BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

3 Metodologi Penelitian

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2012 sampai Agustus 2013,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

Bab III Metodologi Penelitian

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

BAB 3 METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK DARI MODIFIKASI KIMIA FILM GELATIN DENGAN FORMALDEHIDA DAN GLUTARALDEHIDA

Metodologi Penelitian

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULAN

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai November

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Metodologi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan April 2010 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan maret sampai juli 2013, dengan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa

3 Metodologi Penelitian

4 Hasil dan pembahasan

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Hasil dan Pembahasan

BAB III. METODE PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

IV. METODE PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4. Hasil dan Pembahasan

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

Bab IV Hasil dan Pembahasan

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan

4 Hasil dan Pembahasan

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB 3 METODE PERCOBAAN. - Heating mantle - - Neraca Analitik Kern. - Erlenmeyer 250 ml pyrex. - Beaker glass 50 ml, 250 ml pyrex. - Statif dan klem -

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. percampuran natrium alginat-kitosan-kurkumin dengan magnetic stirrer sampai

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film. Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi:

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

4. Hasil dan Pembahasan

Transkripsi:

18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate Cimarec Magnetic Stirer - Statif dan klem - Oven Carbolite Plat Kaca - Seperangkat alat SEM JSM-35 C Shumandju Seperangkat alat Uji Tarik GOTECH AL 7000 M 3.2 Bahan Bahan Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Bahan Merek Gelatin merck Aquadest - Gliserol merck Formaldehida merck Glutaraldehida merck

19 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Pembuatan Larutan 3.3.1.1 Larutan Formaldehida 3,13 % Sebanyak 8,45 ml formaldehida 37 % diencerkan dengan aquades dalam labu takar 100 ml hingga garis batas, dihomogenkan. 3.3.1.2 Larutan Glutaraldehida 1 % Sebanyak 11,76 ml glutaraldehida 40 % diencerkan dengan aquades dalam labu takar 100 ml hingga garis batas, dihomogenkan. 3.3.2 Uji Reaksi dengan Analisis Spektroskopi FT-IR 3.3.2.1 Gelatin sebagai Blanko Gelatin sebanyak 5 gram dimasukkan kedalam beaker gelas dilarutkan dalam 100 ml aquades, diaduk dengan stirrer selama 1 jam, diambil 10 ml larutan gelatin kemudian dituang kecawan dan dan dikeringkan dengan oven pada suhu 40 o C selama 24 jam. Film terbentuk diuji IR 3.3.2.2 Reaksi Gelatin dengan Penambahan Formaldehida 3,13 % Film ikat silang gelatin dengan formaldehida dibuat dengan gelatin ( 5 g ) dalam 100 ml aquadest diaduk dengan menggunakan stirrer selama 1 jam. Larutan tersebut diambil sebanyak 10 ml kemudian ditambahkan 10 ml larutan formaldehida 3,13 %, dipanaskan pada suhu 50 o C dan diaduk dengan menggunakan stirrer selama 15 menit. Dituang kecawan dan dikeringkan dengan oven pada suhu 40 o C selama 24 jam. Film terbentuk diuji IR.

