BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VII (Hudowo) RSJ

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB III TINJAUAN TEORI

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM ,

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 di Ruang 2 di RSJD Amino Gondo

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di

BAB III TINJAUAN KASUS. paranoid. Klien bernama Tn.ES, umur 33 th, laki-laki, pendidikan terakrih

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VI (Gatot Kaca) RSJ Amino

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB III TINJAUAN KASUS

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di Ruang VII Rumah Sakit Jiwa

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

LAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB III TINJAUAN KASUS. : Jawa, Indonesia. : 10 Januari 2011 pukul WIB. Semarang

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II TINJAUAN TEORI. Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 januari 2010, pukul WIB di

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

Koping individu tidak efektif

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGONDANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN

BAB III TINJAUAN KASUS. b. Usia : 51 tahun. d. Pekerjaan KK : Buruh lepas (sablonan) e. Alamat : Sambiroto 11 RT 05 RW 07

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah

BAB III TINJAUAN KASUS. Klien masuk RSJD Dr. Aminogondoutomo pada tanggal 14 Januari 2009.

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH


BAB II PENGELOLAAN KASUS

KMSJ Kartu Menuju Sehat Jiwa

BAB III TINJAUAN KASUS

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGONDANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 01 Januari 2008

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. : Hubungan Pelayanan Spiritual Yang Diberikan Perawat Dengan Kepuasan Pasien Diabetes melitus

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAGIAN PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SUMATERA UTARA JL. Tali Air no. 21 Medan PERNYATAAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. P DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

NURSING CARE PLAN (NCP)

LAMPIRAN B DATA SUBJEK DAN KEEMPAT ANAK DI RSJ. SOEHARTO MEERJAN

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA TN. D DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MAESPATI RSJD SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA SDR. B DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG AYODYA RSJD SURAKARTA

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu)

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

4. PENGKAJIAN 1) DATA UMUM Nama kepala keluarga Alamat kepala keluarga Pekerjaan kepala keluarga Pendidikan kepala keluarga Genogram

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 9-01-2008 di ruang VII (Hudowo) RSJ Amino Gondohutomo Semarang, dengan diagnosa medik : skizofrenia tak terinci. Pasien bernama Tn. N, umur 23 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan pasien SMP, pasien tinggal di mangunjiwan, demak, dan pasien dibawa ke RSJ oleh ayahnya, Tn. M, jenis kelamin laki-laki, sebagai penanggung jawab dari pasien selama dirawat di RSJ, pasien masuk pada tanggal 8 Desember 2008. B. Riwayat keperawatan 1. Alasan masuk Menurut keterangan keluarga pada tanggal 8 januari 2008, pasien dibawa ke RSJ karena dirumah, pasien mengamuk, memukul orang dan bicara kasar. Keluarga mengatakan pasien punya keinginan membuka usaha yang dulu bangkrut tapi tidak terlaksana. 2. Faktor predisposisi Dalam keluarga sebelumnya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Kurang lebih 2 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di RSJD Amino Gonda Hutomo Semarang, dengan gejala yang sama selama 3 minggu, kemudian sembuh. Pasien jarang control dan minum obat selama dua bulan terakhir karena pasien mengatakan malas dan jenuh dengan obat. Sebelum sakit pasien aktif mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

baik tetapi karena usaha dagangnya yang bangkrut kurnag lebih 1 tahun lau, pasien jadi renggang hubunagn dengan masyarakat dan keluargapun juga renggang. Pasien jadi mudah marah dan tersinggung. Pasien mengatakan kurang lebih dua tahun lalu pernah mau menikam tapi gagal karena tidak direstui oleh orang tua kekasihnya. 3. Faktor prespitasi Kurang lebih satu bulan yang lalu pasien ditagih hutangnya oleh pihak grosir tapi pasien belum bisa membayar. Pasien merasa bingung jadi mudah marah dan tersinggung. Sehari yang lalu yang nagih datang lagi sama pasien, meminta untuk pasien melunasi hutang-hutangnya. Pasien mengatakan sangat marah dan sempat memukul karena jengkel yang nagih tidak mau disemayani padahal tahu pasien tidak punya uang. 4. Riwayat penyakit sekarang (tanggal 9 desember 2008) Pasien mengatakan bingung, pengen pulang karena takut biaya Rumah Sakit mahal. Pasien mengatakan ingin marah, kenapa hanya bisa buat beban keluarga, pasien juga mengatakan memukul teman seruangan karena jengkel. 1) Tanda vital : tekana darah : 110/70 mmhg, nadi : 80 kali/menit 2) Ukur : tinggi badan : 168 cm, berat badan : 50 kg.

