuk kriteria jamban sehat adalah sebesar 100.533 kk (71.13 %). Kondisi ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil inspeksi sanitasi tahun 2011 (dari 177.038 rumah yang diperiksa, jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat adalah 66,9 %). Disebut jamban sehat adalah apabila terdapat jamban jongkok di suatu tempat yang sudah ditentukan atau tidak di sembarang tempat dan memiliki pembuangan akhir ke tangki septik. Di Kabupaten Tangerang masih banyak ditemukan masyarakat yang buang air besar di sembarang tempat dan pembuangan akhirnya tidak di tangki septik. Untuk Keluarga yang memiliki tempat sampah dari hasil inspeksi pada tahun, keluarga yang memiliki tempat sampah adalah 117.007 KK, sedangkan rumah yang memiliki tempat sampah sehat sebanyak 87.481 KK (74.77 %) hal ini meningkat bila dibanding tahun 2011 sebesar 79.025 (81 %). Indikator untuk menilai tempat sampah sehat adalah tempat sampah organik dan an organik,dipisah dalam tempat yang kedap air dan tertutup. Pengelolaan air limbah hasil inspeksi sanitasi tahun, jumlah rumah yang memiliki pengelolaan air limbah sehat 87.867 KK (74,2 %). Sedangkan hasil inspeksi sanitasi tahun 2011 adalah sebesar 78.624 (82,5 %). Berbagai upaya yang dilakukan pada tahun untuk meningkatkan kepemilikan maupun pemanfaatan sarana sanitasi sehat adalah melalui penyuluhan, pemberdayaan masyarakat di bidang sanitasi dan pemberian stimulan untuk pembuatan percontohan sarana sanitasi di wilayah binaan dan desa yang membutuhkan. Stimulan percontohan sarana sanitasi dasar diberikan tidak hanya di tingkat rumah tangga tetapi juga di pondok pesantren. berikut : Hasil pendataan atau inspeksi sanitasi Tahun 2010- dapat dilihat pada tabel TAHUN Tabel IV.4 Persentase Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun 2011 JAGA(%) TEMPAT SAMPAH (%) SPAL (%) Sumber : Bid.P2P-PL Dinas Kesehatan Kab. Tangerang tahun SAB (%) 2011 76,9 81 82,5 88,5 71,13 74,77 74,2 97,5 48 Profil

Profil Dinas Kesehatan 4.4.4. Angka Bebas Jentik Nyamuk merupakan binatang yang menularkan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Tempat perindukan/sarang nyamuk harus diperiksa dan dibersihkan secara rutin munimal satu minggu sekali untuk menghambat perkembangbiakan nyamuk. Gerakan desa bebas jentik dan penyuluhan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) terus dilakukan untuk memotifasi masyarakat agar melakukan PSN terus menerus. Karena cara inilah yang paling efektif untuk memutus rantai penularan penyakit DBD. Pencapaian Angka Bebas Jentik (ABJ) pada tahun berdasarkan hasil pemeriksaan pada 170.081 rumah/bangunan, sebanyak 129.535 rumah/bangunan (76,16 %) tidak ditemukan jentik nyamuk. Diperlukan dukungan dari semua pihak untuk mendorong kebiasaan pemberantasan sarang nyamuk secara teratur di masyarakat. Hasil pencapaian sasaran program penyehatan lingkungan tahun dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: No Tabel IV.5 Hasil Pencapaian Sasaran Program Penyehatan Lingkungan di Kabupaten Tangerang Tahun 2011 Tahun 2011 Tahun Sasaran Target Real Target Real 1 Prosentase Rumah Sehat 79% 73,6% 80% 62.71 % 2 Prosentase SAB memenuhi syarat kesehatan 87% 88,5% 87% 97.5% 3 Prosentase Jamban Keluarga memenuhi syarat kesehatan 85% 76,9% 85% 71,13% 4 Prosentase TTU memenuhi syarat kesehatan 70% 66,2% 75% 64,69% 5 Angka Bebas Jentik (ABJ) 87% 63,9% 90% 76,16% Prosentase Institusi yang 6 dibina memenuhi syarat 70% 71,2% 75% 69,84% kesehatan lingkungan Sumber : Bid.P2P-PL Dinas Kesehatan Kab. Tangerang tahun Melihat hasil pada tabel diatas, maka upaya pemberdayaan masyarakat serta perubahan perilaku bidang sanitasi harus lebih intensif dilakukan Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses maupun kepemilikan dan pemanfaatan sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan meliputi sarana air bersih, jamban sehat, pengelolaan sampah dan pengelolaan air limbah sehat perlu terus dilakukan. 49 Profil

