V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS"

Transkripsi

1 V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS Perkembangan Umum MIHAS Pada bab ini dijelaskan perkembangan bisnis halal yang ditampilkan pada pameran bisnis halal Malaysia International Halal Showcase (MIHAS). Pengamatan difokuskan pada pada lima kelompok produk yang ditetapkan dalam ruang lingkup penelitian. Malaysia melakukan pemasaran produk halalnya secara bertahap menembus pasar global dengan didukung beragam strategi jangka panjang yang matang dengan perangkat kebijakan pendukung perdagangan, infrastruktur logistik, perbankan, dan sertifikasi halal yang dapat diterima di seluruh dunia. Salah satu strategi dalam menguatkan posisi Malaysia menjadi pelaku bisnis halal dunia adalah dengan berinisiatif mengadakan pameran bisnis halal terbesar di dunia setiap tahunnya yang dijadikan sebagai barometer bisnis halal oleh pelaku bisnis halal Internasional yaitu MIHAS. MIHAS merupakan upaya pembuktian Malaysia atas komitmennya untuk menjadi pusat produk halal Internasional. Saat ini, Malaysia memproyeksikan peningkatan pangsa pasar halal dunia-nya dari satu persen menjadi lima persen dan mulai menghasilkan 200 ton produk halal setiap hari pada tahun 2010, 60 persen diantaranya diperuntukan untuk pasar ekspor ke seluruh dunia (HDC, 2010). Pencapaian Malaysia tersebut merupakan implementasi dari komitmen terhadap pengembangan industri halal secara berkesinambungan. Pameran bisnis halal Internasional tahunan MIHAS telah diadakan selama delapan tahun berturut-turut untuk memfasilitasi pertemuan antara produsen, pedagang dan konsumen produk-produk halal Internasional. MIHAS juga bertujuan untuk merintis harmonisasi peraturan dan panduan halal sebagai upaya untuk mendukung pada peningkatan volume dan nilai perdagangan produk halal global yang sejalan dengan liberalisasi. Keikutsertaan berbagai negara dalam MIHAS bukan saja pada pameran produk halal, di lapangan menunjukkan bahwa jumlah negara internasional yang lebih tinggi lebih banyak terlibat sebagai pembeli (buyers) dan hanya aktif dalam pertemuan-pertemuan bisnis yang dilaksanakan selama penyelenggaraan MIHAS,

2 94 sedangkan kuantitas yang menunjukkan jumlah keterlibatan negara-negara Internasional yang terbanyak adalah berasal dari jumlah asal negara pengunjung pameran yang menunjukkan tingkat daya tarik global terhadap industri halal Penyelenggaraan Pameran Produk Pada penyelenggaraan MIHAS, dipamerkan berbagai produk dari negaranegara produsen dan pelaku bisnis halal yang serius mengisi ceruk pasar produk halal Internasional. Produk yang dipamerkan adalah produk-produk terpilih yang memiliki nilai tambah tinggi dan secara langsung dapat diamati juga kemampuan kompetisi produk halal dari berbagai negara. MIHAS selalu melibatkan lebih dari 25 negara dalam kegiatan pameran produk halal setiap tahunnya. Diantaranya terdapat kategori negara peserta utama yang merupakan negara-negara yang mengirimkan delegasi pamerannya lebih dari tiga delegasi usaha. Dari data sejak tahun 2007 hingga 2011 tercatat terdapat 27 peserta aktif yang menjadi peserta utama, diantara yakni Indonesia, Singapura, Iran, India, Brunei Darussalam, China, Sudan dan Perancis. Meskipun demikian, diluar negara-negara tersebut juga banyak negara yang ikut serta dalam pameran bisnis halal MIHAS setiap tahun walau dengan jumlah delegasi bisnis yang lebih kecil seperti Australia, Amerika Serikat, Belgia, Thailand dan Selandia Baru. Tabel 13 berikut menunjukkan keikutsertaan negara-negara utama yang mengikuti MIHAS tahun sejak 2007 hingga 2011.

