BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. < diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

BAB IV PARADIGMA PEMBANGUNAN HUMAN-CENTERED JEPANG DAN ANCAMAN HUMAN SECURITY DI AFRIKA

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan Konstruktivis dalam fenomena global dapat dilihat melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III PERGESERAN PRIORITAS DISTRIBUSI ODA KE AFRIKA. pergeseran prioritas ODA Jepang ke negara-negara Kawasan Afrika. Subbab

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB IV KESIMPULAN. Jepang sudah lama memiliki peran penting di dalam masyarakat internasional,

PENDAHULUAN Latar Belakang

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

Meninjau Kerjasama Pembangunan bagi Pembiayaan Kesejahteraan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

Dalam bidang ekonomi, krisis keuangan yang menimpa negara-negara Eropa seperti Portugal

BAB V PENUTUP. Goodluck Ebele Jonathan sebagai rencana pembangunan pertanian nasional yang akan

I. PENDAHULUAN. belum bisa diwujudkan dalam setiap rezim pemerintahan. Isu pembangunan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

HALAMAN JUDUL PENGARUH OFFICIAL DEVELOPMENT ASSISTANCE (ODA) JEPANG TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA TAHUN

Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara Indonesia dengan Jepang telah dimulai sejak kehadiran

Oleh: Wahyu Susilo dalam Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs Jakarta, 6-7 Oktober 2015

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

Makalah Tentang Masalah Kesehatan

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP 1 Karangdadap Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

BAB V KESIMPULAN. terbesar itu dilaksanakan bersamaan pada sidang tahunan ke-41 IDB di Jakarta. IDB

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KETERKAITAN ANTARA KEMISKINAN PERKOTAAN DENGAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI WILAYAH KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Sejarah AusAID di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan

Pernyataan Misi

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut :

Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semenjak merdeka 1945 hingga 1966 atau selama pemerintahan Orde Lama,

100 Hari Pemerintahan SBY- Boediono: Timpangnya Kebijakan Makroekonomi dengan Kesejahteraan Rakyat. Jakarta, 31 Januari 2010

BAB I PENDAHULUAN. peledakan yang terjadi di Legian. Korban tewas lebih banyak merupakan

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS

ENERGI DAN KESEJAHTERAAN

Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi

BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI ANCAMAN KONFLIK. Disusun sebagai Karya Esai Kritis Limas Oleh: Elsa Safira Hestriana Ilmu Hubungan Internasional 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pasca perang Dunia II, Jepang telah menekankan kawasan Asia sebagai

Sudahkah kita memimpin ASEAN?

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Japan International Cooperation Agency

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

NATIONAL ROLE. Konsep Peranan Nasional dalam Politik Luar Negeri. By: Dewi Triwahyuni

Pendidikan di Indonesia dan Maroko (27/M) Oleh : Mar'atus Sholihah Minggu, 15 Mei :53

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

RESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA. Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI. Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RAN HAM SEBAGAI KERANGKA DASAR PROSES REKONSTRUKSI SOSIAL MEMASUKI ERA INDONFSIA BARU. Oleh: Dr Hafid Abbas Dirjen Perlindungan HAM