Profil Dinas Kesehatan Untuk tempat-tempat umum (TTU), masih perlu peningkatan upaya kesehatan lingkungan TTU dimana TTU harus dilengkapi dengan sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan. Upaya yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan adalah dengan melakukan pemeriksaan/inspeksi sanitasi TTU serta koordinasi dan advokasi kepada pengelola/ pemilik TTU. 4.4.5. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Tempat Pengolahan Makanan tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pengolahan makanan yang meliputi penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyediaan makanan dan pendistribusian makanan. Pengelolaan makanan yang baik dan benar adalah berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Upaya penyehatan makanan ditujukan untuk melindungi masyarakat dan konsumen terhadap penyakit-penyakit yang ditularkan melalui makanan dan mencegah keracunan makanan. Upaya tersebut pada dasarnya menyangkut individu yang menangani makanan, tempat pengolahan makanan dan proses pengolahannya. Dari hasil pengawasan terhadap kualitas penyehatan pengolahan makanan tahun didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel IV.6 Data Hasil Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan Tahun No TPM JUMLAH DIPERIKSA 1 Rumah Makan/ Restoran IKUT KURSUS tempat umum dan MEMILIKI SERTIFIKAT KURSUS 240 1 2 2 2 Jasa Boga 119 20 22 22 3 PIRT 432 120 46 46 4 Depot Air Minum 349 100 40 40 50 Profil

Profil Dinas Kesehatan Tabel IV.7 Data Hasil Pengawasan Makanan Memenuhi Syarat Tahun JENIS PEMERIKSAAN Jml Memenuhi Syarat % Bakteriologi Makanan Salmonella 100 100 100 E.Coli 100 76 76 Usap Dubur Salmonella 50 50 100 E.Coli 50 33 66 Usap Alat Salmonella 50 50 100 E.Coli 50 49 98 Kualitas Air Minum Kimia Air Minum 100 87 87 Bakteriologi Air Minum 100 70 70 Pewarna Non Pangan -Rhodamin B 50 39 78 -Methanil Yellow 50 32 64 Pengawet Non Pangan -Borax 50 48 96 -Formalin 50 45 90 Pemanis 100 92 92 4.5. PELAYANAN KESEHATAN 4.5.1. Pelayanan Imunisasi Keberhasilan pemberian imunisasi diukur dengan pencapaian Universal Child Immunization (UCI). Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan pada bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Upaya imunisasi perlu terus di tingkatkan untuk mencapai tingkat population immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi, sehingga PD3I dapat dibasmi, dielimanisasi atau dikendalikan, dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan upaya imunisasi dapat semakin efektif bermutu dan efisien. Pada tahun ini program imunisasi meluncurkan program IRI (Immunization Routine Intensification), yang pada kegiatan ini adalah melengkapi imunisasi dasar bagi bayi dan anak usia 0 3 th. 51 Profil

Profil Dinas Kesehatan No Tabel IV.8 Cakupan Imunisasi Rutin Menurut Jenis Antigen Tahun 2011 Jenis Imunisasi Pencapaian (%) 2011 1 BCG 96,7 99 2 Hepatitis B O 85,7 93,4 3 DPT - HB III 94,2 98,9 4 Polio IV 94,0 98,4 5 Campak 93,0 96,7 6 TT II + 83 106,2 Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa Cakupan imunisasi tahun BCG, Hepatitis B 0, DPT-HB III, Polio IV, Campak dan TT II + mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2011. Dalam indikator Indonesia Sehat tahun 2011 ditargetkan pencapaian desa UCI adalah 92% pada wilayah administrasi desa atau kelurahan, yang berarti bahwa 92% dari jumlah desa yang ada di wilayah puskesmas tersebut sudah UCI, sedangkan untuk mengukur Desa UCI, dalam satu desa, yaitu 80% dari bayi yang berumur 0-11 bulan harus sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap, yang berarti bayi harus mendapatkan imunisasi BCG (1x), DPT-HB (3x), Polio (4x), Campak (1x), Hep B.O (1x). Tabel IV.9 Universal Child Immunization (UCI) Desa Tahun 2011- JUMLAH JUMLAH % DESA NO TAHUN DESA DESA UCI UCI 1 2011 274 247 90,1 2 274 254 92,7 Dari tabel di atas jumlah Desa UCI pada tahun sudah meningkat bila dibandingkan dengan desa UCI tahun 2011, adalah 254 desa (92,7 %) dari jumlah desa 274 desa/kelurahan, hal ini menunjukkan bahwa target SPM untuk cakupan desa UCI telah tercapai yaitu sebesar 92.7% Upaya yang telah dilaksanakan dalam meningkatkan cakupan antara lain : Revitalisasi Posyandu di Wilayah PKM yang cakupan desa UCI rendah; Optimalisasi Forum Komunikasi Anak sehat ( FKAS ); tingkat Kabupaten dan kecamatan; OJT (On the Job Training) bagi Bidan Desa dan bidan Puskesmas; Mengaktifkan Pertemuan 52 Profil