3 95 Tabel 13. Negara-Negara Utama Peserta MIHAS (Sumber: Matrade, 2011). No. Negara Peserta Utama Malaysia V V V V V 2 China V V V V 3 Iran V V V V V 4 Indonesia V V V V V 5 Belgia V 6 Perancis V V V 7 Turki V 8 Singapura V V V V V 9 India V V V V 10 Jepang V V 11 Kamboja V 12 Afrika Selatan V V 13 Cyprus V 14 Ukrania V 15 Sudan V V V 16 Macau V 17 Korea Selatan V 18 Amerika Serikat V 19 Brunei Darussalam V V V V V 20 Pakistan V V 21 Mesir V V 22 Palestina V 23 Serbia V 24 Siria V 25 Saudi Arabia V V 26 Belanda V 27 Bosnia V Total Negara Peserta Utama Dalam MIHAS diperlihatkan kekuatan bisnis halal dari negara-negara produsen produk halal global. Beraneka ragam produk dan peluang investasi yang ditawarkan pada MIHAS menunjukkan tingkat keseriusan komitmen negaranegara perserta terhadap bisnis halal. Tidak semata-mata memamerkan produk dan jasanya saja, setiap negara juga berlomba untuk menjadi pemenang dalam

4 96 bisnis halal secara global. Hal tersebut memperlihatkan tingkat kompetisi diantara negara-negara maju dan berkembang menjadi tinggi untuk mendapatkan peluang dalam bisnis halal. Ketertarikan yang tinggi negara-negara tersebut dalam bisnis halal global juga ditunjukkan dalam keaktifannya memamerkan produk-produknya dan dalam pertemuan bisnis yang diadakan serta peran serta pendampingan pemerintahnya selama MIHAS berlangsung. Malaysia, Thailand, Belgia, Australia, Selandia Baru, Brazil, Perancis, Inggris, China, Jepang, Singapura, Kanada, Iran dan India merupakan negara-negara yang selalu tampil lengkap dengan berbagai tawaran produk inovatif, fasiltitasi investasi berupa infrastruktur pendukung dan insentif pada perusahaan-perusahaan yang berminat berinvestasi dalam lingkup industri dan perdagagan halal yang menjanjikan pada para investor global. Tren keikutsertaan negara-negara utama peserta pameran menunjukkan semakin tinggi. Pada tahun 2007 terdapat 10 negara aktif, tahun 2008 hingga 2010 tercatat 11 negara, dan yang tertinggi pada tahun 2011 dengan 19 negara utama peserta MIHAS. Secara keseluruhan tren peningkatan keikutsertaan negara-negara Internasional dalam pameran produk MIHAS diilustrasikan pada Gambar 28 berikut. Gambar 28. Jumlah Booths, Peserta dan Negara Asal Peserta MIHAS

5 97 Perkembangan secara kuantitas ditelaah dari jumlah booths yang menjadi peserta MIHAS terlihat grafik yang meningkat hingga tahun Pada tahun 2007 jumlah booths mencapai 514 unit, pada tahun 2008 terdapat 621 unit, pada tahun 2009 sebanyak 628 unit dan pada tahun 2010 sebanyak 661 unit, namun pada tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 22 persen dari tahun sebelumnya menjadi hanya 514 unit, yakni jumlah yang sama dengan tahun Berfluktuasinya pencapaian jumlah booths ini adalah akibat dari naik turunnya iklim perekonomian global dan berpindahnya lokasi pameran dari tahun ke tahun. Pola yang sama juga terjadi pada jumlah booth, peserta pameran dan jumlah negara peserta pameran. Secara kuantitas mangalami kenaikan hingga tahun 2010 dan turun pada tahun Rata-rata kepesertaan selama lima tahun untuk jumlah booths sebanyak 588 booths, 475 peserta pameran dan melibatkan rata-rata 28 negara sebagai peserta. Fluktuasi jumlah keikutsertaan peserta pameran dari kelompok perusahaan tersebut ditunjukkan dalam Gambar 29 berikut Perusahaan Internasional Perusahaan Malaysia Gambar 29. Jumlah Peserta Kelompok Perusahaan pada MIHAS Tahun