STIE DEWANTARA Lembaga Keuangan Internasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA (RENJA) 2015 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN TAHUN BERJALAN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan infrastruktur dasra, gender, dan lokasi geografis. kemiskinan tidak hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development Assistance (ODA) digunakan sebagai kebijakan bantuan luar negeri yang bergerak dalam hal pembangunan bagi negara-negara berkembang. Hal ini tentu tidak dapat dilepaskan dari filosofi negara Jepang yang juga pernah mengalami pengalaman sebagai penerima bantuan luar negeri paska tumbang dari keterlibatannya dalam Perang Dunia II. Perpindahan Jepang dari negara recipient menuju pada negara pendonor bantuan luar negeri di antara para anggota DAC menempatkan Jepang menjadi aktor aktif dalam persoalan pembangunan negara yang menjadi krusial sejak negara-negara mencapai kemerdekaan. Rekonstruksi yang berlangsung selama kurang lebih delapan tahun telah membawa Jepang perlahan-lahan pulih dari keruntuhannya. Pemberian bantuan pertama kali didasarkan atas tanggungjawab ganti rugi kerusakan perang yang telah dilakukan oleh Jepang. Negara-negara yang pernah diduduki oleh kekuasaan Jepang menjadi pihak penerima bantuan sebagai sarana perbaikan kembali hubungan yang sempat memburuk. Negara-negara yang utama berada di Kawasan Asia, khususnya Asia Timur dan Asia Tenggara. Pemberian kompensasi dilakukan oleh Jepang ketika negaranya juga masih dalam status penerima bantuan dari World Bank selesai selama sekitar dua puluh tahun. Keamanan regional menjadi penting bagi keberlangsungan aktivitas ekonomi dan politik negara Jepang. Dengan demikian, setelah dikeluarkan kebijakan ODA, ODA 136

menjadi kendaraan penting bagi Jepang untuk mendorong pencapaian kesejahteraan negara dalam hal ekonomi. ODA Jepang sejak awal telah menempatkan Kawasan-Kawasan di Asia sebagai wilayah destinasi utama. Pemerintah Jepang dalam melakukan distribusi ODA memilih Asia karena Asia dipandang mampu menjadi pasar strategis bagi produk-produk manufaktur Jepang dan mengincar pembangunan fisik semata. ODA yang hadir lebih dari separuh di Kawasan ini menjadi lebih menguntungkan bagi Jepang daripada untuk pembangunan di negara penerima. Terlihat dengan jelas bahwa ODA Jepang sangat berorientasi komersil, mengejar capaian secara kuantitas, dan kurang memperhatikan kualitas dari ODA tersebut. Terbukti bahwa hal ini telah mengantarkan Jepang mempunyai sebuah perekonomian yang berkembang sangat pesat dan kuat menjadi negara Industri maju. Penggunaan ODA sebagai sarana aktivitas penetrasi ekspor industri menjadi alasan dibalik predikat Jepang sebagai makhluk ekonomi. Kekuataan ekonomi Jepang yang semakin melemah membuat ODA turut mengalami kelelahan pembelanjaan. Kawasan Asia sebagai wilayah prioritas distribusi semakin berkurang setelah ODA melihat Kawasan lain yang juga memiliki potensi. Sementara adanya penurunan volume bantuan Jepang secara keseluruhan, terutama di Kawasan Asia tersebut, kenyataan berbanding terbalik dengan ODA yang datang ke Kawasan Afrika khususnya Sub-Sahara Afrika yang semakin mengalami kenaikan. Pergerakan terjadi setelah ketegangan antara blok Barat dan blok Timur semasa Perang Dingin berakhir. Keterlibatan Jepang dalam politik Apartheid di Afrika Selatan selama perseteruan dua kubu tersebut menjadi 137

pertimbangan kembali kehadiran Jepang terhadap Kawasan Afrika. Dewasa ini, Kawasan Afrika lebih menjadi prioritas tujuan ODA oleh Pemerintah Jepang, meskipun keberadaannya di Kawasan Asia masih tetap dipertahankan. Ketertarikan Jepang pergi ke Afrika di tandai dengan diselenggarakannya forum tingkat tinggi yaitu TICAD. TICAD menjadi salah satu alat pengendali Jepang dalam memainkan perannya di Kawasan Sub-Sahara Afrika. Pertimbangan untuk pelaksanaan TICAD yang kedua pada akhirnya terwujud dimana Jepang masih menjadi tuan rumah pelaksanaan TICAD tahun 1998. Komitmen ODA oleh Pemerintah Jepang untuk negara-negara di Kawasan Afrika diberikan melalui TICAD tersebut. Hasil yang didapatkan lebih terlihat pada janji ODA selama lima tahun dari periode TICAD sebelumnya. Pertama kali setelah memasuki era milenium, TICAD yang ketiga dilaksanakan kembali pada tahun 2003. TICAD III masih mendistribusikan ODA dengan komitmen yang sama, meskipun area aktivitas ODA tersebut mulai mengalami pergeseran. Pada tahun 2008, tampak sebagai tahun yang sangat penting bagi Jepang dengan adanya penyelenggaraan TICAD IV. Afrika telah menjadi recipient atau penerima ODA Jepang terpenting kedua setelah Asia yang mana Jepang menyediakan bantuan melalui TICAD Process I-IV, dan dengan cara meningkatkan bentuk bantuan berupa grants pada isu-isu utama pendidikan, kesehatan dan perawatan medis, air, dan makanan. Tahun ini menjadi tahun tentang Afrika bagi Jepang sebab menjadi titik pergeseran prioritas Jepang dari Asia ke Afrika untuk ODA. Indikasi terlihat nyata dengan deklarasi penggandaan ODA terhadap 138

