HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

SINTESIS HIDROGEL ANTIBAKTERI BERBASIS KARBOKSIMETIL SELULOSA-TiO 2 CANDRA PERANGIN-ANGIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

4 Hasil dan Pembahasan

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

SINTESIS HIDROGEL ANTIBAKTERI BERBASIS KARBOKSIMETIL SELULOSA-ASAM SUKSINAT-AgNO 3 DYAH PERMATA SARI

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

4. Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

4. Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

I. PENDAHULUAN. Popularitas salak sebagai buah meja semakin meningkat sejak petani di

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Intisari. BAB I. Pengantar 1. I. Latar Belakang 1 II. Tinjauan Pustaka 3. BAB II.

4 Hasil dan Pembahasan

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

BAB III METODE PENELITIAN

4 Hasil dan pembahasan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

4 Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan padi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

4. Hasil dan Pembahasan

4 Pembahasan Degumming

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

PENELITIAN PEMBUATAN KAIN ANTIBAKTERI MENGGUNAKAN KITOSAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB III METODE PENELITIAN

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH MODIFIKASI PERMUKAAN SELULOSA NATA DE COCO DENGAN ANHIDRIDA ASETAT DALAM MENGIKAT ION LOGAM BERAT Cd 2+ DALAM CAMPURAN Cd 2+ DAN Pb 2+

Hasil dan Pembahasan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

4. Hasil dan Pembahasan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I Pendahuluan I.1 Deskripsi Penelitian dan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPORI TiO2-SiO2/KITOSAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN DTAB SKRIPSI SARJANA KIMIA. Oleh STEFANI KRISTA BP :

4. Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial

STUDI ANALISIS ANTIBAKTERI DARI FILM GELATIN- KITOSAN MENGGUNAKAN Staphylococcus aureus

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

3 Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pencirian Membran

Transkripsi:

6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan larutan yang jernih, tanpa warna dan memiliki aroma netral (Murray 2000). CMC adalah bahan pengental yang larut dalam air, anionik dan merupakan polimer linier (Nussinovitch, 1997). CMC diproduksi dengan mereaksikan selulosa dengan larutan NaOH yang diikuti dengan asam monokloroasetat sesuai dengan reaksi esterifikasi Williamson. Sintesis CMC meliputi alkalisasi dan karboksimetilasi. Alkalisasi dilakukan dengan menggunakan NaOH, dengan tujuan untuk mengaktifkan gugus-gugus OH pada molekul selulosa, memecah ikatan hidrogen, dan mengembangkan molekul selulosa sehingga memperluas jarak molekul selulosa. Mengembangnya selulosa ini akan memudahkan difusi reagen karboksimetilasi, yaitu asam monokloroasetat. Berdasarkan Gambar 1 hasil reaksi samping pada pembentukan CMC yaitu asam glikolat. Pada penelitian ini, selulosa yang digunakan sebesar 5.5 gram. Selulosa tersebut disintesis menjadi CMC. Setelah dilakukan sintesis, maka diperoleh bobot CMC tiga kali lebih besar dari bobot selulosa. Penambahan bobot disebabkan karena telah terjadi reaksi pada saat sintesis berlangsung. Gambar 1 merupakan mekanisme reaksi pembentukan CMC. Gambar 1 Mekanisme reaksi karboksimetil selulosa

7 Setelah CMC diperoleh, selanjutnya dilakukan penambahan agen pengikat silang, yaitu asam suksinat. Pemilihan asam suksinat sebagai agen pengikat silang didasarkan pada penelitian Hashem et al. (2013) bahwa asam suksinat merupakan agen pengikat silang yang paling baik dibandingkan dengan asam malat dan asam sitrat. Penambahan asam suksinat terhadap CMC akan membentuk ikatan silang melalui reaksi esterifikasi antara gugus OH dari asam suksinat dengan asam polikarboksilat dari CMC. Pembentukan ikatan silang mengubah sifat dari CMC menjadi tidak larut dalam air. Struktur yang terbentuk memungkinkan air masuk ke dalam struktur CMC-suksina tmembentuk hidrogel. Ciri-ciri hidrogel, yaitu tidak larut dalam air dan dapat mengabsorpsi air (Darwis et al. 2010). Gambar 2 merupakan mekanisme reaksi CMC dengan asam suksinat. Gambar 2 Mekanisme reaksi esterifikasi antara CMC dengan asam suksinat Paduan CMC-Suksinat, selanjutnya ditambahkan senyawa TiO 2. Adapun fungsi dari penambahan TiO 2, yaitu hidrogel yang dibuat berfungsi sebagai antibakteri. Jenis TiO 2 yang digunakan ialah jenis rutil. Bentuk titanium dioksida yang stabil adalah rutil, bentuk lain yaitu anatase dan brukit. Rutil mempunyai struktur kristal mirip dengan anatase. Katalis TiO 2 mempunyai sifat self-cleaning dan self-sterilizing, yaitu daya membersihkan sendiri yang berfungsi untuk menghilangkan bau, zat organik dan anorganik dan sifat self-sterilizing yaitu dapat mensterilkan bakteri dan virus, sehingga kinerja katalis TiO 2 dapat dipakai sebagai antibiotik. TiO 2 dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi ammonia dan laju pertumbuhan bakteri, misalnya E coli, Pseudomonas auregius, dalam ruang umum maupun operasi. Bila bakteri kontak dengan permukaan ubin yang terfotokatalis TiO 2, maka bakteri tersebut akan terurai atau busuk bahkan akan mati (Fujishima 1999).

