BAB I PENDAHULUAN. peledakan yang terjadi di Legian. Korban tewas lebih banyak merupakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. peledakan yang terjadi di Legian. Korban tewas lebih banyak merupakan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tanggal 12 Oktober 2002, Bali diguncang serangan bom di kawasan Legian, Badung dan Renon, Denpasar. Peristiwa ledakan pertama kali terjadi di kawasan padat wisata, Legian, dimana dua bom meledak di Paddy s Pub dan Sari Club. Peristiwa ledakan berikutnya terjadi di dekat kantor Konsulat Amerika Serikat yang terletak di daerah Renon, Denpasar. Walaupun tidak terdapat korban jiwa pada peristiwa peledakan yang terjadi di Denpasar, namun 201 korban dinyatakan tewas pada peristiwa peledakan yang terjadi di Legian. Korban tewas lebih banyak merupakan warga negara asing yang sedang berlibur di Bali dan disebutkan berasal dari sekitar 22 negara. Australia merupakan negara dengan korban paling banyak yakni diperkirakan berjumlah 88 orang (Putra dan Hitchcock, 2009: 87). Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 1 Oktober 2005, Bali kembali mendapat serangan bom di tiga lokasi yang berbeda, yakni di Kafe Menega dan Kafe Nyoman, yang terletak di kawasan Jimbaran, serta restoran RAJA s di daerah Kuta. Pengeboman yang kemudian dikenal dengan Bom Bali II tersebut membuat sekitar 20 orang menjadi korban 1

2 2 jiwa (Putra dan Hitchock, 2009: 94). Adapun korban pengeboman kali ini lebih banyak merupakan warga negara Indonesia, dimana korban lainnya merupakan warga negara Australia dan Jepang. Serangkaian peristiwa pengeboman yang terjadi di Bali pada tahun 2002 dan 2005 tersebut memberi dampak yang sangat signifikan khususnya pada sektor pariwisata. Ini dapat dilihat dari tingkat kunjungan wisatawan ke Bali, terutama kunjungan wisatawan mancanegara, yang mengalami penurunan secara terus-menerus dari tahun 2002 hingga Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Yetta Gurtner (2004) dalam tulisannya yang berjudul After The Bali Bombing The Long Road to Recovery yang mana menjelaskan penurunan tingkat kunjungan yang terjadi akibat peristiwa Bom Bali sangat mempengaruhi pendapatan lokal terutama dari hotel, restoran, industri kerajinan tangan, transportasi, serta jasa pariwisata lainnya di Bali. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari sebagian masyarakat di Bali ada yang kehilangan pekerjaan, memiliki usaha yang akhirnya sepi pengunjung bahkan hingga gulung tikar. Perekonomian masyarakat Bali akhirnya terganggu. Keadaan demikan seharusnya dapat teratasi, jika masyarakat Bali sebelumnya telah memiliki pekerjaan sampingan. Namun, pada kenyataannya kehidupan perekonomian mereka selama ini sebagian besar hanya bergantung dari sektor pariwisata yang dianggap mampu memenuhi kebutuhan hidup. Selain perekonomian masyarakat Bali yang terganggu akibat peristiwa ledakan Bom Bali I dan II, kehidupan sosial mereka juga terkena dampak.

3 3 Kehilangan mata pencaharian akibat peristiwa Bom Bali cukup mempengaruhi kondisi psikologis masyarakat korban ledakan bom tersebut. Adanya rasa traumatik, kehilangan harapan terhadap masa depan serta rasa kurang percaya diri juga menjadi dampak sosial yang disebabkan peristiwa ledakan Bom Bali yang terjadi pada tahun 2002 dan 2005 silam. Kondisi demikian membuat masyarakat korban Bom Bali merasa tidak mampu mencari atau mendapatkan pekerjaan yang mampu mengatasi perekonomian mereka. Selain itu, dampak Bom Bali juga menyebabkan wisatawan merasa cemas untuk melakukan kunjungan baik itu mengenai pekerjaan, pendidikan, hingga liburan ke Indonesia, terutama Bali. Sehingga dapat dikatakan, peristiwa Bom Bali telah menimbulkan keresahan sosial, baik dari Bali hingga ke dunia internasional. Kondisi pariwisata Bali yang terpuruk akibat peristiwa ledakan bom tahun 2002 dan 2005 yang mana kemudian menimbulkan keresahan sosial, mengundang simpatisan dari dunia internasional. Banyak negara yang membantu Bali untuk bangkit kembali. Salah satu negara tersebut adalah Australia. Australia sebagai negara asal jumlah korban jiwa terbanyak pada peristiwa Bom Bali I, dan juga merupakan penyumbang wisatawan mancanegara yang paling banyak ke Bali, menurut Dinas Pariwisata Bali dalam Statistik Pariwisata Bali 2003 (2004) memberikan perhatian lebih terhadap pemulihan kondisi Bali pasca bom terutama di sektor ekonomi. Walaupun Australia menerapkan travel warning (larangan perjalanan) bagi warga negaranya dan menghimbau mereka untuk tidak