C. Psikososial 1. Genogram Pasien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, pasien mempunyai 4 adik, 2 sudah bekerja dan yang 2 lagi perempuan, yang satu SMA dan SD. Pasien di rumah dididik secara baik oleh orang tuanya. Dalam pengambilan keputusan pasien selalu dimintai pendapat, dirumah yang bertanggungjawab ekonomi adalah ayahnya. Dalam keluarga pasien suka bertukar pendapat dengan orang tua dan adiknya ke-2 dan ke-3 tentang masalah pribadi / usaha pasien. 2. Konsep Diri a. Gambaran Diri Pasien mengatakan dari semua anggota badannya disenangi, pasien mengatakan bagaimana caranya supaya cewek tertarik dan mau menikah dengan pasien. b. Identitas Diri Pasien mengatakan tahu bahwa dirinya laki-laki dan pasien adalah anak pertama dari 5 bersaudara. Pasien mengatakan dulu punya usaha dagang,

sukses dan akhirnya bangkrut, sekarang pasien tidak bisa kerja apa-apa, pasien bingung karena hutangnya banyak dan tidak bisa membayar. c. Peran Diri Pasien sebelum gangguan jiwa punya usaha sembako sukses tapi setelah bangkrut pasien tidak punya kerja lain. Di keluarga sebagai anak pertama tapi tidak bisa Bantu orang tua. Pasien merasa tidak bisa jadi contoh adik-adiknya, pasien merasa dirinya gagal. Dalam kegiatan masyarakat pasien mengatakan jarang ijut karena malu dengan usahanya yang bangkrut. Masalah Keperawatan: Gangguan Konsp Diri;Harga Diri Rendah d. Ideal Diri Pasien mengatakan ingin lagi bisa membangun usaha dagangnya, pasien ingin sukses seperti dulu agar bisa membuat bangga orang tua. e. Harga Diri Rendah Pasien mengatakan dengan usahanya yang bangkrut dan tidak lagi bisa membantu orang tua merasa tidak layak sebagai kakak dan sungkan untuk berkumpul dengan masyarakat. Pasien mengatakan menyesal tidak bisa membantu orang tua tapi malah menjadi beban mereka. Masalah Keperawatan: Ketidak sesuaian peran 3. Hubungan Sosial Pasien jika ada masalah sering cerita dengan ibu dan adik pertamanya. Di masyarakat pasien jarang punya teman karena pasien jarang kumpul dengan warga. Di Rumah Sakit lebih banyak memisahkan diri karena merasa tidak kenal dan malu menceritakan tentang masalahnya usaha yang gagal

4. Spiritual Pasien selalu taat beribadah, di Rumah Sakit juga terlihat tekun ibadahnya. D. Status Mental 1. Penampilan Penampilan pasien tidak rapi, rambut gondrong dan kotor. 2. Pembicaraan Saat menyinggung masalah pasien, pasien bicara tiba-tiba keras, tatapan mata tajam, pasien mengatakan jengkel saat ditanya masalahnya, pasien agresif saat menjawab pertanyaan. Pasien mengatakan Saya orangnya memang suka ngomong keras dan kasar, apalagi saat jengkel di rumah saya juga seperti ini. Masalah Keperawatan: ketidakmampuan mengungkapkan marah secara asertif 3. Aktivitas Motorik Kontak mata tajam, tangan mengepal, pembicaraan tidak focus / mudah beralih. Sebelum dilakukan pengkajian pasien diruangan teriak-teriak dan sempat memukul temannya. Pasien mengatakan jika jengkel suka marah-marah dan berteriak kadang mukul dan ada disekitarnya. Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan 4. Afek Afek pasien sesaat stimulus yang diberikan, ekspresi wajah tegang saat ditanya soal masalahnya. 4.Alam Perasaan Pasien mengatakan bingung dan pusing bagaimana bisa membayar hutanghutangnya, sedangkan dirumah menganggur, apalagi sekarang saya sakit siapa