8 Konsentrasi yang digunakan pada penelitian ini, yaitu CMC 15%, asam suksinat 7.5%. Konsentrasi yang digunakan sangat tinggi dibandingkan dengan CMC komersial. CMC komersial menggunakan konsentrasi 1.6% dan asam suksinat 0.25%. Perbedaan konsentrasi tersebut disebabkan karena CMC yang disintesis kelarutannya sangat rendah, sehingga dibutuhkan CMC yang lebih banyak untuk membuat campuran berbentuk pasta. Setelah campuran CMC dan asam suksinat homogen, maka TiO 2 ditambahkan dengan tiga konsentrasi berbeda, yaitu 0.1%, 0.3%, dan 0.5%. Sebelum TiO 2 ditambahkan, terlebih dahulu TiO 2 dilarutkan dengan metanol. TiO 2 tidak larut dalam pelarut yang sangat polar seperti air, tetapi TiO 2 larut dalam metanol karena metanol kepolarannya lebih rendah daripada air. TiO 2 yang sudah larut, kemudian dicampurkan dengan CMCsuksinat sampai homogen dan selanjutnya dibuat membran di atas pelat kaca. Gambar 3 merupakan bentuk dari CMC-suksinat-TiO 2 yang sudah dibuat lembaran di atas pelat kaca. Gambar 3 menunjukkan warna dari lembaran yang berbeda sesuai dengan konsentrasi TiO 2 yang ditambahkan. Semakin tinggi konsentrasi TiO 2, maka semakin putih warna lembaran yang dihasilkan. Gambar 3 Hasil cetakan membran CMC-suksinat-TiO 2 Karakterisasi Karboksimetil Selulosa Tabel 1 Hasil karakterisasi karboksimetil selulosa Parameter Nilai (SNI06-3736-1995) Derajat 0.24 0.40-1 Substitusi Kadar air (%) 8.99 10 ph 4.57 6-8 Derajat subtitusi menentukan kelarutan CMC. Semakin tinggi derajat substitusi, semakin tinggi kelarutan polimer CMC. Berdasarkan (SNI 06-3736- 1995) derajat substitusi (DS), yaitu 0.40-1. Berdasarkan sintesis karboksimetil selulosa yang dilakukan dengan 3 ulangan maka diperoleh hasil rerata derajat substitusi 0.24. Nilai derajat substitusi hasil sintesis berada di bawah ambang batas literatur, disebabkan karena karboksimetil selulosa yang diperoleh belum murni.

