48 BAB IV ANALISIS DATA Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor pada KAP di Yogyakarta. Sesuai dengan permasalahan dan perumusan model yang telah dikemukakan, serta kepentingan pengujian hipotesis, maka teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif yaitu analisis yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul dengan menyajikan data dalam bentuk persentase. Sedangkan analisis kuantitatif yaitu analisis yang terdiri dari angka-angka dan perhitungan dengan metode statistik. 4.1 Analisis Deskriptif 4.1.1 Deskripsi Responden Jumlah responden yang dapat menjadi subyek penelitian berkaitan dengan partisipasinya dalam penelitian ini adalah sebanyak 7 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta. Adapun rincian hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.1.
49 No. Tabel 4.1 Distribusi Kuesioner Kuesioner Nama KAP yang disebar Kuesioner yang kembali Kuesioner yang bisa diolah 1. KAP Bismar, Muntalib & Yunus 7 5 5 2. KAP Drs. Henry & Sugeng 7 4 4 3. KAP Drs. Soeroso Donosapoetro 7 7 5 4. KAP Kumalahadi & Sugeng Pamudji 7 5 5 5. KAP Hadori Sugiarto Adi & Rekan 7 5 5 6. KAP Drs. Hadiono 7 5 4 7. KAP M. Kuncara Budi Santosa 7 6 6 Jumlah 49 37 34 Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa dari 49 kuesioner yang disebar di 7 KAP di Yogyakarta, 37 kuesioner yang kembali dan hanya 3 kuesioner yang rusak sehingga diperoleh sampel sebanyak 34 responden. 4.1.2 Karakteristik Responden Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin dan jabatan/posisi responden pada tempat bekerjanya. Karakteristik responden tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil jawaban responden tentang jenis kelamin dapat disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.2 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin/Gender Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Pria 18 52,9% Wanita 16 47,1% Jumlah 34 100%
50 Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah pria sebanyak 18 responden atau 52,9% dan wanita sebanyak 16 responden atau 47,1%. Hal ini menunjukkan bahwa auditor sebagian besar adalah pria. 2. Berdasarkan Umur/Usia Tabel 4.3 menyajikan karakteristik responden berdasarkan hasil jawaban responden tentang umur/usia responden dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur/Usia Usia Jumlah Persentase (%) <25 tahun 7 20,6% 25-35 tahun 22 64,7% >35 tahun 5 14,7% Jumlah 34 100% Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa auditor yang berumur kurang dari 25 tahun sebanyak 7 responden atau (20,6%), auditor yang berumur 25-35 tahun sebanyak 22 responden atau (64,7%) dan auditor yang berumur lebih dari 35 tahun sebanyak 5 responden atau (14,7%). 3. Berdasarkan Jabatan Tabel 4.4 menyajikan karakteristik responden berdasarkan hasil jawaban responden tentang jabatan responden dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan Jabatan Jumlah Persentase (%) Managing partner 11 32,4% Partner 12 35,3% Manager 8 23,5% Supervisor 3 8,8% Jumlah 34 100%
51 Melalui tabel 4.4 diatas, dapat diketahui bahwa managing partner sebanyak 11 responden atau (32,4%), partner sebanyak 12 responden atau (35,3%), manager sebanyak 8 responden atau (23,5%) dan supervisor sebanyak 3 responden atau (8,8%). 4. Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.5 menyajikan karakteristik responden berdasarkan hasil jawaban responden tentang pendidikan responden dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah Persentase (%) S1 26 76,5% S2 6 17,6% S3 2 5,9% Jumlah 34 100% Melalui tabel 4.5 diatas, dapat diketahui bahwa S1 sebanyak 26 responden atau (76,5%), S2 sebanyak 6 responden atau (17,6%) dan S3 sebanyak 2 responden atau (5,9%). 5. Berdasarkan pengalaman Bekerja Tabel 4.6 menyajikan karakteristik responden berdasarkan hasil jawaban responden tentang pengalaman bekerja responden dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Pengalaman Frequency Percent Valid Cumulative Percent Percent Valid <5 tahun 26 76.5 76.5 76.5 5-10 tahun 7 20.6 20.6 97.1 >10 tahun 1 2.9 2.9 100.0 Total 34 100.0 100.0