yang menanggung biaya Rumah Sakit, saya tidak bekerja dan tidak punya uang. Pasien khawatir. 5. Interaksi Selama Wawancara Kontak mata ada, wajah tegang, pasien kooperatif menjawab pertanyaan namun tiba-tiba bicara pasien kasar saat ditanya masalahnya. 6. Persepsi Kurang lebih 2 tahun lalu saat pertama kali dirawat di RSJ pasien mengatakan sering mendengar suara-suara orang menyuruh lari, suara anak yang tidak ada wujudnya itu datang setiap pasien sedang melamun/menjelang tidur tapi sekarang pasien sudah tidak mendengar suara-suara itu lagi. 7. Proses Fikir Pembicaraan pasien bisa dimengerti, pasien sering mengulang pembicaraan tentang masalah pasien yaitu tentang usahanya yang bangkrut. 8. Isi FikirPasien ada gangguan isi fikir yaitu obsesi, pasien mengatakan ingin sekali membuka usaha dagang baru biyar dapat melunasi hutang dan tidak membebani orang tua dan keluarganya lagi. 9. Tingkat Kesadaran Pembicaraan pasien terkadang kacau 10. Memori Pasien dapat mengingat kejadian jangka panjang, pasien mengatakan ± 2 tahun pernah dirawat disini karena ditinggal pacar. 11. Tingkat konsentrasi berhitung

Pasien dapat berkonsentrasi terhadap pertanyaan yang diajukan pasien mampu berhitung 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. pasien mengatakan umurnya 23 th. E. Kebutuhan persiapan pulang 1. Makan Dirumah pasien mau makan tanpa disuruh, di SRJ pasien makan teratur. 2. BAK / BAB Dirumah pasien BAK/BAB pada tempatnya, di RSJ pasien juga selalu BAK/ BAB di tempatnya. 3. Mandi Pasien mengatakan dirumah mandi 2x sehari, dirumah sakit mandi tanpa disuruh.

4. Berpakaian Selama dirumah tidak pernah memperdulikan cara berpakaian/ penampilan, cara berpakaian tidak rapi, di RSJ pasien juga tidak perduli dengan penampilannya. 5. Kebersihan Diri Pasien mandi rutin tapi Kalau tidak diingatkan gosok gigi pasien tidak mau gosok gigi di Rumah Sakit juga. 6. Istirahat dan Tidur Dirumah pasien jarang bisa tidur lebih suka melamun, dirumah sakit pasien bisa tidur malam saja jam 22.00 s/d 05.30 WIB. 7. Penggunaan Obat Setelah pasien pulang dari RSJ pasien suka kontrol, tapi pasien mengatakan jenuh dan malas dengan obat. Pasien mengatakan ± 2 bulan tidak lagi mengkonsumsi obat. Di RSJ harus dipaksa dulu minum obat. F. Mekanisme Koping Pasien mengatakan ingin bisa usaha dagang lagi agar bisa melunasi utang dan membantu orang tua, pasien mengatakan saat di rumah karena tidak ada kesibukan kerja, pasien bingung dan marah-marah, pikiran panas dan akhirnya pasien melampiaskan dengan teriak / memukul apa yang ada disekitar.

G. Masalah Psikososial dan Lingkungan Pasien mengatakan setiap ada masalah tidak pernah bercerita dengan orang lain kecuali ibu dan adiknya / ayah pasien.