4 4 berkunjung ke Bali maupun daerah lainnya di Indonesia dengan alasan keamanan, namun Pemerintah Australia memberikan bantuan kepada masyarakat Bali untuk memulihkan keadaan sosio-ekonomi mereka. Bantuan tersebut disalurkan melalui program Bali Rehabilitation Fund (BRF) pada tahun Melalui program ini, Pemerintah Australia ingin membantu keluarga para korban Bom Bali untuk memulihkan dampak sosio-ekonomi yang disebabkan oleh dua peristiwa pengeboman yang terjadi di Bali. I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian pada latar belakang penelitian diatas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai apa peran Bali Rehabilitation Fund (BRF) dalam pemulihan sosio-ekonomi masyarakat korban Bom Bali pasca terjadinya peledakan Bom Bali I dan Bom Bali II. I.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan peran bantuan Australia melalui Bali Rehabilitation Fund (BRF) kepada Bali sejak tahun 2003 hingga tahun 2006.

5 5 I.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah untuk melihat peran bantuan luar negeri dalam membantu memulihkan kondisi sosio-ekonomi yang terancam akibat tragedi internasional. Penelitian ini juga dapat menjadi masukan kajian kerjasama antar negara dalam menghadapi bencana atau peristiwa internasional, dan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan dalam memahami peran kerjasama dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada negara lain. I.5. Tinjauan Pustaka Setiap negara berdaulat dalam kajian Hubungan Internasional seringkali melakukan kerjasama pembangunan maupun penanganan krisis kemanusiaan atau humanitarian crisis. Sebagai contohnya adalah Aronson (2011) yang melakukan penelitian berjudul United States Aid to Kenya: A Study on Regional Security and Counterterrorism Assistance Before and After 9/11. Aronson (2011) dalam penelitiannya menekankan pada bantuan Amerika Serikat yang diberikan kepada Kenya dalam melawan terorisme yang mulai berkembang di Afrika. Kenya merupakan salah satu negara yang tergolong stabil dari segi politik maupun ekonomi di Afrika, meskipun memiliki sistem pemerintahan yang otoritarianisme. Kenya merupakan aliansi dari Amerika Serikat.

6 6 Kenya telah mengalami dua kali insiden terorisme yaitu pada tahun 1998 dan tahun 2002, sejak jaringan Al-Qaeda masuk ke Afrika tahun Oleh karena itu, Amerika Serikat memberikan bantuan untuk pemulihan korban-korban dari pengeboman, pemulihan infrastruktur dan perekonomian pasca pengeboman, serta bantuan militer dan tim investigasi untuk menyelidiki keberadaan teroris. Bantuan-bantuan ini disebut sebagai Anti-terrorism Assistance atau ATA. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Whitaker (2008) yang dikutip dalam African Journal of Criminology and Justice Studies, Vol. 5. Adapun dampak yang diberikan oleh Amerika Serikat bersifat positif dimana infrastruktur di Kenya dapat diperbaiki, perekonomian di Kenya dapat berjalan kembali dengan baik, masyarakat Kenya mendapatkan pelatihan militer secara gratis, dan Kenya terhindar dari insiden terorisme hingga saat ini. Penelitian Aronson (2011) dan penelitian ini memiliki konteks yang sama yaitu dalam membahas pemberian bantuan luar negeri oleh suatu negara pada negara lainnya, dimana negara yang menerima bantuan dalam keadaan krisis. Namun, penelitian yang diteliti oleh penulis dan penelitian Aronson (2011) ini berbeda karena pihak pemberi bantuan dan pihak yang menerima bantuan yang dibahas berbeda. Penelitian lainnya yang dipakai oleh peneliti sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini selaian penelitian Aronson adalah penelitian Randi Fransisco Simanjuntak (2013) yang mana merupakan sebuah penelitian berjudul Motivasi Amerika Serikat Memberikan Bantuan