52 Tabel 4.6 menyajikan karakteristik responden berdasarkan hasil jawaban responden berdasarkan pengalaman, bahwa responden yang bekerja kurang dari 5 tahun sebanyak 26 orang atau 76,5 %. Responden yang bekerja 5-10 tahun sebanyak 7 orang atau 20,6 %. Dan responden yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun berjumlah 1 orang atau 2,9 %. 6. Berdasarkan Penugasan Tabel 4.7 menyajikan karakteristik responden berdasarkan hasil jawaban responden tentang banyaknya penugasan responden dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Penugasan Penugasan Jumlah Persentase (%) <5 tahun 5 penugasan 14,7% 5-10 tahun 12 penugasan 35,3% >10 tahun 17 penugasan 50% Jumlah 34 penugasan 100% Melalui tabel 4.7 diatas, dapat diketahui bahwa responden yang bekerja selama kurang dari 5 tahun sebanyak 5 penugasan atau (14,7%), responden yang bekerja selama 5-10 tahun sebanyak 12 penugasan atau (35,3%), dan responden yang bekerja selama lebih dari 10 tahun sebanyak 17 penugasan atau (50%). 7. Berdasarkan Kode Etik Tabel 4.8 menyajikan karakteristik responden berdasarkan hasil jawaban responden tentang keikutsertaan pengetahuan mengenai kode etik responden dapat disajikan dalam tabel berikut:
53 Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Kode Etik Keikutsertaan pengetahuan Jumlah Persentase (%) mengenai kode etik Belum pernah 1 2,9% Pernah 33 97,1% Jumlah 34 100% Melalui tabel 4.8 diatas, dapat diketahui bahwa responden yang belum pernah mengikuti pendalaman pengetahuan mengenai kode etik sebanyak 1 responden (2,9%), dan responden yang pernah mengikuti pendalaman pengetahuan mengenai kode etik sebanyak 33 responden atau (97,1%). 8. Berdasarkan Tempat Keikutsertaan Kode Etik Tabel 4.9 menyajikan karakteristik responden berdasarkan hasil jawaban responden tentang tempat keikutsertaan kode etik responden dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Keikutsertaan Kode Etik Tempat keikutsertaan kode etik Jumlah Persentase (%) Bangku kuliah 7 20,6% Kursus akuntansi 27 79,4% Jumlah 34 100% Melalui tabel 4.9 diatas, dapat diketahui bahwa responden yang mendalami kode etik di bangku kuliah sebanyak 7 responden atau (20,6%), dan responden yang mendalami kode etik sewaktu kursus akuntansi sebanyak 27 responden atau (79,4%). 4.1.3 Deskriptif Variabel Penelitian Analisis ini menjelaskan tentang deskriptif penilaian responden terhadap variabel penelitian yang terdiri dari pengalaman, kompetensi, etika, situasi audit dan
54 independensi terhadap skeptisisme profesional auditor. Penilaian terhadap variabel penelitian ini diukur dengan skor terendah 1 (sangat tidak setuju), dan skor tertinggi adalah 5 (sangat setuju). Sehingga dalam menentukan kriteria penilaian konsumen terhadap variabel penelitian dapat dilakukan dengan interval sebagai berikut: Skor persepsi terendah adalah : 1 Skor persepsi tertinggi adalah : 5 Interval = = 0,80 Sehingga diperoleh batasan persepsi adalah sebagai berikut: 1,00 1,80 = Sangat rendah 1,81 2,60 = Rendah 2,61 3,40 = Cukup 3,41 4,20 = Tinggi 4,21 5,00 = Sangat Tinggi Hasil analisis deskripsi terhadap variabel penelitian dapat ditunjukkan dengan tabel berikut: Tabel 4.10 Hasil Analisis Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Pengalaman 34 3.00 5.00 3.7353.50730 Kompetensi 34 3.00 5.00 3.6176.42454 Etika 34 1.89 5.00 3.2712.80968 Situasi Audit 34 2.08 5.00 1.1199.21034 Independensi 34 2.99 5.00 3.5989.48564 Skeptisisme 34 2.10 5.00 3.1235.68216 Profesional Auditor Valid N (Listwise) 34