9 Karboksimetil selulosa bersifat higroskopis sehingga dapat menyerap air dari udara. CMC dapat mengabsorbsi air, banyaknya air yang diabsorbsi dipengaruhi oleh kadar air CMC, kelembaban relatif, suhu dan derajat substitusi. CMC yang mempunyai derajat substitusi tinggi, akan lebih efektif mengikat air. Berdasarkan Tabel 1 rerata kadar air dari 3 kali ulangan sebesar 8.99%. Hasil kadar air tersebut sudah baik, karena kadar air masih di bawah 10% (SNI 06-3736-1995). CMC memiliki kemampuan memerangkap air di dalam strukturnya sehingga air tidak bisa masuk ataupun keluar dari bahan. Semakin tinggi derajat substitusi, maka akan menyebabkan air yang terkandung dalam CMC semakin banyak. Hal ini dipengaruhi besarnya tingkat pemutusan ikatan. Indikator lain yang menunjukkan kualitas CMC adalah ph. ph akan menentukan kelarutan CMC. ph di bawah 5 akan mengurangi kelarutan CMC. ph CMC berdasarkan (SNI 06-3736-1995), yaitu 6-8. Pada penelitian diperoleh rerata hasil ph CMC dengan 3 kali ulangan, yaitu sebesar 4.57 (Tabel 1). Hasil yang diperoleh masih tergolong asam, sehingga kelarutan CMC masih rendah. Membran CMC-suksinat-TiO 2 yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji swelling atau kemampuan pembengkakan. Pengujian swelling CMC-suksinat- TiO 2 dilakukan tiga kali ulangan. Pada pengujian swelling, terjadi pembengkakan bentuk CMC-suksinat-TiO 2 ketika direndam dengan air. Bentuk hidrogel yang dihasilkan lebih besar dari CMC-suksinat. Hidrogel yang dihasilkan tidak mudah rapuh pada saat pengujian swelling. Hasil rerata uji swelling CMC-suksinat-TiO 2 (0.1%, 0.3%, dan 0.5%) menunjukkan semakin tinggi konsentrasi TiO 2 maka semakin tinggi nilai derajat swelling. Derajat swelling CMC-suksinat lebih rendah dibandingkan dengan CMC-suksinat-TiO 2. Berdasarkan hasil tersebut, maka TiO 2 dapat meningkatkan nilai derajat swelling. 120 108.52 Derajat swelling (%) 100 80 60 40 64.83 82.45 85.04 20 0 CMC nata CMC-suksinat CMC-suksinat- TiO 2 0.1% Jenis contoh CMC-suksinat- TiO 2 0.3% CMC-suksinat- TiO 2 0.5% Gambar 4 Derajat swelling hidrogel

10 Ciri Spektrum Selulosa-Nata, CMC, dan CMC-Suksinat Pengujian FTIR dilakukan pada 3 sampel yang berbeda, yaitu selulosa 400 mesh, karboksimetil selulosa 100 mesh, dan CMC-suksinat. Gambar 5 merupakan hasil dari spektrum tumpuk dalam uji FTIR ketiga sampel. Spektrum selulosa pada bilangan gelombang 3271.2700 cm -1 mengindikasikan gugus OH. Pada bilangan gelombang 2920.2300 cm -1 menunjukkan regangan ikatan C-H. Bilangan gelombang 1658.7800 merupakan gugus karbonil. Gugus eter ditunjukkan pada bilangan gelombang 1037.7000 cm -1 (Pavia et al. 2001). Spektrum yang diperoleh menunjukan struktur selulosa. a %T b c OH CH C=O C-O Gambar 5 Hasil spektrum tumpuk pada: (a) CMC 100 mesh, (b) Selulosa nata 400 mesh, (c) CMC-suksinat Pada spektrum CMC, diperoleh bilangan gelombang 3163.2600 cm -1 menunjukkan gugus -OH. Pada bilangan gelombang 2924.0900 cm -1 merupakan regangan ikatan C-H. Gugus karboksil (COO - ) ditunjukkan pada bilangan gelombang 1593 cm -1. Pada bilangan gelombang 1060.8500 cm -1 mengindikasikan gugus eter. CMC yang diperoleh belum terlalu murni, karena masih terdapat pengotor pada CMC tersebut. Spektrum CMC-suksinat pada bilangan gelombang 3387 cm -1 mengindikasikan gugus OH. Gugus OH yang diperoleh lebih banyak daripada selulosa dan CMC. Bertambahnya gugus OH disebabkan karena adanya asam suksinat pada CMC-suksinat. Adanya asam suksinat tersebut menyebabkan OH semakin banyak, karena struktur asam suksinat yang mempunyai gugus OH pada kedua sisinya. Bilangan gelombang 2931.8000 cm -1 merupakan regangan ikatan C-H. Bilangan gelombang 1593.2000 cm -1 menunjukkan vibrasi gugus COO -. Gugus karboksil yang diperoleh lebih banyak daripada selulosa dan CMC. Hasil λ

