Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 5, Oktober 2016 ISSN 0854-2172 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA MATERI AJAR TATA SURYA SD Negeri Pulogading 02 Bulakamba Brebes Abstrak Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yang bersifat satu arah, dan cenderung membosankan. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran masih didominasi oleh guru. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPA Materi Pokok Tata Surya di kelas VI SD Negeri Pulogading 02. Dalam kegiatan ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan dua siklus perbaikan yang masingmasing dilaksanakan selama 4 jam pelajaran. Pada siklus pertama hasil yang dicapai masih kurang maksimal ini dilihat dari hasil refleksi siklus pertama. Ketercapaian rata-rata nilai hanya mencapai 68, ketuntasan belajar hanya mencapai 60 % yaitu hanya 16 siswa yang tuntas dari 26 siswa. Setelah peneliti melaksanakan siklus II, peneliti merasa cukup berhasil dalam pembelajaran, hal ini terlihat dari refleksi siklus II hasil analisis nilai rata-rata mencapai 81 dengan jumlah siswa yang tuntas 23 dari 26 siswa. Dengan menerapkan model Talking Stick maka hasil pembelajaran IPA Materi Pokok Tata Surya dapat mencapai hasil yang maksimal. 2016 Dinamika Kata Kunci: Model Pembelajaran; Talking Stick; Tata Surya PENDAHULUAN Belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Hal ini mengindikasikan berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik. Proses belajar ini terjadi karena adanya interaksi antar seseorang dengan lingkungannya, yang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Lingkungan yang dimaksud disini antara lain, tujuan pengajaran, siswa, guru, materi pembelajaran, metode mengajar, hasil belajar, dan keterampilan atau sikapnya (Makmun Khairani, 2013). Proses pengajaran dan pembelajaran merupakan satu proses yang kompleks. Dalam keseluruhan pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru yang mempengaruhi berhasil-tidaknya proses belajar, dan guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar serta materi-materi yang diajarkan. Selain itu guru harus menguasai berbagai model pembelajaran agar materi yang diberikan dapat tersampaikan dengan baik kepada siswa. 1
Dalam memberikan pemahaman tentang pembelajaran IPA, siswa harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang diberikan oleh guru. Apabila pembelajaran IPA tidak memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa, maka pembelajaran IPA akan sulit untuk diajarkan dan dipahami oleh siswa, siswa diharapkan memperoleh sendiri jawaban dari masalah yang mereka alami sedikit demi sedikit dengan memanfaatkan alam sekitarnya. Sehingga siswa mampu membangkitkan kebiasaan berpikir dengan baik, terbuka, mendengarkan orang lain dengan tulus, berpikir sebelum bertindak, mendasari kesimpulan dengan bukti kuat, dan melatih imajinasi (Jhonson dalam Santi, 2010). Tolok ukur keberhasilan pembelajaran pada umumnya adalah hasil belajar. Pembelajaran IPA dengan model pembelajaran konvensional akan menimbulkan kebosanan bagi siswa, siswa hanya duduk mendengarkan, menulis dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Hal tersebut mengakibatkan hasil pembelajaran mata pelajaran IPA di kelas VI SD Negeri Pulogading 02 untuk beberapa kompetensi dasar umumnya menunjukkan nilai yang masih rendah. Jika dilihat dari hasil nilai ulangan harian sebagian besar siswa masih memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu dari 26 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM hanya ada 10 siswa atau 40 %, sedangkan 16 siswa atau 60 % masih memperoleh nilai di bawah KKM. Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yang bersifat satu arah, dan cenderung membosankan. Selain itu kegiatan dalam proses pembelajaran masih didominasi oleh guru, jarang sekali melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga di dalam proses pembelajaran siswa tidak aktif dan kreatif. Berdasarkan dari kenyataan tersebut untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran IPA maka masalah ini harus ditangani dengan mencari model atau metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melakukan pembelajaran yang menyenangkan, menggairahkan serta dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajarannya. Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, guru hendaknya menerapkan model-model pembelajaran PAIKEM. Model pembelajaran Talking Stick adalah salah satu model pembelajaran PAIKEM karena menekankan keterlibatan siswa secara aktif selama proses pembelajaran. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, guru menggunakan media tongkat sebagai alat bantu dalam pelaksanaan talking stick. Talking stick dapat dilakukan di sela-sela atau akhir pembelajaran. Setelah guru menjelaskan materi pelajaran, guru meminta siswa untuk melakukan penghafalan materi dengan terlebih dahulu menetapkan lamanya waktu yang dibutuhkan sampai talking stick akan dilaksanakan. Setelah hal tersebut dilakukan, maka guru dan siswa memulai talking stick. Adapun tahapan dari metode Talking Stick menurut Suyatno (2009:71) adalah sebagai berikut: (a)informasi materi secara umum, (b)membentuk kelompok, (c)pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, (d)tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, (e)kelompok lain menjawab secara bergantian, (f) penyimpulan, dan (g) refleksi serta evaluasi. Berdasarkian latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu: Bagaimana cara untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa tentang materi Tata Surya di kelas VI SD Negeri Pulogading 02, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes? Untuk dapat menjawab rumusan masalah tersebut di atas, maka peneliti mencoba menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan dengan memilih salah satu model 2 Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6. No. 5, Oktober. (2016)
pembelajaran yang sesuai yaitu model Talking Stick. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran lebih bermakna dan meningkatkan hasil belajar siswa. METODE PENELITIAN 1. Subyek penelitian Tempat penelitian adalah SD Negeri Pulogading 02, Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes. Waktu penelitian selama 6 bulan (satu semester), adapun pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015. Kelas yang dijadikan tempat penelitian ini adalah Kelas VI yang berjumlah 26 anak, terdiri atas 7 anak laki-laki dan 19 anak perempuan. 2. Prosedur Penelitian Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terhadap perbaikan pembelajaran tentang materi Tata Surya dilakukan sampai dua siklus perbaikan. Setiap siklus terdapat empat fase meliputi (1) merencanakan PTK, (2) melaksanakan PTK, (3) melaksanakan observasi, (4) melakukan refleksi. Keempat fase tersebut direncanakan dan dilaksanakan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa tentang pembelajaran IPA materi pokok Tata Surya Fase-fase pada siklus pertama dirancang dari hasil refleksi kegiatan pembelajaran sehari-hari (Prasiklus). Sedang fase siklus kedua dirancang dari refleksi siklus pertama dengan cara demikian diharapkan pada siklus kedua seluruh siswa dapat meningkatkan pemahaman serta hasil belajarnya. 3. Teknik Pengolahan Data Pada setiap akhir pembelajaran peneliti melakukan analisis data hasil observasi dan hasil penilaian yang dilaksanakan. Data hasil pengamatan dianalisis dengan tahapan-tahapan sebagai berikut, (1) mereduksi data, (2) menganalisis/mengorganisasikan data, dan (3) melaporkan data. (Wardani, 2002:2.28). Kegiatan mereduksi data adalah kegiatan membuang data yang tidak relevan dengan pedoman observasi dan mencatat data yang dapat digunakan untuk laporan hasil penelitian. Kegiatan mengorganisasikan data adalah kegiatan mengurutkan atau mendeskripsikan data secara kronologis sesuai dengan urutan kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, data yang telah diorganisasikan tersebut dijadikan bahan laporan hasil penelitian. Bahan laporan tersebut disusun secara sistematis yang berupa deskripsi pembelajaran atau hasil penelitian. Data yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar adalah data hasil ENI siklus pertama dan siklus kedua. Data-data tersebut berupa angka untuk penilaian pengetahuan dan keterampilan. Untuk penilaian sikap berupa skala sikap (sangat Baik, Baik, Cukup, Kurang). Teknik kuantitatif yang digunakan dalam PN ini adalah mencari selisih hasil penilaian siklus kedua dikurangi hasil penilaian siklus pertama. Selisih keduanya merupakan hasil belajar (Arikunto, 1998: 84). Adapun selisih-selisih yang dicari adalah selisih ketercapaian setiap tugas dan selisih ketercapaian seluruh tugas. Hasil pengolahan data tersebut diubah ke dalamm bentuk diagram batang dan diagram lingkaran. Hasil pengolahan penilaian tersebut digunakan untuk membuktikan hipotesis. Apabila dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh ENI hasil belajar berarti hipotesis terbukti, sebaliknya jika tidak terjadi peningkatan hasil belajar hipotesis tidak terbukti. 3