55 Dari tabel 4.10 dapat diketahui tanggapan dari 34 responden rata-rata memiliki penilaian yang tinggi terhadap pengalaman, yang ditunjukkan dengan nilai ratarata sebesar 3,7353 yang berada pada interval 3,41 4,20. Hal ini menunjukkan bahwa akuntan publik disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya. Dari tabel 4.10 dapat diketahui tanggapan dari 34 responden rata-rata memiliki penilaian yang tinggi terhadap kompetensi, yang ditunjukkan dengan nilai ratarata sebesar 3,6176 yang berada pada interval 3,41-4,20. Hal ini menunjukkan bahwa akuntan publik harus memahami dan melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang relevan, memiliki pendidikan formal yang sesuai dengan deskripsi pekerjaan, memiliki pengalaman yang memadai dalam melakukan audit, dan pernah mengaudit perusahaan yang go publik. Dari tabel 4.10 dapat diketahui tanggapan dari 34 responden rata-rata memiliki penilaian yang cukup terhadap etika, yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 3,2712 yang berada pada interval 2,61 3,40. Hal ini disebabkan karena etika berkaitan erat dengan moral dan nilai-nilai yang berlaku. Termasuk para auditor didalamnya, diharapkan oleh masyarakat untuk bertindak dengan prinsip moral yang ada, jujur, adil dan tidak memihak serta mengungkapkan laporan keuangan sesuai dengan kondisi sebenarnya. Dari tabel 4.10 dapat diketahui tanggapan dari 34 responden rata-rata memiliki penilaian yang sangat rendah terhadap situasi audit, yang ditunjukkan dengan nilai
56 rata-rata sebesar 1,1199 yang berada pada interval 1,00 1,80. Hal ini disebabkan karena suatu penugasan audit, auditor dihadapkan pada keadaan yang mengandung resiko rendah dan keadaan resiko tinggi. Dari tabel 4.10 dapat diketahui tanggapan dari 34 responden rata-rata memiliki penilaian yang tinggi terhadap independensi, yang ditunjukkan dengan nilai ratarata sebesar 3,5989 yang berada pada interval 3,41 4,20. Hal ini disebabkan karena adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Salah satu penyebab dari suatu kegagalan audit adalah rendahnya skeptisisme profesional, sehingga akan menimbulkan kepekaan auditor terhadap kecurangan baik yang nyata maupun yang berupa potensi. 4.2 Hasil Uji Kualitas Data Penelitian mengukur variabel dengan menggunakan instrument dalam kuesioner, jadi harus diuji kualitas datanya dalam uji validitas dan uji reliabilitas. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bahwa instrument tersebut valid dan reliabel terhadap variabel yang akan diukur, sehingga penelitian ini bisa mendukung hipotesis yang diajukan. 4.2.1 Uji Validitas Uji validitas ditunjukkan dengan koefisien korelasi antar skor masing-masing item pertanyaan dengan skor total. Dari hasil uji validitas yang dilakukan dengan bantuan program SPSS menunjukkan bahwa koefisien korelasi product moment
57 untuk setiap item butir pertanyaan dengan skor total variabel pengalaman (X 1), kompetensi (X 2), etika (X 3), situasi audit (X 4) dan independensi (X 5) terhadap skeptisisme profesional auditor (Y) signifikan pada tingkat signifikansi 0,05. Secara ringkas hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini: Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Item Signifikansi Keterangan Pengalaman (X1) P1 0,00 Valid P2 0,00 Valid P3 0,00 Valid Kompetensi (X 2 ) KO1 0,00 Valid KO2 0,00 Valid KO3 0,00 Valid KO4 0,00 Valid KO5 0,00 Valid KO6 0,00 Valid KO7 0,00 Valid Etika (X 3) ET1 0,00 Valid ET2 0,00 Valid ET3 0,00 Valid ET4 0,00 Valid ET5 0,00 Valid ET6 0,00 Valid ET7 0,00 Valid ET8 0,00 Valid ET9 0,00 Valid Situasi Audit (X 4) AU1 0,00 Valid AU2 0,00 Valid AU3 0,00 Valid AU4 0,00 Valid AU5 0,00 Valid Independensi (X 5) IN1 0,00 Valid IN2 0,00 Valid IN3 0,00 Valid IN4 0,00 Valid IN5 0,00 Valid Skeptisisme Profesional Auditor (Y) SPA1 0,00 Valid SPA2 0,00 Valid SPA3 0,00 Valid SPA4 0,00 Valid SPA5 0,00 Valid