11 yang diperoleh tersebut dipengaruhi oleh asam suksinat yang berikatan dengan CMC. Asam suksinat memberikan tambahan gugus karboksil, karena struktur asam suksinat mempunyai gugus karboksil di kedua sisinya. Di antara bilangan gelombang 1000-1300, yaitu bilangan gelombang 1060.8500 cm -1 dan 1203.3800 menunjukkan gugus eter. Pada CMC-suksinat ini tidak terdapat lagi pengotor, karena reaksi yang terjadi sudah sempuna. Morfologi Membran CMC-Suksinat-TiO 2 Pada pengujian SEM dilakukan CMC-suksinat-TiO 2 0.5%, karena hasil tersebut merupakan hasil yang terbaik pada pengujian swelling. Pengujian SEM TiO 2 dalam Purwaningsih dan Ratnasari (2014) menyatakan bahwa butiranbutiran kecil yang terdapat dalam gambar menandakan adanya TiO 2. Butiran TiO 2 yang terlihat mengalami penggumpalan yang disebabkan karena sifat TiO 2 yang menggumpal jika terkena udara. Pada penelitian dengan perbesaran 3500 terlihat adanya butiran-butiran yang mengalami penggumpalan. Butiran yang diperoleh lebih besar dan lebih menggumpal dibandingkan dengan penelitian Purwaningsih dan Ratnasari (2014). Perbedaan hasil tersebut diakibatkan karena konsentrasi TiO 2 yang diuji lebih tinggi, akibatnya butiran TiO 2 lebih menggumpal. Berdasarkan pengujian, maka TiO 2 sudah terlihat di perbesaran 3500. Selain butiran yang menggumpal, terlihat adanya warna putih di setiap permukaan. Warna putih yang dihasilkan merupakan TiO 2 yang sudah berikatan silang dengan struktur CMC. Warna yang dihasilkan tidak di dominasi warna putih, ada yang berwarna gelap yang disebabkan karena TiO 2 hanya berikatan silang dengan CMC sehingga tidak semua warna dari TiO 2 menempel pada struktur CMC. Gambar 6 merupakan hasil analisis SEM dengan perbesaran 3500 dan hasil SEM penelitian (Purwaningsih dan Ratnasari 2014). (a) (b) Gambar 6 Hasil uji SEM (a) CMC-suksinat-TiO 2 0.5% dengan perbesaran 3500, (b) TiO 2 20000 (Purwaningsih dan Ratnasari 2014)

12 Hasil AktivitasAntibakteri Pengujian yang terakhir dilakukan uji aktivitas antibakteri. Bakteri yang digunakan ialah Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pengujian antibakteri dilakukan dengan ketiga konsentrasi (0.1%, 0.3%, dan 0.5%) dari CMC-suksinat-TiO 2. Aktivitas inhibisi antibakteri dari hidrogel diukur berdasarkan diameter dari zona bening yang terbentuk. Gambar 7 merupakan zona bening yang terbentuk sebelum dan sesudah diinkubasi. (a) (b) (c) Gambar 7 Hasil aktivitas antibakteri (a) sebelum di inkubasi, (b) setelah diinkubasi S aureus, dan (c) setelah diinkubasi E coli Tabel 2 Rasio aktivitas antibakteri Zona inhibisi Sampel sampel (mm) CMC-Suksinat- TiO 2 0.5% Zona inhibisi kontrol positif (mm) E coli S aureus Rasio aktivitas antibakteri E coli S E coli S aureus aureus 15.87 16.10 19.50 21.21 0.81 0.76 CMC-Suksinat- AgNO 3 0.6% (Sari 2014) CMC-Suksinat- ZnSO 4 0.5% (Hadi 2014) 17.27 11.94 21.91 16.72 0.79 0.71 16.63 10.16 20.33 17.41 0.82 0.58 Berdasarkan Tabel 2, CMC-Suksinat-TiO 2 0.5% memiliki rasio aktivitas antibakteri sebesar 0.81 terhadap kontrol antibiotik standar untuk bakteri uji E coli dan 0.76 untuk bakteri uji S aureus. Hidrogel CMC yang berpotensi sebagai antibakteri juga dapat dihasilkan dengan penambahan logam oksida selain titanium, yaitu perak dan seng. Sari (2014) melaporkan CMC-Suksinat-AgNO 3 0.6% memiliki rasio aktivitas antibakteri sebesar 0.79 terhadap kontrol antibiotik standar untuk bakteri uji E coli dan 0.71 untuk bakteri uji S aureus. Hadi (2014) melaporkan CMC-Suksinat-ZnSO 4 0.5% memiliki rasio aktivitas antibakteri sebesar 0.82 terhadap kontrol antibiotik standar untuk bakteri uji E coli dan 0.58 untuk bakteri uji S aureus. Berdasarkan rasio aktivitas antibakteri yang diperoleh, maka penggunaan ZnSO 4 menunjukkan penghambatan yang terbesar terhadap

