PENGARUH SISTEM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN PEMBERIAN INSENTIF TERHADAP KINERJA K3 PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Intan Mayasari 1) dan I Putu Artama Wiguna 2) 1) Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Surabaya, 60111, Indonesia e-mail: intanmayas29@gmail.com 2) Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Setiap perusahaan konstruksi bangunan gedung memiliki sistem K3. Sistem K3 yang efektif dapat mengurangi kecelakaan pada pekerja, tetapi masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Insentif merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam rangka peningkatan prestasi tenaga kerja. Dengan pemberian insentif akan mendorong keberhasilan kinerja K3 pada proyek konstruksi. Dengan demikian diperlukan suatu analisa untuk mengetahui besarnya pengaruh dari sistem K3 dan pemberian insentif terhadap keberhasilan kinerja K3. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh sistem K3 dan pemberian insentif terhadap keberhasilan kinerja K3 pada proyek konstruksi di Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian konfirmatori. Metode analisis penelitian menggunakan PLS ( Partial Least Square). Data penelitian dikumpulkan melalui survei kuesioner yang disebarkan kepada devisi HSE, manajer proyek, dan site engineer pada kontraktor yang melaksanakan proyek konstruksi di Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara sistem K3 terhadap keberhasilan kinerja K3 dengan dimediasi oleh pemberian insentif, tetapi pengaruh langsung dari sistem K3 ke kinerja K3 lebih besar dari pada pengaruh pengaruh tidak langsung dari sistem K3 terdahap kinerja K3 dengan dimediasi oleh pemberian insentif. Kata kunci: Sistem K3, Insentif, Kinerja K3. PENDAHULUAN Latar Belakang Sebuah sistem manajemen keselamatan yang dirancang dengan baik dapat berkontribusi untuk mensukseskan pelaksanaan sistem manajemen keselamatan di tempat kerja (Ismail dkk, 2012). Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K 3) bertujuan untuk menjamin setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di suatu tempat kerja dalam keadaan aman dan selamat dari risiko kecelakaan yang mungkin dapat terjadi. Menurut Abdelhamid (2000), menyatakan bahwa program K3 yang efektif secara substansial dapat mengurangi kecelakaan kerja (meningk atkan keselamatan kerja dan kesehatan) karena dapat membantu manajemen untuk menciptakan proses operasi kerja dan kesehatan lingkungan kerja yang aman untuk para pekerjanya. Tetapi masih terlihat bahwa pelaksanaan K3 sering kali masih kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat perusahaan pada umumnya. Meskipun penerapan SMK3 telah diwajibkan, tetapi pada pelaksanaannya masih jauh dari harapan, karena yang menerapkan dengan baik masih sangat kurang (Syam, 2014). Menurut Sanjaya (2012) masih banyak pelaksanaan proyek yang sering mengabaikan persyaratan dan B-15-1
peraturan-peraturan dalam K3 sehingga masih tingginya angka kecelakaan kerja (Malinasari, 2013). Pemberian insentif merupakan hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Insentif merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam rangka peningkatan prestasi tenaga kerja. Semangat tidaknya tenaga kerja dapat disebabkan oleh besar kecilnya insentif yang diterima. Pemerintah juga telah mengeluarkan pernyataan bahwa dalam rangka untuk meningkatkan kinerja, pelaksanaan pembangunan dan pemberian pelayanan pada kepada masyarakat, maka perlu diberikan tambahan penghasilan atau dikenal dengan istilah insentif kepada pekerja (Mazura dkk, 2012). Pada penelitian sebelumya menunjukkan bahwa pelaksanan sistem K3 yang baik dapat memberikan efek positif terhadap kinerja perusahaan yang tercermin dalam kinerja K3 (Muniz dkk, 2009). Beberapa aspek kunci yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaa K3 salah satunya yaitu insentif. Pada pelaksanaan proyek konstruksi, insentif tentunya merupakan faktor yang harus diperhatikan untuk mendorong semangat pekerja. Insentif merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam rangka peningkatan prestasi tenaga kerja. Dengan pemberian insentif akan mendorong keberhasilan kinerja K3 pada proyek konstruksi. Dengan demikian diperlukan suatu analisa untuk mengetahui besarnya pengaruh dari sistem K3 pemberian insentif terhadap keberhasilan kinerja K3 pada proyek konstruksi di Surabaya Tujuan