Profil Dinas Kesehatan koordinasi Lintas batas; Penggalangan cakupan imunisasi di Sarana pelayanan kesehatan swasta. 4.5.2. Pelaksanaan BIAS Bulan Imunisasi Anak Sekolah ( BIAS ) merupakan upaya pemberian Imunisasi booster guna memberikan kekebalan bagi anak sekolah secara rutin.bias Campak dilaksanakan setiap bulan Agustus dan BIAS DT & Td diberikan bulan Nopember setiap tahunnya, hal ini dimaksudkan agar anak sekolah SD/MI/SDLB sederajat kelas 1 s/d 3 terlindungi dari penyakit Campak,Dipteri dan Tetanus. Tabel IV.10 Cakupan Bulan Imunisasi Anak Sekolah Tahun 2011- SASARAN CAKUPAN SASARAN NO TAHUN % CAKUPAN % CAMPAK CAMPAK DT &Td 1 2011 58.219 55.056 95 118.802 112.813 95 2 60.352 57.048 94,5 173.482 164.830 95,2 Hasil cakupan BIAS campak tahun 2011 adalah 95 % sedangkan tahun cakupannya adalah 95,2 %, hal ini menunjukan adanya kenaikan cakupan, tetapi cakupan DT dan Td tidak berubah hanya berkisar 95 % baik tahun 2011 maupun tahun, keadaan ini disebabkan masih ada sekolah swasta yang menolak untuk di imunisasi. Upaya yang dilakukan adalah persiapan BIAS di tingkat Kabupaten dengan melibatkan sektor-sektor terkait dan orientasi guru di setiap kecamatan. 4.5.3. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Keberhasilan pembinaan dan pengembangan UKS tercermin dari perilaku hidup sehat dan meningkatnya derajat kesehatan peserta didik. Hal ini bisa tercapai bila program pokok UKS ( Trias UKS ) telah dilaksanakan secara menyeluruh di sekolah sekolah mulai dari TK/RA sampai SMA/MA/SMK. Trias UKS meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Program pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan upaya pencegahan penyakit (preventif). Upaya preventif antara lain dilaksanakan melalui kegiatan penjaringan kesehatan (skrining kesehatan) anak sekolah yang dilakukan terhadap anak yang baru masuk sekolah ( siswa kelas 1 ) dari tingkat dasar (SD/MI) dan lanjutan ( SMP/MTs dan SMA/MA/SMK ). 53 Profil