13 bakteri E coli dibandingkan dengan senyawa AgNO 3 dan TiO 2. Rasio aktivitas antibakteri terhadap bakteri S aureus menunjukkan TiO 2 mempunyai penghambatan yang paling besar dibanding dengan AgNO 3 dan ZnSO 4. Berdasarkan aktivitas antibakteri pada TiO 2, semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar zona bening yang terbentuk baik pada bakteri E coli maupun S.aureus. Zona bening yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (+). Kontrol (-) yang digunakan ialah dimethyl sulfoxide (DMSO) dan CMC nata. Pada DMSO tidak ada zona bening yang terbentuk untuk kedua bakteri tersebut. CMC nata membentuk zona bening, yaitu sebesar 9.41 mm baik pada bakteri E.coli maupun bakteri S.aureus. Kontrol (-) yang terbentuk masih rendah dibandingkan dengan sampel CMC-suksinat-TiO 2 dan kontrol (+). Kontrol (-) seharusnya tidak membentuk zona bening. Zona bening yang terbentuk pada kontrol (-) disebabkan karena pelarut yang digunakan pada CMC berfungsi sebagai antibakteri seperti metanol. Oleh sebab itu, kontrol (-) membentuk zona bening. Berdasarkan hasil tersebut, maka CMC-suksinat-TiO 2 dapat digunakan sebagai antibakteri. Difraktogram (a) (b) Gambar 8 Difraktogram (a) CMC-suksinat-TiO 2 0.5%, dan (b) CMC-suksinat Keterangan: Tanda merupakan adanya TiO 2 jenis rutil, dan tanda merupakan adanya CMC-suksinat

14 Pencirian XRD dapat memberi informasi secara umum baik kuantitatif maupun kualitatif untuk mengetahui fasa yang terdapat dalam sampel, menentukan ukuran kristal dan kristalinitas. Hasil sintesis CMC-suksinat-TiO 2 0.5 % dikarakterisasi dengan XRD. Pola difraksi yang dihasilkan disesuaikan dengan data joint cristal powder difraction standard (JCPDS) (Lampiran 7). Berdasarkan Gambar 8 maka logam yang dihasilkan sesuai dengan JCPDS ialah logam kristal TiO 2 jenis rutil berbentuk Orthorhombic. Sudut 2Ө diperoleh berturut-turut sebesar 20.52; 22.32; 24.04; 24.08; 25.86; 31.2; 34.76; dan 45.68, dengan intensitas berturut-turut 1244; 640; 843; 803; 526; 636; 167; dan 372 (Lampiran 6). Hasil tersebut mempunyai intensitas tertinggi pada hasil XRD CMC-suksinat-TiO 2 0.5%. Selain kristal TiO 2, diperoleh juga intensitas dari CMC-suksinat pada hasil XRD CMC-suksinat-TiO 2 0.5%. CMC-suksinat yang diperoleh pada Gambar 8a sesuai dengan hasil CMC-suksinat yang diperoleh pada Gambar 8b. Sudut 2Ө pada Gambar 8a berturut-turut 14.2; 16.92; 20.48; 40.16; 56.66; 66.06; dan 75.4, dengan intensitas yang diperoleh berturut-turut ialah 316; 187; 501; 85; 61; 20; dan 57. Sudut 2Ө yang diperoleh pada Gambar 8b berturut-turut ialah 13.38; 16.92; 20.42; 40.02; 54.32; 66.16; dan 75.42, dengan intensitas berturut-turut ialah 120; 44; 139; 191; 75; 29; dan 58. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hidrogel CMC-suksinat-TiO 2 dapat digunakan sebagai antibakteri. Hal ini dibuktikan dengan adanya zona bening pada pengujian antibakteri. Semakin tinggi konsentrasi TiO 2 yang digunakan, semakin besar zona bening yang diperoleh pada pengujian antibakteri. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sintesis hidrogel antibakteri berbasis karboksimetil selulosa-tio 2. Terutama untuk pengujian ph pada preparasi nata de coco. DAFTAR PUSTAKA [SNI 01-2891-1992]. 1992. Kadar Air. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. [SNI 06-3736-1995]. 1995. Syarat Mutu Natrium Karboksimetil Selulosa Teknis. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Awalludin A. 2004. Karboksimetilasi selulosa bakteri [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.