ANALISA KETUNGGALAN TITIK TETAP PADA PEMETAAN KONTRAKTIF DI RUANG METRIK LENGKAP DENGAN MEMANFAATKAN JARAK-W

dokumen-dokumen yang mirip
SIFAT TITIK TETAP PADA JARAK-W DI RUANG METRIK LENGKAP

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3 No. 2, KONSEP DASAR RUANG METRIK CONE. Yogyakarta

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1

Kekontraktifan Pemetaan pada Ruang Metrik Kerucut

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN: DUA TIPE PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG BERNORMA CONE BERNILAI-

SIFAT TITIK TETAP PADA RUANG METRIK SKRIPSI

TEOREMA TITIK TETAP DI RUANG BANACH CONE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PEMETAAN KONTRAKTIF LEMAH MULTIVALUED DI RUANG METRIK PARSIAL

ANALISIS TITIK TETAP SET- VALUED FUNCTION MENGGUNAKAN METRIK HAUSDORFF TESIS

Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach

TEOREMA TITIK TETAP DI RUANG METRIK CONE PADA JARAK-W. Skripsi. Untuk memenuhi sebagai persyaratan. mencapai derajat Sarjana S-1

TANPA MENGGUNAKAN SIFAT KEKONTINUAN FUNGSI. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Matematika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Konvergensi Barisan dan Teorema Titik Tetap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Eksistensi Dan Ketunggalan Titik Tetap Untuk Pemetaan Kontraktif Pada Ruang Metrik-G Komplit

ITERASI TIGA LANGKAH PADA PEMETAAN ASIMTOTIK NON- EKSPANSIF

TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111

PEMETAAN KONTRAKSI CIRIC-MATKOWSKI PADA RUANG METRIK TERURUT. Mariatul Kiftiah

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG ULTRAMETRIK DISKRIT

SIFAT SUB RUANG TOPOLOGI HASIL KALI RUANG METRIK KERUCUT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KAJIAN TEOREMA TITIK TETAP PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE LENGKAP DENGAN JARAK-W

KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT

Teorema Titik Tetap Pada Ruang Ultrametrik Diskrit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SUATU KAJIAN TITIK TETAP PEMETAAN k-pseudononspreading SEJATI DI RUANG HILBERT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BEBERAPA TEOREMA TITIK TETAP UNTUK PEMETAAN NONSELF. Kata kunci : pemetaan nonexpansive, pemetaan condensing, pemetaan kompak.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KONVERGENSI DAN KELENGKAPAN PADA RUANG QUASI METRIK

SIFAT KELENGKAPAN RUANG METRIK BERNILAI KOMPLEKS

HOMOMORFISMA DARI LEVEL SUBNEAR-RING FUZZY

KEKONVERGENAN BARISAN DI RUANG HILBERT PADA PEMETAAN TIPE-NONSPREADING DAN NONEXPANSIVE

Ruang Norm-n Berdimensi Hingga

TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

INTERVAL KEKONTRAKTIFAN PEMETAAN PADA RUANG BANACH. Badrulfalah 1, Khafsah Joebaedi. 2.

Teorema Titik Tetap di Ruang Norm-2 Standar

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

BAB I PENDAHULUAN ( )

ABSTRAK 1 PENDAHULUAN

Karakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

PENGANTAR ANALISIS REAL

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

BAB II KAJIAN TEORI. memahami sifat-sifat dari barisan fungsi. Pada bab ini akan diuraikan materimateri

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.

Kelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n

ISBN Prosiding SNMPM 2017 Fenomena Non-Linier dan Pembelajaran Pemodelan Matematika

II. LANDASAN TEORI ( ) =

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

EKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

EKSISTENSI SUPREMUM DAN INFIMUM DENGAN TEOREMA CANTOR DEDEKIND. Nursiya Bito. Staf Dosen Jurusan Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga SIFAT JARAK PADA RUANG METRIK SKRIPSI SITI MAISYAROH

Ruang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik

Keterbatasan Lokal Suatu Operator Superposisi Pada Ruang Barisan Real. Lina Nurhayati, Universitas Sanggabuana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ

SIFAT-SIFAT TOPOLOGI RUANG LINEAR. Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

KONSEP DASAR RUANG METRIK CONE

VARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

FUNGSI COMPUTABLE. Abstrak

KESTABILAN PERSAMAAN FUNGSIONAL JENSEN.

OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS

TOPOLOGI RUANG LINEAR

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan

KAJIAN OPERATOR ACCRETIVE DAN SIFAT KETERBATASAN PADA RUANG HILBERT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN LIMIT FUNGSI DAN LIMIT BARISAN PADA TOPOLOGI REAL

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

REFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA

TEOREMA TITIK TETAP BANACH UNTUK MENDAPATKAN SYARAT KEKONVERGENAN METODE JACOBY

Integral Baire-1 Stieltjes, Henstock-Stieltjes dan Riemann-Stieltjes. The Stieltjes Integrals of Baire-1, Henstock and Riemann

Penerapan Aproksimasi Fejer dalam Membuktikan Teorema Weierstrass

UNIVERSITAS INDONESIA PEMETAAN KOMPATIBEL DI RUANG METRIK Q-FUZZY TESIS SITI JULAEHA

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

ANALISIS REAL 2 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

TEOREMA TITIK TETAP DALAM RUANG 2-METRIK SEMI QUASI

KEKUATAN KONVERGENSI DALAM PROBABILITAS DAN KONVERGENSI ALMOST SURELY

Volume 9 Nomor 2 Desember 2015

SYARAT SYARAT FUNGSI DI RUANG METRIK AGAR RUANG METRIKNYA MEMILIKI ATSUJI COMPLETION

DEFINISI TIPE RIEMANN UNTUK INTEGRAL LEBESGUE 1. Drajad Maknawi 2 dan Muslich 3 Jurusan Matematika FMIPA UNS. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass,

Penerapan Aproksimasi Fejer dalam Membuktikan Teorema Weierstrass

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Volume 1, Nomor 2, Desember 2007

FUNGSIONAL LINEAR-2 DALAM RUANG NORM-2 2-LINEAR FUNCTIONALS IN 2-NORMED SPACE

BAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika

Transkripsi:

ANALISA KETUNGGALAN TITIK TETAP PADA PEMETAAN KONTRAKTIF DI RUANG METRIK LENGKAP DENGAN MEMANFAATKAN JARAK-W Malahayati Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta e-mail: malahayati_01@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini mengkaji tentang sifat titik tetap pada jarak-w diruang metrik lengkap. Di dalam penelitian ini diberikan pula suatu contoh penggunaan sifat titik tetap berdasarkan sifat yang telah dibahas. Kata kunci: Ruang metrik lengkap, jarak-w, titik tetap 1. Pendahuluan Mempelajari matematika yang sesuai dengan paradigma ulul albab, tidak cukup hanya berbekal kemampuan intelektual semata, tetapi perlu didukung secara bersamaan dengan kemampuan emosional dan spiritual. Pola pikir deduktif dan logis dalam matematika juga bergantung pada kemampuan intuitif dan imajinatif serta mengembangkan pendekatan rasionalis, empiris, dan logis. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Imran ayat 191 berikut: Artinya : (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka (QS. Al-Imran: 191). Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang melatih cara berpikir secara sistematis, logis, analis, kritis, di dalam matematika terdapat satu bidang yang dalam mempelajarinya dituntut untuk berfikir secara analitis, yaitu bidang analisis. Analisis merupakan cabang matematika yang berkembang dari kalkulus. Topik yang dibahas dalam analisis diantaranya adalah teori titik tetap (Fixed Point Theory). Titik tetap mempunyai peranan yang penting dalam analisis fungsional. Banyak masalah matematis yang dapat dipecahkan dengan menggunakan prinsip titik tetap. Beberapa diantaranya adalah masalah persamaan linear, persamaan diferensial biasa, persamaan integral, dan persamaan diferensial parsial. Eksistensi titik tetap (fixed point ) untuk suatu fungsi telah banyak dikaji 8