20 3.3.2.3 Reaksi Gelatin dengan Penambahan Glutaraldehida 1 % Film ikat silang gelatin dengan glutaraldehida dibuat dengan gelatin ( 5 g ) dalam 100 ml aquadest diaduk dengan menggunakan stirrer selama 1 jam. Larutan tersebut diambil sebanyak 10 ml kemudian ditambahkan 10 ml larutan glutaraldehida, dipanaskan pada suhu 50 o C dan diaduk dengan menggunakan stirrer selama 15 menit. Dituang kecawan dan dikeringkan dengan oven pada suhu 40 o C selama 24 jam. Film terbentuk diuji IR. 3.3.3 Pembuatan Film Gelatin 3.3.3.1 Pembuatan Film Gelatin sebagai Blanko Ditimbang gelatin sebanyak 5 gram, kemudian dimasukkan kedalam beaker gelas, ditambahkan 90 ml akuades, diaduk dengan menggunakan stirrer selama 1 jam, ditambahkan 10 ml gliserol, dipanaskan sambil diaduk pada suhu 50 o C selama 15 menit kemudian dituang pada plat kaca dengan ukuran 20 x 20 cm, dikeringkan dengan oven pada suhu 40 o C selama 24 jam. Film berupa lapisan tipis yang terbentuk selanjutnya diuji karakteristik film yaitu uji ketebalan, kuat tarik, persen perpanjangan, uji swelling ( pengujian air yang diserap ) dan uji SEM. 3.3.3.2 Pembuatan Film Gelatin dengan Penambahan Formaldehida 3,13 % Ditimbang gelatin sebanyak 5 gram, kemudian dimasukkan kedalam beaker gelas, ditambahkan 60 ml akuades, diaduk dengan menggunakan stirrer selama 1 jam, ditambahkan 30 ml formaldehida 3,13 %, ditambahkan 10 ml gliserol, dipanaskan sambil diaduk pada suhu 50 o C selama 15 menit kemudian dituang pada plat kaca dengan ukuran 20 x 20 cm, dikeringkan dengan oven pada suhu 40 o C selama 24 jam. Film berupa lapisan tipis yang terbentuk selanjutnya diuji karakteristik film yaitu uji ketebalan, kuat tarik, persen perpanjangan, uji swelling ( pengujian air yang diserap ) dan uji SEM.

21 3.3.3.3 Pembuatan Film Gelatin dengan Penambahan Glutaraldehida 1 % Ditimbang gelatin sebanyak 5 gram, kemudian dimasukkan kedalam beaker gelas, ditambahkan 60 ml akuades, diaduk dengan menggunakan stirrer selama 1 jam, ditambahkan 30 ml glutaraldehida, ditambahkan 10 ml gliserol, dipanaskan sambil diaduk pada suhu 50 o C selama 15 menit kemudian dituang pada plat kaca dengan ukuran 20 x 20 cm, dikeringkan dengan oven pada suhu 40 o C selama 24 jam. Film berupa lapisan tipis yang terbentuk selanjutnya diuji karakteristik film yaitu uji ketebalan, kuat tarik, persen perpanjangan, uji swelling ( pengujian air yang diserap ) dan uji SEM. Pembuatan film gelatin berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Carvalho dan Grosso, 2005. 3.3.4 Parameter yang diamati 3.3.4.1 Analisis spektroskopi FT-IR Cuplikan dari setiap film / lapisan tipis yang transparan, selanjutnya diukur spektrumnya dengan alat spektrofotometri FT-IR model IR-420. 3.3.4.2 Pengukuran Ketebalan Ketebalan film gelatin diuji dengan alat micrometer sekrup pada 5 sisi yang berbeda. Rata-rata dari ke lima sisi merupakan ketebalan sisi yang dihasilkan 3.3.4.3 Uji Keteguhan Tarik dan Kemuluran Pengujian keteguhan tarik dilakukan dengan alat uji tarik terhadap spesimen dengan ketebalan dan ukuran yang sesuai dengan specimen uji kekuatan tarik. Alat uji tarik terlebih dahulu dikondisikan pada beban 100 kgf dengan kecepatan tarik 50 mm/menit, kemudian specimen dijepit kuat dengan penjepit dan alat. Lalu mesin dihidupkan dan specimen akan tertarik ke atas dan diamati sampai putus. Dicatat tegangan maksimum (F maks ) dan regangan diubah menjadi kuat tarik (MPa) dan kemuluran (%). Harga kemuluran (%) bahan dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini :

22 Kemuluran (%) = x 100% Dimana : I Io = harga stroke Io = panjang awal. Nilai kekuatan tarik bahan dihitung dengan persamaan : Kekuatan tarik (kgf/mm 2 ) = nilai beban tarik / (kgf)/a(mm 2 ) Dimana : A = luas permukaan yang mendapat beban. 3.3.4.4 Analisis Swelling Kapasitas adsorpsi dari gelatin film ditentukan dengan memotong ukuran film 2 x 2 cm. Setelah ditentukan beratnya kemudian direndam dalam aquades selama interval waktu 5, 30, dan 60 menit. Persentasi dari adsorpsi film (W sw ) dihitung menurut persamaan : W sw 30 = x 100 W 30 = Berat film sesudah direndam dalam air selama 30 menit. W o = Berat film sebelum direndam. 3.3.4.5 Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM) Film pelapis diletakkan pada sel holder dengan perekat ganda dan dilapisi dengan logam emas dalam keadaan vakum. Sampel dimasukkan dalam alat Scanning Elektron Mikroskopi (SEM), lalu gambar permukaan diamati dan dilakukan pembesaran sesuai yang diinginkan. Selanjutnya dilakukan dengan pemotretan menggunakan film hitam putih.