H. Penatalaksanaan 1. Laboratorium Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Glukosa 5 waktu Ureum Creatinin Cholesterol total Trigliserid Protein total Albumin SGOT SPGT Uric acid 120 49.9 0.9 146 42 73 4.4 76 38 8.2 Mg / 100 ml Mg / 100 ml Mg / 100 ml Mg / 100 ml Mg / 100 ml Mg / 100 ml Mg / 100 ml Unit / l Unit / l Mg / 100 ml 7-115 10-50 LK 0.6-1.1 150-220 SD / 150 6.3-8.0 3.8-5.1 LK s/d 37 KK : s/d 42 L. 3.5-7.0 P. 2.5-5.7 2. Diagnosa : skizofrenia tak terinci 3. Therapy Medik : - Holoperidol 2x5 mg - Thrihexypenidyl 2x2 mg

I. Analisa Data No. Tgl/jam Data Problem 1 9 Januari 08 Ds : Pasien mengatakan jika kesal pengen Perilaku 13.30 WIB marah dan berteriak - pasien mengatakan dirumah sempat memukul karena yang nagih hutang tidak mau disemayani. - Pasien mengatakan sejak usaha bangkrut jadi mudah marah dan tersinggung. kekerasan - Pasien mengatakan diruangan memukul teman karena jengkel. Do : pasien saat berbicara wajah tegang, tatapan mata tajam, menjawab dengan agresif, pembicaraan tidak fokus, pasien diruangan berteriak-teriak, dan sempat memukul teman. 2 9 Januari 08 Ds : Pasien mengatakan kalau marah Ketidakmampuan bicara saya kasar, kadang sampai mengungkapkan memukul yang ada disekitar saya. marah secara - pasien mengatakan : saya orangnya memang suka bicara keras dan kasar asertif. dirumah saya juga seperti ini apalagi saat jengkel. Do : Pasien waktu bercerita wajah tegang, diruang berteriak-teriak menjawab pertanyaan agresif. 3 9 Januari 08 Ds : Pasien mengatakan sejak usaha Gangguan bangkrut tidak bisa membantu konsep diri, keluarga malah membebani. harga diri rendah Do : Pasien menganggur dan tidak punya

kerja apa-apa. 4 9 Januari 08 Ds : Pasien mengatakan merasa gagal sebagai anak pertama, tidak bisa jadi contoh adik-adiknya. Do : Pasien tidak bisa kerja dan memebntu keluarga dengan kondisinya yang sakit. Ketidaksesuaian peran

J. Pohon Masalah Perilaku kekerasan Core problem Ketidakmampuan mengungkapkan marah secara asertif Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Ketidak sesuaian peran K. Diagnosa 1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan ketidakmampuan mengungkapkan marah secara asertif 2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah, berhubungan dengan ketidaksesuaian peran

Tindakan Keperawatan Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf 09-01-08 jam:09.30 Perilaku kekerasan b/d. wib ketidakmampuan mengungkapkan marah secara asertif TUK : 1.2.3 - mengucap salam - memperkenalkan diri - menanyakan nama dan panggilan yang disukai - menjelaskan tujuan - memberi kesempatan pasien bicara - menanyakan penyebab jengkel/marah pasien. - Menanyakan perasaan yang dialami pasien saat jengkel.marah S: pasien menjawab : nama saya N, mbak mau kita ngomong soal apa? - Pasien mengatakan : saya marah karena kepikiran dagangan yang bangkrut, utang yang menumpuk dan ditambah biaya Rumah Sakit ini. - Pasien mengatakan saat marah pikiran saya panas, bingung, jengkel, saya ingin berteriak/memukul yang ada disekitar saya, dengan begitu saya lega. O: wajah pasien memerah, pandangan mata tajam, nada suara tinggi. - pasien kooperatif menjawab pertanyaan. A: TUK 1,2,3 tercapai - pasien mau menyebutkan nama - pasien mau diajak berinteraksi/bertukar

10-01-08 jam:09.30 Dx. 1 TUK : 4,5,6 - Menanyakan pasien cara marah yang biasa dilakukan. - Menanyakan pasien apa dengan marah yagn dilakukan dapat menyelesaiakan masalah. - Menanyakan apa pikiran. - Pasien menyebutkan penyebab marahnya karena dagangan bangkrut, utang menumpuk dan biaya Rumah Sakit - Pasien menyebutkan tanda-tanda marahnya. P: - lanjut ke TUK 4,5,6 - pasien dapat mengidentifikasi marah yang sering dilakukan. - Pasien dapat mengidentifikasi akibat marah. - Pasien dapat mengidentifikasi cara konstruksi terhadap marah S: Pasien mengatakan Kalau saya marah, pengennya berteriak dan memukul apa yang ada disekitar saya. - pasien mengatakan dengan marah yang saya lakukan saya hanya merasa puas tapi tidak menyelesaikan