7 7 Ekonomi dan Militer Kepada Kamboja tahun (Studi Kasus Terorisme Khmer Rouge). Adapun konsep yang dipakai adalah konsep kepentingan nasional dalam perspektif politik strategi keamanan dan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori politik luar negeri. Alasan peneliti memakai penelitian Randi Fransisco Simanjuntak (2013) dalam penelitian ini karena memiliki konteks yang hampir sama dengan penelitian yang peneliti lakukan. Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang menjadi korban dari serangan terorisme internasional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya serangan yang dilakukan oleh teroris ke tempat-tempat kepentingan Amerika Serikat, baik itu di dalam dan di luar negeri. Salah satu serangan terorisme yang sangat berdampak terhadap bangsa dan negara Amerika Serikat yakni serangan terhadap World Trade Center dan Pentagon. Serangan terorisme menimbulkan trauma bagi Amerika Serikat dan membuatnya menjadi sangat reaksioner dalam menghadapi isu terorisme yang berkembang saat ini. Hal ini tercermin dari kebijakan-kebijakan luar negerinya yang mana terkait dengan pemberantasan jaringan terorisme. Adapun tujuan nasional Amerika Serikat dengan adanya kebijakan luar negerinya tersebut adalah berusaha melindungi seluruh warga negaranya serta kepentingannya, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Isu terorisme bukan hanya terjadi di Timur Tengah, namun telah menyebar ke berbagai wilayah di dunia, seperti kawasan Asia Tenggara. Hal ini bisa dilihat dari perkembangan kelompok terorisme di Kamboja,

8 8 yaitu Khmer Rouge. Selepas kesatuan Soviet tahun 1950, paham anti kolonialisme banyak menarik pemuda Kamboja seperti Pol Pot untuk membuat gerakan dan partai yang anti terhadap kolonialisme. Pol pot merupakan pemimpin gerakan Khmer Rouge yang bertujuan untuk menumbuhkan kembali gerakan komunisme di negara Kamboja. Salah satu tindakan yang dilakukan oleh gerakan Khmer Rouge adalah pembunuhan massal atau genocide yang mana telah dilakukan oleh mereka sejak tahun Gerakan Khmer Rouge merupakan gerakan politik yang diwaspadai oleh Amerika Serikat. Kondisi ini disebabkan gerakan Khmer Rouge merupakan salah satu gerakan yang anti terhadap Amerika Serikat. Adapun tujuan dari munculnya kembali gerakan ini di arena perpolitikan Kamboja adalah untuk mengubah sistem politik Kamboja yang saat ini menganut sistem demokrasi menjadi sistem komunisme. Tindakan gerakan Khmer Rouge tersebut membuat kepentingan Amerika Serikat di wilayah Asia Tenggara, khsusunya Kamboja menjadi terganggu. Oleh karena itu, Amerika Serikat mulai memainkan perannya di dunia internasional dan Asia Tenggara. Adapun perannya dengan membuat beberapa kebijakan luar negeri, antara lain mengeluarkan kebijakan Travel Advisory dan Travel Warning terhadap negara-negara di Kawasan Asia Tenggara yang memiliki potensi menjadi target serangan teroris seperti Kamboja, meningkatkan kuantitas jumlah personil Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara, menggiatkan kampanye Anti

9 9 Terorisme melalui forum-forum kerjasama regional dan internasional seperti APEC, dan pemerintah AS membuat kesepakatan anti terorisme dengan ASEAN. Selain itu, Amerika Serikat juga mengeluarkan kebijakan yang bersifat bilateral di kawasan Asia Tenggara, yaitu Amerika Serikat akan membentuk pusat koordinasi anti terorisme regional Asia Tenggara di Kamboja, Amerika Serikat dan Kamboja kemudian menandatangani kesepakatan anti terorisme pada tanggal 22 Mei Pada intinya Kamboja dan Amerika Serikat sepakat dengan tegas untuk memerangi aksi terorisme internasional. Untuk kasus Khmer Rouge, Amerika Serikat mengeluarkan beberapa kebijakan. Hal ini bertujuan untuk mengawasi perkembangan gerakan tersebut di Kamboja. Adapun kebijakan-kebijakan tersebut, antara lain memberikan bantuan militer kepada Kamboja, melakukan kerjasama latihan militer dengan Kamboja, dan meningkatkan jumlah personil militer di Kamboja. Kebijakan-kebijakan ini bertujuan untuk membantu Kamboja dalam mengatasi gerakan Khmer Rouge. Kedua penelitian diatas membuat penulis ingin melihat secara mendalam mengenai pemberian bantuan Australia melalui Bali Rehabilitation Fund dalam pemulihan sosio-ekonomi masyarakat Bali pasca Bom Bali I dan Bom Bali II dilihat dari bantuan yang diberikan Australia. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berbeda dengan penelitian Aronson (2011) yang memberikan bantuan berupa ekonomi, militer dan investigasi. Selain itu, berbeda pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Randi Fransisco Simanjuntak (2013).