Penulisan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh sistem K3 dan pemberian insentif terhadap keberhasilan kinerja K3 pada proyek konstruksi di Surabaya. Studi Literatur Sistem Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian ( Argama, 2006). Kecelakaan kerja bisa terjadi karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung keselamatan kerja, atau perbuatan para pekerja yang tidak membawa keselamatan kerja. Jadi kecelakaan kerja dapat dikatakan juga setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Dalam penelitian ini indikator-indikator sistem K3 diperoleh dari studi literatur yaitu komitmen pimpinan, pelatihan K3, keterlibatan pekerja, komunikasi aturan dan prosedur, dan lingkungan kerja. Insentif Insentif sebagai sarana motivasi yang mendorong para pegawai untuk bekerja dengan kemampuan yang optimal, yang dimaksudkan sebagai pendapatan ekstra diluar gaji atau upah yang telah ditentukan. Istilah sistem insentif pada umumnya digunakan untuk menggambarkan rencana-rencana pembayaran upah yang dikaitkan secara langsung atau tidak langsung dengan berbagai standar kinerja pegawai atau profitabilitas organisasi (Mazura dkk, 2012). Oleh karena itu insentif seringkali diartikan sebagai penggerak atau pendorong yang diberikan dengan sengaja kepada pekerja agar dalam diri mereka muncul semangat untuk berprestasi. Insentif merupakan suatu faktor pendorong bagi karyawan untuk bekerja lebih baik agar kinerja karyawan dapat meningkat (R ahmanda dkk, 2013). Dalam penelitian ini indikator-indikator insentif diperoleh dari studi literatur yaitu memberikan penghargaan/hadiah bagi pekerja yang berperilaku aman, memberikan penghargaan apabila melaporkan suatu potensi bahaya K3, memberikan penghargaan bagi pekerja yang mencegah B-15-2
terjadinya kecelakaan dan penyakit kerja, dan memberikan penghargaan bagi pekerja apabila mencapai zero accident setelah proyek berakhir. Kinerja Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Muniz dkk, (2009) menemukan beberapa a spek kunci yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan K3 adalah kebijakan, insentif dan partisipasi karyawan, pelatihan, komunikasi, perencanaan serta control/pengawasan. Setiap perusahaan membangun metode sistematis untuk pengukuran dan pemantauan kinerja K3 secara teratur sebagai satu kesatuan bagian dari keseluruhan sistem manajemen perusahaan. Dalam Penelitian ini indikator-indikator dari variabel keberhasilan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diperoleh dari studi literatur yaitu adalah terjadinya penurunan tingkat kecelakaan pada pekerja, terjadi peningkatan pekerja berperilaku aman dalam proyek, terjadi peningkatan pekerja yang mematuhi keselamatan dan kesehatan kerja, dan terjadinya peningkatan pekerja yang menggunakan ADP. METODE Variabel dan Indikator Penelitian Identifikasi variabel dalam penelitian dilakukan melalui proses kajian pustaka pada penelitian sebelumnya. Variabel dan indikator yang digunakan dalam pengukura adalah sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1 Variabel dan Indikator Penelitian Variabel Faktor Indikator Sistem K3 (X) Komitmen Pimpinan (X1) Pelatihan K3 (X2) Keterlibatan Pekerja (X3) Komunikasi (X4) Aturan Dan Prosedur K3 (X5) Lingkungan Kerja (X6) X1.1 Memberikan prioritas yang tinggi pada K3 X1.2 Melakukan pengawasan yang ketat X1.3 Tindakan korektif X1.4 Menyediakan peralatan yang memadai X2.1 Memberikan pelatihan K3 secara komprehensif X2.2 Memberikan pelatihan yang cukup X2.3 Dorongan untuk partisipasi dalam pelatihan K3 X3.1 Pihak manajemen melibatkan pekerja dalam penyampaian informasi X3.2 Pekerja dilibatkan dalam pengembangan prosedur keselamatan kerja X3.3 Saling mengingatkan bahaya tanpa menggunakan APD X3.4 Pekerja diminta melaporkan apabila terjadi kecelakaan X4.1 Pekerja di berikan kesempatan untuk membahas dan menangani isu-isu K3 X4.2 Keterbukaan dalam komunikasi X4.3 Terjalin komunikasi yang baik antara pekerja dan pihak manajemen X5.1 Peraturan dan prosedur K3 yang mudah dimengerti dan diterapkan X5.2 Inspeksi K3 secara teratur X5.3 Adanya sangsi terhadap pelanggaran prosedur K3 X6.1 Pekerja mengutamakan keselamatan kerja X6.2 Motivasi pekerja meningkat X6.3 Tidak saling menyalahkan bila terjadi kecelakaan X6.4 Tidak memberikan tekanan berlebihan pada pekerja dalam melaksanakan pekerjaanya B-15-3