Profil Dinas Kesehatan Penjaringan kesehatan anak sekolah terutama untuk anak sekolah dasar (SD/MI) merupakan salah satu standar pelayanan minimal (SPM) yang harus dilakukan disetiap Puskesmas di Kabupaten/Kota, dimana cakupan penjaringan siswa kelas 1 SD / MI adalah 100% Tangerang : Dibawah ini adalah cakupan hasil penjaringan kesehatan di Kabupaten No Jenis Sekolah Tabel IV.11 Sekolah yang mendapatkan pelayanan Penjaringan Kesehatan Tahun Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Yang Mendapatkan Pelayanan Penjaringan Kesehatan Prosentase 1 TK / RA 598 480 80.30 % 2 SD / MI 1106 1105 99.90 % 3 SMP / MTS 394 322 81.70 % 4 SMA / MA / SMK 271 215 79.30% Grafik IV.12 Grafik Cakupan Sekolah Yang Mendapatkan Pelayanan Penjaringan Kesehatan Tahun 2011-150,0% 100,0% 50,0% 0,0% 100,0% 80,3% 99,9% 70,6% 81,4% 81,7% 68,8% 79,3% 2011 Penjaringan kesehatan siswa baru dilakukan oleh petugas UKS Puskesmas bekerjasama dengan guru UKS di sekolah. No Tabel IV.12 Jumlah Siswa yang diperiksa Pada Kegiatan Penjaringan Kesehatan Tahun Jenis Sekolah Jumlah Siswa Baru Jumlah Siswa yang diperiksa Prosentase 1 TK / RA 19002 17935 94.4% 2 SD / MI 60906 60857 99.9% 3 SMP / MTS 39785 37846 95.0% 4 SMA / MA / SMK 27029 26191 97.0% 54 Profil

Profil Dinas Kesehatan Dari tabel di atas terlihat bahwa Target SPM untuk cakupan penjaringan kesehatan siswa SD atau setingkat telah tercapai yaitu sebesar 99.9%. 150 100 50 0 Grafik IV.13 Jumlah Siswa yang Diperiksa Pada Kegiatan Penjaringan Kesehatan Tahun 2011-94,4 95 86,9 94,9 78,1 95 97 85,1 2011 Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada tahun penjaringan anak sekolah mulai dari TK / RA sampai SMA/MA/SMK meningkat capaiannya dibandingkan tahun 2011. Pada tahun untuk tingkat SD/MI masih ada satu sekolah belum melaksanakan penjaringan tetapi jumlah siswa yang diperiksa baru 99,9 % (masih dibawah target SPM; 100 %) Hal ini dikarenakan pada saat pelaksanaan penjaringan ada satu sekolah yang belum melaksanakan penjaringan. 4.5.4. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Dengan semakin meningkatnya jumlah usia lansia, yang diperkirakan pada tahun sebesar 116.048 juta atau 3,95 % dari jumlah total penduduk Kabupaten Tangerang. Umur harapan hidup ( UHH ) pada tahun 2009 mencapai 65.79 tahun dan pada tahun mencapai 66.68 tahun.(pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan, Kemenkes RI, 2010 ). Sebagai perhatian pemerintah dalam mensejahterakaan lansia diterbitkanlah undang-undang No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia sebagai landasan hukum yang kuat dan merupakan arahan bagi pembinaan lanjut usia. Grafik IV.14 Jumlah Lansia Tahun 2011-2011 405.506 419.469 Pralansia & Lansia 55 Profil

Profil Dinas Kesehatan Upaya yang telah dilaksanakan untuk kesehatan lansia adalah dengan pendekatan terhadap keluarga dan masyarakat lansia serta lebih memprioritaskan upaya memelihara dan menjaga agar lansia tetap sehat serta merawat lansia yang sakit agar menjadi sehat. Sebagai bentuk implementasi dari pelayanan pro aktif, Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan dengan menitik beratkan pada upaya promotif dan preventif. Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kader dengan pendampingan oleh tenaga kesehatan Puskesmas. Kelompok lansia mempunyai wadah yang disebut Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), dimana kegiatannya antara lain : pelayanan pemeriksaan kesehatan dasar, kegiatan penunjang lainnya seperti senam lansia, pembinaan ketrampilan dan pembinaan keagamaan. Idealnya jumlah Posbindu adalah 1 per 100 penduduk lansia / pralansia. Jumlah Posbindu di Kabupaten Tangerang adalah sebanyak 390 Posbindu. Tabel IV.13 Jumlah Posbindu di Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun No Puskesmas Jumlah Posbindu 1 Kemeri 10 2 Sukamulya 8 3 Balaraja 16 4 Gembong 10 5 Tigaraksa 7 6 Jambe 21 7 Cisoka 10 8 Cikuya 7 9 Jayanti 8 10 Kresek 9 11 Gunung Kaler 10 12 Kronjo 10 13 Mekar Baru 8 14 Legok 10 15 Bojong Nangka 4 16 Pagedangan 16 17 Teluk Naga 7 18 Kosambi 12 19 Sepatan 15 20 Kedaung Barat 13 21 Pakuhaji 9 22 Mauk 16 56 Profil