10 10 I.6. Kerangka Konseptual Penelitian ini menggunakan beberapa konsep sebagaimana yang dijabarkan dibawah ini. 1) Human Security Konsep Human Security berkembang pada akhir Perang Dingin. Human security memiliki perluasan pengertian keamanan dari keamanan tradisional ke arah keamanan non-tradisional. Keamanan sebelumnya memiliki fokus terhadap keseimbangan suatu negara serta peran militer. Namun, perkembangan globalisasi, fokus keamanan tradisional mengalami perkembangan ke arah keamanan non-tradisonal yang mana ancamannya memiliki fokus terhadap kelangsungan hidup manusia. Menurut Shahrbanou Tadjbakhsh dan Anuradha M. Chenoy (2007) dalam buku mereka yang berjudul Human Security: Concepts and Implications menjelaskan bahwa human security merupakan keamanan yang ditujukan pada keamanan manusia. Sehingga dapat dikatakan, keamanan setiap individu merupakan tujuan dari human security. Keamanan yang dimaksud adalah aman dari hal-hal yang membuat mereka merasa tidak aman, misalnya dari ancaman genosida, kejahatan narkoba, peledakan bom oleh sekelompok teroris, terjadinya perpindahan penduduk akibat dari permasalahan lingkungan, bencana alam, tidak adanya akses ke lapangan pekerjaan, kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan hal-hal yang membuat tidak aman lainnya. Seperti yang

11 11 dijelaskan oleh Tadjbakhsh dan Chenoy (2007), ada dua jenis kebebasan manusia untuk mencapai human security, yaitu (1) freedom from fear atau bebas dari rasa ketakutan merupakan kebebasan manusia dari hal-hal terkait kekerasan terhadap dirinya-sendiri, dan; (2) freedom from want atau bebas dari rasa ingin merupakan kebebasan yang dimiliki manusia terkait kebutuhan dasar mereka, seperti makanan dan tempat tinggal, serta bebas dari kesulitan ekonomi. Dalam hal ini, manusia tidak hanya membutuhkan ketersediaan kebutuhan dasar mereka, namun juga ketersediaan kebutuhan jangka panjang bagi manusia, seperti lapangan pekerjaan. Jika kebebasan ini telah tercapai, maka manusia telah memiliki rasa aman bagi kelangsungan hidupnya. Namun sebaliknya, jika freedom from fear atau freedom from want tidak tercapai, maka timbul ancaman bagi manusia. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa manusia sebaiknya memiliki freedom from fear atau freedom from want. Namun jika belum memiliki, manusia akan merasakan ancaman yang mana ancaman timbul dari tidak terpenuhinya salah satu jenis kebebasan manusia tersebut. Tadjbakhsh dan Chenoy (2007) dalam bukunya juga mengelompokkan ancaman terhadap keamanan manusia dalam beberapa tipe, antara lain: a) Ancaman terhadap sosio-ekonomi manusia. Ancaman tipe ini berkaitan dengan akses manusia terhadap mata pencaharian hingga akses pada pelayanan publik yang mana jika akses ini tidak dapat tercapai oleh manusia dapat menyebabkan kemiskinan, kelaparan,

12 12 penyakit hingga kematian. Tipe ancaman ini merupakan bagian dari freedom from want; b) Ancaman terhadap keamanan pribadi yang mana berkaitan dengan fisik. Terjadinya tindakan kekerasan baik yang berasal dari peperangan, terorisme, kejahatan narkoba, konflik etnis hingga prostitusi merupakan beberapa contoh tindakan yang dapat mengancam keamanan pribadi masing-masing individu. Sehingga dapat dikatakan tipe ini termasuk freedom from fear; c) Ancaman terhadap lingkungan. Ancaman ini bukan hanya membahas tentang ancaman pada lingkungan, namun juga membahas bagaimana pengaruh ancaman tersebut pada manusia. Misalnya, adanya polusi air, polusi tanah, serta polusi udara. Tipe ancaman ini dapat dimasukkan dalam freedom from want, dan; d) Ancaman terhadap politik. Terjadinya pelanggaran HAM serta hak-hak sipil pada setiap individu, adanya tindakan korupsi oleh seorang pejabat negara yang mana selain merugikan negara juga merugikan individu lainnya, hingga tidak adanya kesamaan hak dalam penegakan hukum, merupakan beberapa contoh tindakan yang mengancam hak politik masing-masing individu. Oleh karena itu, ancaman ini termasuk freedom from fear. Selain dijelaskannya tipe-tipe ancaman terhadap keamanan manusia, Tadjbakhsh dan Chenoy (2007) juga menjelaskan hubungan yang dimiliki oleh masing-masing tipe ancaman. Dapat diketahui bahwa