58 Sumber: Data primer Diolah, 2015 SPA6 0,00 Valid SPA7 0,00 Valid SPA8 0,00 Valid SPA9 0,00 Valid SPA10 0,00 Valid SPA11 0,00 Valid SPA12 0,00 Valid SPA13 0,00 Valid SPA14 0,00 Valid SPA15 0,00 Valid SPA16 0,00 Valid SPA17 0,00 Valid SPA18 0,00 Valid SPA19 0,00 Valid SPA20 0,00 Valid Berdasarkan tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa seluruh butir pertanyaan dinyatakan valid dan bisa digunakan dalam pengujian hipotesis karena koefisien korelasi product moment untuk setiap item butir pernyataan dengan skor total variabel pengalaman (X1), kompetensi (X2), etika (X3), situasi audit (X4) dan independensi (X5) terhadap skeptisisme profesional auditor (Y) signifikan pada tingkat signifikansi 0,05. Dengan demikian data yang diperoleh dapat mengukur ketepatan dan akurasi alat ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya. 4.2.2 Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji kestabilan dan konsistensi instrument dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas setiap variabel dengan menggunakan Cronbarch Alpha. Data yang diperoleh dapat dikatakan reliabel apabila nilai Cronbarch Alpha lebih besar dari 0,60 (Ghozali, 2007). Hasil dari pengujian ini terlihat pada tabel 4.12 berikut ini:
59 Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Nilai Cronbach Kesimpulan Alpha Pengalaman (X 1) 0,814 Reliabel Kompetensi (X 2) 0,779 Reliabel Etika (X3) 0,757 Reliabel Situasi Audit (X 4) 0, 713 Reliabel Independensi (X5) 0,762 Reliabel Skeptisisme Profesional Auditor (Y) 0,766 Reliabel Berdasarkan ringkasan hasil uji reliabilitas seperti yang terangkum dalam tabel 4.12 diatas, dapat diketahui bahwa nilai koefisien Cronbach Alpha pada masingmasing variabel nilainya lebih besar dari 0,60 maka dapat disimpulkan semua butir pertanyaan dalam variabel penelitian adalah reliabel. 4.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda (Analisis Kuantitatif) Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji kekuatan pengaruh pengalaman, kompetensi, etika, situasi audit dan independensi terhadap skeptisisme profesional auditor. Analisis regresi linier berganda dengan rumus: Keterangan: Y = β 0 + β 1X 1 + β 2X 2 + β 3X 3 + β 4X 4 + β 5X 5 + e Y β0 = Skeptisisme Profesional = Konstanta β1 β5 = Koefisien Regresi X 1 X 2 X 3 X 4 = Pengalaman = Kompetensi = Etika = Situasi Audit
60 X 5 e = Independensi = Error Term Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for Windows. Berdasarkan hasil dari pengolahan data dengan program SPSS, maka dapat diketahui besarnya nilai koefisien regresi. Hasil pengolahan data dengan menggunakan model regresi dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini: Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Regresi Linier Berganda Variabel Koef. Regresi t hitung Sig t Keterangan Konstanta -1,555 Pengalaman (X 1).404 2.763.010 Signifikan Kompetensi (X 2).476 2.624.014 Signifikan Etika (X 3).202 2.076.047 Signifikan Situasi audit (X4).534 3.540.001 Signifikan Independensi (X 5).312 2.981.032 Signifikan R 2.709 Apabila memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier berganda maka didapat persamaan variabel-variabel yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor sebagai berikut: Y = -1,555+0,404X 1+0,476X 2+0,202X 3+0,534X 4+0,312X 5 1. Koefisien Konstanta (β0) Nilai konstanta sebesar -1,555 yang berarti bahwa jika tidak ada perubahan pada variabel bebas yang terdiri dari variabel pengalaman (X1), kompetensi (X 2), etika (X 3), situasi audit (X 4) dan independensi (X 5) yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor maka skeptisisme profesional auditor akan mempunyai nilai sebesar -1,555.