23 3.4 Bagan Penelitian 3.4.1 Uji FT-IR Gelatin Gelatin ( 5 gram ) dilarutkan dalam 100 ml aquades distirrer selama 1 jam diambil 10 ml larutan gelatin dituang ke cawan Uji FT-IR 3.4.2 Reaksi Gelatin dengan Penambahan Formaldehida dan Glutaraldehida Gelatin ( 5 gram ) 10 ml Larutan Gelatin Kuning dilarutkan dalam 100 ml aquades distirrer selama 1 jam ditambahkan 10 ml formaldehida 3,13 % dipanaskan sambil diaduk pada suhu 50 o C selama 15 menit dituang ke cawan Uji FT-IR Dengan cara perlakuan yang sama pada gelatin dengan penambahan glutaraldehida 1%.

24 3.4.3 Proses Pembuatan Film Gelatin sebagai Blanko Gelatin ( 5 gram ) dimasukkan kedalam beaker gelas ditambahkan 90 ml aquades diaduk dengan stirrer selama 1 jam Larutan Kuning Muda ditambahkan 10 gram gliserol dipanaskan sambil diaduk pada suhu 50 o C 15 selama dituang pada plat kaca sebanyak 30 ml dan diratakan dikeringkan dengan oven pada suhu 40 o C selama 24 jam Film gelatin diuji Ketebalan Uji Tarik dan Perpanjangan Uji Swelling Uji SEM

25 3.4.4 Proses Pembuatan Film Gelatin dengan Penambahan Formaldehida 3.13 % dan Glutaraldehida 1 % Gelatin ( 5 gram ) dimasukkan kedalam beaker gelas ditambahkan 60 ml aquades diaduk dengan stirrer selama 1 jam Larutan Kuning Muda ditambahkan 30 ml formaldehida 3,13 % ditambahkan 10 gram gliserol dipanaskan sambil diaduk pada suhu 50 o C selama 15 menit didinginkan pada suhu kamar dituang pada plat kaca sebanyak 30 ml dan diratakan dikeringkan dengan oven pada suhu 40 o C selama 24 jam Film gelatin diuji Ketebalan Uji Tarik dan Kemuluran Uji Swelling Uji SEM Dengan cara perlakuan yang sama pada gelatin dengan penambahan glutaraldehida 1 %.

26 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Analisa (FTIR) Gelatin dengan Formaldehida dan Glutaraldehida Analisis Fourier Transform Infra Red ( FT-IR ) untuk mengetahui gugusgugus fungsi yang terkandung didalam suatu sampel dan reaksi gugus fungsi setelah penambahan dengan formaldehida dan glutaraldehida. Pengamatan ini berdasarkan perubahan vibrasi dari setiap panjang gelombang puncak gelatin setelah ditambahkan dengan formaldehida dan glutaraldehida. Spektra hasil analisa ( FTIR ) film gelatin, film gelatin formaldehida dan film gelatin glutaraldehida sebagai berikut: 4.1.1.1 Spektrum FT-IR Gelatin Data hasil analisis spektroskopi FT-IR dari gelatin sebelum reaksi ikat silang memberikan spektrum dengan puncak-puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 3448.72, 2931.80, 2337.72, 2268.29, 2152.56, 1635.64, 1527.62, 1404.18,1342.46, 1242.16, 1118.71, 879.54, 617.22, 470.63 cm -1 dapat dilihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Spektrum FT-IR gelatin