Profil Dinas Kesehatan 23 Cikupa 15 24 Sukadiri 8 25 Rajeg 9 26 Sindang Jaya 7 27 Kutabumi 20 28 Cisauk 4 29 Suradita 5 30 Curug 7 31 Jl.Kutai 2 32 Jl.Emas 5 33 Kelapa Dua 9 34 Salembaran Jaya 10 35 Pasir Nangka 7 36 Tegal Angus 6 37 Panongan 14 38 Sukawali 6 39 Pasir Jaya 5 40 Bojong Kamal 5 41 Sukatani 5 42 Binong 5 JUMLAH 390 berikut : Adapun jumlah lansia yang diperiksa kesehatannya di Posbindu adalah sebagai Grafik IV.15 Jumlah Lansia Diperiksa di Posbindu Tahun 2011-500.000-405.506 419.469 273.803 305.625 2011 Jumlah Lansia Jumlah Lansia Diperiksa Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa ada peningkatan pelayanan kesehatan lansia. Pada tahun 2011 jumlah lansia yang diperiksa kesehatan 67.52 %, sedangkan tahun sebanyak 72.86 %. Dari hasil pemeriksaan kesehatan di Posbindu terdapat kasus penyakit pada lansia yang dirujuk baik ke Puskesmas maupun ke rumah 57 Profil

Profil Dinas Kesehatan sakit. Rumah sakit rujukan untuk lansia di Kabupaten Tangerang adalah RSU Tangerang. Grafik IV.16 Jumlah Lansia Dirujuk ke Puskesmas dan Rumah Sakit Tahun 2011-9048 9348 PKM 2011 4.5.5. Pelayanan Kesehatan Remaja Program kesehatan remaja beberapa tahun terakhir, mulai dilaksanakan dengan menggunakan model pelayanan untuk memenuhi kebutuhan remaja melalui program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR ) dimana kegiatannya meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, tetapi sesuai permasalahan remaja maka aspek yang perlu ditangani lebih intensif adalah aspek promotif dan preventif. Pada tahun 2011 telah dibentuk pusat klinik remaja di setiap Puskesmas, dimana klinik klinik tersebut melayani konseling / konsultasi masalah kesehatan dan faktor faktor resiko yang ada pada remaja. Berikut adalah pencapaian program kesehatan ramaja Tabel IV.14 Jumlah Kunjungan Remaja Tahun URAIAN JUMLAH Sasaran Remaja 578.962 Kunjungan Remaja Ke Pkm 31.782 Kunjungan Remaja Ke Klinik 20.644 Remaja (Konseling) Grafik IV.17 Cakupan Pelayanan Remaja Tahun 2011-578.962 20.644 555.557 7.465 1,34 3,56 sasaran Remaja Kunjungan Klinik Remaja % 2011 58 Profil

Profil Dinas Kesehatan Bila dibandingkan dengan jumlah sasarannya, angka kunjungan ini,masih rendah. Kendalanya antara lain karena :Pelayanan di klinik remaja Puskesmas belum optimal,disebabkan karena privasi untuk konseling remaja belum optimal, sehingga remaja masih enggan untuk datang ke klinik remaja ; kurangnya sosialisasi klinik remaja Puskesmas sehingga masih banyak sekolah / remaja yang belum mengetahui keberadaan klinik remaja tersebut. Grafik IV.18 Jumlah Kunjungan Kasus di Klinik Remaja Tahun 2011-2000 1500 1000 500 0 1616 1470 341 410 137 273 650 42177 88 2011 4.6. PELAYANAN PENGOBATAN 4.6.1. Penggunaan Obat Rasional ke Puskesmas Penggunaan obat dikatakan rasional jika tepat secara medik dan memenuhi persyaratan tepat diagnosa, tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara pemberian dan tepat interval waktu pemberian. Penggunaan obat rasional merupakan suatu hal yang sangat penting dan menjadi salah satu dari tiga pilar dalam pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Renstra Kabupaten Tangerang. 4.6.2. Indikator Penggunaan Obat Rasional: 1. Rerata resep (jumlah jenis obat dalam tiap lembar resep) 2. Prosentase peresepan dengan antibiotik pada penyakit Diare non Spesifik 3. Prosentase peresepan dengan antibiotik pada penyakit ISPA non Pneumonia 4. Prosentase peresepan dengan suntikan pada Myalgia 59 Profil