6 98 Gambar 29 di atas menunjukkan jumlah perusahaan Internasional dan jumlah keikutsertaan peseta lokal Malaysia dalam MIHAS dari tahun 2007 hingga Tren kenaikan jumlah peserta Internasional terjadi hingga tahun 2008 dengan perusahaan Internasional yang terlibat sebanyak 442 perusahaan kemudian menurun pada tahun 2009 hingga mencapai 388 perusahaan pada tahun Pencapaian jumlah peserta perusahaan Internasional tertinggi terjadi pada tahun 2008, sedangkan peserta lokal mencapai jumlah tertinggi pada tahun Jika dibandingkan dengan tahun 2007, jumlah rata-rata peserta Internasional menunjukkan kenaikan sebesar 79 persen. Pola yang berbeda terjadi pada perusahaan lokal Malaysia yang berpartisipasi dalam MIHAS. Pada tahun 2007 terdapat 378 perusahaan Internasional dan meningkat pada tahun 2008 menjadi 585 perusahaan, tahun 2009 melibatkan 660 perusahaan dan puncaknya pada tahun 2010 yang melibatkan 1005 peserta lokal dan kemudian menurun pada tahun 2009 menjadi 611 perusahaan lokal. Walaupun tingkat keikutsertaan peserta Internasional menurun sejak tahun 2008, namun kualitas penyelenggaraan dengan taraf Internasional meningkat dengan dengan komposisi perbandingan perusahaan lokal dan perusahaan Internasional meningkat dari 37 persen pada tahun 2007, 43 persen pada tahun 2008, 39 persen pada tahun 2009, 29 persen pada tahun 2010 dan menjadi 39 persen pada tahun Pola penurunan jumlah peserta terjadi pada tahun 2008 dan kemudian meningkat hingga tahun 2010 dan kemudian menurun kembali pada tahun Pertemuan Bisnis Parameter yang digunakan dalam mengukur perkembangan bisnis halal dalam pameran bisnis halal MIHAS tidak hanya dalam kegiatan pameran produkproduk saja, namun juga mengenai mutu pertemuan-pertemuan bisnis yang melibatkan jumlah negara peserta yang jauh lebih besar dari negara peserta pameran. Gambar 30 berikut menunjukkan perkembangan secara kuantitas pertemuan bisnis dari tahun 2007 hingga tahun 2011.

7 Jumlah Pertemuan (kali) Pertemuan Bisnis Gambar 30. Jumlah Pertemuan Bisnis Selama MIHAS Pertemuan bisnis yang dilakukan dari tahun 2007 hingga 2010 menunjukkan tren yang meningkat. Dibandingkan dengan tahun 2007, pada tahun 2010 meningkat sebanyak 107 persen, sedangkan pada tahun 2011 jumlahnya sebanyak pertemuan yang berada dibawah jumlah rata-rata pertemuan bisnis yang dilakukan selama pelaksanaan MIHAS yang mencapai pertemuan setiap periodenya. Pada tahun 2011 penurunan terjadi sebesar 21 persen dari tahun 2010 yang mencapai pertemuan bisnis menjadi pertemuan bisnis. MIHAS tidak hanya menunjukkan tingkat inovasi produk melalui pameran produk, namun juga membidik potensi bisnis halal global yang berkelanjutan dengan memfasilitasi pelaku bisnis untuk melakukan negosiasi dan transaksi. Banyaknya pertemuan bisnis yang difasilitasi secara profesional menjadi tujuan utama dari pelaksnaan MIHAS, sekaligus menjadi daya tarik bagi pelaku global untuk terlibat didalamnya. Jika negara peserta pameran mencapai rata-rata 28 negara setiap tahunnya, maka negara peserta pertemuan bisnis mencapai rata-rata 47 negara yang berarti 65 persen lebih tinggi keikutsertaannya. Gambar 31 berikut menerangkan perbandingan jumlah keikutsertaan negara-negara Internasional dalam pameran dengan jumlah negara yang terlibat dalam pertemuan bisnis pada MIHAS pada tahun 2007 sampai dengan 2011.