13 13 tiap ancaman saling berhubungan satu sama lainnya. Adapun hubungan antar ancaman tersebut dibagi dalam dua cara, yakni: 1) Ancaman saling berkaitan dengan ancaman lainnya seperti efek domino. Misalnya, tidak adanya akses ke lapangan pekerjaan dapat menyebabkan kemiskinan serta jika kemiskinan terjadi dapat berdampak pada rendahnya kemampuan untuk mendapatkan dan menikmati pendidikan. 2) Berbagai ancaman dapat menyebar dalam suatu negara, misalnya kemiskinan di suatu negara dapat menyebabkan meningkatnya ancaman bagi stabilitas negara tersebut. Selain itu, ancaman dapat mengalir ke negara lainnya, misalnya terjadinya perpindahan penduduk suatu negara ke negara lainnya yang menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka dan terakhir, ancaman tersebut dapat mengancam keamanan global, misalnya terjadinya kegiatan jual beli narkoba antar individu antar negara. Penulis dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan poin ancaman sosio-ekonomi dari empat kategori ancaman keamanan manusia atau human security menurut Tadjbakhsh dan Chenoy (2007). Ancaman sosio-ekonomi dalam hal ini akan dipakai penulis untuk membahas ancaman yang timbul dari dampak yang dihasilkan oleh peristiwa Bom Bali. Bom Bali I dan II dapat dikatakan telah mengancam keamanan masyarakat Bali, terutama masyarakat yang kehidupannya bergantung

14 14 pada sektor pariwisata, baik keamanan pribadi mereka yang kemudian merasa kesulitan untuk mendapatkan akses ke pekerjaan dan kemudian berdampak pada keamanan perekonomian mereka. Seperti penjelasan pada paragraf sebelumnya bahwa setiap ancaman yang ada terkait keamanan manusia dapat berkaitan satu sama lainnya. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Tadjbakhsh dan Chenoy (2007) bahwa berbagai hal dapat menyebabkan keterkaitan tersebut, salah satunya adalah pengaruh globalisasi. Selain itu, globalisasi juga dapat membuka peluang munculnya ancaman-ancaman baru. Caracara mengatasi dan aktor aktor yang memainkan peran dalam mengatasi berbagai ancaman keamanan manusia juga dipengaruhi oleh globalisasi. Kondisi ini dapat dilihat dari peran negara mengalami transformasi dalam keamanan manusia yang mana aktor-aktor non-negara saat ini mulai ikut memainkan perannya. Keterlibatan mereka juga dipengaruhi faktor dari kemampuan suatu negara dalam mengatasi permasalahan terkait keamanan manusia dari warga negaranya. Faktor ini dapat dilihat dari peran negara yang mengalami ancaman kemanusiaan dalam menghadapi ancaman tersebut, antara negara tidak ingin membantu memulihkan kondisi dalam negerinya untuk bangkit dari ancaman kemanusiaan atau negara merasa tidak mampu memulihkan kondisi negaranya dari ancaman kemanusiaan. Seperti halnya, ketika Bali mengalami keterpurukan akibat peristiwa Bom Bali tahun 2002 dan 2005, pemerintah Indonesia memiliki kemampuan yang kurang dalam mengatasi dampak yang disebabkan oleh peristiwa

15 15 tersebut. Sehingga pemerintah Indonesia menerima tawaran bantuan dari berbagai pihak, salah satunya adalah Australia. 2) Development Agency Salah satu cara yang dipakai dalam mengatasi ancaman human security adalah dengan negara melakukan kerjasama. Suatu negara akan memberi bantuan kepada negara lain melalui development agency. Development agency merupakan suatu badan yang dimiliki negara dalam aktivitas distribusi bantuan, dari mengoperasionalkan hingga mengimplementasikan bantuan tersebut. OECD dalam OECD LEED (2009) menjelaskan terdapat empat peran dari development agency yang mana keempat peran tersebut memiliki perbedaan, namun saling berkaitan satu sama lain. Adapun empat peran tersebut, yaitu; a) Economic roles merupakan salah satu peran development agency sebagai agen pembangunan yang berpartisipasi pada pembangunan serta pengembangan ekonomi. Salah satu contohnya adalah development agency membuka pasar dan berpartisipasi dalam pasar tersebut yang mana orang-orang mampu mengakses mata pencaharian. Selain itu, peran development agency ini mencakup pendekatan entrepreneur. Pendekatan ini melibatkan hal-hal yang berkaitan dengan entrepreneur, misalnya investasi, infrastruktur, keuangan, perencanaan hingga pemasaran;

16 16 b) Development agency berperan sebagai kepemimpinan. Misalnya, berperan dalam merancang, menentukan dan mengembangkan suatu kebijakan untuk rentang waktu yang panjang. Selain itu, developmet agency terkadang dinilai sebagai agen yang independen karena ia juga mampu menggabungkan kepentingan serta sumber daya menjadi satu; c) Governance and co-ordination roles adalah peran pemerintah dalam memfasilitasi koordinasi sektor publik, masyarakat sipil, dan pihak swasta sehingga dapat menghantarkan negaranya menuju pembangunan di berbagai aspek (ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan), dan; d) Implementation roles adalah peran development agency dalam menyusun tim yang berdedikasi untuk mewujudkan cita-cita publik. Agensi ini dapat memfasilitasi kerjasama dari berbagai pihak (pejabat publik, pihak swasta, dan para ahli) dalam pencapaian cita-cita publik tersebut. Sehingga cita-cita publik yang tidak bisa tercapai secara maksimal oleh pejabat publik, dapat tercapai dengan maksimal melalui kerjasama dari berbagai pihak tersebut. Misalnya, meningkatkan perekonomian daerahnya. Empat peran diatas digunakan untuk menjawab rumusan masalah peran Bali Rehabilitation Fund dalam pemulihan sosio-ekonomi masyarakat korban Bom Bali.