Kawasan Afrika selama lima tahun melalui TICAD IV tersebut. Bahkan, komitmen Jepang terhadap pendekatan diri ke benua Emas Hijau ini. Para pembuat kebijakan bantuan luar negeri sangat berpengaruh dalam menentukan arah pergerakan bagi destinasi ODA Jepang. Pembangunan yang semakin dipusatkan pada manusia atau setiap individu semakin menjadi kecenderungan utama. Trend nilai baru di era milenium dalam masalah keamanan khususnya keamanan manusia atau human security membuat Jepang berupaya untuk melakukan kampanye maupun advokasi pada hal ini. MOFA dan JICA sebagai agen/aktor penting menjadi pusat untuk mainstreaming nilai baru human security tersebut. Fokus Jepang terhadap nilai human security dipengaruhi kuat oleh aktivitas masyarakat sipil yang tergabung dalam NGOs. Kebangkitan kekuatan masyarakat sipil telah menjadi pertimbangan Pemerintah Jepang untuk bekerjasama demi pencapaian kualitas pemberian ODA terhadap negara-negara penerima pada wilayah keamanan manusia melalui proyek-proyeknya. ODA Charter yang membawa nilai human security mengharuskan program bantuan luar negeri di Afrika berpegang pada nilai tersebut. Begitu juga dengan minben yang mampu mendefinisikan nilai human security. TICAD IV yang mana memiliki pilar terhadap nilai human security juga memudahkan ODA bekerja pada trend nilai baru. Sedangkan nilai human security selaras dengan struktur pembangunan internasional MDGs, dam tujuan MDGs selaras dengan substansi human security tersebut. Norma legal dan norma sosial dalam domestik Jepang berpengaruh kuat dalam penentuan identitas Jepang yang mana ingin berusaha 139

menjadi pemimpin terhadap promosi nilai human security. Sehingga membawa pada kepentingan Jepang mencapai abad ke-21 yang berpusat terhadap manusia. Adanya perubahan perspektif pembangunan Jepang dari physicaldevelopment ke human-centered development menjadi faktor pertama perubahan prioritas ODA Jepang di Kawasan Afrika. Hal tersebut melawan dan mematahkan kenyataan yang selama ini ODA Jepang dianggap sangat berkonsentrasi pada area ekonomi dan politik semata. Kondisi human security Afrika yang lebih terancam daripada di Asia menjadi penguat sekaligus faktor kedua perpindahan tersebut. Berbagai kondisi orang-orang di Afrika menghadapi masalah kemiskinan, pangan, kesehatan, pendidikan, dan air serta sanitasi. Ancaman terhadap kehidupan orangorang di Afrika membuat aliran proyek dari dari setiap substansi keamanan manusia freedom from want diberikan oleh Jepang. Sedangkan ODA menjadi alat paling mumpuni dan efektif untuk menerapkan dan mencapai nilai human security tersebut. Dengan demikian hal ini membentuk tindakan Jepang yang mengambil langkah melalui sarana ODA yang semakin diprioritaskan ke Kawasan Afrika terutama Sub- Sahara. 140