Profil Dinas Kesehatan 4.6.2.1. Rerata Resep Standar rerata resep yang direkomendasikan Kementrian Kesehatan adalah 2,6. Jumlah sampel 4200 lembar resep, diambil dari 42 Puskesmas (@100 lembar resep), didapat rerata resep 3,3 ini berarti setiap lembar resep rata-rata terdapat 3-4 macam obat (nilai rerata ini masih dalam batas yang diperbolehkan). 4.6.2.2. Penggunaan Antibiotik pada Penyakit Diare non Spesifik Grafik IV.19 Penggunaan Antibiotik pada Penyakit Diare non Spesifik Tahun 2011- Penggunaan antibiotik pada Diare non Spesifik mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2011 yaitu 34% menjadi 29 % pada tahun. Angka ini masih lebih tinggi dari rekomendasi Kementrian Kesehatan yaitu 8 %. Upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan penggunaan antibiotik yang tidak rasional sesuai ketentuan adalah Pelatihan Penggunaan Obat Rasional untuk Dokter dan Bidan di Puskesmas serta refresing mengenai farmakologi obat pada saat monitorig evaluasi (grafik 2) 4.6.2.3. Penggunaan Antibiotik pada ISPA non Pneumonia Grafik IV.20 Penggunaan Antibiotik pada ISPA non Pneumonia Penggunaan antibiotik pada ISPA non Pneumonia mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2011 yaitu 48% menjadi 46% pada tahu.angka ini 60 Profil

Profil Dinas Kesehatan masih lebih tinggi dari rekomendasi Kementrian Kesehatan yaitu 20 %. Upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan penggunaan antibiotik yang tidak rasional sesuai ketentuan adalah Pelatihan Penggunaan Obat rasional untuk Dokter dan Bidan di Puskesmas, serta refreshing mengenai farmakologi obat pada saat monitoring evaluasi 4.6.2.4. Penggunaan Injeksi pada penyakit Myalgia Dari hasil monitoring dan evaluasi tahun, penggunaan injeksi pada myalgia adalah 0%, hal ini sudah sesuai dengan target Kementrian Kesehatan maksimal penggunaan injeksi 1 %. Penggunaan Antibiotik untuk semua kasus penyakit di Puskesmas tahun 2011-. Grafik IV.21 Penggunaan Antibiotik untuk semua kasus penyakit di Puskesmas Tahun 2011- Secara keseluruhan penggunaan Antibiotik di Puskesmas menurun dari tahun 2011 sebesar 34% menjadi 32% pada tahun, ini berarti semakin selektifnya penulis resep dalam memberikan antibiotik sehingga dapat mengendalikan resistensi terhadap kuman dan menghemat biaya pembelian obat. 4.6.3. Jenis Antibiotik yang digunakan Dari keseluruhan antibiotik yang digunakan (dari 1344 resep yang diambil dari Puskesmas pada tahun ) Amoksisillin masih merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan di Puskesmas (70%) kedua Kotrimoksazol (17%) dan tiga adalah Siprofloksasin(8%). Grafik IV.22 Jenis Antibiotik Yang Digunakan di Puskesmas Tahun 8% 1% 1% 1% 1% 1% amoksilin 17% 70% kotrimoksazol siprofloksasin tetrasiklin 61 Profil

Profil Dinas Kesehatan 4.6.4. Ketersediaan Obat Kebijakan obat nasional merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebijakan kesehatan nasional. Obat merupakan salah satu unsur penting yang mempunyai nilai strategis dalam upaya-upaya kesehatan dan pengelolaan obat merupakan upaya untuk menjamin ketersediaan obat yang bermutu baik, secara tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu serta digunakan secara rasional. Salah satu indikator pengelolaan obat adalah ketersediaan obat generik di Puskesmas sesuai target Kementerian Kesehatan RI yaitu sebesar 90%. Data ketersediaan obat di Gudang Farmasi tahun Tabel (terlampir) 4.6.5. Indikator Pengelolaan Obat 4.6.5.1. Alokasi Dana Pengadaan Obat Besarnya dana pengadaan obat yang disediakan /dialokasikan oleh pemerintah daerah/apbn untuk memenuhi kebutuhan obat pelayanan kesehatan di Puskesmas Kabupaten Tangerang. Kesesuaian Dana Pengadaan Obat = Total dana pengadaan obat Kab/Kota x 100% Total Kebutuhan Dana Pengadaan Obat = 12.793.690.000 x 100% = 102% 12.485.665.995 Dana yang tersedia sudah sesuai dengan kebutuhan rutin puskesmas ditambah dengan 2 bulan untuk buffer. 4.6.5.2. Prosentase Alokasi Dana Pengadaan Obat Besarnya dana pengadaan obat yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan obat pelayanan kesehatan dibandingkan dengan alokasi dana yang dibutuhkan untuk bidang kesehatan. Prosentase alokasi dana pengadaan obat = Total dana pengadaan obat x 100% Total dana untuk bidang kesehatan = 12.793.960.000 x 100% = 20% 62.844.529.780 Dana yang dialokasikan sudah sesuai dengan alokasi dana yang dianjurkan 62 Profil

