AUDIT I Modul ke: 15Fakultas Afly EKONOMI DAN BISNIS Developing the overhall audit plan and audit program Yessie, SE, Msi, Ak, CA Program Studi AKUNTANSI
JENIS JENIS PENGUJIAN Dalam mengembangkan suatu rencana audit secara keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Kelima jenis pengujian tersebut yaitu : 1. Prosedur Penilaian Risiko Prosedur penilaian risiko dilaksanakan untuk menilai risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan. Sebagian besar prosedur penilaian auditor dilakukan untuk memahami pengendalian internal. 2. Pengujian Pengendalian untuk mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi guna menentukan kepantasan dari rancangan dan efektivitas operasional dari pengendalian internal yang spesifik. Pengujian pengendalian baik secara manual atupun terotomatisasi, dapat mencakup jenis bukti seperti berikut : Meminta keterangan dari personil klien yang tepat Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan Mengamati aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian Melaksanakan ulang prosedur klien
LANJUTAN 3. Pengujian Substantif atas Transaksi Pengujian substantif: prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji dolar (monetary misstatements) yang secara langsung mempengaruhi ketepatan dari saldo laporan keuangan. Tiga jenis ujian substantif: ujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan ujian rincian saldo. Pengujian substantif transaksi - untuk menentukan apakah keenam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi untuk setiap kelas transaksi. Contoh: auditor melaksanakan ujian substantif transaksi untuk menguji apakah ada transaksi yang dicatat dan transaksi yang ada dicatat. Auditor juga melaksanakan ujian ini untuk menentukan apakah transaksi penjualan dicatat tersebut dilakukan secara akurat, dicatat diperiode waktu yang sesuai, digolongkan dengan tepat, dan diringkaskan secara akurat dan diposkan ke buku besar dan arsip induk. Jika auditor yakin bahwa transaksi telah dicatat dengan akurat dalam jurnal dan diposkan dengan benar, auditor bisa yakin bahwa total buku besar itu benar.
LANJUTAN 4. Prosedur Analitis Prosedur analitis memperlibatkan perbandingan jumlah yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Tujuan yang paling penting dari prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah : Menunjukkan salah saji yang mungkin dalam laporan keuangan Memberikan bukti substantive Jika auditor yakin bahwa prosedur analitis menunjukan kemungkinan wajar akan salah saji, prosedur analitis tambahan mungkin dilakukan atau auditor bisa memutuskan untuk memodifikasi pengujian rincian saldo. Ketika auditor mengembangkan ekspektasi dengan menggunakan prosedur analitis dan menyimpulkan bahwa saldo akhir akun tertentu terlihat layak, pengujian rincian saldo tertentu mungkin diabaikan atau ukuran sampel dikurangi.
LANJUTAN 5. Pengujian Rincian Saldo Pengujian rincian saldo berfokus pada saldo akhir buku besar baik untuk akun neraca ataupun laporan laba rugi. Penekanan utamanya dalam sebagian besar pengujian rincian saldo adalah pada neraca.
RINGKASAN JENIS JENIS PENGUJIAN Pengujian pengendalian akan membantu auditor mengevaluasi apakah pengendalian atas transaksi dalam siklus itu cukup efektif untuk mengurangi risiko pengendalian, dan dengan demikian mengurangi pengujian substantif. Pengujian pengendalian juga membentuk dasar bagi laporan auditor mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan perusahaan publik. Pengujian substantif atas transaksi menekankan verifikasi transaksi yang dicatat dalam jurnal dan kemudian memposting di buku besar. Prosedur analitis menekankan kewajaran transaksi dan saldo buku besar secara keseluruhan. Ujian rincian saldo menekankan saldo akhir di buku besar.
MEMILIH PENGUJIAN UNTUK DILAKSANAKAN Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas laporan keuangan, tetapi ada jenis tertentu yang lebih ditekankan, tergantung pada situasinya. Faktor yang dapat mempengaruhi pilihan auditor atas jenis pengujian yang akan dipilih: ketersediaan delapan jenis bukti, biaya relatif dari setiap jenis pengujian, efektivitas pengendaian internal, dan risiko inheren.
LANJUTAN Biaya Relatif Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian mana yang akan dipilih untuk memperoleh bukti yang tepat yang mencukupi, biaya bukti itu merupakan pertimbangan yang penting. Jenis pengujian yang tercantum berikut ini disusun menurut peningkatan biayanya: Prosedur analitis Prosedur penilaian resiko, termasuk prosedur untuk memahami pengendalian internal. Pengujian pengendalian Pengujian substantif atas transaksi Pengujian rincian saldo
HUBUNGAN ANTARA PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PRNGUJIAN SUBSTANTIF Pengecualian dalam pengujian pengendalian (deviasi pengujian pengendalian) hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji yang mempengaruhi nilai dolar laporan keuangan. Pengecualian dalam pengujian substantif atas transaksi atau pengujian rincian saldo merupakan salah saji laporan keungan. Deviasi pengujian pengendalian hanyalah penting bila terjadi cukup sering hingga menyebabkan auditor percaya bahwa mungkin ada salah saji material dolar dalam laporan tersebut. Pengujian substantif transaksi atau pengujian rincian saldo kemudian harus dilakukan untuk menentukan apakah salah saji dolar sudah benar-benar terjadi.