4. Indikator Kinerja Dengan menerapkan model pembelajaran PAIKEM yakni model Talking Stick diharapkan hasil belajar pembelajaran IPA materi pokok Tata Surya akan meningkat secara signifikan, sekurang-kurangnya rata-rata kelas mencapai angka 70 dan persentase ketuntasan minimal 75 % HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Hasil Analisis Penilaian Prasiklus Data kondisi awal (prasiklus) pembelajaran IPA komptensi Tata Surya yaitu dari 10 siswa yang mengalami ketuntasan belajar atau sekitar 40 %, dan yang belum tuntas 16 siswa atau 60 %. Data tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 1. Ketuntasan Belajar Prasiklus Jumlah Siswa Siswa yang Memperoleh Nilai < 70 70 Tuntas Belum Tuntas 26 16 10 10 16 100 % 60 % 40 % 40 % 60 % b. Hasil Analisis Penilaian Siklus I Dari hasil refleksi perbaikan pembelajaran siklus I, yaitu ketercapaian rata-rata tes formatif adalah 68 dari KKM yang telah ditetapkan yaitu 70, sehingga nilai rata-rata belum mencapai KKM. Dapat dilihat dari ketuntasan belajarnya 16 siswa tuntas atau sekitar 60 % dan yang belum tuntas ada 10 siswa atau 40 %, jika dibandingkan dengan hasil analisis pembelajaran prasiklus, sudah ada peningkatan 20 %. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini: Tabel 2. Ketuntasan Belajar Siklus I Jumlah Siswa Siswa yang Memperoleh Nilai < 70 70 Tuntas Belum Tuntas 26 10 16 16 10 100 % 40 % 60 % 60 % 40 % c. Hasil Analisis Penilaian Siklus II Hasil analisis terhadap hasil penilaian dari seluruh siswa pada siklus II adalah ketercapaian rata-rata tes formatif adalah 81 dari KKM yang telah ditetapkan yaitu 70, sehingga nilai rata-rata sudah melebihi KKM. Siswa yang tuntas sebanyak 23 siswa, atau 90 % dan yang belum tuntas hanya 3 orang atau 10 %. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini: Tabel 3. Ketuntasan Belajar Siklus II Jumlah Siswa Siswa yang Memperoleh Nilai < 70 70 Tuntas Belum Tuntas 26 3 23 23 3 100 % 10 % 90 % 90 % 10 % 4 Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6. No. 5, Oktober. (2016)
Dari tabel penilaian prasiklus, siklus I, dan siklus II akan peneliti sajikan dalam bentuk diagram batang di bawah ini: Hasil analisis terhadap hasil penilaian dari seluruh siswa pada siklus II adalah ketercapaian rata-rata tes formatif adalah 81 dari KKM yang telah ditetapkan yaitu 70, sehingga nilai rata-rata sudah melebihi KKM. Siswa yang tuntas sebanyak 23 siswa, atau 90% dan yang belum tuntas hanya 3 orang atau 10 %. Jika dibandingkan mulai dari kegiatan pembelajaran prasiklus, siklus I, dan siklus II, maka hasil perbaikan pembelajaran mengalami peningkatan secara signifikan, hal ini terlihat dari hasil analisis prasiklus yaitu ketuntasan belajar hanya 40 %, pada siklus satu mengalami peningkatan yaitu menjadi 60 %, sedangkan ketuntasan belajar pada siklus II mencapai 90 %. Bila data persentase peningkatan ketuntasan belajar selama kegiatan PTK yang dilaksanakan disajikan dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut: Tabel 4. Persentase Peningkatan Hasil Belajar Siklus Ketuntasan Belajar Prasiklus 40 % Siklus I 60 % Siklus II 90 % Ketuntasan Belajar Siswa 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 40% 90% 60% 60% 40% 10% Pra Siklus Siklus I Siklus II Tuntas Belum Tuntas Gambar 1. Grafik Ketuntasan Belajar Siswa Dari tabel persentase di atas dapat disimpulkan bahwa, kegiatan perbaikan pembelajaran dari prasiklus, Siklus I dan Siklus II, pencapaian ketuntasan belajar mengalami kenaikan yang signifikan, dan kalau dilihat dari hasil angket terhadap siswa tentang minat belajar yaitu 9 siswa merasa senang, dan 1 siswa menjawab biasa saja, dengan demikian peneliti menganggap bahwa pembelajaran IPA materi pokok Tata Surya dengan menerapkan pembelajaran PAIKEM yaitu model Talking Stick dapat meningkatkan minat serta hasil belajar siswa. 5