Profil Dinas Kesehatan 4.6.5.3. Biaya Obat Per Penduduk Besarnya dana yang tersedia per jumlah penduduk. (jumlah total obat dalam Rupiah / jumlah penduduk) Rp. 15.015.784.386,57/2.941.150 = Rp.5.105,41 / penduduk. Acuan dari kemenkes adalah Rp. 9000,- (1 US$). Artinya masih dibutuhkan tambahan dana untuk mencapai angka tersebut. 4.6.5.4. Biaya Obat per kunjungan resep Besarnya dana yang dibutuhkan untuk setiap resep dan besaran dana yang tersedia untuk setiap resep per pasien. Biaya obat per kunjungan resep = Total dana pemakaian obat thn lalu Total Kunjungan Resep = 11.434.358.945,97 = 7.356,85 1.554.247 Biaya perkunjungan resep dengan rerata pemakaian obat 3,3 (dalam tiap resep terdapat 3-4 item obat) adalah sebesar Rp. 7.356,85,- per pasien (rata-rata dewasa Rp. 10.989 dan rata-rata racikan untuk anak Rp. 4.441 per lembar resep) standar dari Kemenkes yaitu Rp. 9000. Untuk jenis dan jumlah obat sudah sesuai kebutuhan sedangkan untuk biaya masih dibawah ketentuan dari kemenkes, hal ini disebabkan jenis obat yang digunakan adalah obat generic dan obat penunjang non generic yang dibiayai APBD masih kurang. 4.6.5.5. Kesesuaian Item Obat yang tersedia dengan DOEN Pada Tahun tersedia191 item jenis obat generik ; sedangkan jumlah jenis obat generik yang sesuai dengan DOEN sebanyak 163. Sehingga kesesuaian item obat yang tersedia dengan DOEN adalah 85 %. 4.6.5.6. Tingkat Ketersediaan Obat (bulan) Jumlah ketersediaan obat di gudang farmasi minimal adalah 18 bulan mulai dari stok akhir sampai dengan waktu tunggu kedatangan obat tahun berikutnya. Pada tahun rata-rata ketersediaan obat di gudang farmasi Dinkes cukup untuk 20 bulan. 63 Profil

Profil Dinas Kesehatan Sedangkan persentase Tingkat Ketersediaan Obat di tahun rata-rata 166 %, hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan obat yang ada di gudang farmasi cukup aman sampai waktu tunggu kedatangan obat berikutnya. 4.7. PELAYANAN PENGOBATAN DI PUSKESMAS Tabel di bawah ini memperlihatkan kondisi Pelayanan pengobatan Rawat Jalan dan Rawat Inap untuk masyarakat yang dilakukan di Puskesmas selama Tahun 2011-. NO. Tabel IV.15 Jumlah Kunjungan Pasien ke Pelayanan Pengobatan Berdasarkan Poli Umum dan Poli Gigi di Puskesmas Tahun 2011 KEGIATAN CAKUPAN 2011 1 Jumlah kunjungan Baru Rawat Jalan Umum 297.931 297.064 2 Jumlah kunjungan Lama Rawat Jalan Umum 896.357 807.852 3 Jumlah Kunjungan Rawat Inap 6.551 3.211 4 Jumlah kunjungan Baru Rawat Jalan Gigi 68.022 74.325 5 Jumlah kunjungan Lama Rawat Jalan Gigi 51.665 55.818 Grafik IV.23 Persentase Kunjungan Pasien Baru ke Pelayanan Pengobatan di Puskesmas Kabupaten Tangerang Tahun 2011 400000 297.931 297.064 200000 0 68.022 74.325 6.551 3.211 Rawat Jalan Rawat Inap Rawat Jalan Gigi 2011 Tahun 2011 jumlah kunjungan baru rawat jalan umum adalah 297.931 (10,5%) dan di tahun jumlah kunjungan baru rawat jalan umum adalah 297.064 (10,1%) masih dibawah target kunjungan baru rawat jalan umum yaitu 15 % dari jumlah penduduk sedangkan jumlah kunjungan baru rawat jalan gigi tahun 2011 adalah 68.022 (2,4 %) dan tahun mengalami peningkatan menjadi 72.329 (2,5%) tetapi masih belum mencapai target kunjungan baru rawat jalan gigi yaitu 4% dari jumlah 64 Profil