27 Tabel 4.1 Hasil Analisis FTIR Gelatin Bilangan Gelombang Gugus Fungsi (cm-1) Literatur Bilangan Gelombang (cm-1) Gelatin Yang diperoleh 3600-3800 O H 3448 2700-3000 C H renggang 2931 1300-1400 C H bending 1404 1670-1600 C = O 1635 1350-1000 C N 1342 3500-3100 N H 3448 1680-1600 C = N 1527 Sumber Fesseden J.R 1999 4.1.1.2 Spektrum FT-IR Gelatin Formaldehida Data hasil analisis spektroskopi FT-IR dari film gelatin setelah reaksi ikat silang dengan formaldehida pada spektrum dengan puncak-puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 3433.29, 2931.80, 2337.72, 2137.13, 1635.64,1527.62, 1404.18, 1342.46, 1242.16, 1087.85, 972.12, 902.69 cm -1 terdapat pada Gambar 4.2 Gambar 4.2 Spektrum FT-IR Gelatin-Formaldehida

28 Tabel 4.2 Hasil Analisis FTIR Gelatin- Formaldehida Bilangan Gugus Fungsi Gelombang (cm-1) Literatur Gelatin- Formaldehida 3600-3800 O H 3448 2700-3000 C H renggang 2978 1300-1400 C H bending 1442 3500-3100 C = O 1635 1000-1300 C N 1342 3310-3500 N H 3448 1680-1600 C = C aromatik 1527 4.1.1.3 Analisis FT-IR Gelatin Dengan Glutaraldehida Data hasil analisis spektroskopi FT-IR dari film gelatin setelah reaksi ikat silang dengan glutaraldehida pada spektrum dengan puncak-puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 3402.43, 2978.09,2337.72, 2167.99, 1635.64, 1527.62, 1442.75, 1342.46,1242.16, 1080.14, dan 1026.13. cm -1 terdapat pada Gambar 4.3 Gambar 4.3 Spektrum FT-IR Gelatin- Glutaraldehida

29 Tabel 4.3 Hasil Analisis FTIR Gelatin- Glutaraldehida Bilangan Gelombang (cm-1) Gugus Fungsi Literatur Gelatin- Glutaraldehida 3650-3200 O H 3433 2700-3000 C H renggang 2931 1300-1400 C H bending 1404 1600-1800 C = O 1635 1000-1300 C N 1342 3310-3500 N H 3433 1680-1600 C = C aromatik 1527 Secara keseluruhan hasil analisis FTIR dalam penelitian ini dapat dilihat pada hasil spektrum dibawah ini : Gambar 4.4 Spektrum Gabungan FT-IR Gelatin, Gelatin-Formaldehida dan Gelatin- Glutaraldehida

30 4.1.2 Pengaruh Penambahan Formaldehida atau Glutaraldehida terhadap Sifat Fisik dan Mekanik dari Film Gelatin 4.1.2.1 Ketebalan Film Gelatin Pengukuran ketebalan film gelatin dengan menggunakan alat mikrometer sekrup pada lima titik yang diukur secara acak diperoleh hasil ketebalan film gelatin. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.1.2 Tabel 4.4 Ketebalan film gelatin dengan penambahan formaldehida atau glutaraldehida. Film Ketebalan (mm) Gelatin 0,56 Gelatin + Formaldehida 0,37 Gelatin + Glutaraldehida 0,25 4.1.2.2 Uji Keteguhan Tarik dan Kemuluran Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sifat mekanik film gelatin yang terbentuk dengan penambahan formaldehida atau glutaraldehida. Pengujian sifat mekanik penelitian mengacu pada ASTM D638. Harga keteguhan tarik (load) dan kemuluran (stroke) dari film gelatin dengan penambahan formaldehida atau glutaraldehida dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 4.5 Harga Keteguhan Tarik dan Kemuluran Film Gelatin Film Keteguhan Tarik Kemuluran Keteguhan Tarik ( MPa) Kemuluran ( % ) Gelatin 0,02 0,03 0,19 0,15 Gelatin + 0,04 0,05 0,39 0,25 Formaldehida Gelatin + 0,08 0,07 0,78 0,35 Glutaraldehida

31 4.1.2.3 Uji Swelling Uji serapan air di lakukan untuk mengetahui kemampuan serap air dari film gelatin yang di tunjukkan dengan perbedaan massa awal film dan massa film setelah menyerap air selama 5, 30 dan 60 menit. Tabel 4.6 Nilai Serap Air Film Gelatin Waktu ( menit ) Berat Film ( gram ) P 0 P Persentase Swelling ( % Swelling ) 0 0,23 - - 5 0,28 0,23 21,73 30 0,38 0,28 65,21 60 0,43 0,20 86,95 Tabel 4.7 Nilai Serap Air Film Gelatin-Formaldehida Waktu ( menit ) Berat Film ( gram ) P 0 P Persentase Swelling ( % Swelling ) 0 0,47 - - 5 0,49 0,042 4,25 30 0,73 0,553 55,31 60 0,74 0,574 57,44 Tabel 4.8 Nilai Serap Air Film Gelatin-Glutaraldehida Waktu ( menit ) Berat Film ( gram ) P 0 P Persentase Swelling ( % Swelling ) 0 0,24 - - 5 0,25 0,041 4,16 30 0,27 0,125 12,5 60 0,27 0,125 12,5

32 4.1.3 Analisa Scanning Electron Microscop (SEM) Pada analisis ini, sampel yang digunakan adalah gelatin, gelatin yang ditambahkan dengan formaldehida 3,13 % dan gelatin yang ditambahkan dengan glutaraldehida 1 % dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 4.5 Foto SEM Film Gelatin dengan Perbesaran 500x Gambar 4.6 Foto SEM Film Gelatin dengan Penambahan Formaldehida dengan Perbesaran 500x

33 Gambar 4.7 Foto SEM Film Gelatin dengan Penambahan Glutaraldehida dengan Perbesaran 500x 4.2 Pembahasan 4.2.1 Analisis ( FTIR ) Gelatin dengan Formaldehida dan Glutaraldehida Analisa dengan menggunakan spektrum FT-IR ini dilakukan untuk menentukan perubahan gugus fungsi yang dialami oleh gelatin dengan formaldehida dan gelatin dengan glutaraldehida. Spektrum infra merah dilakukan untuk mengetahui keberadaan beberapa ikatan kimia dalam senyawa-senyawa organik (Clark, 2004). Spektrum FT-IR gelatin memiliki gugus fungsi utamanya adalah gugus( O-H,N-H, C-O-C, dan C-O. ) terlihat pada Gambar 4.1. Jika dibandingkan dengan spektroskopi infra merah gelatin setelah penambahan formaldehida tertera pada Gambar 4.2. dan glutaraldehida terlihat pada Gambar 4.3 maka tidak mengalami perubahan posisi puncak yang signifikan. Spektrum yang dihasilkan gelatin sebagai pembanding dengan gelatinformaldehida, dan gelatin-glutaraldehida hampir menunjukkan gugus yang sama.

34 Pada panjang gelombang 3650-3200 cm -1, pada masing-masing film gelatin menunjukkan vibrasi stretching OH dan vibrasi bending N-H di gelatin ( 3448 ), gelatin-formaldehida ( 3402), gelatin-glutaraldehida ( 3433 ), pada gugus amina yang menghubungkan agen ikat silang dimana atom H mengikat gugus fungsi aldehid, dimana telah terjadi penurunan keelektronegatifan unsur-unsur yang saling berikatan yang menyebabkan kerapatan elektron ikatan berkurang sehingga terjadi penurunan pada vibrasi serapannya. Ikatan pada panjang gelombang 1635 cm -1 menunjukkan vibrasi stretching C=O pada gelatin begitu juga dengan film gelatin-formaldehida dan film gelatin-glutaraldehida. Analisa spektrum FT-IR pada penelitian ini tidak mengalami perubahan posisi puncak yang signifikan pada gugus NH 2 tetapi hasil penelitian Carvalho, dkk (2005 ) menjelaskan bahwa pencampuran gelatin dengan formaldehida mengalami ikat silang dengan mengukur gugus NH 2 yang berikatan dengan aldehid. Menurut Kiernan, ( 2000 ) gugus aldehid dapat berkombinasi dengan nitrogen dan beberapa protein lainnya dengan membentuk ikatan silang jembatan metil. 4.2.2 Ketebalan Film Gelatin Ketebalan merupakan parameter penting yang berpengaruh terhadap penggunaan film dalam pembentukan produk yang dikemasnya (Suryanigrum et al,2005). Ketebalan film dipengaruhi oleh jumlah total padatan dalam larutan dan ketebalan cetakan. Film akan lebih tebal jika volume larutan yang dituangkan ke dalam cetakan plat kaca lebih banyak walaupun dengan menggunakan cetakan yang sama. Hasil pengukuran ketebalan film gelatin yang tertinggi adalah film gelatinformaldehida 0,37 mm dan yang paling kecil adalah film gelatin-glutaraldehida 0,25 mm. Hasil pengukuran ketebalan dapat diketahui bahwa film dipengaruhi oleh konsentrasi jenis ikat silang dalam campuran, konsentrasi formaldehida 3,13 % sedangkan glutaraldehida 1 %. Film yang memiliki konsentrasi yang lebih tinggi memiliki ketebalan yang lebih tinggi karena volume campuran semakin meningkat.