HUBUNGAN ANTARA PROSEDUR ANALITIS DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF Prosedur analitis juga hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji yang mempengaruhi nilai mata uang dalam laporan keuangan. Fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan dari suatu akun yang satu ke yang lainnya, atau dengan informasi non-keuangan memberikan suatu indikasi dari meningkatnya kemungkinan adanya salah saji material tanpa perlu menyediakan bukti langsung dari salah saji material itu. Ketika prosedur analitis mengindikasi fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus melaksanakan pengujian substantif atas transaksi atau pengujian rincian saldo untuk menentukan apakah salah saji dolar sudah benar-benar terjadi. Jika auditor melaksanakan prosedur analitis dan percaya bahwa kemungkinan dari salah saji material adalah kecil, pengujian substantif lainnya dapat dikurangi.
TRADE OFF ANTARA PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF Ada trade-off antara pengujian pengendalian dan pengujian substantif. Selama tahap perencanaan, auditor memutuskan apakah akan menilai risiko pengendalian di bawah maksimum. Jika melakukannya, auditor kemudian harus melaksanakan pengujian pengendalian untuk menentukan apakah penilain tingkat risiko pengendalian itu didukung. (auditor harus selalu melaksanakan pengujian pengendlian dalam audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan) Jika didukung => risiko deteksi yang direncanakan dalam model risiko audit akan meningkat => pengujian substantif yang direncanakan dapat dikurangi.
DAMPAK TI TERHADAPPENGUJIAN AUDIT Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor entitas yang mengirimkan, memroses, memelihara, atau mengakses informasi penting secara elektronis. Standar auditing mengakui bahwa jika ada sejumlah besar bukti audit dalam format elektronik, mungkin tidak praktis / tidak mungkin untuk mengurangi risiko deteksi hingga tingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian substantif. Karena konsistensi yang melekat dalam pemrosesan TI auditor mungkin dapat mengurangi luas pengujian atas pengendalian yang terotomatisasi. Untuk menguji pengendalian atau data yang terotomatisasi, auditor mungkin harus menggunakan teknik audit berbantuan komputer/ menggunakan laporan yang dihasilkan TI untuk menguji efektivitas operasi pengujian umum TI, seperti pengendalian pengubahan program dan pengendalian akses.
BAURAN BUKTI Untuk mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi sebagai respon terhadap risiko yang diidentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor mengunakan kombinasi dari empat jenis pengendalian yang selanjutnya. Kombinasi ini sering kali disebut bauran bukti.
PERANCANGAN PROGRAM AUDIT Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan penekanan yang tepat pada masing-masing dari empat jenis pengujian lainnya, program audit khusus bagi setiap jenis harus dirancang. Prosedur audit ini kemudian digabungkan untuk membentuk program audit. Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substatif atas transaksi biasanya meliputi bagian deskriptif yang mendokomentasikan pemahaman atas pengendalian internal yang diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko.
IKHTISAR ISTILAH PENTING YANG BERKAITAN DENGAN BUKTI Lima istilah penting yang berkaitan dengn bukti, yaitu : Fase proses audit Tujuan audit Jenis pengujian Keputusan bukti Jenis bukti
LANJUTAN Empat fase proses audit, yaitu: Fase I : merencanakan dan merancang pendekatan audit Pada akhir fase I, auditor harus memiliki rencana audit yang disusun dengan baik dan program audit khusus untuk keseluruhan audit. Fase II : melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi Tujuan dari fase II adalah untuk : Memperoleh bukti untuk mendukung pengendalian khusus yang berkontribusi pada penilaian risiko pengendalian oleh auditor bagi audit laporan keuangan dan audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan perusahaan publik Memperoleh bukti untuk mendukung ketepatan moneter transaksi.
LANJUTAN Fase III : melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo Tujuan dari fase III adalah untuk memperoleh bukti tamabahan yang mencukupi guna menentukan apakah saldo akhir dan catatan kaki atas laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar. Dua kategori umum dari prosedur fase III adalah : Prosedur analitis substantif yang menilai kelayakan transaksi dan saldo secara keseluruhan. Pengujian rincian saldo, yang merupakan prosedur audit untuk menguji salah saji moneter dalam saldo laporan keuangan. Fase IV : menyelesaikan audit dan mengeluarkan laporan audit Fase ini mempunyai beberapa bagian, antara lain : Melaksanakan pengujian tambahan unutk penyajian dan pengungkapan Mengumpulkan bukti akhir Mengeluarkan laporan audit Berkomunikasi dengan komite audit dan manajemen
DAFTAR PUSTAKA Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens, Amir Abadi Jusuf, Jasa Audit da Assuranca (Pendekatan Terpadu Aplikasi Indonesia) Salemba Empat buku 2, 2011. Standar Profesional Akuntan Publik, IAPI (SPAP). Standar Akuntansi Keuangan, Institut Akuntan Publik Indonesia (SAK). Undang-undang Akuntan Publik, 2011 (UU AP). Boynton, Modern Auditing, Second Edition, 2006 (BY). Auditing, Haryono Yusuf (HY). Audit Sampling, Pusat Penerbit Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).
Terima Kasih Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA