digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan uraian pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe SFE (Student Facilitator and Explaining) dengan pendekatan problem solving yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis lisan dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Pendahuluan Pada kegiatan pendahuluan, guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru menginformasikan materi yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai serta kriteria sukses kepada siswa pada awal pembelajaran. Setelah siswa memahami tujuan pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan materi yang akan dipelajari agar siswa lebih mudah memahaminya. Kemudian untuk meningkatkan semangat belajar, guru memberikan motivasi akan pentingnya materi yang akan dipelajari. Setelah itu, sebelum memasuki kegiatan inti, guru menjelaskan strategi pembelajaran yang akan digunakan yaitu Student Facilitator and Explaining (SFE). b. Kegiatan Inti Pada kegiatan inti ini, guru menjelaskan secara garis besar materi yang akan disampaikan pada pertemuan kali ini dengan bantuan media pembelajaran yaitu slide power point agar siswa lebih tertarik untuk memperhatikan penjelasan guru. Setelah siswa paham akan gambaran materi pembelajaran, guru langsung membagikan kepada masing-masing siswa Lembar Kerja Siswa commit (LKS) to yang user berisi lembar kegiatan, masalah 101
digilib.uns.ac.id 102 matematika dan petunjuk pengerjaannya. Kemudian guru membagi siswa dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3-5 siswa dan memberikan tugas kepada masing-masing siswa disetiap kelompoknya untuk menyelesaikan permasalahan secara individu. Dalam pembagian kelompok, siswa dibagi berdasarkan kemampuan akademisnya, antara kelompok satu dengan kelompok yang lain dibuat sebisa mungkin memiliki kemampuan akademis yang sama agar diskusi pada tiap-tiap kelompok dapat berjalan baik. Setelah siswa selesai mengerjakan permasalahan secara individu, guru menunjuk dua siswa pada masing-masing kelompok sebagai siswa 1 dan siswa 2 untuk menjelaskan materi berdasarkan penyelesaian masalah yang telah diselesaikan sebelumnya secara bergantian, selain menunjuk siswa tersebut untuk menjelaskan, guru juga memotivasi siswa agar lebih berani dan percaya diri dalam menyampaikan gagasannya. Untuk menanggapi penjelasan dari siswa yang menjelaskan, guru menunjuk dua siswa lainnya yaitu siswa 3 dan siswa 4 untuk mendengarkan dan memberikan tanggapan atau pertanyaan kepada siswa 1 dan siswa 2. Siswa 1 menjelaskan materi 1 dan siswa 2 menjelaskan materi 2 seperti yang tertera pada LKS. Siswa 3 dan siswa 4 mendengarkan penjelasan dari siswa 1 dan siswa 2 kemudian siswa 3 dan siswa 4 menanggapi atau bertanya apabila ada yang masih belum jelas. Pada saat pembelajaran, guru juga memandu jalannya diskusi dan memonitor kegiatan siswa. Setelah sesi penyampaian gagasan selesai, masing-masing siswa membaca LKS tersebut dan berdiskusi secara kelompok untuk menyelesaikan soal matematika yang ada pada LKS dengan pendekatan problem solving. Siswa menuliskan apa yang telah diketahui, apa yang tidak diketahui dari permasalahan dalam LKS itu serta strategi yang akan digunakan dalam menyelesaian masalah di LKS masing-masing. Siswa juga menuliskan penyelesaian masalah yang dianggap benar di LKS masingmasing. Pada saat siswa mengerjakan soal pada LKS, guru berkeliling untuk membantu siswa yang masih commit kesulitan to user dalam memahami dan menyelesaikan
digilib.uns.ac.id 103 soal pada LKS. Kemudian setelah sesi pengerjaan soal selesai, guru menunjuk salah satu kelompok secara acak untuk mempresentasikan LKS nya, sedangkan kelompok yang lain diminta untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan. c. Penutup Pada kegiatan penutup, bersama-sama dengan guru, siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dipelajari. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengungkapkan kesulitan yang dialami dalam mengikuti pembelajaran tersebut, baik ketika proses belajar maupun mengerjakan soal pada LKS. Jika tidak ada yang bertanya, guru menunjuk langsung beberapa siswa yang dirasa belum paham untuk bertanya atau memberikan kesimpulan pembelajaran. Setelah itu, sebelum pembelajaran ditutup, guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya. 2. Model pembelajaran kooperatif tipe SFE (Student Facilitator and Explaning) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis lisan dan kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa SMA MTA Surakarta sebagai berikut : a. Penerapan strategi SFE dengan pendekatan problem solving dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis lisan siswa kelas X MIA 2 SMA MTA Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini terbukti dari hasil observasi selama pelaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan dan mencapai target sesuai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Adapun prosentase kemampuan komunikasi matematis lisan siswa yang mencapai skor 3 untuk setiap aspek pada prasiklus persentasenya sebesar 0%, pada siklus I untuk aspek kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan sebesar 8,25 %, aspek kemampuan menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis secara lisan sebesar 5,5 % commit dan aspek to user kemampuan dalam menggunakan