8 100 Jumlah Asal Negara Pertemuan Bisnis Peserta Pameran Gambar 31. Perbandingan Jumlah Negara Peserta Pameran dan Jumlah Negara Pada Pertemuan Bisnis dalam MIHAS Dari Gambar 31 di atas menunjukkan bahwa minat negara-negara Internasional lebih besar pada pertemuan bisnis dibandingkan pada pameran produk. Hal tersebut menunjukkan bahwa minat global terhadap produk halal sangat tinggi, setidaknya dalam pelaksanaan MIHAS tercatat minimal rata-rata 47 negara terlibat dalam bisnis halal. Dalam pertemuan bisnis tersebut, tercatat juga jumlah buyers dan perusahaan yang terlibat. Gambar 32 berikut menjelaskan fluktuasi jumlah buyers dan perusahaan yang melakukan transaksi pada MIHAS periode tahun 2007 sampai dengan tahun Jumlah Buyers Perusahaan Tahun Gambar 32. Jumlah Buyers dan Perusahaan yang Terlibat Transaksi

9 101 Secara kuantitas, jumlah buyers memingkat dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, kemudian menurun pada tahun 2010 menjadi 510 setelah pada tahun 2009 mencapai peserta buyers tertinggi dengan jumlah 596 buyers. Meskipun demikian jika dibandingkan dengan tahun 2007, jumlah buyers mengalami tren yang meningkat. Angka rata-rata yang diperoleh menunjukkan jumlah buyers pada kegiatan MIHAS adalah 493 buyers dari 378 perusahaan Pengunjung MIHAS Salah satu faktor yang dianalisis dalam mengukur perkembangan bisnis halal adalah faktor jumlah pengunjung MIHAS. Jumlah pengunjung mengindikasikan tingkat ketertarikan pebisnis dan masyarakat umum terhadap produk dan bisnis halal. Selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 rata-rata pengunjung mencapai orang yang berasal dari 68 negara. Secara lengkap data mengenai pengunjung disajikan pada Gambar 33 berikut. Gambar 33. Jumlah Pengunjung dan Asal Negara Pengunjung Jumlah Pengunjung MIHAS mengalami tren meningkat sejak tahun Pada tahun 2011 pengunjung MIHAS mencapai orang yang berasal dari 81 negara. Pencapaian jumlah negara pengunjung MIHAS pada tahun 2011 merupakan yang tertinggi sejak tahun Angka tersebut menunjukkan bahwa secara kuantitas, pelaksanaan MIHAS meningkat secara signifikan karena mampu menarik minat pengunjung dari negara yang jauh lebih banyak. Peningkatan juga terjadi pada jumlah negara asal pengunjung MIHAS yang terus meningkat setiap tahunnya mengindikasikan bahwa produk dan bisnis halal telah menjadi bisnis yang menarik di tingkat Internasional.

10 102 Industri halal terbukti menjadi salah satu industri strategis yang mendapatkan respon yang sangat baik secara Internasional. Produk halal tidak hanya diterima oleh komunitas muslim saja, namun juga oleh kalangan nonmuslim secara global yang juga saat ini memahami terminologi halal sebagai standar mutu yang tinggi terhadap jaminan keamanan dan kesehatan produk bermutu Produk-Produk yang Ditampilkan MIHAS merupakan etalase produk halal dari seluruh dunia. Produk dan jasa yang ditawarkan negara-negara pelaku bisnis halal sangat bervariasi dengan tingkat inovasi dan kreatifitas yang tinggi, disertai dengan kemampuan penjualan yang sangat baik melalui pertemuan bisnis yang ada. Pada pelaksanaan MIHAS, terlihat secara langsung tingkat kemampuan setiap perusahaan dan negara dalam pengembangan bisnis dan produk halalnya. Beberapa negara diluar anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang berkomitmen terhadap pengembangan produk halal seperti Belgia, Australia, Selandia Baru, Brazil, Perancis, Inggris, China, Jepang, Singapura dan India, menampilkan berbagai produk halal unggulannya. Sebagai contoh, Belgia menampilkan produk-produk makanan dan minuman halal dengan merek Internasional, sedangkan Brazil, India, Australia dan Selandia Baru menampilkan tawaran kemitraan untuk dapat memasok daging halal berkualitas tinggi. Di lain pihak, Jepang menyiapkan berbagai produk makanan dan kosmetika halal dengan kualitas premium dan China menyiapkan aneka produk permesinan yang mampu mendukung industri pengolahan produk halal. Selain produk halal, jasa perdagangan halal juga mendapatkan perhatian negara-negara maju. Seperti halnya yang dilakukan Belanda dan Singapura, dua negara tersebut menawarkan fasilitas perdagangan dengan infrastruktur logistik yang unggul seperti pelabuhan perdagangan yang mampu mengakomodir produkproduk halal atau Halal Port. Pameran bisnis halal MIHAS menunjukkan bahwa, perkembangan industri halal tidak lagi didominasi oleh negara-negara muslim, serta lebih jauh tidak hanya mengedepankan produk pangan saja. Beragam latar negara dan budaya