Variabel Faktor Indikator Insentif - X7.1 Penghargaan/hadiah bagi pekerja (X7) X7.2 Penghargaan jika mengetahui potensi bahaya K3 X7.3 Penghargaan yang mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. X7.4 Penghargaan pencapaian zero accident Keberhasilan - Y1.1 Penurunan tingkat kecelakaan Kinerja K3 Y1.2 Peningkatan pekerja berperilaku aman (Y1) Y1.3 Peningkatan pekerja yang mematuhi K3 Y1.4 Peningkatan pekerja yang menggunakan ADP Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini yaitu devisi HSE, manajer proyek dan site engineer (SE) pada perusahaan konstruksi di wilayah kota Surabaya. Jumlah responden pada penelitian ini 42 responden. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui survey kuesioner. Kuesioner disebarkan kepada responden dengan mendatangi proyek konstruksi yang sedang berjalan di wilayah Surabaya. Metode Analisa Data Metode analisis penelitian menggunakan PLS ( Partial Least Square). Langkahlangkah yang harus dilakukan dalam PLS meliputi evaluasi model pengukuran (outer model) dan evaluasi model structural (inner model). Model pengukuran (outer model) melaui proses interasi algoritma, parameter model pengukuran (validitas konvergen, validitas diskriminan, composite reliability dan conbacd s alpha) diperoleh, termasuk nilai R 2 sebagai parameter ketepatan model prediksi. Model structural ( inner model) melalui proses bootstrapping, parameter uji T-statistic diperoleh untuk memprediksi adanya hubungan kausalitas (Jogiyanto, 2009). Gambaran model penelitian, dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Gambaran Model Penelitian Hipotesis penelitian: 1. Variabel sistem K3 mempengaruhi keberhasilan kinerja K3 2. Variabel sistem K3 mempengaruhi insentif 3. Variabel insentif mempengaruhi keberhasilan kinerja K3 B-15-4
HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi outer Model (Model Pengukuran) Evaluasi inner model (Model Structural) Gambar 2 Model Struktural PLS Nilai R-Square Nilai R-Square untuk insentif sebesar 0,178 memiliki arti bahwa prosentase besarnya keragaman data pada variabel insentif yang dapat dijelaskan oleh variabel sistem K3 adalah sebesar 17,8%, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa variabel sistem K3 dapat memberikan pengaruh sebesar 17,8% pada insentif. Nilai R-Square untuk kinerja K3 sebesar 0,614 memiliki arti bahwa prosentase besarnya keragaman data pada variabel kinerja K3 yang dapat dijelaskan oleh variabel sistem K3 dan insentif adalah sebesar 61,4%, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa variabel sistem K3 dan insentif dapat memberikan pengaruh sebesar 61,4% pada kinerja K3. Selain nilai R-Square, model PLS juga dievaluasi dengan Q-Square. Dimana semakin tinggi nilai Q-Square, maka model dapat dikatakan semakin fit dengan data. Hasil perhitungan nilai Q-Square sebesar 0,683. Berdasarkan hasil tersebut, model struktural pada penelitian dapat dikatakan telah memiliki goodness of fit yang baik. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat nilai koefisien path ( original sample estimate) dan nilai t hitung (t-statistic). Hipotesis penelitian dapat diterima jika nilai t hitung (t-statistic) > 1.96. Berdasarkan Tabel 1, maka hipotesis dari penelitian dapat diterima kebenarannya. B-15-5
Tabel 1 Hasil Nilai Koefisien Path dan t-hitung Hipotesis Pengaruh Koefisien Path t hitung Keterangan H1 Sistem K3 Kinerja K3 0,592 5,994 Diterima H2 Sistem K3 Insentif 0,422 2,086 Diterima H3 Insentif Kinerja K3 0,321 2,170 Diterima Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai koefisien path pengaruh dari sistem K3 terhadap keberhasilan kinerja K3 adalah sebesar 0,592 dengan t hitung sebesar 5,994 yang lebih besar dari nilai t tabel 1,96, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara sistem K3 terhadap keberhasilan kinerja K3, dari hasil tersebut maka hipotesis pertama dari penelitian dapat diterima kebenarannya. Berdasarkan nilai koefisien path pengaruh dari sistem K3 terhadap insentif adalah sebesar 0,422 dengan t hitung sebesar 2,086 yang lebih besar dari nilai t tabel 1,96, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara sistem K3 terhadap insentif, dari hasil tersebut maka hipotesis kedua dari penelitian dapat diterima kebenarannya. Berdasarkan nilai koefisien path pengaruh dari insentif terhadap keberhasilan kinerja K3 adalah sebesar 0,321 dengan t hitung sebesar 2,170 yang lebih besar dari nilai t tabel 