digilib.uns.ac.id 104 istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan modelmodel situasi sebesar 5,5 %. Sedangkan pada siklus II untuk aspek kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan sebesar 31,25 %, aspek kemampuan menginterpretasikan, dan mengevaluasi ideide matematis secara lisan sebesar 30,5 % dan aspek kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan strukturstrukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubunganhubungan dengan model-model situasi sebesar 47,5 %. b. Penerapan strategi SFE dengan pendekatan problem solving dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa kelas X MIA 2 SMA MTA Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini terbukti dari hasil tes pra siklus, tes akhir siklus I, tes akhir siklus II mengalami peningkatan dan mencapai target sesuai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Adapun prosentase kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh skor 10 pada tes prasiklus prosentasenya sebesar 0%, pada tes akhir siklus I prosentasenya sebesar 14,81% dan pada tes akhir siklus II prosentasenya sebesar 25,93%. B. Implikasi Dalam kegiatan proses pembelajaran, guru memiliki peran penting untuk menentukan sukses atau tidaknya pembelajaran tersebut. Guru dapat memberikan bimbingan, arahan serta menjadi fasilitator bagi siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar diantaranya sulit mengkomunikasikan ide matematisnya dan tidak dapat memecahkan permasalahan matematis. Oleh karena itu, guru harus berusaha memperbaiki tindakan dalam kegiatan proses pembelajaran agar siswa dapat mengkomunikasikan ide matematis lisannya dengan baik dan dapat memecahkan permasalahan matematika. Salah satu tindakan perbaikan yang dapat dilakukan adalah memilih strategi atau model pembelajaran yang tepat. commit to user
digilib.uns.ac.id 105 Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe SFE dengan pendekatan problem solving memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan ide matematisnya secara lisan seperti mengungkapkan gagasan, bertanya, menjawab pertanyaan dari guru maupun teman, menanggapi pendapat, dan menyimpukan pembelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe SFE dengan pendekatan problem solving juga dapat menuntun siswa untuk dapat membiasakan diri dalam menyelesaikan permasalahan matematika secara sistematis. Penyelesaian soal yang menerapkan pendekatan problem solving menuntut siswa untuk memecahkan masalah menggunakan langkah-langkah penyelesian masalah yang ditentukan peneliti sehingga siswa akan terbiasa untuk menyelesaikan soal dengan langkah-langkah pemecahan masalah. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe SFE dengan pendekatan problem solving membiasakan siswa untuk mengkomunikasikan ide matematisnya secara lisan dan menyelesaikan permasalahan matematika dengan langkah-langkah pemecahan masalah, sehingga kemampuan komunikasi matematis lisan dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat meningkat. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe SFE (Student Facilitator and Explaining) dengan pendekatan problem solving untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis lisan dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas X MIA 2 SMA MTA Surakarta maka dapat dikemukakan beberapa saran bagi guru, siswa maupun sekolah sebagai berikut: 1. Kepada Guru Guru hendaknya mampu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe SFE (Student Facilitator and Explaining) dengan pendekatan problem solving dalam proses pembelajaran sebagai salah satu alternatif dalam untuk meningkatkan kemampuan commit to user komunikasi matematis lisan dan
digilib.uns.ac.id 106 kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Dimana dalam pelaksanaannya, guru hendaknya selalu memotivasi siswa untuk lebih berani dalam menyampaikan gagasan mereka, terkadang ada beberapa siswa yang belum terbiasa untuk menyampaikan pendapat ataupun bertanya, sehingga guru tidak tahu apakah siswa tersebut sudah paham akan materi pembelajaran atau belum. Ketika diskusi kelompok mengerjakan soal-soal, guru juga hendaknya lebih memantau tiap-tiap kelompok dan menanyakan adakah kesulitan yang dialami atau tidak. 2. Kepada Siswa a. Siswa sebaiknya lebih aktif untuk menyampaikan ide atau gagasannya kepada kepada teman maupun guru. Hal ini ditujukan agar siswa langsung mendapatkan tanggapan dari teman maupun guru, dimana tanggapan ini dapat dijadikan sebagai evaluasi dari ide yang disampaikan dengan akumulasi waktu yang lebih efisien dari pada harus membaca sendiri dan mencari kebenarannya. Selain itu, dengan siswa mengeluarkan ide, bertanya, menjawab pertanyaan dari guru maupun teman, memberikan tanggapan dan menyimpulkan pembelajaran, maka penyerapan materi pelajaran akan lebih optimal karena siswa terlibat langsung selama proses pembelajaran b. Siswa lebih banyak berlatih untuk menyelesaikan soal secara mandiri, berlatih untuk mengeluarkan ide-idenya untuk menyelesaikan soal karena hal tersebut dapat melatih siswa untuk bisa memecahkan masalah matematika. 3. Kepada Sekolah Sekolah hendaknya memberikan sosialisasi kepada guru tentang model ataupun strategi pembelajaran yang kiranya dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan proses pembelajaran di kelas sehingga guru mempunyai gambaran dan mengetahui langkah pembelajaran yang harus dilakukan. commit to user