11 103 serta produk yang ditampilkan dari mulai negara maju dan berkembang, produk makanan, kosmetika, farmasi hingga alat mesin dan infrastruktur logistik yang mendukung perkembangan industri halal ditampilkan untuk diperdagangkan dan bersaing secara kompetitif. Dari lima aspek pelaksanaan MIHAS yang terdiri atas 1) perkembangan umum, 2) penyelenggaraan pameran produk, 3) pertemuan bisnis, 4) pengunjung dan 5) produk-produk yang ditampilkan, secara kuantitas dapat ditelaah bahwa terdapat tren kenaikan pada setiap data yang ada hingga tahun Pada tahun 2009 data yang menunjukkan angka-angka kuantitatif pada umumnya menunjukkan penurunan dan secara bertahap kembali naik hingga tahun 2010 dan kembali turun pada tahun Fenomena yang terjadi di atas tidak berarti menunjukkan mutu bisnis halal menurun, namun disebabkan oleh hal-hal berikut: 1. Pada tahun 2008 krisis ekonomi global yang berdampak pada menurunnya kondisi perekonomian dunia. Hal tersebut berdampak pada bisnis halal global, sehingga angka-angka yang menunjukkan peran serta negara-negara Internasional terutama pada tahun 2009 menurun. 2. Penurunan angka-angka kuantitatif menunjukkan bahwa pada tahun 2011 terdapat penurunan pada jumlah peserta MIHAS. Hal tersebut dikarenakan perpindahan lokasi pameran dari MATRADE ke Kuala Lumpur Convention Centre sehingga mempengaruhi daya tampung dan atmosfer pelaksanaan pameran. 3. Orientasi pelaksanaan MIHAS pada tahun 2011 tidak lagi pada penjualan langsung pada booth-booth yang ada, melainkan difokuskan pada jumlah dan kualitas transaksi pada pertemuan-pertemuan bisnis. Nilai pada transaksi bisnis MIHAS pada tahun 2011 lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya walaupun dengan peserta pameran yang lebih sedikit. 4. Jumlah negara yang terlibat dalam keseluruhan kegiatan MIHAS pada tahun 2011 mencapai 81 negara. Hal tersebut menunjukkan kualitas penyelenggaraan yang meningkat karena berhasil melibatkan jauh lebih banyak negara dunia. 5. Semakin banyaknya halal Expo tingkat Internasional yang berkembang mulai tahun 2010 seperti yang dilaksanakan di London, Paris, Singapura, Bangkok,