akibat dari kemarahannya. - Menanyakan pasien apakah mau cara yang sehat untuk mengatasi marah. - Mengajarkan pasien cara sehat mengontrol marah : 1. saat ingin marah / ingin mukul pasien bisa memukul bantal. 2. dengan melakukan kegiatan atau mengutarakan marahnya dengan teman/orang sekitar tanpa harus berteriak atau memukul. 3. berdoa atau tarik nafas dalam sambil mengucapkan astaghfirullah. masalah - pasien mengatakan kalau saya habis marah (berteriak/mukul), tenggorokan saya sakit, tangan saya sakit, orang yang saya pukl juga marah. - Pasien mengatakan ingin tahu cara marah sehat seperti apa. - Pasien mengatakan jadi saya harus belajar cara marah yang seperti mbak yanti ajarkan. A: TUK 4,5,6 tercapai - pasien mau mengutarakan marah yang biasa dilakukan - pasien mengatakan akibat dari marahnya. - Pasien mengerti dan mau belajar cara marah yang sehat. - TUK 4,5,6 tercapai. O: tidak ada gerakan motorik dari wajah, kaki/ tangan pasien. - pasien kooperatif menjawab pertanyaan.

11-01-08 Jam:10.30 wib Dx. 1 TUK 7-9 - Menyuruh pasien memilih cara yang sehat yang diajarkan untuk mengontrol marah. - Menyuruh pasien mendemonstrasikan cara yang dipilih untuk mengontrol marah. - Menjelaskan manfaat minum obat - Menjelaskan kapan waktu minum obat. - Menjelaskan dosis jenis obat yang harus pasien minum sesuai kebutuhan. P: - Lanjut ke TUK 7-9 - Pasien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol marah. - Pasien dapat menggunakan obat dengan benar. S: pasien mengatakan saya akan memilih cara marah yang sehat dengan memukul bantal. - pasien mengatakan jadi obat yang harus saya minum jambon dan putih,saya akan minum obat rutin dan tepat waktu pagi, sore, malam, saya ingin cepat sembuh dan tidak marah-marah lagi. O: pasien mendemonstrasikan cara marah dengan memukul bantal. A: TUK 7-9 tercapai - Pasien mau mendemonstrasikan salah satu marah yang sehat yang telah diajarkan

- Pasien mengerti manfaat, jenis dan waktu kapan pasien harus minum obat. P: - Lanjut ke TUK 8 - Pasien dapat dukungan keluarga untuk mengontrol marah. 12-01-08 Gangguan konsep TUK 1,2,3 S: pasien mengatakan jam:08.30 diri harga diri - membina hubungan dirumah suka bersih- rendah saling percaya bersih, nyapu, nyuci - menanyakan baju, kadang saya suka kemampuan positif adzan di masjid. yang dimiliki di - pasien mengatakan rumah dirumah sakit kadang - menanyakan saya nyapu, Bantu kemampuan dan mbak perawat nyapu mendiskusikan dan merapikan tempat kemampuan positif tidur. yang dapat digunakan O: pasien pagi-pagi di Rumah Sakit. membantu perawat merapikan tempat tidur. - pasien mencatat kegiatan yang dilakukan di rumah A: TUK 1,2,3 tercapai - pasien mau mengungkapkan kemampuan yang dapat digunakan dirumah dan di Rumah

13-01-08 jam:10.30 Dx. 1 TUK 8 - menanyakan keluarga bagaimana kemampuan keluarga dari sikap yang telah dilakukan dirumah Menjelaskan tanda pasien marah : 1. mata melotot 2. muka merah 3. tangan mengepal/ ada gerakan pad muka yang menunjukkan permusuhan. 4. nada suara tinggi Sakit. P: - lanjut TUK 4, 5, 6 - pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai jadwal. - Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit. - Pasien dapat dukungan dari keluarga - Mendelegasikan TUK 4,5,6 pada poerawat jaga S: keluarga mengatakan saat pasien marah sikap keluarga hanya mendiamkan, kadang ikut memarahi pasien. - keluarga mengatakan tanda marah yang mbak jelaskan tadi persis dengan tanda saat anak saya mau marah, muka merah, mata melotot, suara kasar, kadang sampai memukul. - Keluarga mengatakan jadi mbak, kalo nanti anak saya marah, saya

