BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

materi yang ada dalam suatu pengajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (2005: 35), dalam kelompok kooperatif, pembelajaran menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

= = 7.6 dibulatkan menjadi = 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan subjek. belajar secara aktif, yang menekan pada penyediaan sumber belajar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI JENJANG PENDIDIKAN DASAR MATA PELAJARAN SAINS. 4 Pilar Pendidikan UNESCO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu. Mudah memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik tertentu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris scince, Trianto (2010:136). Kata science sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin scientia yang berarti tahu. Menurut Trianto (2010:136) dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja. Walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi. Menurut Trianto 2010:136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Menurut Samatowa (2009:3) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti oberservasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka jujur. Dengan begitu, pendidikan IPA di SD diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dairi dan alam sekitar. 2.2.2 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang Lingkup bahan kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut. a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan b. dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 7

8 c. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas d. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana e. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Berhubung penulis mengadakan penelitian di kelas 5, maka ruang lingkup pelajaran IPA yang dikaji adalah salah satu konsep dari dibahas di kelas tersebut, yang meliputi sebagai berikut. a. Rangka manusia b. Alat indera manusia c. Bagian tumbuhan dan fungsinya d. Penggolongan hewan e. Daur hidup hewan f. Hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan g. Sifat dan perubahan wujud benda h. Gaya i. Berbagai bentuk energi dan penggunaannya j. Perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit k. Perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan konsep-konsep yang l. Hubungan sumber daya alam, lingkungan, teknologi dan masyarakat 2.1.3 Manfaat dan Tujuan Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

9 e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Adapun manfaat mempelajari IPA dikemukakan oleh UNESCO yang dikutip Asri Budiningsih (2002) sebagai berikut : a. IPA menolong siswa untuk dapat berpikir secara logis terhadap kejadian kejadian sehari-hari dan memecahkan masalah sederhana yang dihadapinya b. Aplikasi IPA dalam teknologi dapat menolong dan meningkatkan kualitas hidup manusia dalam kehidupan bermasyarakat. c. Dunia semakin berorientasi pada kehidupan dan teknologi melalui IPA siswa memperoleh bekal yang sangat penting d. Jika IPA diajarkan dengan baik akan menghasilkan pola pikir siswa yang baik pula e. Melalui IPA secara positif membantu siswa untuk dapat mempelajari mata pelajaran lain terutama bahasa dan matematika. f. Karena sifat-sifat anak yang selalu tertarik dengan lingkungannya, melalui IPA potensi anak akan dikembangkan Dalam Pusat Kurikulum (2006:4), IPA berkaitan dengan Cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Trianto (2011:136-137) menyatakan pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Dalam sumber yang sama dinyatakan juga bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Dengan demikian, IPA pada hakikatnya adalah ilmu untuk mencari tahu, memahami alam semesta secara sistematik dan mengembangkan pemahaman ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang teruji kebenarannya. Namun, IPA bukan hanya merupakan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, melainkan suatu proses penemuan dan pengembangan. Oleh karena itu untuk mendapatkan pengetahuan harus melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah serta menuntut sikap ilmiah. Dalam pengelolaan

10 pembelajaran IPA di sekolah, guru harus dapat memberikan pengetahuan peserta didik mengenai konsep yang terkandung dalam materi IPA tersebut. Selain konsep, hendaknya guru dapat menanamkan sikap ilmiah melalui model-model pembelajaran yang dilakukannya. Jadi pelajaran IPA tidak hanya bermanfaat dari segi materinya namun bermanfaat juga terhadap penanaman nilainilai yang terkandung ketika proses pembelajarannya. Untuk belajar IPA diperlukan cara khusus yang disebut dengan metode ilmiah. Metode ilmiah ini menekankan pada adanya masalah, adanya hipotesa, adanya analisa data untuk menjawab masalah atau membuktikan hipotesa, dan diakhiri dengan adanya kesimpulan atau generalisasi yang merupakan jawaban resmi dari masalah yang diajukan. Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengajaran IPA untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat memanfaatkan teknologi sederhana dari aplikasi IPA. 2.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkin. Pembelajaran STAD menurut Slavin (2010:8) yaitu Pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat-enam siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok social lainnya. Dalam pembelajaran dengan menggunakan model STAD mengharuskan setiap siswa mampu menguasai materi yang telah diberikan oleh guru, dimana penguasaan materi tersebut berdasarkan kerjasama setiap siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada mereka, pada pembelajaran ini

11 siswa dilatih untuk bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap tugas mereka. Hasil tersebut berupa keberhasilan setiap anggota kelompok untuk mampu menguasai materi pelajaran dan menyelesaikan tugas yang diberikan kepada kelompoknya dengan baik, dalam hal ini hasil yang dicapai juga dapat berupa hasil belajar siswa dalam aspek kognitif. Pada pembelajaran kooperatif teknik STAD siswa belajar dan membentuk sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman dan kerjasama setiap siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada mereka, pada pembelajaran ini siswa dilatih untuk bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap tugas mereka sedangkan guru pada model pembelajaran ini berfungsi sebagai fasilitator yang mengatur dan mengawasi jalannya proses belajar. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal melalui kerja tim atau kelompok. 2.2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Slavin (2010:8) menyatakan bahwa STAD merupakan pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat-lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya. Pelaksanaan strategi belajar ini, siswa ditugaskan untuk bekerja dalam satu kumpulan yang terdiri dari 4-5 orang setelah guru menyampaikan bahan pelajaran dan mengharuskan semua anggota menguasai pelajaran itu. Setelah melakukan kegiatan diskusi setiap anggota kelompok Akan diberi ujian atau kuis secara individu. Nilai yang diperoleh setiap anggota dikumpulkan untuk memperoleh nilai kelompok. Sehingga untuk mendapatkan penghargaan, setiap siswa dalam kelompok harus membantu kelompoknya.