17 17 I.7. Metode Analisis Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang mana menurut Bogdan dan Biklen, S. dalam Penelitian Kualitatif karya Pupu Saeful Rahmat (2009), merupakan suatu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun katakata secara lisan dari orang-orang dan perilaku mereka yang dapat diamati. Data terkait dengan pertanyaan penelitian yang berhasil dikumpulkan akan digunakan untuk menjelaskan pemulihan sosio-ekonomi masyarakat korban Bom Bali pasca terjadinya Bom Bali I dan II melalui Bali Rehabilitation Fund. Penulis memilih lokasi penelitian di Bali karena Bali merupakan salah satu wilayah yang beberapa kali menjadi sorotan internasional akibat bencana pengeboman yang cukup besar dan menelan korban jiwa baik asing maupun domestik. Penelitian ini mengambil tiga tahun rentang waktu penelitian, yaitu dari tahun 2003 hingga tahun 2006, yaitu saat awal digulirkannya Bali Rehabilitation Fund awal tahun 2003 hingga ditutupnya Bali Rehabilitation Fund pada Maret Data yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian ini diperoleh melalui studi dokumen yang berupa buku, jurnal, website resmi serta media elektronik. Data statistik dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali dan Dinas Pariwisata Provinsi Bali.

18 18 I.8. Sistematika Penulisan Bab I menjelaskan mengenai latar belakang dari judul penelitian, permasalahan penelitian yang akan dijawab serta tujuan dan manfaat yang diperoleh dari penelitian ini. Selain itu, tinjauan pustaka yang diperoleh dari penelitian terdahulu serta konsep human security dan development agency yang digunakan sebagai kerangka pemikiran dalam penelitian ini juga dijelaskan dalam bab ini. Pada bab ini dijelaskan pula metode penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian serta sistematika penulisan dalam penelitian ini. Kondisi Bali sebelum peristiwa pengeboman tahun 2002 dan tahun 2005, khususnya kondisi sosio-ekonomi Bali saat itu dijelaskan pada Bab II. Peristiwa Bom Bali I yang terjadi pada tahun 2002 dan Bom Bali II yang terjadi pada tahun 2005 juga akan dijelaskan dalam bab ini. Bab ini ditutup dengan penjelasan mengenai kondisi Bali pasca Bom Bali I (2002) dan pasca Bom Bali II (2005). Bab III akan membahas bantuan Australia melalui Bali Rehabilitation Fund dalam membantu Bali untuk pemulihan sosioekonomi pasca terjadinya peristiwa pengeboman Bom Bali I dan Bom Bali II. Pada bab inilah peneliti menjelaskan peran Bali Rehabilitation Fund dalam pemulihan sosio-ekonomi masyarakat korban Bom Bali. Kesimpulan dan saran menutup penelitian ini pada Bab IV.

BAB II BALI SEBELUM DAN SETELAH BOM 2002 DAN 2005

BAB II BALI SEBELUM DAN SETELAH BOM 2002 DAN 2005 BAB II BALI SEBELUM DAN SETELAH BOM 2002 DAN 2005 Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal sebagai salah satu destinasi pariwisata paling diminati di dunia. Perekonomian Bali didukung

Lebih terperinci

PEMULIHAN SOSIO-EKONOMI BALI PASCA BOM BALI I DAN II MELALUI BALI REHABILITATION FUND ( ) SKRIPSI

PEMULIHAN SOSIO-EKONOMI BALI PASCA BOM BALI I DAN II MELALUI BALI REHABILITATION FUND ( ) SKRIPSI PEMULIHAN SOSIO-EKONOMI BALI PASCA BOM BALI I DAN II MELALUI BALI REHABILITATION FUND (2003-2006) SKRIPSI Disusun Oleh: Ni Luh Damaitri Nusabangsa NIM. 0921105012 Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Peristiwa terorisme pada tahun 2002 di Bali dikenal dengan Bom Bali I, mengakibatkan banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana

BAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangan 11 September pada tahun 2001 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana serangan teroris tertentu telah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mengalami degradasi. Bali, sebagai daerah yang dibom dan mengandalakan

BAB V KESIMPULAN. mengalami degradasi. Bali, sebagai daerah yang dibom dan mengandalakan BAB V KESIMPULAN Peritiwa Bom Bali I dan II benar-benar mengguncang pariwisata Indonesia. Daerah-daerah yang mengandalkan pariwisata sebagai sumber pendapatan utama mendapatkan imbas secara langsung sehingga

