BAB V PENUTUP. observasi lapangan yang kemudian penulis kaitkan dengan teori-teori yang ada,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISA PERAN GEREJA DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI WARGA JEMAAT GMIT BETANIA OETAMAN DI DESA LINAMNUTU

BAB III HASIL PENELITIAN. Linamnutu memiliki batas-batas sebagai berikut: Sebelah utara Desa Linamnutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia

BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan ekonomi yang baik tidak hanya bergerak dalam aspek-aspek. ekonomi saja, tetapi juga dalam aspek-aspek lainnya.

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan

Lampiran Verbatim Wawancara NARASUMBER I: DAVID TUERAH Wawancara dengan mantan ketua pemuda GPIB Kasih Karunia Medan David Tuerah, 15 Maret 2012

BAB IV. Diakonia dan Warung Tiberias

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus.

TUBUH KRISTUS. 1. Gambarkan dengan singkat datangnya Roh Kudus pada orang-orang percaya.

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor : 14/BPMS - BNKP/2014 tentang KOMISI DI JEMAAT. Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementrian Negara

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam

Setelah Ono Niha menjadi Kristen, lalu apa yang terjadi?

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

Saya Dapat Menjadi Pekerja

MTPJ 05 s/d 11 Oktober 2014

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Anak jalanan adalah anak yang dalam kesehariannya hidup dijalanan. Mereka

BADAN PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama Badan. Pasal 32

BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian

1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja?

BAB V PENUTUP. beberepa saran berdasarkan hasil analisa dalam bab sebelumnya.

ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

BAB V PENUTUP. 1. Tradisi Piring Nazar sebagai sebuah kenyataan sosio-religius dapat dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN UKDW

TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA

Oleh Pdt. Daniel Ronda. Latar Belakang Pergumulan Pendidik

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 01/BPMS-BNKP/2007 tentang BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BANUA NIHA KERISO PROTESTAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. 2. Permasalahan

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan alasan atau dilakukannya penelitian ini serta

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

L1. Aktivis Gereja. Universitas Kristen Maranatha

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia!

KABAR GEMBIRA BERHADAPAN DENGAN INDIVIDUALISME PERTEMUAN III

TAHUN B - Hari Minggu Biasa XXIV 13 September 2015 LITURGI SABDA

PERAN GEREJA DALAM PENDIDIKAN NASIONAL

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PENUTUP A. Simpulan Agustinus Tanggu Daga, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

Peran Gereja terhadap Pemberdayaan Ekonomi Jemaat di Jemaat GMIT Betania Oetaman Desa Linamnutu

Level 3 Pelajaran 2. MENGGUNAKAN KARUNIA-KARUNIA DALAM PELAYANAN Oleh Andrew Wommack

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar

Misiologi David Bosch

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu sumber daya

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

Barisan Pemenang GBI Misi Kasih

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

Pendampingan Pastoral Holistik di Megachurch (Sebuah Studi Tentang Pendampingan Pastoral Gereja Jemaat Kristen Indonesia Injil Kerajaan di Semarang)

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman

BAB IV PENUTUP. penulis akan menjelaskan atau memberikan beberapa kesimpulan dan saran.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan data-data yang ditemukan oleh penulis dalam wawancara dan observasi lapangan yang kemudian penulis kaitkan dengan teori-teori yang ada, maka penulis mengambil tiga kesimpulan untuk merangkum hasil penemuan yang penulis dapat. Kesimpulan yang penulis ambil adalah sebagai berikut: 1. Warga jemaat Betania Oetaman Desa Linamnutu menyadari bahwa kehidupan ekonomi mereka adalah tanggung jawab Gereja juga. Ada dua pandangan yang dikemukakan oleh warga. Pandangan pertama berangapan bahwa Gereja dan warga saling membutuhkan dalam hal ini Gereja membutuhkan warga untuk memenuhi kebutuhan finansialnya, karena itu Gereja harus berperan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi warga agar kebutuhan Gereja dapat terpenuhi. Pandangan ini tidak sesuai dengan makna diakonia yaitu pembebasan manusia dari berbagai keterpurukan. Pandangan yang demikian justru memberikan kesan bahwa kehadiran Gereja justru menamba beban bagi warganya. Pandangan kedua, Jemaat berangapan bahwa Gereja melakukan pemberdayaan untuk membawa kebebasan bagi warga serta untuk menunjukkan komitmen iman Gereja dalam rangka menghadirkan missio dei. Pandangan yang kedua adalah pandangan yang sesuai dengan tugas diakonia Gereja yaitu membawa kebebasan serta keselamatan bagi dunia. Warga jemaat meyakini bahwa lewat doa, pengajaran dan teladan yang 73

diberikan gereja, gereja mampu membawa pembebasan bagi mereka. karena itu pemahaman ini sesuai dengan hakekat diakonia yaitu membawa pembebasan bagi warga dari segala kemiskinan dan ketidakadilan, sebagaimana seperti yang diperlihatkan oleh Yesus Kristus. 2. Gereja sudah menyadari perannya hal ini terbukti lewat beberapa peran yang sudah Gereja lakukan, namun dari peran-peran tersebut Gereja hanya berperan sebagai motivator tetapi belum berperan sebagai penghubung untuk menghubungkan warga jemaat denga pengetahuan dan sumber daya yang mereka butuhkan. Dalam melakukan perannya Gereja tidak benarbenar melibatkan warga jemaat dalam diskusi atau perencanaan, karena itu warga Gereja terkesan hanya dijadikan sebagai objek pemberdayaan bukan subjek. Kegiatan yang dilakukan Gereja juga belum melewati tahap-tahap pemberdayaan, sehingga yang terjadi kegiatan pemberdayaan yang dilakukan tidak membawa dampak signifikan bagi warga jemaat GMIT Betania Oetaman. 3. Dalam melakukan peran sebagai alat Allah untuk membawa kebebasan dalam dunia, Gereja mengalami banyak kendala baik yang datang dari Gereja sendiri maupun dari situasi umum masyarakat di Desa Linamnutu. Gereja masih memiliki pola pikir bahwa dana adalah satu-satunya kekuatan untuk memberdayakan ekonomi warga jemaat. Pemahaman tersebut menurut penulis adalah pemahaman yang belum matang karena kekuatan Gereja bukan hanya dana, tetapi masih ada kekuatan-kekuatan lain seperti hubunggan Gereja dengan pihak-pihak luar yang dapat memberi bantuan, Gereja juga memiliki kemampuan yakni mengaktifkan lembaga pendidikan 74

tinggi yang bekerja sama dengan Gereja serta menjalin hubungan dengan Gereja-Gereja yang sudah mapan secara finansial. Untuk membantu warga dalam menangani masalah mereka, maka Gereja harus memiliki kepekaan dan memiliki suara yang lantang untuk menyuarakan serta mengkritisi parktek-praktek yang merugikan warga. Gereja harus bisa mendorong pemerintah untuk memenuhi dan peka terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat. 4. Dalam setiap kegiatan pemberdayaan ekonomi nampak bahwa Majelis Jemaat GMIT Betania Oetaman terkesan berjalan sendiri, tanpa ada campur tanggan dari sinode GMIT. Sikap Sinode GMIT yang pasiv bertolak belakang dengan missi dan program strategi yang dibentuk untuk menyelesaikan masalah-masalah ekonomi yaitu menyatukan, mengarahkan, dan mendayagunakan berbagai karunia dan talenta anggota GMIT dalam pelayanan bagi jemaat dan masyarakat untuk menjawab berbagai kebutuhan nyata anggota jemaat, masyarakat dan kemanusiaan secara holistik, komprehensif, dan berkelanjutan. B. SARAN a. Gereja Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mencoba memberikan saran bagi Gereja dalam usahanya memberdayakan perekonomian warganya. Penulis menyarankan kepada Gereja agar dalam menjalankan pelayanannya dengan baik. Gereja dapat mengkomunikasikan masalah-masalah yang ada dengan pihak-pihak terkait seperti pemerintah (dinas pertanian dan peternakkan) dan LSM dalam 75

rangka membantu Gereja dalam meningkatkan sumber daya manusia warganya untuk mengolah hasil alam secara tepat. Selain mengkomunikasikan dengan pemerintah dan LSM, Gereja juga dapat menjalin kerja sama dengan Gereja- Gereja tetanga yang ada di sekitar GMIT Betania Oetaman. Dengan kerja sama tersebut GMIT Betania Oetaman dapat berdiskusi dan mencari jalan keluar bagi warganya. Gereja harus dapat mengaktifkan kekuatan-kekuatan atau karunia-karunia yang ada dalam tubuh Gereja sendiri. Dalam hal ini penulis juga memberikan saran kepada sinode GMIT untuk berperan aktif dalam membantu warga untuk menangani masalah-masalah ekonomi. Sinode hendaknya jangan membiarkan Majelis jemaat yang ada di tataran lokal untuk menjalankan peran pemberdayaan tanpa ada peran aktif dari pihak sinode. Penulis juga menyarankan kepada Gereja untuk menggunakan karuniakarunia serta kekuatan-kekuatan ynag dimiliki untuk mengembangkan ekonomi warga jemaat. salah satu contoh Sinode dapat bekerja sama dengan perguruanperguruan tinggi untuk memberikan pengetahuan kepada warga dalam mereka mengembangkan kegiatan ekonomi mereka. Hal lain yang dapat penulis sarankan adalah, majelis jemaat dapat melakukan studi banding, dengan cara membawa beberapa warganya untuk melihat secara langsung cara kerja warga Gereja lain yang dipandang berhasil dalam perekonomian mereka. Dengan studi banding tersebut warga dapat kembali ke daerahnya dan menerapkan apa yang dilihatnya. 76

b. Pemerintah Tugas pemberdayaan ekonomi bukan hanya tugas Gereja, tetapi juga tugas pemerintah. Karena itu penulis menyarankan pada pemerintah agar dapat memenuhi sarana dan prasarana yang berkaitan erat dengan kesejahteraan warga. Dalam hal ini pemerintah hendaknya memperhatikan sarana jalan, memberikan bantuan transportasi kepada warga, dan segera memperbaiki saluran irigasi yang rusak, menambah unit lembaga pendidikan formal di Desa Linamnutu, serta menyediakan unit pasar bagi warga Desa Linamnutu dalam mereka memasarkan hasil usaha mereka. Saran lain yang penulis berikan kepada pemerintah adalah mengaktifkan lembaga-lembaga penyalur modal yang dimiliki pemerintah (koperasi dan bank perkreditan rakyat) baik yang ada di Kecamatan maupun di Kabupaten. c. Warga Jemaat Tugas pemberdayaan bukan saja tugas pemerintah dan Gereja saja, tetapi juga tugas warga jemaat. Jemaat dapat menunjukkan perannya lewat peran aktif mereka terhadap setiap program yang dilakukan Gereja dan pemerintah. Warga juga hendaknya memiliki sikap kritis pada pemberdayan apa bila program yang dijalankan tidak menjawab kebutuhan mereka. Penulis juga menyarankan agar warga jemaat memandang Gereja sebagai lembaga yang dipakai Allah sebagai alat untuk membawa kesejahteraan. Pandangan yang demikian dapat menumbuhkan kerjasama yang baik antara Gereja dan warga jemaatnya. 77