12 104 Moskow, Dubai, Abu Dhabi, Qinghai, Istambul dan Jakarta membuat MIHAS bukan satu-satunya fokus perhatian produsen halal global dalam melaksanakan promosi usahanya. Namun sejauh ini MIHAS masih menjadi barometer pameran dagang halal Internasional yang paling berpengaruh pada perkembangan bisnis halal. 6. Variasi produk yang ditampilkan semakin tinggi. Peningkatan jumlah proporsi komoditas non-makanan menandakan kualitas bisnis halal yang semakin baik karena konsep halal sudah tidak hanya dikenakan pada komoditas makanan saja, tetapi sudah meluas pada komoditas lainnya. 7. Perkembangan MIHAS berhasil menunjukkan perkembangan bisnis halal sebagai area bisnis yang paling potensial untuk dikembangkan saat ini. Oleh karena hal-hal tersebut di atas, fenomena yang terjadi pada pameran bisnis halal MIHAS yang berlangsung dari tahun 2007 hingga tahun 2011 adalah indikator yang menujukkan bahwa bisnis halal semakin membesar. MIHAS telah memberikan efek bola salju secara internasional dengan nilai bisnis halal yang semakin membesar. Bukan hanya pada besaran bisnisnya yang semakin berkembang, namun juga berpengaruh pada perilaku konsumen global yang semakin terbuka menerima halal sebagai produk yang memiliki mutu yang tinggi sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan diterima sebagai produk global. Perkembangan bisnis halal yang terjadi sesuai dengan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangannya secara kualitas dapat dikatakan meningkat pesat. Dengan indikator-indikator seperti volume perdagangan produk halal, jumlah negara yang terlibat dalam bisnis halal, tingkat kesadaran konsumen internasional, keterlibatan perusahaan-perusahaan multinasional dan lokal di setiap negara dalam memproduksi produk halal serta kenaikan presentase bisnis halal dalam bisnis internasional secara umum menunjukkan bahwa, bisnis halal telah menjadi bagian penting dari bisnis global, terutama dalam hal produkproduk makanan dan Fast Moving Consumer Goods yang sudah mulai diterima masyarakat global sebagai produk yang memiliki mutu yang baik.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH SEPTEMBER 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH SEPTEMBER 2008 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.02/01/33/Th.III, 05 Januari 2009 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH SEPTEMBER 2008 Nilai ekspor Jawa Tengah bulan September 2008 mencapai 286,02 juta USD, meningkat sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH NOPEMBER 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH NOPEMBER 2008 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.02/03/33/Th.III, 02 Maret 2009 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH NOPEMBER 2008 Nilai ekspor Jawa Tengah bulan Nopember 2008 mencapai 231,78 juta USD, naik sebesar 8,88 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama pasca krisis ekonomi global tahun 2008 yang melanda dunia, perekonomian dunia mengalami berbagai penurunan ekspor non migas. Beberapa negara di dunia membatasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH APRIL 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/06/62/Th. IX, 1 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH APRIL Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan sebesar US$124,19 juta, turun 13,01 persen dibanding bulan yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/02/62/Th. IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan sebesar US$62,45 juta, turun 29,68 persen dibanding

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH MEI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH MEI 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/07/62/Th. IX, 1 Juli 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH MEI 2015 Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Mei 2015 sebesar US$121,89 juta, turun 1,85 persen dibanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12. 54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR No. 02/01/62/Th. XI, 3 Januari 2017 Selama ember, Nilai Ekspor US$ 128,13 Juta dan Impor US$ 3,68 Juta Selama ember, total ekspor senilai US$ 128,13 juta, naik US$ 64,07 juta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar

Lebih terperinci

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan dapat dengan bebas bergerak ke setiap Negara di penjuru dunia. yang secara langsung berpengaruh

Lebih terperinci

VII. POSISI DAYA SAING PRODUK AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA

VII. POSISI DAYA SAING PRODUK AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA 121 VII. POSISI DAYA SAING PRODUK AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA 7.1. Faktor Intrinsik Produk Berdasarkan analisis SWOT-Kuantitatif telah dikemukakan penilaian terhadap kondisi saat ini atas kekuatan, kelemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan adalah subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor yang penting dalam sektor pertanian,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR No. 02/11/62/Th. X, 1 November Selama tember, Nilai Ekspor US$ 45,90 Juta dan Impor US$ 7,23 Juta Selama tember, total ekspor senilai US$ 45,90 juta, turun US$ 15,83 juta

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI 2012 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/08/62/Th. VI,1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Juni sebesar US$92,40 juta, turun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, APRIL 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, APRIL 2017 No. 33/06/17/Th. VIII, 2 Juni 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, APRIL 2017 Total ekspor Provinsi Bengkulu mencapai nilai sebesar US$ 24,17 juta. Nilai ekspor ini mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 51/09/72/Th.XVIII, 01 September 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juli 2015, Nilai Ekspor US$ 21,82 Juta dan Impor US$ 82,70 Juta Selama Juli 2015, total ekspor senilai US$