12 Suatu model pembelajaran memiliki sintaks yang berisi langkah langkah yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran. Tabel berikut adalah sintak pembelajaran STAD berdasarkan teori dari Slavin dan Rusman (2012: 205) Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD No Aspek Tindakan Guru Tindakan Siswa 1 Fase1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik 2 Fase 2. Mengondisikan kelas & membagi kelompok secara heterogen 3 Fase 3. Presentasi kelas 4 Fase 4. Belajar dalam tim 5 Fase 5. Tes individu 6 Fase 6. Skor pengembangan individu 7 Fase 7. Penghargaan tim a. Memberikan apersepsi b. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan indikator keberhasilan c. Menjelaskan langkah pembelajaran STAD d. Membagi siswa dalam kelompok kecil secara heterogen e. Guru menyampaikan materi pelajaran f. Guru meminta siswa bersama kelompok berkerjasama untuk menjawab pertanyaan g. Guru berkeliling untuk mengamati,memotivasi dan memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan h. Guru memberikan tes kepada siswa i. Guru memberikan skor pada setiap siswa j. Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja siswa k. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang aktif dan motivasi siswa agar lebih berpartisipasi aktif lagi a. Menjawab pertanyaan guru b. Menyimak tujuan pembelajaran c. Menyimak penjelasan guru d. Membagi kelompok dengan tertib dan teratur e. Siswa menyimak pelajaran yang diberikan f. Siswa bekerjasama dalam kelompok mengerjakan tugas g. Siswa bertanya kepada guru jika ada kesulitan h. Siswa mengerjakan soal tes evaluasi i. Siswa menecek nilai /skor yang diperoleh j. Siswa menyimak umpan balik dari guru k. Siswa mendapat penghargaan dari guru

13 2.3 Hasil Belajar Proses pembelajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar, yang berarti pembelajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan porolehan dari dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Bila hasil belajar tinggi pembelajaran tersebut dikatakan berhasil, tetapi jika hasil belajar rendah pembelajaran tersebut dikatakan tidak berhasil. Menurut Purwanto (2008:45) menjelaskan hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya, perubahan itu mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik lebih lanjut Purwanto (2008:46) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku manusia akibat belajar, dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. lebih lanjut Winkel menekankan bahwa hasil belajar merupakan perubahan mengenai sikap dan tingkah lakunya. Sedangkan Purwanto hanya menyebutkan perubahan perilaku manusia setelah belajar. Meskipun demikian, mereka mempunyai kesepahaman bahwa perubahan akibat belajar tersebut berupa 3 aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan perilaku aspek kognitif, afektif dan psikomotorik disebabkan karena telah mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Perubahan akibat pengalaman belajar, tidak semata-mata hanya pada perubahan secara kognitif (pengetahuan) saja, tetapi siswa juga dapat mengalami perubahan secara afektif (sikap) serta mampu melaksanakan tugas tugas yang berhubungan dengan performanya (psikomotorik). Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek kompetensi kemanusiaan saja. Hasil belajar yang diharapkan dicapai siswa pada ranah kognitif yaitu siswa dapat mengetahui atau menyebutkan konsep, misalnya dari menghitung luas dan menggunakannya dalam masalah yang berkaitan dengan luas. Pada ranah afektif yaitu siswa dapat mengembangkan karakter yang diharapkan (tekun, kerjasama, dan tanggung jawab), siswa juga dapat berpikir kreatif dan berlatih berkomunikasi. Pada ranah psikomotor yaitu

14 siswa mampu menggunakan alat peraga dan memecahkan aktivitas pemecahan masalah menggunakan alat peraga. Jadi ketiga ranah menurut taksonomi Bloom tersebut, kesemuanya harus dapat dicapai oleh siswa setelah mendapatkan pembelajaran. Jika ketiga ranah tersebut telah tercapai, dapat dikatakan bahwa siswa telah berhasil dalam belajarnya. Dari pendapat para ahli di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa yang disebut dengan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku belajar pada siswa, dimana untuk mengukur perubahan tingkah laku belajar tersebut digunakan alat yang disebut tes. Nilai yang diperoleh dari hasil tes tersebut kemudian yang diukur untuk melihat siswa tersebut telah berhasil mencapai belajarnya atau masih belum. Agar lebih terukur, kriteria nilai sebagai bukti keberhasilan bahwa siswa tersebut telah berhasil mengikuti proses pembelajaran. 2.3.1 Pengukuran Hasil Belajar Dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam menurut Sudjana (2011:5) yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif dan penilaian penempatan. Dalam penelitian ini penilaian yang dilakukan adalah penilaian formatif yaitu penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan bukan tes (nontes). Tes ini ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan) ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk objektif, ada juga yang dalam bentuk esai dan uraian. Sedangkan bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, dan lain-lain. 2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989:39). Dari