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan Indonesia secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development BAB V KESIMPULAN Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development Assistance (ODA) digunakan sebagai kebijakan bantuan luar negeri yang bergerak dalam hal pembangunan bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Hal itu dikarenakan kemunculannya dalam isu internasional belum begitu lama,

BAB IV PENUTUP. Hal itu dikarenakan kemunculannya dalam isu internasional belum begitu lama, BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dalam sejarah terorisme di abad ke-20, dikenal sebuah kelompok teroris yang cukup fenomenal dengan nama Al Qaeda. Kelompok yang didirikan Osama bin Laden dengan beberapa rekannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya dan penyediaan lapangan pekerjaan, juga menginginkan adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang sangat menarik telah secara serius memperhatikan perkembangan sektor pariwisata, dapat dilihat

Lebih terperinci

Sejarah AusAID di Indonesia

Sejarah AusAID di Indonesia Apakah AusAID Program bantuan pembangunan luar negeri Pemerintah Australia merupakan program yang dibiayai Pemerintah Federal untuk mengurangi tingkat kemiskinan di negaranegara berkembang. Program ini

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Keadaan sumber daya alam yang melimpah inilah yang menjadi keunggulan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

Bab VI Analisa Pendahuluan

Bab VI Analisa Pendahuluan Bab VI Analisa Pendahuluan Dalam konteks Atauro, kata kunci yang menjadi isu utama adalah hadirnya perubahan. Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis di Atauro dan mengingat penulis juga

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Terorisme Internasional

Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Terorisme Internasional Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Terorisme Internasional i ii Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Terorisme Internasional Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Terorisme Internasional iii iv Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini

Lebih terperinci

BAB 1 PE DAHULUA. Infrastructure. 1 Sub Index lainnya adalah T&T Regulatory Framework dan T&T Business Environtment and

BAB 1 PE DAHULUA. Infrastructure. 1 Sub Index lainnya adalah T&T Regulatory Framework dan T&T Business Environtment and BAB 1 PE DAHULUA 1.1 Latar Belakang Indonesia terdiri dari berbagai macam kebudayaan dan karakteristik yang memiliki potensi terhadap pengembangan pariwisata. Kekuatan sektor periwisata Indonesia terletak

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR. Oleh: TRI SULASTRI MAHFIDAH L2D

IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR. Oleh: TRI SULASTRI MAHFIDAH L2D IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh: TRI SULASTRI MAHFIDAH L2D 301 542 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004 ABSTRAKSI Kawasan

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, Amerika Serikat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN UMUM NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENINGKATAN PARIWISATA INTERNASIONAL

BAB II KEBIJAKAN UMUM NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENINGKATAN PARIWISATA INTERNASIONAL BAB II KEBIJAKAN UMUM NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENINGKATAN PARIWISATA INTERNASIONAL A. Kondisi Pariwisata Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009 bab 1 pasal 1 bagian ketentuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini merupakan sarana eksplanasi tentang perilaku organisasi internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan suatu program atau agenda yang diimplementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Propinsi Bali pada Tahun 2009 memiliki luas sekitar Ha dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Propinsi Bali pada Tahun 2009 memiliki luas sekitar Ha dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sangat terkenal sebagai destinasi tujuan wisatawan berkunjung ke Indonesia. Propinsi Bali pada Tahun 2009 memiliki luas sekitar 563.286 Ha dan memiliki penduduk

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dengan baik. Kegiatan-kegiatan pengembangan Sumber Daya Manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dengan baik. Kegiatan-kegiatan pengembangan Sumber Daya Manusia harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aityan (2011) menyatakan kondisi kerja dikatakan baik apabila karyawan merasa betah berada di dalam perusahaan dibandingkan diluar perusahaan sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang unik dibandingkan dengan propinsi lain di mana pilar-pilar

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang unik dibandingkan dengan propinsi lain di mana pilar-pilar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai salah satu propinsi di Indonesia memiliki karakteristik struktur perekonomian yang unik dibandingkan dengan propinsi lain di mana pilar-pilar ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional Indonesia dilandaskan pada Trilogi pembangunan, yaitu stabilitas nasional yang mantap, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari zaman dahulu hingga sekarang seseorang atau sebagian besar orang yang tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis dalam

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian. 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan pengujian model yang dapat menjelaskan sebab dan akibat perilaku seorang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan pengujian model yang dapat menjelaskan sebab dan akibat perilaku seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pariwisata adalah bagian dari upaya pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan. Pariwisata merupakan kegiatan seseorang dan biasanya menyenangkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara yang ditempuh oleh banyak negara di dunia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara yang ditempuh oleh banyak negara di dunia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara yang ditempuh oleh banyak negara di dunia untuk mendapatkan devisa adalah dengan meningkatkan pembangunan pariwisata. Kemampuan sektor pariwisata di

Lebih terperinci

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini. PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu faktor penting yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di suatu daerah, utamanya masyarakat di sekitar daya tarik wisata (Alma,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PERDANA MENTERI PERANCIS, Y.M. FRANÃ

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata menjadi aktivitas yang mendapat perhatian besar, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata menjadi aktivitas yang mendapat perhatian besar, baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata menjadi aktivitas yang mendapat perhatian besar, baik dari masyarakat maupun pihak pemerintah pada periode delapan sampai sembilan puluhan. Sebelum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak. hubungan Indonesia dengan dunia Internasional.