61 2. Koefisien Pengalaman (X 1) Variabel pengalaman (X 1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap skeptisisme profesional auditor, dengan koefisien regresi sebesar 0,404 yang artinya apabila variabel pengalaman meningkat, maka skeptisisme profesional auditor akan meningkat sebesar 0,404 satuan dengan asumsi bahwa variabel kompetensi (X 2), etika (X 3), situasi audit (X 4) dan independensi (X 5) terhadap skeptisisme profesional auditor dalam kondisi konstan. Dengan adanya pengaruh yang positif ini, berarti bahwa antara variabel pengalaman dan skeptisisme profesional auditor menunjukkan hubungan yang searah. Jika variabel pengalaman semakin meningkat mengakibatkan skeptisisme profesional auditor akan meningkat, begitu pula sebaliknya jika pada variabel pengalaman semakin menurun maka skeptisisme profesional auditor akan semakin menurun. 3. Koefisien Kompetensi (X 2) Variabel kompetensi (X 2) mempunyai pengaruh yang positif terhadap skeptisisme profesional auditor, dengan koefisien regresi sebesar 0,476 yang artinya apabila variabel kompetensi meningkat, maka skeptisisme profesional auditor akan meningkat sebesar 0,476 satuan dengan asumsi bahwa variabel pengalaman (X 1), etika (X 3), situasi audit (X 4) dan independensi (X 5) dalam kondisi konstan. Dengan adanya pengaruh yang positif ini, berarti bahwa antara variabel kompetensi dan skeptisisme profesional auditor menunjukkan hubungan yang searah. Jika variabel kompetensi semakin meningkat mengakibatkan skeptisisme profesional auditor akan meningkat, begitu pula
62 sebaliknya jika pada variabel kompetensi semakin menurun maka skeptisisme profesional auditor akan semakin menurun. 4. Koefisien Etika (X 3) Variabel Etika (X 3) mempunyai pengaruh yang positif terhadap skeptisisme profesional auditor, dengan koefisien regresi sebesar 0,202 yang artinya apabila variabel etika meningkat, maka skeptisisme profesional auditor akan meningkat sebesar 0,202 satuan dengan asumsi bahwa variabel pengalaman (X1), kompetensi (X2), situasi audit (X4) dan independensi (X5) dalam kondisi konstan. Dengan adanya pengaruh yang positif ini, berarti bahwa antara variabel etika dan skeptisisme profesional auditor menunjukkan hubungan yang searah. Jika variabel etika semakin meningkat mengakibatkan skeptisisme profesional auditor akan meningkat, begitu pula sebaliknya jika pada variabel etika semakin menurun maka skeptisisme profesional auditor akan semakin menurun. 5. Koefiisien Situasi Audit (X 4) Variabel Situasi Audit (X 4) mempunyai pengaruh yang positif terhadap skeptisisme profesional auditor, dengan koefisien regresi sebesar 0,534 yang artinya apabila variabel situasi audit meningkat, maka skeptisisme profesional auditor akan meningkat sebesar 0,534 satuan dengan asumsi bahwa variabel pengalaman (X 1), kompetensi (X 2), dan etika (X 3) dan independensi (X 5) dalam kondisi konstan. Dengan adanya pengaruh yang positif ini, berarti bahwa antara variabel situasi audit dan skeptisisme profesional auditor menunjukkan hubungan yang searah. Jika variabel situasi audit semakin