15 pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981:21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana,2002:39) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya selanjutnya dijelaskan Muhammad, (2004:14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. 2.4 Penelitian yang Relevan Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk memecahkan masalah pembelajaran di Sekolah Dasar. Penelitian tersebut antara lain Penelitian yang dilakukan oleh Nur Jamil Musthofa (2010) yang berjudul

16 Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Matematika Tentang Operasi Hitung Pecahan Siswa Kelas 4 SDNegeri Yosorejo Giringsing Batang. Hasil penelitian tersebut menunjukan pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya ketuntasan belajar siswa dari 40 siswa yang tuntas dengan KKM: 60 pada siklus 1 PTK sebanyak 27. Kemudian diadakan siklus 2 PTK ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 35 siswa (96%). Keunggulan dari penelitian ini yaitu meningkatkan minat siswa dalam pelajaran matematika operasi hitung pecahan. Sedangkan kelemahannya yaitu peningkatan hasil belajar tidak sesuai karena dengan STAD masih belum bias sepenuhnya mengaktifkan minat siswa dalam kelompoknya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dipilih tindakan lanjut untuk melakukan penelitian pada pokok bahasan operasi pecahan. Penelitian Rahmawati (2011) yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Pecahan Siswa Kelas 4 Semester Ganjil Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipestad, hasil belajar siswa pada materi pelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan semakin meningkat. Hal ini ditunjukan dengan sebelum pelaksanaan tindakan, siswa yang mencapai KKM sejumlah 11 siswa atau 45,83% dari 24 siswa dan rata-rata kelas 70,83. Sedangkan pada siklus 2 siswa yang mencapai KKM sejumlah 21 siswa atau 87,50% dari 24 siswa dan rata-rata kelas 83,08. Keunggulan dari penelitian ini yaitu meningkatkan hasil belajar pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Sedangkan kelemahannya yaitu harus saling bekerjasama, padahal anak sulit untuk bekerja sama dengan anggota kelompok lain dan selalu ada salah satu dari anggota kelompok yang mendominasi. Berdasrkan hasil penelitian tersebut maka dipilih tindak lanjut untuk melakukan penelitian dengan memperhatikan hal-hal yang berkaitan pelaksanaan tindakan terutama persiapan guru. Sebaiknya guru mempelajari dengan baik tahapan-tahapan pelaksanaan STAD.

17 Dari hasil penelitian terdahulu jelas sekali perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini yaitu belum memasukan variabel keaktifan dengan demikian dapat memberikan kesempatan dan celah kepada penulis untuk memasukan variabel keaktifan dalam penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran yang diteliti yakni mata pelajara IPA untuk SD kelas 5. 2.5 Kerangka Berpikir Pembelajaran STAD dilaksanakan dengan langkah langkah: guru membentuk kelompok yang anggotanya 6-7 orang secara heterogen, Guru menyajikan pelajaran, Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti, Guru Memberi kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu, guru memberi evaluasi penutup sehingga seluruh siswa menjadi lebih siap demikian juga dapat melatih kerjasama dengan baik. Dari tiap-tiap kelompok, memberikan kesempatan untuk mereka memaparkan jawaban atas pertanyaan yang telah diterima dari guru, mengembangkan dan menyajikan hasil diskusi,serta menganalisis dan mengevaluasi proses STAD. Melalui pembelajaran STAD, siswa akan lebih tertarik mengikuti pelajaran karena diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan diberikan kesempatan untuk memaparkan hasil diskusinya. Dengan model ini siswa dituntut untuk bekerjasama dan menemukan jawaban dari pertanyaan, sehingga siswa Akan terlibat secara aktif dan nantinya daya serap akan lebih baik. Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa menjadi sentral dari proses pembelajaran yang sedang berlangsung, sedangkan guru hanya sebagai mediator ataupun fasilitator yang bertugas untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan siswa saat proses pembelajaran. Sehingga diharapkan pembelajaran STAD dapat digunakan sebagai usaha meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA

18 Proses Belajar Mengajar Model Pembelajaran Konvesional - Ceramah - Tanya Jawab - Diskusi - Penugasan Hasil belajar Rendah Penerapan Model Pembelajaran STAD Siswa belajar dalam kelompok Dari latihan dan tes dapat meningkatkan hasil belajar siswa siswa diberikan skor pada pengembangan individu siswa juga diberikan penghargaan tim Hasil belajar lebih meningkat Pemantapan Penerapan Model Pembelajaran STAD Berpikir kritis dan kerjasama kelompok Aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. Interaksi antar siswa seiring peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. Hasil Meningkat Bagan 2.1 Kerangka Pikir 2.6 Hipotesis Penilitian Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan yang akan diajukan adalah sebagai berikut. Melalui penerapan model Pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Mangunsari 03.