35 Krisna (2011) menyatakan bahwa ketebalan film dipengaruhi oleh konsentrasi bahan akan menyebabkan meningkatnya ketebalan film. Pengaruh dari penambahan formaldehida atau glutaraldehida terhadap ketebalan film gelatin dilihat pada gambar 1. Gambar 4.8 Ketebalan film gelatin dengan penambahan formaldehida atau glutaraldehida Faktor yang dapat mempengaruhi ketebalan film gelatin adalah konsentrasi padatan terlarut pada larutan pembentuk film dan ukuran pelat pencetak. Semakin tinggi konsentrasi padatan terlarut, maka ketebalan film akan meningkat ( Krisna, 2011). Jadi ketebalan film pada gelatin-formaldehida memiliki ketebalan lebih tebal karena konsentrasi yang terlarut lebih tinggi dibandingkan glutaraldehida. 4.2.3 Uji Keteguhan Tarik dan Kemuluran Keteguhan tarik/ daya regang adalah kemampuan suatu bahan untuk tahan dibawah suatu gaya tekanan hingga putus. Kemuluran/elongation adalah peningkatan persentase perpanjangan yang terjadi pada suatu bahan dibawah tekanan sehingga

36 putus (Sperling, 2006). Pengukuran keteguhan tarik/ daya regang berguna untuk mengetahui besarnya gaya yang dicapai untuk tarikan maksimun pada setiap satuan luas area film untuk merenggang. Dari hasil uji keteguhan tarik pada tabel 4. terlihat bahwa spesimen dengan penambahan glutaraldehida pada gelatin memiliki keteguhan tarik yang lebih tinggi yaitu sebesar 0,78 MPa dengan kemuluran 0,35 % dan formaldehida 0,39 MPa dengan kemuluran 0,25 % sedangkan pada gelatin tanpa penambahan formaldehida atau glutaraldehida memiliki keteguhan tarik yang paling rendah sebesar 0,19 MPa dengan kemuluran 0,15 %. Hal ini disebabkan pada gelatin-formaldehida dapat berkombinasi dengan nitrogen dan protein lainnya dengan membentuk ikatan silang jembatan metil. Ikatan silang yang terbentuk oleh formaldehida dengan gelatin pada atom nitrogen dari protein dengan gugus aldehid dapat meningkatkan interaksi antara molekul dari gelatin dan formaldehida mengalami kekompakan sehingga dapat meningkatkan keteguhan tarik film jika dibandingkan dengan film gelatin. Pada penambahan gelatin-glutaraldehida memiliki keteguhan tarik lebih tinggi dibandingkan formaldehida karena pada glutaraldehida mempunyai dua gugus aldehida lebih bebas berikatan dengan posisi samping tiap-tiap molekul protein. Interaksi molekul-molekul glutaraldehida dengan gelatin mengalami kekompakan yang lebih tinggi dibandingkan formaldehida sehingga meningkatkatkan keteguhan tariknya. Gambar pengaruh penambahan glutaraldehida dan formaldehida terhadap keteguhan tarik dan kemuluran dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2.