I. PENDAHULUAN. serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak. hubungan Indonesia dengan dunia Internasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa pengeboman yang terjadi di Wilayah Negara Republik Indonesia telah menimbulkan rasa takut masyarakat secara luas. Mengakibatkan hilangnya nyawa serta

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata sudah merupakan bagian penting dari kebutuhan manusia. Pariwisata sendiri sebenarnya adalah sebuah kegiatan rekreasi atau liburan yang mana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara

BAB I PENDAHULUAN. berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dingin yang diiringi menyebarnya demokratisasi juga berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara di dunia.

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi Rani Apriliani Aditya 6211111049 Hubungan Internasional 2011 Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Apa yang diprediksikan oleh Huntington dalam bukunya Gelombang Demokrasi Ketiga dapat dikatakan benar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada tanggal 12 oktober 2002 hingga bom yang meledak di JW Marriott dan Ritz- Carlton Jumat pagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang selalu berusaha untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai salah satunya adalah meningkatkan

Lebih terperinci

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan Terlibat Dalam Lord's Resistance Army Disarmament and Northern Uganda Recovery Act Lord s Resistance Army (LRA) suatu kelompok pemberontak

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

kepada budi adi luhur masyarakat Bali sendiri. Penetapan pariwisata budaya yang

kepada budi adi luhur masyarakat Bali sendiri. Penetapan pariwisata budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata yang sudah dikenal secara luas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, telah memberikan dampak positif terhadap perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang paling populer akan kepariwisataannya. Selain itu, pariwisata di Bali berkembang sangat pesat bahkan promosi pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan dan dilansir media massa di seluruh dunia saat ini. Definisi terorisme

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan dan dilansir media massa di seluruh dunia saat ini. Definisi terorisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terorisme adalah kata dengan beragam interpretasi yang paling banyak diperbincangkan dan dilansir media massa di seluruh dunia saat ini. Definisi terorisme sampai saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata di dunia dewasa ini berkembang dengan sangat cepat dan dikatakan berada ada tingkat sekunder, artinya keberadaan pariwisata bisa di sejajarkan dengan kebutuhan

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

BENTUK KERJA SAMA ASEAN BENTUK KERJA SAMA ASEAN Hubungan kerja sama negara-negara anggota ASEAN dilakukan di berbagai bidang, antara lain dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan lainlain. Hubungan kerja sama ini

Lebih terperinci

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Peran Pemerintah dan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi terorisme sudah menunjukan keberhasilan yang cukup berarti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membuka kesempatan besar bagi penduduk dunia untuk melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah integrasi dalam komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Thailand merupakan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari permasalahan konflik dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengontrol setiap

I. PENDAHULUAN. membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengontrol setiap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dan tuntutan adanya keterbukaan informasi, maka pemerintah harus mulai membuka diri terhadap informasi-informasi

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pariwisata bukan hal yang asing untuk masyarakat. Banyak wisatawan baik domestik maupun asing yang datang berlibur untuk menghabiskan waktu dan menikmati keindahan

Lebih terperinci

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata internasional yang sangat terkenal di dunia. Sektor kepariwisataan telah menjadi motor penggerak perekonomian dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang menyumbangkan pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas penyatuan minat dari negara anggota ASEAN untuk

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas penyatuan minat dari negara anggota ASEAN untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah realisasi atas tujuan akhir dari integrasi ekonomi sebagaimana telah disertakan dalam visi 2020 yang berdasarkan atas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor ekternal yang berupa peluang dan ancaman yang dapat digunakan berdasarkan penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN BADUNG TAHUN 2005-2025 Rincian Rencana Pembangunan Jangka panjang Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang melanda Indonesia membawa dampak yang luar biasa, sehingga meruntuhkan fundamental ekonomi negara dan jatuhnya penguasa pada tahun 1998.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ciri itulah yang menandai pola kehidupan manusia. Mobilitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ciri itulah yang menandai pola kehidupan manusia. Mobilitas merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya kegiatan perjalanan telah lama dilakukan oleh manusia. Di dalam hidupnya manusia selalu bergerak, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, ciri itulah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional

Lebih terperinci