2. Pembahasan Hasil analisis terhadap hasil penilaian pada siklus I adalah ketercapaian rata-rata tes formatif hanya sebesar 68 dari KKM yang telah ditetapkan yaitu 70, sehingga nilai rata-rata belum mencapai KKM, dilihat dari ketuntasan belajarnya 16 siswa tuntas atau sekitar 60% dan yang belum tuntas ada 10 siswa atau 40% meningkat dibandingkan dengan analisis pembelajaran prasiklus yang persentase ketuntasan belajarnya hanya mencapai 40%, dengan peningkatan sebanyak 20 %. Dalam pembelajaran Siklus I masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, malu bertanya, tidak konsentrasi dalam membaca materi dan belum siap untuk bermain Talking Stick. Solusi untuk mengatasi kegagalan tersebut peneliti akan selalu membimbing dan memberikan motivasi baik secara individu maupun kelompok agar mereka turut aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan memberikan penjelasan tentang tugas yang harus dikerjakan/dibaca sehingga semua siswa memahami alur pembelajaran, dan guru melakukan secara berulang serta memberikan kesempatan waktu yang lebih /cukup untuk mempelajari materi, dan akan mengubah aturan permainan. Selanjutnya solusi ini akan digunakan untuk memperbaiki RPP siklus I menjadi RPP siklus II. Hasil analisis pada siklus II, ketercapaian rata-rata tes formatif meningkat sebesar 81 dari KKM yang telah ditetapkan yaitu 70, sehingga nilai rata-rata sudah melebihi KKM. Siswa yang tuntas sebanyak 23 siswa, atau 90% dan yang belum tuntas hanya 3 orang atau 10%. Berdasarkan hasil refleksi diatas dapat dijelaskan bahwa perbaikan pembelajaran Siklus ke II telah berhasil, hal ini dilihat dari peningkatan ketuntasan belajar yaitu selisih ketuntasan belajar Siklus I dengan siklus II, Ketuntasan Belajar pada Siklus I adalah 60 % sedangkan Ketuntasan Belajar pada Siklus II 90 %, kalau dibandingkan dengan kondisi awal yang mencapai KKM hanya 40 %, maka ada selisih sebesar 50 %, jadi ada peningkatan secara signifikan yaitu 30 %. Untuk mengetahui sejauh mana minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran PAIKEM model Talking Stick peneliti di akhir siklus membagikan angket terhadap siswa kelas VI SD Negeri Pulogading 02, yang hasilnya bahwa minat siswa terhadap pembelajaran IPA dengan model Talking Stick adalah 25 siswa merasa senang, dan 1 siswa menjawab biasa saja.. SIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan salah satu model pembelajaran PAIKEM Talking Stick dapat membuat pembelajaran akan lebih menarik dan menyenangkan anak sehingga mereka aktif dalam mengikuti pembelajaran dan hasil belajar pun mengalami peningkatan, secara rinci dapat dijelaskan: (1) Terbukti bahwa Ketuntasan Belajar mengalami peningkatan dari mulai kegiatan pembelajaran Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II, yaitu 40%, 60%, dan 90%. (2) Pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan yaitu model pembelajaran Talking Stick dapat membawa situasi belajar lebih menyenangkan dan aktivitas belajar siswa meningkat. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsmi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Manuaba I.B.N, Nym Kusmariyatni, dan Citra wibawa. 2014. Pengaruh Metode Talking Stick terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 1 Karangasem Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Vol: 2 No: 1. 6 Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6. No. 5, Oktober. (2016)
Panitia Sertifikasi Guru Rayon 112.2014 Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru dalam Jabatan. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Santi, M.D.P. 2010. Implementasi Model Pembelajaran TANDUR Bermuatan Budaya Lokal Bali untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 1 Busungbiu Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Fisika, FMIPA Undiksha. Sutrisno, Leo dkk. 2007. Bahan Ajar Cetak Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Raja Grafindo Persada. Winataputra, Udin.S. dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. 7