37 Gambar 4.9 Pengaruh penambahan glutaraldehida dan formaldehida terhadap keteguhan tarik Gambar 4.10 Pengaruh penambahan glutaraldehida dan formaldehida terhadap kemuluran

38 4.2.4 Hasil Uji Sifat Mengembang ( Swelling ) Uji Swelling yaitu pengukuran derajat kemampuan mengembang film gelatin didalam air. Sifat ketahanan air ditentukan dengan uji swelling. Gambar 4.3 menunjukkan pengaruh film gelatin dengan penambahan glutaraldehida dan formaldehida. Film gelatin tanpa penambahan glutaraldehida terlihat pada Gambar 4.3 Formaldehida memiliki kemampuan mengembang yang lebih tinggi karena pada film ini memiliki gliserol yang merupakan plasticizer yang bersifat hidrofilik sehingga mampu mengikat air, semakin lama waktu perendaman maka uji swelling pada film semakin tinggi. Sedangkan kemampuan sifat mengembang film gelatin dengan penambahan glutaraldehida dan formaldehida semakin rendah. Hal ini karena adanya penambahan ikat silang pada film dari aldehid. Penambahan jumlah ikat silang glutaraldehida lebih besar dan lebih cepat bereaksi dengan protein dibandingkan dengan formaldehida ( Carvalho, 2005 ). Jumlah ikatan silang yang bertambah pada protein menyebabkan penyerapan air yang semakin terbatas. Gambar 4.11 Pengaruh film gelatin dengan penambahan glutaraldehida dan formaldehida terhadap daya serap air.

39 4.2.5 Uji SEM Hasil analisa SEM dapat memberikan informasi tentang bentuk dan perubahan permukaan dari suatu bahan yang diuji. Pada prinsipnya bila terjadi perubahan pada suatu bahan misalnya patahan, lekukan, dan perubahan struktur dari bahan tersebut cenderung mengalami perubahan energi. Energi yang berubah tersebut dapat dipancarkan, dipantulkan dan diserap serta diubah menjadi gelombang elektron yang dapat ditangkap dan dibaca hasil pada foto SEM ( Matondang, 2013). Pada analisis ini, sampel yang digunakan adalah gelatin, gelatin yang ditambahkan dengan formaldehida 3,13 % dan gelatin yang ditambahkan dengan glutaraldehida 1 %. Pada gambar analisa SEM menunjukkan film gelatin pada gambar ( 4.2.5 a ) memiliki struktur yang tidak rata dengan lekukan dipermukaan film dan gelembung, pada gambar ( 4.2.5 b ) memiliki struktur yang lebih rata dibandingkan formaldehida dan pada gambar ( 4.2.5 c ) memiliki struktur yang tidak rata dengan lekukan dipermukaan film dan bergelembung. (4.2.5 a ) Gelatin ( 4.2.5 b ) Gelatin-Glutaraldehida (4.2.5 c ) Gelatin-Formaldehida

40 Gambar 4.11 SEM a) Gelatin b) Gelatin-Glutaraldehida c) Gelatin- Formaldehida

41 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penambahan glutaraldehida dan formaldehida pada pembuatan film gelatin berpengaruh terhadap karakteristik fisik yaitu ketebalan dan daya serap air dengan penambahan glutaraldehida lebih kecil jika dibandingkan dengan formaldehida. 2. Penambahan glutaraldehida dan formaldehida pada pembuatan film gelatin berpengaruh terhadap karakteristik mekanik film yaitu keteguhan tarik dan kemuluran dengan penambahan glutaraldehida lebih besar jika dibandingkan dengan formaldehida. 3. Dari hasil analisa SEM dapat dilihat bahwa permukaan film gelatin dengan penambahan formaldehida dan glutaraldehida terbentuk tidak rata. 5.2 Saran Kepada peneliti selanjutnya disarankan : 1. Pengujian karakteristik film gelatin dengan penambahan formaldehida dan glutaraldehida dengan beberapa variasi konsentrasi yang berbeda dan pengujian laju transmisi uap air. 2. Untuk menentukan derajat ikat silang dari film gelatin yang dimodifikasi kimia dengan formaldehida dan glutaraldehida. 3. Memisahkan kelebihan formaldehida dan glutaraldehida yang tidak bereaksi membentuk ikat silang dengan gelatin.