63 meningkat mengakibatkan skeptisisme profesional auditor akan meningkat, begitu pula sebaliknya jika pada variabel situasi audit semakin menurun maka skeptisisme profesional auditor akan semakin menurun. 6. Koefisien Independensi (X 5) Variabel Independensi (X 5) mempunyai pengaruh yang positif terhadap skeptisisme profesional auditor, dengan koefisien regresi sebesar 0,312 yang artinya apabila variabel independensi meningkat, maka skeptisisme profesional auditor akan meningkat sebesar 0,312 satuan dengan asumsi bahwa variabel pengalaman (X 1), kompetensi (X 2), etika (X 3) dan situasi audit (X 4) dalam kondisi konstan. Dengan adanya pengaruh yang positif ini, berarti bahwa antara variabel independensi dan skeptisisme profesional auditor menunjukkan hubungan yang searah. Jika variabel independensi semakin meningkat mengakibatkan skeptisisme profesional auditor akan meningkat, begitu pula sebaliknya jika pada variabel independensi semakin menurun maka skeptisisme profesional auditor akan semakin menurun. 4.3 Hasil Uji Hipotesis 4.3.1 Pengujian Koefisien Determinasi (R 2 ) Untuk menunjukkan berapa persen variabel skeptisisme profesional auditor dapat dijelaskan oleh kelima variabel pengalaman, kompetensi, etika, situasi audit dan independensi yaitu menggunakan nilai koefisien determinasi. Dari tabel 4.13 dapat diketahui R 2 (koefisien determinasi atau R Square) sebesar 0,709. Dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,709, maka dapat diartikan bahwa 70,9%
64 kualitas audit dijelaskan oleh variabel pengalaman, kompetensi, etika, situasi audit dan independensi. Sedangkan sisanya sebesar 29,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan di dalam model penelitian. 4.3.2 Uji Statistik t Berdasarkan tabel 4.14 di bawah ini dapat diketahui nilai sig t untuk masingmasing variabel bebasnya dan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dengan cara sig t lebih kecil dari 0,05 atau (sig thitung < 0,05). Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Uji t Variabel thitung Sig t Keterangan Pengalaman (X1) 2.763.010 Signifikan Kompetensi (X 2) 2.624.014 Signifikan Etika (X 3) 2.076.047 Signifikan Situasi audit (X 4) 2.540.001 Signifikan Independensi (X 5) 2.421.011 Signifikan 1. Pengujian sig t pada variabel pengalaman Pengujian yang menggunakan tingkat signifikan sebesar = 5%, dengan hasil perhitungan pada regresi berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 2,763 dengan signifikansi 0,010. Sehingga dapat diketahui sig t hitung < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap skeptisisme profesional auditor, hipotesis pertama terbukti.
65 2. Pengujian sig t pada variabel kompetensi Pengujian yang menggunakan tingkat signifikan sebesar = 5%, dengan hasil perhitungan pada regresi berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 2,624 dengan signifikansi 0,014. Sehingga dapat diketahui sig t hitung < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kompetensi secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap skeptisisme profesional auditor, hipotesis kedua terbukti. 3. Pengujiian sig t pada variabel etika Pengujian yang menggunakan tingkat signifikan sebesar = 5%, dengan hasil perhitungan pada regresi berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 2,076 dengan signifiikansi 0,047. Sehingga dapat diketahui sig t hitung < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel etika secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap skeptisisme profesional auditor, hipotesis ketiga terbukti. 4. Pengujian sig t pada variabel situasi audit Pengujian yang menggunakan tingkat signifikan sebesar = 5%, dengan hasil perhitungan pada regresi berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 3,540 dengan signifikansi 0,001. Sehingga dapat diketahui sig t hitung < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel situasi audit secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap skeptisisme profesional auditor, hipotesis keempat terbukti.