oleh para ahli sebagai salah satu metode menyelesaikan problem matematika. Pada tahun 1922, sebuah karya yang terkenal dan dihargai dalam bidang teori titik tetap untuk pemetaan kontraktif pada ruang metrik lengkap, berhasil dibuktikan oleh Banach yang kemudian disebut dengan teori titik tetap Banach. Hasil dari pembuktian tersebut telah menjadi aset penting untuk matematika terapan, karena aplikasi dari teori tersebut berperan besar pada berbagai cabang ilmu matematika yang meliputi persamaan diferensial, persamaan integral, dan bidang ilmu matematika lainnya, terutama yang melibatkan logika pemrograman dan teknik elektronik. Teori titik tetap itu sendiri merupakan gabungan yang menarik dari analisis, topologi, dan geometri. Selama 50 tahun terakhir teori titik tetap diakui sangat maju dan penting sebagai alat dalam studi fenomena nonlinier. Secara khusus teknik titik tetap telah diterapkan pada berbagai bidang seperti: biologi, kimia, ekonomi, teori permainan, dan fisika Teorema titik tetap Banach telah menarik banyak peneliti untuk terlibat dalam mempelajari dan mengeksplorasi teorema tersebut untuk mendapatkan hasil yang baru dalam pemetaan kontraktif menggunakan berbagai kondisi. Pada tahun 1996 W.Takahashi memperkenalkan teori titik tetap di ruang metrik dengan terlebih dahulu mendefinisikan sebuah jarak, yang selanjutnya disebut w-distance (jarak-w). Teori tersebut telah menarik banyak peneliti untuk terlibat dalam mempelajari dan mengeksplorasi lebih jauh lagi, diantaranya Razani, dkk (2009) telah meneliti sifat titik tetap untuk pemetaan kontraktif pada ruang bertipe integral dengan memanfaatkan jarakw. Selain itu Lakzian,dkk (2009) telah meneliti sifat titik tetap dalam ruang metrik cone dengan memanfaatkan jarak-w. Berdasarkan teori yang diperkenalkan oleh Takahashi dan beberapa hasil penelitian terdahulu tersebut, menarik untuk diteliti lebih lanjut mengenai sifat titik tetap di ruang metrik lengkap dengan memanfaatkan jarakw pada suatu pemetaan kontraktif. 2. Teori Dasar Pada bagian ini akan diberikan beberapa pengertian dasar dan sifat yang merupakan konsep awal untuk dipahami agar mudah mengikuti pembahasan selanjutnya. Pengertian-pengertian dan sifatsifat yang disajikan diadopsi dari beberapa literatur yang disebutkan pada daftar pustaka. Berikut ini, diberikan beberapa teori dasar diawali dengan membahas konsep fungsi semikontinu, yang sangat diperlukan dalam pembahasan pada bagian selanjutnya. Fungsi fungsi yang dibicarakan bernilai real dan didefinisikan pada, dengan E himpunan bagian dari ruang metrik. Sebelumnya disepakati terlebih dahulu bahwa setiap pengambilan infimum dan supremum dari suatu himpunan pada bagian ini, himpunan yang dimaksud merupakan himpunan bagian dari, dengan * +. Dalam mendefinisikan fungsi semikontinu diperlukan konsep limit atas dan limit bawah, oleh karena itu pada sub bab ini dimulai dengan menjelaskan konsep limit atas dan limit bawah beserta sifat-sifatnya. Definisi 2.1 Diberikan fungsi f yang didefinisikan pada dan. 1) Limit atas (upper limit) fungsi f ketika x mendekati ditulis dengan dan didefinisikan * + dengan * + 2) Limit bawah (lower limit) fungsi f ketika x mendekati ditulis dengan dan didefinisikan * +, dengan * + 9

Pada Definisi diatas, nilai limitnya selalu ada dan dapat bernilai berhingga,, atau. Selanjutnya diberikan definisi fungsi semikontinu. Definisi 2.2 Diberikan fungsi f yang didefinisikan pada dan 1) Fungsi dikatakan semikontinu atas (upper semicontinuous) di apabila. Selanjutnya, fungsi dikatakan semikontinu atas pada E apabila fungsi f semikontinu atas disetiap 2) Fungsi dikatakan semikontinu bawah (lower semicontinuous) di apabila Selanjutnya, fungsi dikatakan semikontinu bawah pada E apabila fungsi f semikontinu bawah disetiap 3) Fungsi yang semikontinu atas atau semikontinu bawah dinan fungsi semikontinu. Selanjutnya akan diberikan definisi tentang jarak-w pada ruang metrik Definisi 2.3 (Mohanta 2011:134) Diberikan p : X X 0, ruang metrik, fungsi dikatakan jarak-w pada X apabila memenuhi: 1. untuk setiap ; 2. 0, merupakan fungsi lower semicontinous (LSC), apabila untuk setiap dan di ; 3. untuk setiap terdapat sedemikian sehingga dan berlaku Untuk mempermudah memahami lebih lanjut tentang jarak-w perhatikan contoh berikut. Contoh 2.4 (Razani, dkk 2009:114) Diberikan { } * + dan merupakan barisan turun, jika fungsi, ) didefinisikan sebagai berikut: jika dan apabila, dengan d adalah metrik atas dan adalah ruang metrik, selanjutnya didefinisikan, untuk setiap, fungsi p adalah jarak-w. Bukti : (i) Ambil sebarang Akan ditunjukan bahwa. Karena berlaku Sehingga terbukti bahwa apabila untuk sebarang x,y,z X berlaku. (ii) Ambil sebarang akan ditunjukan bahwa fungsi, ) merupakan fungsi Lower Semicontinous (LSC). Fungsi, ) dikatakan LSC jika memenuhi. Ambil sebarang. Perhatikan bahwa : ( = diperoleh : Sehingga terbukti bahwa : Dengan demikian terbukti benar bahwa adalah fungsi lower semicontinous. (iii)ambil sebarang, dipilih δ = 2, dengan dan, karena berlaku dan. Sehingga diperoleh : 10

Jadi terbukti bahwa apabila terdapat sebarang ε > 0 dipilih δ = 2 dengan dan, berlaku. Karena memenuhi kondisi jarak-w, sehingga terbukti bahwa adalah jarak-w pada himpunan X. Selanjutnya akan diberikan dua himpunan yang akan digunakan untuk membuktikan lemma-lemma penunjang dalam membuktikan sifat titik tetap untuk jarak-w pada ruang metrik. Berikut ini adalah himpunan-himpunannya. Definisi 2.5 (Razani 2009:114) Diberikan sebuah himpunan yang berisikan fungsi kontinu kanan yang tidak turun katakan dan untuk setiap. Berikut adalah himpunannya, *, ), )+ Selanjutnya diberikan sebuah himpunan yang berisikan fungsi kontinu kanan yang tidak turun katakan berlaku dan untuk setiap. Berikut himpunannya, *, ), )+ Perhatikan contoh berikut, agar mempermudah dalam memahami himpunan di atas. Contoh 2.6 (Razani 2009:115): Diberikan barisan non-negatif * + dan * +, dengan * + adalah barisan yang turun tegas, konvergen ke 0 dan untuk setiap dengan, didefinisikan fungsi,, ), ) dengan definisi fungsi sebagai berikut : { Maka adalah anggota. Bukti: Akan ditunjukan bahwa, artinya akan ditunjukan adalah barisan tidak turun, kontinu kanan dan untuk setiap. a. Akan ditunjukan adalah barisan tidak turun, artinya akan ditunjukan bahwa apabila. Ambil sebarang dan dengan, ) dan untuk dan, menggunakan kontraposisinya akan ditunjukan bahwa apabila, perhatikan bahwa, berdasarkan definisi fungsi di atas, diperoleh karena Sehingga diperoleh, Jadi terbukti bahwa, sehingga bernilai sama dengan apabila. b. fungsi kontinu kanan, sebab : 1. 2. = 3. sehingga terbukti bahwa kontinu kanan. c. Akan ditunjukan bahwa untuk setiap ambil sebarang, 1. Jika, dan 2. Jika dan, Sehingga terbukti bahwa untuk setiap. 11

Berdasarkan dari pembuktian (a),(b),(c) benar bahwa. Kemudian diberikan beberapa lemma yang akan digunakan untuk membuktikan sifat titik tetap pada jarak-w di ruang metrik. Lemma 2.7 (Razani 2009:115) Jika untuk setiap. an k >0 Sehingga berlaku juga a >0 n k Selanjutnya diperoleh, sehingga diperoleh. Dan ini kontrakdiksi dengan yang diketahui bahwa, sehingga terbukti bahwa Bukti: Diketahui, ambil sebarang barisan pada yaitu. Dengan demikian berlaku bahwa: fungsi kontinu kanan, tidak turun untuk setiap berlaku fungsi kontinu kanan, tidak turun untuk setiap berlaku fungsi kontinu kanan, tidak turun untuk setiap berlaku Sehingga diperoleh. Selanjutnya ambil sebarang (, { ) } adalah barisan bilangan non-negatif yang turun. Andaikan sehingga terdapat, sehingga, karena kontinu kanan, oleh karena itu untuk. Dengan demikian. Ingat ( kembali bahwa { ) } adalah barisan bilangan non-negatif yang turun : ( * ) + Sehingga terbukti bahwa Lemma 2.8 (Razani 2009:115) Jika, * +, ) dan. Bukti : Andaikan sehingga terdapat dan * + berlaku >0, karena berarti untuk setiap, oleh karena itu diperoleh Lemma 2.9 (Razani 2009:115) Diberikan ruang metrik dan adalah jarak-w pada, apabila * + adalah barisan di sedemikian sehingga, selanjutnya jika Bukti : Ambil sebarang, karena sehingga terdapat sedemikian hingga untuk setiap, karena sehingga terdapat sedemikian hingga untuk setiap. Dipilih * +. Sehingga dan untuk setiap, karena p adalah jarak-w berdasarkan definisi jarak-w bagian (3) sehingga diperoleh, karena berlaku untuk sebarang didapat dan. Selanjutnya diketahui sehingga dan diketahui, oleh karena itu berdasarkan lemma yang telah dibuktikan di atas berlaku Jadi terbukti bahwa apabila, selanjutnya jika. Lemma 2.10 (Razani 2009:115) Diberikan ruang metrik (X,d) dan p adalah jarak-w pada X. Diketahui * + adalah barisan di X dan 12

* + adalah barisan di, ), dengan * + konvergen ke 0 sedemikian sehingga apabila terdapat untuk setiap dengan * + adalah barisan Cauchy. Bukti : Akan ditunjukan * + adalah barisan Cauchy. Berikut akan ditunjukan bahwa untuk setiap terdapat sehingga untuk setiap berlaku. Diketahui bahwa, dan karena * + konvergen ke 0 untuk sebarang terdapat sehingga untuk setiap berlaku selanjutnya karena perhatikan bahwa : Oleh karena itu diperoleh :. Dengan demikian terbukti bahwa * + adalah barisan Cauchy. 3. Pembahasana Pada bagian ini akan dibuktikan sifat ketunggalan titik tetap pada pemetaan kontraktif di ruang metrik lengkap dengan memanfaatkan jarak-w. Setelah pengertian jarak-w pada Ruang metrik diberikan, selanjutnya akan dibahas sifat titik tetap pada jarak-w di ruang metrik lengkap dan diakhiri dengan diberikan contoh. Teorema 3.1.(Razani, 2009:115) Diberikan p adalah jarak-w pada ruang metrik lengkap dengan dan. Diketahui adalah pemetaan kontraksi pada X untuk setiap berlaku: ( ( )) ( ( )) ) Maka mempunyai titik tetap tunggal pada X, selanjutnya adalah titik tetap untuk setiap. Bukti : Teorema ini akan menunjukan bahwa mempunyai titik tetap, selanjutnya akan ditunjukan ketunggalan titik tetap di. Untuk menunjukan bahwa mempunyai titik tetap terlebih dahulu akan ditunjukan bahwa Ambil sebarang (fix), dibentuk dengan. Diambil sebarang barisan pada yaitu * + { ( ( ))}, oleh karena itu berdasarkan Lemma 2.7 berlaku: ( ( )) dengan kata lain ( ( )) untuk sebarang, : ( ) Oleh karena itu diperoleh selanjutnya berdasarkan Lemma 2.8 diperoleh Menggunakan cara yang sama diperoleh, Kemudian akan ditunjukan bahwa Andaikan artinya terdapat sedemikian sehingga untuk setiap ada sehingga oleh karena itu dipilih, diambil * +, dan * + dengan sedemikian sehingga Karena artinya terdapat untuk setiap : 13

untuk dengan demikian. Asumsikan bahwa adalah minimal index yang mengakibatkan Misalkan * + sehingga Perhatikan bahwa : jadi untuk. Hal tersebut kontradisi dengan (3.8) sehingga benar bahwa. Kemudian dipilih kembali dan sehingga untuk untuk terdapat * + sedemikian sehingga :, Karena dan, sehingga ( ) ( ( )) ( ( )) ( ( )) Berdasarkan uraian di atas diperoleh sehingga kita dapatkan : terjadi kontradiksi. Dengan demikian benar bahwa 14 Berdasarkan pembuktian diatas dan dari Lemma 2.9 * + adalah barisan Cauchy. Karena adalah ruang metrik lengkap, terdapat sedemikian sehingga. Selanjutnya akan ditunjukan adalah titik tetap pada S, karena * + adalah barisan Cauchy untuk setiap terdapat dengan, diketahui juga bahwa untuk dan adalah LSC oleh karena itu diperoleh dipilih dan, ( ) ( ) Untuk diperoleh ( ) tetapi perhatikan bahwa ( ) ( ) Karena ( ) diperoleh ( ) ( ) Oleh karenanya ( ) (3.13) Berdasarkan lemma 2.8. Sehingga terbukti bahwa adalah titik tetap pada. Setelah mengetahui bahwa adalah titik tetap pada. Selanjutnya akan ditunjukan ketunggalan titik tetap pada. Misalkan dan merupakan dua titik tetap pada, sehingga perhatikan bahwa

