BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tetapi kontradiktif dalam sistem usaha tani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari seluruh luas areal tanaman pangan di Indonesia. Namun kedelai termasuk dalam tiga besar komoditas pangan utama di Indonesia selain padi dan jagung. Peran kedelai sangat penting dalam menu pangan penduduk. Sejak dahulu, kedelai telah dikenal sebagai sumber protein nabati bagi penduduk Indonesia (Supadi, 2009). Kandungan gizi kedelai cukup tinggi, terutama proteinnya mencapai 34 persen. Selain itu, harga kedelai relatif murah bila dibandingkan dengan protein hewani. Hal ini mengakibatkan kedelai sangat diminati sebagai sumber protein nabati bagi masyarakat (Ditjentan 2004). Kedelai tidak hanya digunakan sebagai sumber protein nabati, tetapi juga sebagai pangan fungsional yang dapat mencegah timbulnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner dan hipertensi. Zat isoflavon yang ada pada kedelai memiliki fungsi sebagai antioksidan. Kedelai juga digunakan sebagai salah satu bahan baku utama sumber energi alternatif (biofuel) (Hossain at al., 2010). Kedelai di Indonesia lebih banyak digunakan sebagai bahan baku industri olahan dan sisanya untuk pakan ternak serta benih. Kedelai dapat diolah menjadi tempe, tahu, kecap, tauco, dan susu kedelai. Produk-produk olahan kedelai tersebut merupakan menu penting dalam pola konsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama masyarakat di Pulau Jawa. Tempe, tahu serta kecap mendominasi pemanfaatan kedelai untuk bahan pangan, sedangkan sisanya digunakan untuk pengolahan susu kedelai, tauco, tepung, dan olahan lainnya. Hal tersebut menjadikan kedelai sebagai salah satu komoditas penting di Indonesia (Ginting at al., 2009). Sifat multiguna yang terdapat pada kedelai merupakan penyebab tingginya permintaan kedelai di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka permintaan kedelai di dalam negeri pun memiliki potensi untuk meningkat. Selain itu, berkembangnya industri peternakan, terutama unggas akan mendorong berkembangnya 13
industri pakan ternak. Bungkil kedelai merupakan komponen terpenting kedua setelah jagung dalam komposisi pakan unggas sebagai sumber protein. Hal ini menunjukkan adanya peluang pasar yang cukup besar bagi pengembangan kedelai di Indonesia (Tangendjaja, 2003). Kebutuhan terhadap kedelai di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Tercatat kebutuhan kedelai tahun 2012 sebesar 2,2 juta ton dibandingkan dengan kebutuhan tahun 2011 sebesar 2,16 juta ton. Dari kebutuhan tersebut rata-rata yang mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri sekitar 25-30 persen di mana sisanya diperoleh dari berbagai negara melalui mekanisme impor. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2011 produksi kedelai lokal hanya sebesar 851.286 ton atau 29% dari total kebutuhan, sehingga Indonesia harus melakukan impor kedelai sebanyak 2.087.986 ton untuk memenuhi 71% kebutuhan kedelai dalam negeri (Nanang, 2012). Harga kedelai impor yang sangat fluktuatif dan cenderung meningkat akhir-akhir ini sangat dipengaruhi oleh harga internasional. FAO dan Bank Dunia telah memperingatkan bahwa resiko iklim yang tidak pasti dan kondisi geopolitik dunia dapat menyebabkan instabilitas produksi pangan dan berpotensi menimbulkan kenaikan harga komoditas pangan ke depan. Kondisi ketersediaan kedelai di pasar internasional yang fluktuatif dapat dilihat pada gambar 1.1. 14
Gambar 1.1. Keragaan Impor Kedelai Indonesia dan Fluktasi Ketersediaan Pasar Dunia, 1961-2010 (Sumber: FAOStat (diolah)) Pada gambar 1.1, dapat dilihat bahwa kuantitas kedelai di pasar internasional berfluktuatif. Hal ini akan menyebabkan harga kedelai di pasar internasional ikut berfluktuatif. Apabila Indonesia tergantung oleh kedelai impor maka hal tersebut tidak menguntungkan bagi Indonesia. Ketersediaan kedelai di pasar internasional yang fluktuatif akan mempengaruhi harga kedelai di pasar domestik dan akan berdampak pada ketersediaan kedelai di Indonesia (Rachman, 2005). Dengan melihat alasan-alasan di atas, maka sangat diperlukan suatu kajian atau penelitian yang membahas mengenai ketersediaan kedelai di Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan konsumsi kedelai di Indonesia, tingkat ketergantungan impor kedelai di Indonesia, dan mengetahui hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan agar ketersediaan kedelai di Indonesia stabil dan dapat mencukupi konsumsi kedelai dalam negeri. 15
B. Rumusan Masalah Menurut Oktaviani (2002) posisi Indonesia saat ini adalah net importer/consumer kedelai di dunia. Indonesia adalah importir kedelai terbesar kesebelas di dunia yang menyerap 2 persen total kedelai di pasar Internasional. Kondisi kedelai di pasar Internasional dari tahun 1961 sampai 2010 sangat berfluktuasi. Sebagian besar produksi kedelai digunakan untuk negara penghasil kedelai atau dapat dikatakan perdagangan kedelai di pasar internasional terbatas. Indikasi ini ditunjukkan dari kecilnya nilai perdagangan kedelai yang dilihat dari besarnya ekspor dan impor dibandingkan dengan produksi kedelai. Besarnya ketergantungan impor menunjukkan rendahnya produksi kedelai domestik. Tingkat ketergantungan Indonesia terhadap impor kedelai semakin meningkat setiap tahunnya. Berkurangnya pasokan yang diikuti dengan meningkatnya harga kedelai impor akan menyebabkan fluktuasi harga dan ketersediaan kedelai di dalam negeri (Saliem dan Nuryanti, 2011). Fluktuasi ketersediaan kedelai dalam negeri akan merugikan pengrajin tahu tempe dan pihak-pihak yang ada di dalam mata rantai perdagangan seperti pedagang makanan dan juga konsumen tahu dan tempe. Dampak lebih luas dari fluktuasi ini adalah dirugikannya peternak dan pembudidaya ikan terkait dengan meningkatnya harga pakan sehingga kenaikan harga kedelai juga akan mempengaruhi produksi serta harga telur, ikan, dan daging. Bila hal tersebut terjadi secara berkepanjangan maka akan meningkatkan kemiskinan (Samhadi, 2008). Berdasarkan permasalahan di atas yang telah disampaikan, maka diperoleh beberapa rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana perkembangan ketersediaan kedelai di Indonesia? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketersediaan dan permintaan kedelai di Indonesia? 3. Bagaimana perkembangan ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor? 16
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perkembangan ketersediaan kedelai di Indonesia. 2. a). Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan kedelai di Indonesia. b). Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Indonesia. 3. Mengetahui perkembangan ketergantungan kedelai impor di Indonesia. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, sebagai syarat menyelesaikan studi pada jenjang S1 sekaligus sebagai sarana pengembangan pola pikir terkait dengan disiplin ilmu yang ditekuni. 2. Bagi perumus kebijakan, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan impor komoditas kedelai. 3. Bagi pihak lain, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi untuk penelitian lebih lanjut. 17