66 5. Pengujian sig t pada variabel independensi Pengujian yang menggunakan tingkat signifikan sebesar = 5%, dengan hasil perhitungan pada regresi berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 2,421 dengan signifikansi 0,011. Sehingga dapat diketahui sig t hitung < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independensi secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap skeptisisme profesional auditor, hipotesis kelima terbukti. 4.4 Pembahasan Pengaruh Pengalaman, Kompetensi, Etika, Situasi Audit dan Independensi Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor Secara Parsial/Individu 4.4.1 Pengaruh Pengalaman (X1) Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor (Y) Hasil uji parsial (t test) menunjukkan bahwa pengalaman auditor berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor. Suraida (2005) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Hal ini disebabkan karena pengalaman kerja dianggap sebagai faktor penting dalam memprediksi dan menilai kinerja auditor dalam melakukan pemeriksaan. Pengalaman seorang auditor juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor karena auditor yang lebih berpengalaman dapat mendeteksi adanya kecurangan-kecurangan pada laporan keuangan seperti siklus persediaan dan pergudangan, hal ini disebabkan karena
67 auditor berpengalaman lebih skeptis dibandingkan dengan auditor yang tidak berpengalaman. Pengalaman yang dimaksudkan disini adalah pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan. Semakin tinggi pengalaman yang dimiliki oleh auditor maka semakin tinggi pula skeptisisme profesional auditornya (Gusti dan Ali, 2008). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suraida (2005), Sukriah (2008), Matondang (2010), Muhammad (2013) yang menunjukkan bahwa pengalaman berpengaruh signifikan terhadap skeptisisme profesional auditor, artinya apabila terjadi perubahan sedikit saja pada variabel pengalaman maka akan langsung terjadi perubahan yang berarti pada variabel skeptisisme profesional auditor. Semakin bertambahnya pengalaman seorang auditor maka skeptisisme profesional dalam menjalankan profesinya semakin meningkat juga. 4.4.2 Pengaruh Kompetensi (X 2) Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor (Y) Hasil uji parsial (t test) menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor. Kompetensi profesional dibutuhkan oleh auditor untuk menjaga mutu dan menambah keahlian profesional dalam mengaudit laporan. Masyarakat sangat menghargai profesi yang menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan anggota profesi, karena dengan demikian masyarakat akan merasa terjamin untuk memperoleh jasa yang dapat diandalkan dari profesi yang bersangkutan.
68 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suraida (2005), Sukriah (2008), Matondang (2010) yang menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh penting terhadap skeptisisme profesional auditor secara parsial. Hal ini mengandung arti bahwa semakin tinggi kompetensi yang dimiliki akuntan publik, maka tingkat skeptisisme profesional auditor juga semakin tinggi. 4.4.3 Pengaruh Etika (X 3) terhadap Skeptisisme Profesional Auditor (Y) Hasil uji parsial (t test) menunjukkan bahwa etika berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor. Etika profesional dibutuhkan oleh auditor untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit. Pengembangan kesadaran etis memainkan peranan kunci dalam semua area profesi akuntan, termasuk dalam melatih sikap skeptisisme profesional auditor. Menurut Sukriah (2008) sebagai auditor profesional, harus memiliki moral yang baik, jujur, obyektif, dan transparan. Hal ini membuktikan bahwa etika menjadi faktor penting bagi auditor dalam menjalankan skeptisisme profesional auditor. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suraida (2005) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara etika dengan skeptisisme profesional auditor yaitu jika auditor memiliki etika yang tinggi maka skeptisisme profesional auditor juga akan meningkat. 4.4.4 Pengaruh Situasi Audit (X 4) terhadap Skeptisisme Profesional Auditor (Y) Hasil uji parsial (t test) menunjukkan bahwa situasi audit berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor. Auditor bertanggung jawab atas
69 pemeriksaan atau audit laporan keuangan dengan memberikan opini atas informasi yang diauditnya. Auditor sebagai profesi yang dituntut untuk memberikan opini yang tepat. Situasi audit mempunyai resiko tinggi sehingga mempengaruhi auditor untuk meningkatkan komunikasi yang baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gusti dan Ali (2008) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara situasi audit dengan skeptisisme profesional auditor, semakin tinggi resiko yang dihadapi auditor dalam suatu situasi maka skeptisisme profesionalnya semakin meningkat. 4.4.5 Pengaruh Independensi (X 5) terhadap Skeptisisme Profesional Auditor (Y) Hasil uji parsial (t test) menunjukkan bahwa independensi berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Independen bagi seorang akuntan publik artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian, auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Independensi dalam kenyataan akan ada apabila pada kenyataanya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan audit (Yusuf, 2013).
70 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Matondang (2010), Muhammad (2013) yang menunjukkan ada kesamaan pola bahwa auditor memang harus memahami independensi, dan memang ada pengaruh antara independensi dan skeptisisme profesional auditor, karena semakin tinggi independensinya maka semakin tinggi pula skeptisisme profesional auditornya.