- melatih keluarga cara mengajari pasien marah yang sehat dengan : 1. memberikan kegiatan 2. latih untuk ambil nafas dalam 3. menyuruh pasien mengutarakan marah dan apa penyebabnya. 4. menyuruh pasien berdoa dengan membaca istighfar 5. menyuruh melampiaskan marah dengan memukul bantal. - Menganjurkan pada keluarga memilih cara melatih anak marah dan membantu keluarga mendemonstrasikan. - Mengajurkan pada keluarga untuk mengawasi pasien rutin minum obat. tidak boleh mendiamkan / marah, tapi harus mengajari anak saya marah yang sehat seperti yang mbak ajarkan. - Keluarga mengatakan saya ingin mencoba bagaimana cara menanyakan sebab anak marah. - Keluarga mengatakan anak saya disini marah karena ingin pulang dan takut biaya Rumah Sakit mahal. - Keluarga mengatakan saya akan selalu mengawasi anak saya rutin minum obat. O: keluarga kooperatif - keluarga mendemonstrasikan cara menanyakan penyebab anak marah. A: TUK 8 tercapai - keluarga mengungkapkan sikap yang dilakukan saat anak marah. - Keluarga memilih dan

mendemonstrasikan cara marah yang sehat kepada anaknya. P: - keluarga dapat mendemonstrasikancara lain yang diajarkan untuk melatih anak cara marah yang sehat. - lanjut ke-tuk 10 pasien dapat dukungan dari lingkungan untuk mengontrol marah - mendelegasikan TUK 10 ke perawat jaga.

EVALUASI.Pada diagnosa pertama yaitu prilaku kekerasan dilakukan evaluasi pada tanggal 13-01- 2008dengan melakukan TUK 8 klien dapat dukungan dari keluarga.. Data subyektif yang di dapat keluarga mau mengajarkan pasien bagaimana cara marah yang sehat dengan menanyakan apa yang mengakibatkan marahnya, dan keluarga juga mengatakan saat pasien marah tidak akan mendiamkan dan memarahi tetapi akan mengajarkan bagaimana marh yang sehat. keluarga mengatakan senang bisa bertemu dengan pasien dan lega sudah mengerti masalah yang dihadapi pasien Data obyektif yang di dapat keluarga kooperatif dan tersenyum, keluarga mau mengerti kondisi pasien. Sedangkan evaluasi yang di dapat pada pasien yaitu pasien tenang, bicara dengan nada rendah tidak agresif, kontak mata ada. pasien mengungkapkan masalah yang membuatnya marah. Pada TUK 9 yaitu klien dapat minum obat dengan benar sudah dilakukan rada tanggal 11-01- 2008, sedangkan padatuk 10 perawat tidak melaksanakan sesuai intervensi kemudian mendekegasikan keperawat jaga. Pada diagnosa kedua yaitu gangguan konsep dari harga diri raendah dilakukan evaluasi pada tanggal 12-01- 2008 dengan melakukan TUK 1,2,3 yaitu Pasien mengungkapkan kemampuan yang positif yang dimiliki di rumah dan kemampuan yang dapat di lakukan di rumah sakit dengan data subyektif pasien mengatakan di rumah saya suka bersih-bersih, nyuci baju kadang adzan di masjid,sedangkan di rumah sakit pasien kadang menyapu dan membantu perawat merapikan tempat tidur. Data obyektif yang di dapat pagi- pagi rasien memabantu perawat merapikan tempat tidur, pasien mencatat kegiatan yang dapat dilakukan druamah dan di rumah salit. Pada TUK 4, 5, 6 perawat tidak menyelesaikan sesuai intervensi kemudian mendelegasikan ke perawat jaga