Profil Dinas Kesehatan penduduk. Data ini hanya kunjungan baru yang dilayani di 42 puskesmas Kabupaten Tangerang dan belum termasuk dari kunjungan baru di sarana kesehatan lainnya (RS, Klinik, Praktek Dokter Swasta, dll). Grafik dibawah ini menunjukkan hasil pencapaian rasio tumpatan dan pencabutan gigi di 42 Puskesmas Kabupaten Tangerang selama tahun 2011-. Grafik IV.24 Hasil Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi di 42 Puskesmas Kabupaten Tangerang Tahun 2011-15000 10000 5000 0 14343 14218 10622 7808 2011 Tumpatan Gigi Tetap Pencabutan Gigi Tetap Dari data diatas, dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan jumlah tumpatan gigi tetap dari 7.808 di tahun 2011 menjadi 10.622 di tahun ; dan jumlah pencabutan gigi tetap terjadi penurunan dari 14.343 di tahun 2011 menjadi 14.218 di tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio tumpatan gigi berbanding dengan pencabutan gigi (tambal/cabut) mengalami kenaikan, dari 0,54 pada tahun 2011 menjadi 0,74 pada tahun. Untuk kunjungan rawat inap di 7 puskesmas DTP di Kabupaten Tangerang tahun 2011 adalah 6.551 (0,23%) dan di tahun menurun menjadi 3.211 (0,11%) masih dibawah target rawat inap 1,5 % dari jumlah penduduk. NAMA PUSKESMAS Tabel IV.16 BOR 7 Puskesmas DTP Tahun JMLH TEMPAT TIDUR JMLH HARI RAWAT BOR CURUG 8 820 28,08% BALARAJA 16 1874 32,09% CISOKA 6 118 5,39% KRESEK 5 226 12,38% KRONJO 6 283 12,92% SEPATAN 12 2233 50,98% MAUK 8 1055 36,13% 65 Profil

Profil Dinas Kesehatan Grafik IV.25 BOR 7 Puskesmas DTP Tahun 100,00% 50,00% 0,00% 28,08% 32,09% 5,39% 12,38% 12,92% 50.98% 36,13% Tahun BOR di 7 Puskesmas DTP masih di bawah BOR yang ideal (60%- 80%) dan BOR Puskesmas Sepatan adalah 50.98 % merupakan BOR tertinggi di antara puskesmas DTP di Kabupaten Tangerang. 4.7.1. Program Kesehatan Kerja Usia Angkatan kerja yang mendapat pelayanan di sarana kesehatan di tahun adalah setiap orang yang berusia produktif sekitar 15-64 tahun, yang berstatus pekerja baik formal maupun informal. Tabel IV.17 Data Tenaga Kerja Di Kabupaten Tangerang Tahun 2011- URAIAN TAHUN 2011 TAHUN 1 Jumlah Angkatan Kerja 2 Jumlah Pekerja Formal 1.416.780 (49,92%) 1.441.078 (48,99%) L P L P 218.554 (58,37%) 155.885 (41,63%) 228.580 (58,80%) 374.439 388.753 160.173 (41,20%) 3 Jumlah Pekerja 1.042.341 1.052.325 Informal 4 Pengangguran 204.358 (14,42%) 148.478 (10,30%) 5 Jumlah Perusahaan 5.025 5.346 Sumber : Disnaker 2011-66 Profil