1,96, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara insentif terhadap keberhasilan kinerja K3, dari hasil tersebut maka hipotesis ketiga dari penelitian dapat diterima kebenarannya. Pengaruh sistem K3 terhadap keberhasilan kinerja K3 dengan dimediasi oleh pemberian insentif (pengaruh tidak langsung) adalah sebesar 0,135, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara sistem K3 terhadap keberhasilan kinerja K3 dengan dimediasi oleh pemberian insentif. Diskusi dan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem K3 memiliki pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung terhadap keberhasilan kinerja K3. Besarnya pengaruh langsung dari sistem K3 terhadap keberhasilan kinerja K3 adalah sebesar 0,592, sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung sistem K3 dengan dimediasi insentif terhadap keberhasilan kinerja K3 adalah sebesar 0,135. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh langsung dari sistem K3 ke kinerja K3 ternyata lebih besar dari pengaruh tidak langsung dari sistem K3 terdahap kinerja K3 dengan dimediasi oleh pemberian insentif. Hal ini menunjukkan pemberian insentif pada proyek konstruksi di Surabaya belum dilakukan dengan maksimal, tetapi dimaksimalkan pada sistem K3 untuk meningkatkan keberhasilan kinerja K3. Meskipun pemberian insentif belum di lakukan secara maksimal tetapi hasil analiis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara sistem K3 terhadap keberhasilan kinerja K3 dengan dimediasi oleh pemberian insentif pada proyek konstruksi di Surabaya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh sistem K3 dan insentif terhadap keberhasilan kinerja K3 pada proyek konstruksi di Surabaya dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sistem keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja K3 dengan nilai loading factor sebesar 0,592 dan hipotesa pertama sistem keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berpengaruh terhadap kinerja K3 dapat diterima. B-15-6
2. Sistem keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap insentif dengan nilai loading factor sebesar 0,422 dan hipotesa kedua sistem keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berpengaruh terhadap insentif dapat diterima. 3. Insentif memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap terhadap kinerja K3 dengan nilai loading factor sebesar 0,321 dan hipotesa ketiga insentif berpengaruh terhadap kinerja K3 dapat diterima. Saran 1. Pemberian insentif perlu dimaksimalkan lagi pada proyek konstruksi, tanpa mengabaikan sistem K3. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai variabel-variabel lain yang mempengaruhi sistem K3 terhadap kinerja K3 pada proyek konstruksi. DAFTAR PUSTAKA Abdelhamid, T. S & Everett, J. G. (2000). Identifying Root Cause of Construction Accidents, Journal of Construction Engineering and Management, 126 (1), 52 60. Ismail, Z., Doostdar, S., & Harun, Z. (2012). Factors Influencing The Implementation Of A Safety Management System For Construction Sites. Safety Science 50, 418 423. Jogiyanto, & Abdilah, W. (2009). Konsep dan Aplikasi PLS untuk Penelitian Empiris. Yogyakarta: BPFE. Malinasari, N., & Azzuhri, M. (2013). Pengaruh Program Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) dan Jaminan Sosial Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Pada PT PJB UP Brantas Karangkates Kab. Malang). Mazura., Mujiono., & Rosmida. (2012). Pengaruh Insentif Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Bengkalis). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Volume 1, No 1 Muniz, B. F., Peon, J, M., & Ordas, C, J, (2009). Relation Between Occupational Safety Management and Firm Performance. Safety Science 47, 980-991. Rahmanda, F., P., Hamid, D., & Utami, H., N. (2013). Pengaruh Insentif Terhadap Motivasi Dan Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan Pt. Jamsostek (Persero) Cabang Malang). Jurnal administrasi bisnis vol 3 Sanjaya, P, I., Widhiawati, I, A., & Frederika, A. (2012). Analisis Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Konstruksi Gedung di Kabupaten Klungkung dan Karangasem. Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil / Volume 8, No. 1 2012 ISSN 1410-6515 Syam, Y, S., Carlo, N., & Khaidir, I. (20 14). Penerapan SMK3 Pada Proyek Gran Rubina Bussiness Park Tower 1 Kuningan Jakarta Selatan Dengan Kontraktor Pt. PP (Persero), Tbk. B-15-7