( ) ( ( )) ( ( )) karena mengakibatkan sehingga diperoleh Kemudian perhatikan bahwa : ( ) karena mengakibatkan sehingga di dapat, Hal ini mengakibatkan. Sehingga terbukti bahwa titik tetap di adalah tunggal. ( ( )) ( ( )) untuk setiap. Berikut adalah pembuktiannya. Menggunakan definisi pada Contoh 2.6 diperoleh untuk ( ) Oleh karena itu perhatikan bahwa: ( ) ( ) sehingga diperoleh Setelah mengetahui dan membuktikan sifat titik tetap pada jarak-w di ruang metrik lengkap, selanjutnya akan diberikan contoh untuk mempermudah memahaminya. ( ) Contoh 3.2 Diberikan ruang metrik dan yang telah didefinisikan pada Contoh 2.4 dan dengan pemetaan,. Misalkan, ), ) adalah fungsi yang kontinu dan turun tegas. Diberikan seperti pada Contoh 2.6 dengan, selanjutnya diasumsikan ketaksaman berikut ini dengan Akan ditunjukan ketunggalan titik tetap pada. Sebelum membuktikan ketunggalan titik tetap pada akan ditunjukkan bahwa adalah pemetaan kontraksi. disebut pemetaan kontraksi apabila memenuhi persamaan 15 ( ) Dengan kata lain terbukti bahwa adalah pemetaan kontraksi. Selanjutnya berdasarkan Teorema di atas adalah pemetaan kontraksi sehingga terbukti bahwa mempunyai titik tetap yang tunggal. 4. Penutup Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa setiap pemetaan yang memenuhi kondisi*), serta terdefinisi pada jarak-w di ruang metrik lengkap mempunyai titik tetap yang tunggal. Pembuktian sifat ketunggalan tersebut memanfaatkan sifat fungsi kontraksi serta sifat kelengkapan pada ruang metriknya. Ucapan Terima Kasih: Terima kasih penulis sampaikan kepada LP2M UIN Sunan Kalijaga yang telah membantu membiayai penelitian ini. Referensi [1] A. Branchiari. A fixed point theorem for mapping satisfying a general contractive condition of integral type, Internasional Journal of Mathematics

and Mathematical Sciences 10 (2002). 531-536. [2] A. Latif and W. A. Albar. Fixed points result in complete metric space. Demonstratio Mathematica, XLI (2008). 145-150. [3] Agarwal, Ravi P., Donald D Reagen dan D.R. Sahu. 2009. Fixed Point Theory for Lipschitzian Type Mappings with Applications. USA.Spinger. [4] Khamsi, Mohammad A., and Krik, William A. 2001. An Introduction to Metric Spaces and Fixed Point Theory. New York: John Wiley & Sons, Inc. [5] O. Kada. T. Suzuki and W. Takashashi. Nonconvex minimization theorems and fixed point theorems in complete metric spaces. Math. Japonico 44 (1996), 381-591. [6] P. Vijayaraju, B.E. Rhoades and R. Mohanraj. A fixed point theorems for pair of maps satisfying a general contractive condition of integral type, Internasional Journal of Mathematics and Mathematical Sciences 15 (2005). 2359-2364. [7] Razani dkk. A fixed point theorem for w-distance. Applied sciens, (2009). vol.11 pp.114-117. [8] Shirali, Staish and Vasudeva, Harkrishan L. 2006. Metric Spaces. London: Springer-Verlag. [9] T. Suzuki. meir-keeiler contractions of integral type are still Meir-Keeiler constractions. Internasional Journal of Mathematics and Mathematical Sciences Aticle ID 39281 (2007). 1-6. [10] T. Suzuki and W. Takahashi, Fixed Point theorems and characterizations of Metric Completness. Topol. Methods Nonlinear Anal., 8 (1996), 371-382 [11] T. Suzuki. Several fixed point theorems in complete metric space. Yokohama Math. J., 44 (1997), 61-72. [12] Tuwankotta, Johan Matheus. 2012. Analisis Real A: Teori Ukuran dan Integral. Bandung: ITB 16