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 69/12/72/Th.XVIII, 01 Desember 2015 Selama Oktober 2015, Nilai Ekspor US$ 85,21 Juta dan Impor US$ 71,73 Juta Selama Oktober 2015, total ekspor senilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 56/10/72/Th.XVIII, 01 Oktober 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Agustus 2015, Nilai Ekspor US$ 42,49 Juta dan Impor US$ 53,06 Juta Selama Agustus 2015, total ekspor senilai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama November 2015, Nilai Ekspor US$ 106,27 Juta dan Impor US$ 87,33 Juta Selama November 2015, total ekspor senilai US$ 106,27 juta, naik US$ 21,06 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini semakin pesat dan semakin tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Salah satu perkembangan pesat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/02/62/Th. X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Desember sebesar US$69,62 juta, naik 49,17 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : AGUSTUS 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : AGUSTUS 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Jatuhnya harga minyak, yang melebihi setengah dari puncak harga sebelumnya, belum menghantam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sebab naik turunnya harga barang-barang yang ada di pasar sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sebab naik turunnya harga barang-barang yang ada di pasar sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang sering berfluktuasi tidak jarang menjadi sebab naik turunnya harga barang-barang yang ada di pasar sehingga menyebabkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/11/62/Th. IX, 2 November 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2015 Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan ember 2015 sebesar US$49,69 juta, turun 7,90

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Dari total produksi, sekitar 67 persen kopinya diekspor sedangkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016 No. 51/09/17/Th. VII, 1 September 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016 Total Ekspor Provinsi Bengkulu mencapai nilai sebesar US$ 7,58 juta. Nilai Ekspor ini mengalami penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha menyadari suatu kebutuhan untuk mengeksploitasi sepenuhnya aset-aset mereka demi memaksimalkan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara terbesar penghasil rotan di dunia. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara terbesar penghasil rotan di dunia. Selain itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rotan merupakan sumber devisa yang sangat besar bagi negara karena Indonesia adalah salah satu negara terbesar penghasil rotan di dunia. Selain itu rotan dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI Pengembangan ekspor tidak hanya dilihat sebagai salah satu upaya meningkatkan pendapatan negara, tetapi juga untuk mengembangkan ekonomi nasional. Perkembangan

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/03/62/Th. XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR Selama uari 2017, Nilai Ekspor US$ 206,16 Juta dan Impor US$ 12,43 Juta Selama uari 2017, total ekspor senilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional, sektor

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR No. 02/02/62/Th. XI, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR Selama ember, Nilai Ekspor US$ 133,03 Juta dan Impor US$ 1,07 Juta Selama ember, total ekspor senilai US$ 133,03 juta, naik US$ 4,90 juta

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016 No. 57/10/17/Th. VII, 3 Oktober PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS Total Ekspor Provinsi Bengkulu mencapai nilai sebesar US$ 18,26 juta. Nilai Ekspor ini mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Negara Berkembang dan Maju Periode 1980-2008

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Negara Berkembang dan Maju Periode 1980-2008 38 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Negara Berkembang dan Maju Periode 198-28 Berdasarkan Gambar 4.1, periode 198 hingga 28 perkembangan GDP pertanian negara-negara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/05/62/Th. X, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR Selama et, Nilai Ekspor US$ 74,95 Juta dan Impor US$ 0,89 Juta Selama et, total ekspor senilai US$ 74,95 juta, turun

Lebih terperinci

Meningkatnya Impor Barang Modal Dukung Industri dan Adanya Peningkatan Ekspor ke Pasar Nontradisional

Meningkatnya Impor Barang Modal Dukung Industri dan Adanya Peningkatan Ekspor ke Pasar Nontradisional SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Meningkatnya Impor Modal Dukung Industri dan Adanya Peningkatan

Lebih terperinci

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula. V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH OKTOBER 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH OKTOBER 2012 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/12/62/Th. VI, 3 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH OKTOBER Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Oktober sebesar US$62,93

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 1 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Ekspor Bulan Februari 2012 Naik 8,5% Jakarta, 2 April 2012

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 56/11/72/Th. XV, 01 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH SEPTEMBER EKSPOR SENILAI US$ 32,12 JUTA Nilai ekspor Sulawesi Tengah pada bulan ember (angka sementara) dibanding bulan us

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR MEI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR MEI 2017 42/07/51/Th. XI, 3 Juli 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR MEI 2017 A. EKSPOR Nilai ekspor barang asal Provinsi Bali yang dikirim lewat beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan Mei 2017 mencapai US$

Lebih terperinci

Anggota Klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut :

Anggota Klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut : Anggota Klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut : Anggota Klaster Pertama No. Negara 1 Republik Rakyat China Anggota Klaster Kedua No. Negara 1 Malaysia 2 Singapura Anggota Klaster Ketiga No Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA INDONESIA 2017 LAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA INDONESIA BAB I KONSUMSI BATUBARA DUNIA Grafik 1.1. Pertumbuhan Konsumsi Batubara Dunia, 1980 2017 Grafik 1.2. Pertumbuhan Konsumsi dan Impor Batubara China,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No.15/03/12/Thn. XX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$707,83 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata Yunani kuno yang berarti upaya untuk

BAB I. PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata Yunani kuno yang berarti upaya untuk BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kosmetika berasal dari kata Yunani kuno yang berarti upaya untuk memperindah tubuh manusii secara keseluruhan. Tujuan akhir dmi upaya tersebut adalah tercapainya bentuk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 No. 19/05/36/Th.VIII, 2 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2014 NAIK 0,99 PERSEN MENJADI US$802,39 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret 2014 naik

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agribisnis. Agribisnis perunggasan Indonesia akan terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. agribisnis. Agribisnis perunggasan Indonesia akan terus berkembang seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara, yakni sekitar 247 juta jiwa memiliki potensi yang sangat besar dalam sektor agribisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu bentuk kegiatan penanaman dana dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu bentuk kegiatan penanaman dana dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu bentuk kegiatan penanaman dana dalam suatu aset tertentu dan dalam jangka waktu tertentu yang akan memberikan imbal hasil di masa yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016 No. 25/05/36/Th.X, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 13,14 PERSEN MENJADI US$757,66 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 13,14 persen dibanding

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

T R A D E. Grafik 7.1/Figure 7.1. Volume Impor 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, ,247 3,507 3,067 2,627 1,747

T R A D E. Grafik 7.1/Figure 7.1. Volume Impor 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, ,247 3,507 3,067 2,627 1,747 Trade T R A D E Grafik 7.1/Figure 7.1 Volume Ekspor dan Impor Menurut Pelabuhan di Jawa Barat Volume of Imports by Port in Jawa Barat (Ton/Tons) 2006 20100 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 000 4,247

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi tidak hanya berelasi dengan bidang ekonomi, tetapi juga di lingkungan politik, sosial, dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR Selama, Nilai Ekspor US$ 58,98 Juta dan Impor US$ 2,88 Juta No. 02/09/62/Th. X, 1 September Selama, total ekspor senilai US$ 58,98 juta, turun

Lebih terperinci

BAB 2 DESKRPSI SEWELLS GROUP

BAB 2 DESKRPSI SEWELLS GROUP 15 BAB 2 DESKRPSI SEWELLS GROUP 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Sewells group memiliki suatu rangkaian sejarah yang mengalami perkembangan secara signifikan dari tahun ke tahunnya. Perkembangan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diprediksi terutama pada sektor perusahaan jasa. Setiap perusahaan berlomba

BAB I PENDAHULUAN. diprediksi terutama pada sektor perusahaan jasa. Setiap perusahaan berlomba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era ekonomi baru atau era "digitalization", ditandai dengan persaingan yang semakin ketat, lingkungan yang cepat berubah dan semakin sulit untuk diprediksi terutama

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 2 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 42/08/73/Th. X, 1 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk 114 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR Selama il, Nilai Ekspor US$ 169,61 Juta dan Impor US$ 1,13 Juta No. 02/06/62/Th. XI, 2 Juni Selama il, total ekspor senilai US$ 169,61 juta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Perkebunan memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lada atau pepper (Piper nigrum L) disebut juga dengan merica, merupakan jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah menjadi

Lebih terperinci

Industri global adalah industri di mana posisi-posisi strategis pesaing dalam pasar geografis atau nasional utama pada dasarnya dipengaruhi posisi

Industri global adalah industri di mana posisi-posisi strategis pesaing dalam pasar geografis atau nasional utama pada dasarnya dipengaruhi posisi Industri global adalah industri di mana posisi-posisi strategis pesaing dalam pasar geografis atau nasional utama pada dasarnya dipengaruhi posisi globalnya secara keseluruhan. Perusahaan global adalah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Juli 2014, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 36/07/73/Th. XI, 3 Juli 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui

Lebih terperinci